Disusun Oleh:
Kelompok IV
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
PERNYATAAN ORISINALITAS
Tulisan ini adalah hasil karya kami sendiri, dan semua kutipan dan rujukan telah kami
sebutkan sumbernya dengan benar.
(A011181319)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Ada pun makalah yang kami buat
ini berjudul: Wewenang dan Kekuasaan
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 4
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian tentang wewenang timbul pada saat masyarakat mulai mengatur pembagian
kekuasaan dan menentukan penggunaannya. Namun sepertinya tidak ada satu
masyarakatpun yang berhasil dengan sadar mengatur setiap macam kekuasaan yang ada di
dalam masyarakat itu menjadi wewenang.Apabila setiap macam kekuasaan menjelma
menjadi wewenang, maka susunan kekuatan masyarakat akan menjadi kaku, sehingga
tidak dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dengan yang
dikuasai, atau dengan kata lain antara pihak yang memiliki kemampuan untuk memberikan
pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh ini, dengan rela atau karena terpaksa.
Apabila kekuasaan itu diterjemahkan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu
dinamakan pemimpin dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-
pengikutnya. Bedanya kekuasaan dengan wewenang (authority atau legalized power) ialah
bahwa wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang
mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat; karena memerlukan
pengakuan dari masyarakat itu, maka dalam masyarakat yang sudah kompleks susunannya
mengenal pembagian kerja yang terperinci, wewenang itu biasanya terbatas mengenai hal-
hal yang diliputnya, waktunya, dan cara menggunakan kekuasaan itu.
Wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung dengan kekuasaan yang
nyata, akan tetapi sering terjadi bahwa letaknya wewenang yang diakui oleh masyarakat
dan letaknya kekuasaan yang nyata, tidak di satu tempat atau di satu tangan. Di dalam
1
masyarakat yang relatif kecil dengan susunannya yang sederhana, pada umumnya
kekuasaan yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang meliputi bermacam
bidang, sehingga terdapat gejala yang kuat bahwa kekuasaan itu lambat laun
diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya. Sebaliknya di dalam masyarakat besar
dan rumit, dimana terlihat berbagai sifat dan tujuan hidup golongan yang berbeda-beda
dengan kepentingan yang tidak selalu sama, maka kekuasaan biasanya terbagi pada
beberapa golongan.
Karena itu terdapat perbedaan dan pemisahan teoritis dan nyata dari kekuasaan politik,
militer, ekonomi, agama, dan lainnya. Kekuasaan yang terbagi itu tampak dengan jelas di
dalam masyarakat yang menganut dan melaksanakan demokrasi secara luas.
PEMBAHASAN
2.1. Wewenang
Kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang
lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.
Kewenangan biasanya dihubungkan dengan kekuasaan. Kewenangan digunakan untuk
mencapai tujuan pihak yang berwenang. Karena itu, kewenangan biasanya dikaitkan
dengan kekuasaan.
Wewenang adalah jumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada
suatu jabatan.
2. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam bukunya, The Principles of Management
Authority adalah suatu hak untuk memerintah / bertindak.
3. G. R. Terry :
Wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak lain
supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki wewenang itu.
3
Authority adalah hak yang cukup, yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan
suatu tugas/kewajiban tertentu. Jadi, wewenang adalah dasar untuk bertindak, berbuat dan
melakukan kegiatan/aktivitas perusahaan. Tanpa wewenang orang-orang dalam perusahaan
tidak dapat berbuat apa-apa.
Wewenang bersumber dari situasi darurat atau kejadian-kejadian luar biasa. Pemimpin
yang wewenangnya bersumber dari situasi sering disebut pemimpin sejati dan tanpa
pamrih, begitu situasi normal kembali maka wewenangnya akan hilang.
Wewenang bersumber dari posisi jabatan sesorang di dalam organisasi yang bersangkutan.
Wewenang bersumber dari komputer yang dipakainya untuk memproses data. Operator
berwenang menginformasikan dan menjelaskan hasil proses data itu, menjadi suatu
keputusan yang diterima oleh orang lain.
Contoh : Polisi mengatur lalu lintas karena ada hukum yang mengaturnya.
1. Wewenang Kharismatis
5
2. Wewenang Tradisional
Wewenang rasional merupakan wewenang yang didasarkan pada sistem hukum yang
berlaku dalam masyarakat.Sistem hukum di sini dipahamkan sebagai kaidah-kaidah yang
telah diakui serta ditaati masyarakat dan bahkan yang telah diperkuat oleh negara. Pada
wewenang yang didasarkan pada sistem hukum, harus dilihat juga apakah sistem
hukumannya berstandar pada tradisi, agama, atau faktor-faktor lain. Kemudian harus
ditelaah pula hubungannya dengan sistem kekuasaan serta diuji pula apakah sistem hukum
tadi cocok atau tidak dengan sistem kebudayaan masyarakat supaya kehidupan dapat
berjalan dengan tenang dan tentram.
6
wewenang tidak resmi dapat menjadi resmi apabila pertikaian antar anggotaterlalu sering
terjadi.
Pada wewenang teritorial, wilayah tempat tinggal memegang peranan yang sangat
penting. Pada kelompok-kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung berkurang
karena desakan faktor-faktor individualisme. Hal ini tidaklah berarti bahwa kepentingan
perorangan diakui dalam kerangka kepentingan bersama. Pada wewenang teritorial ada
kecenderungan untuk mengadakan sentralisasi wewenang yang memungkinkan hubungan
langsung dengan para warga kelompok. Walaupun disini dikemukakan pembedaan antara
wewenang pribadi dengan teritorial, di dalam kenyataanya kedua bentuk wewenang tadi
dapat saja hidup berdampingan.
Wewenang terbatas maksudnya wewenang tidak mencakup semua sektor atau bidang
kehidupan, tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja. Misalnya seorang
jaksa di Indonesia mempunyai wewenang untuk atas nama negara dan mewakili
masyarakat menuntut seorang warga masyarakat yang melakukan tindak pidana. Namun,
jaksa tidak berwenang mengadilinya.
Suatu wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-
bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh adalah, misalnya, setiapa negara mempunyai
7
wewenang yang mnyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan wilayahnya. Jadi
terbatasnya atau menyeluruhnya suatu wewenang tergantung dari sudut penglihatan pihak-
pihak yang yang ingin menyorotinya. Kedua bentuk wewenang tadi dapat berproses secara
berdampingan, dimana pada situasi-situasi tertentu, salah satu bentuk lebih berperanan dari
pada bentuk lainnya.
2.2. Kekuasaan
Power atau kekuasaan adalah kemampuan membuat orang lain melakukan apa yang
diinginkan seseorang untuk mereka lakukan (Gibson, Ivancevich, Donelly, Konopaske,
2012: 291). Apabila dipergunakan untuk kebaikan organisasi, kekuasaan merupakan
kekuatan positif untuk mencapai efektivitas organisasi tingkat tinggi.
8
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa power atau kekuasaan pada hakikatnya
adalah kapasitas atau kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membujuk,
memengaruhi, dan membuat orang lain tergantung padanya dan bersedia melakukan apa
yang diinginkannya.
A. Unsur-unsur Kekuasaan
Menurut Soerjono Soekanto, (2017:231-232) kekuasan yang dapat dijumpai pada interaksi
sosial antara manusia maupun antar kelompok mempunyai beberapa unsur pokok,yaitu :
1. Rasa takut
Menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang yang
ditakuti. Rasa takut merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang
Iain daIam keadaan terpaksa. Orang yang merasa takut akan berbuat segala sesuatu sesuai
dengan keinginanan orang yang ditakutinya agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang
akan menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh. Rasa takut juga menyebabkan orang
yang bersangkutan meniru tindakan-tindakan orang yang ditakutinya.
2. Rasa Cinta
Menghasilakn hal-hal yang positif yang sudah mendarah daging bagi pelakunya. Rasa
cinta yang efisien seharusnya dimulai dari pihak penguasa. Apabila ada suatu reaksi positif
dari masyarakat yang dikuasai, kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan teratur.
3. Kepercayaan
Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih
yang bersifat asosiatif. Soal kepercayaan sangat penting demi bertahannya suatu
kekuasaaan.
4. Pemujaan
9
Suatu perasaan cinta atau sistem kepercayaan yang mungkin pada suatu saat dapat
disangkal oleh orang lain; akan tetapi dalam sistem pemujaan, maka seseorang,
sekelompok orang, bahkan hampir seluruh warga masyarakat akan selalu menyatakan
pembenaran atas segala tindakan dari penguasanya, ke dalam maupun ke luar masyarakat.
1. Saluran Militer
2. Saluran Ekonomi
3. Saluran Politik
4. Saluran Tradisional
Saluran tradisi merupakan saluran yang paling disukai, karena ada keselarasan
hubungan antara nilai-nilai yang diberlakukan dengan kebiasaan-kebiasaan atau tradisi
dalam suatu masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lancar
5. Saluran Ideologi
10
Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian ajaran-
ajaran atau doktrin-doktrin, hal tersebut bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus
memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaannya. Hal itu dilakukan supaya
kekuasaan dapat menjelma menjadi wewenang.
6. Saluran-saluran lain
Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan menurut John
Brench dan Bertram Raven, yaitu :
Kekuasaan formal yang diperoleh seseorang berdasarkan hukum atau aturan yang timbul
dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak
menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.
11
4. Kekuasaan keahlian (expert power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi
pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma,
keberanian, simpatik dan lain-lain).
Menurut Maclver, (1954: 98), ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau
piramida kekuasaan, yaitu:
12
1. Tipe Kasta
Suatu sistem lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisah yang tegas dan kaku, tipe
semacam ini biasanya ditemukan pada bentuk-bentuk masyarakat yang berkasta, dimana
hampir tidak terjadi gerak sosial vertikal; garis-garis pemisah antara masing-masing
lapisan relatif tidak mungkin di tembus. Pada puncak piramida, duduk penguasa tertinggi
dengan orang-orang disekitarnya, yang didukung oleh bangsawan, tentara dan para
pendeta, lapisan berikutnya terdiri dari pegawai yang bekerja di pemerintahan, lapisan
yang paling banyak anggotanya adalah lapisan para petani, buruh tani yang kemudian
didikuti dengan lapisan terendah yang terdiri dari para budak.
2. Tipe Oligarkhis
Hampir seperti tipe kasta, yaitu dengan garis-garis pemisah yang tegas, akan tetapi disini
dasar pembedaan kelas-kelas sosial lebih ditentukan oleh kebudayaan masyarakat;
walaupun masih memuat unsur pewarisan kedudukan menurut kelahiran (ascribe status)
namun anggota masyarakat diberikan peluang untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan
tertentu, sistem yang berlaku pada masyarakat ini lebih memberikan peluang mobilitas
vertikal pada warganya. Kelas menengah mempunyai warga yang paling banyak; industri,
perdagangan dan keuangan memegang peranan yang lebih penting. Ada beberapa macam
cara di mana warga-warga dari lapisan bawah untuk naik ke lapisan atasnya, dan juga ada
kesempatan bagi warga-warga lapisan menengah untuk menjadi penguasa.
3. Tipe Demokratis
Menunjukkan kenyataan akan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya
mobilitas. Kelahiran tidak menentukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan
kadang-kadang juga faktor keberuntungan. Yang terakhir ini terbukti dari anggota-angota
partai politik, yang dalam suatu masyarakat demokratis dapat mencapai kedudukan-
kedudukan tertentu melalui partai.
13
2.2.4. Cara Mempertahankan Kekuasaan
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah seseorang atau
sekelompok orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan
tertentu. Sumber-sumber wewenang berasal dari teori wewenang formal, teori penerimaan
wewenang, wewenang dari situasi, wewenang dari jabatan, wewenang dari faktor teknis,
wewenang dari hukum. Bentuk-bentuk wewenang ada tiga yaitu wewenang kharismatis,
wewenang tradisional, wewenang rasional, wewenang resmi dan tidak resmi, wewenang
pribadi dan territorial, wewenang terbatas dan menyeluruh.
3.2. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Maran, Rafel Raga. Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta:
PT Rineka Cipta.2007.
Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati. Sosiologi suatu Pengantar. (Edisi Revisi).
Jakarta: Rajawali Pers, 2017.
Wibowo. Perilaku Dalam Organisasi. (Edisi ke-2, Cetakan ke-3). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2015.
16
LOG BOOK
3.Nurul Muthmainna
Yusuf
6. Catherine Afryan
17
18