Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

WEWENANG DAN KEKUASAAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai tugas


kelompok Semester 1 Pengantar Sosiologi

Disusun Oleh:

Kelompok IV

1. Nurul Muthmainna Yusuf (A011181319)


2. Andi Khaerun Nisa (A021181335)
3. Hastrina (A031181333)
4. Eka Sri Wahyuni (A011181033)
5. Gisela Edria Lisa (A011181335)
6. Catherine Afryani (A021181335)
7. Muh Yusril Dioprianto N Sulistio (A021181365)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
PERNYATAAN ORISINALITAS

Tulisan ini adalah hasil karya kami sendiri, dan semua kutipan dan rujukan telah kami
sebutkan sumbernya dengan benar.

Makassar, 27 Oktober 2018

Nurul Muthmainna Yusuf

(A011181319)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Ada pun makalah yang kami buat
ini berjudul: Wewenang dan Kekuasaan

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 27 Oktober 2018

Kelompok 4

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................. i

Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................................ ii

Kata Pengantar ............................................................................................................. iii

Daftar Isi ...................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Wewenang ............................................................................................................ 3

2.1.1. Sumber-sumber Wewenang ........................................................................... 4

2.1.2. Bentuk-bentuk Wewenang ....................................................................... 6

2.2. Kekuasaan ............................................................................................................. 7

2.2.1. Unsur-unsur dan Saluran Kekuasaan ....................................................... 8

2.2.2. Sumber-sumber Kekuasaan ...................................................................... 11

2.2.3. Bentuk-bentuk Lapisan Masyarakat ......................................................... 11

2.2.4. Cara Mempertahankan Kekuasaan ........................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 15

3.2. Saran ..................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

Log book ...................................................................................................................... 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sosial, wewenang dan kekuasaan merupakan gejala kemasyarakatan


yang umum sifatnya, di segala bentuk masyarakat manapun gejala ini selalu timbul.
Namun, yang lebih perlu digaris bawahi disini, bahwa Sosiologi selalu memandang netral
dari seperangkat gejala-gejala sosial yang menjadi objek perhatiannya, netral dalam arti
tidak menilai suatu gejala itu baik atau buruk, yang pasti gejala itu ada dan hidup dalam
masyarakat.

Pengertian tentang wewenang timbul pada saat masyarakat mulai mengatur pembagian
kekuasaan dan menentukan penggunaannya. Namun sepertinya tidak ada satu
masyarakatpun yang berhasil dengan sadar mengatur setiap macam kekuasaan yang ada di
dalam masyarakat itu menjadi wewenang.Apabila setiap macam kekuasaan menjelma
menjadi wewenang, maka susunan kekuatan masyarakat akan menjadi kaku, sehingga
tidak dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dengan yang
dikuasai, atau dengan kata lain antara pihak yang memiliki kemampuan untuk memberikan
pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh ini, dengan rela atau karena terpaksa.
Apabila kekuasaan itu diterjemahkan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu
dinamakan pemimpin dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-
pengikutnya. Bedanya kekuasaan dengan wewenang (authority atau legalized power) ialah
bahwa wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang
mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat; karena memerlukan
pengakuan dari masyarakat itu, maka dalam masyarakat yang sudah kompleks susunannya
mengenal pembagian kerja yang terperinci, wewenang itu biasanya terbatas mengenai hal-
hal yang diliputnya, waktunya, dan cara menggunakan kekuasaan itu.

Wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung dengan kekuasaan yang
nyata, akan tetapi sering terjadi bahwa letaknya wewenang yang diakui oleh masyarakat
dan letaknya kekuasaan yang nyata, tidak di satu tempat atau di satu tangan. Di dalam
1
masyarakat yang relatif kecil dengan susunannya yang sederhana, pada umumnya
kekuasaan yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang meliputi bermacam
bidang, sehingga terdapat gejala yang kuat bahwa kekuasaan itu lambat laun
diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya. Sebaliknya di dalam masyarakat besar
dan rumit, dimana terlihat berbagai sifat dan tujuan hidup golongan yang berbeda-beda
dengan kepentingan yang tidak selalu sama, maka kekuasaan biasanya terbagi pada
beberapa golongan.

Karena itu terdapat perbedaan dan pemisahan teoritis dan nyata dari kekuasaan politik,
militer, ekonomi, agama, dan lainnya. Kekuasaan yang terbagi itu tampak dengan jelas di
dalam masyarakat yang menganut dan melaksanakan demokrasi secara luas.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan wewenang?
2. Apa saja sumber-sumber wewenang?
3. Bagaimana bentuk-bentuk wewenang?
4. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan?
5. Bagaimana unsur-unsur dan saluran kekuasaan?
6. Bagaimana sumber-sumber kekuasaan?
7. Bagaimana bentuk-bentuk lapisan kekuaasan?
8. Bagaimana cara mempertahanakan kekuasaan?

1.3. Tujuann Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu wewenang.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber wewenang.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk wewenang.
4. Untuk mengetahui apa itu kekuasaan.
5. Untuk mengetahui unsur-unsur dan saluran kekuasaan.
6. Untuk mengetahui sumber-sumber kekuasaan.
7. Untuk mengetahui bentuk-bentuk lapisan kekuaasan.
8. Untuk mengetahui cara mempertahanakan kekuasaan.
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Wewenang

Kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang
lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.
Kewenangan biasanya dihubungkan dengan kekuasaan. Kewenangan digunakan untuk
mencapai tujuan pihak yang berwenang. Karena itu, kewenangan biasanya dikaitkan
dengan kekuasaan.

Dipandang dari sudut masyarakat, kekuasaan tanpa wewenang merupakan kekuatan


yang tidak sah. Kekuatan harus mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari masyarakat
agar menjadi wewenang. Wewenang hanya mengalami perubahan dalam bentuk.
Berdasarkan kenyataannya, wewenang tadi tetap ada. Perkembangan suatu wewenang
terletak pada arah serta tujuannya untuk sebanyak mungkin memenuhi bentuk yang
diidam-idamkan masyarakat. (Soerjono Soekanto, 2017;240)

Menurut Para Ahli

1. Louis A. Allen dalam bukunya, Management and Organization :

Wewenang adalah jumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada
suatu jabatan.

2. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam bukunya, The Principles of Management
Authority adalah suatu hak untuk memerintah / bertindak.

3. G. R. Terry :
Wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak lain
supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki wewenang itu.

4. R. C. Davis dalam bukunya, Fundamentals of Management :

3
Authority adalah hak yang cukup, yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan
suatu tugas/kewajiban tertentu. Jadi, wewenang adalah dasar untuk bertindak, berbuat dan
melakukan kegiatan/aktivitas perusahaan. Tanpa wewenang orang-orang dalam perusahaan
tidak dapat berbuat apa-apa.

2.1.1. Sumber-sumber Wewenang

a. Teori wewenang formal (Formal Authority Theory)

Wewenang yang dimiliki seseorang bersumber dari barang-barang yang


dimilikinya, sebagaimana yang diatur oleh undang-undang, hukum, dan hukum adat dari
lembaga tersebut.

Contoh : Pemilik saham mempunyai wewenang karena saham yang dimilikinya.

b. Teori penerimaan wewenang (Acceptance Authority Theory)

Wewenang bersumber dari penerimaan, kepatuhan, dan pengakuan para bawahan


terhadap perintah, dan kebijakan-kebijakan atas kuasa yang dipegangnya.

Contoh : Rakyat memilih presiden, sehingga presiden memiliki wewenanguntuk


memerintah. Presiden memiliki wewenang selama rakyat mentaati dan mematuhi
perintah-perintahnya. Jika rakyat tidaklagi mematuhi perintah-perintahnya maka
wewenang akanhilang.

c. Wewenang dari situasi (Authority of the Situation)

Wewenang bersumber dari situasi darurat atau kejadian-kejadian luar biasa. Pemimpin
yang wewenangnya bersumber dari situasi sering disebut pemimpin sejati dan tanpa
pamrih, begitu situasi normal kembali maka wewenangnya akan hilang.

Contoh: sebuah kapal laut terbakar, kemudian seorang penumpangmemerintahkan agar


sekoci diturunkan dan perinyahnya iniditaati serta dilaksanakan penumpang lainnya. Orang
tersebutmempunyai wewenang hanya karena situasi, serta mengambilalih wewenang
kapten kapalnya.
4
d. Wewenang dari jabatan (Position Authority)

Wewenang bersumber dari posisi jabatan sesorang di dalam organisasi yang bersangkutan.

Contoh : Seorang dosen mempunyai wewenang untuk meluluskan seorangmahasiswa,


karena ia mempunyai wewenang untuk itu.

e. Wewenang dari faktor teknis (Technical Authority)

Wewenang bersumber dari komputer yang dipakainya untuk memproses data. Operator
berwenang menginformasikan dan menjelaskan hasil proses data itu, menjadi suatu
keputusan yang diterima oleh orang lain.

f. Wewenang dari hukum (Yuridis Authority)

Wewenang bersumber dari hukum atau undang-undang yang berlaku.

Contoh : Polisi mengatur lalu lintas karena ada hukum yang mengaturnya.

2.1.2. Bentuk-bentuk Wewenang

Wewenang ada beberapa bentuk, yaitu (Soerjono Soekanto, 2017: 241):

1. Wewenang Kharismatis

Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma, yaitu


suatu kemampuan khusus (pembawaan dan aura positif) yang ada pada diri
seseorang.Wewenang kharismatis tersebut akan dapat tetap selama dapat dibuktikan
keampuhannya bai seluruh masyarakat. Wewenang kharismatis berwujud suatu wewenang
untuk diri orang itu sendiri dan dapat dilaksanakan terhadap bagian terbesar masyarakat.
Jadi dasar wewenang kharismatis bukanlah terletak pada suatu peraturan (hukum), tetapi
bersumber pada diri pribadi individu bersangkutan.

5
2. Wewenang Tradisional

Wewenang tradisional merupakan wewenang yang dimuliki seseorang maupun


sekelompok orang.karena mempunyai kekuasaan dan wewenang yang telah turun menurun
dan bahkan menjiwai masyarakat. Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah :

a. Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang


mempunyai wewenang, serta orang-orang lainnya dalam masyarakat.
b. Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seseorang yang
hadir secara pribadi.
c. Selama tak ada pertentangan dalam ketentuan-ketentuan tradisonal, orang-orang
dapat bertindak secara bebas.

Pada masyarakat dimana penguasa mempunyai wewenang tradisional , tidak ada


pembatasan yang tegas antara wewenang dengan kemampuan-kemampuan pribadi
seseorang. Dalam hal ini sering kali hubungan kekeluargaan memegang peranan penting
dalam pelaksanaan wewenang.

3. Wewenang Rasional (Legal)

Wewenang rasional merupakan wewenang yang didasarkan pada sistem hukum yang
berlaku dalam masyarakat.Sistem hukum di sini dipahamkan sebagai kaidah-kaidah yang
telah diakui serta ditaati masyarakat dan bahkan yang telah diperkuat oleh negara. Pada
wewenang yang didasarkan pada sistem hukum, harus dilihat juga apakah sistem
hukumannya berstandar pada tradisi, agama, atau faktor-faktor lain. Kemudian harus
ditelaah pula hubungannya dengan sistem kekuasaan serta diuji pula apakah sistem hukum
tadi cocok atau tidak dengan sistem kebudayaan masyarakat supaya kehidupan dapat
berjalan dengan tenang dan tentram.

4. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi.

Wewenang resmi adalah wewenang yang bersifat sistematis, diperhitungkan, dan


rasional. Biasanya pada kelompok besar yang tetap. Wewenang tidak resmi bersifat
spontan, situasional dan didasarkan pada faktor saling mengenal. Dalam masyarakat kecil,

6
wewenang tidak resmi dapat menjadi resmi apabila pertikaian antar anggotaterlalu sering
terjadi.

5. Wewenang Pribadi dan Teritorial

Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota


kelompok dan disini unsur kebersamaan sangat memegang peranan. Para individu
dianggap lebih banyak memiliki kewajiban ketimbang hak. Struktur wewenang bersifat
konsentris, yaitu dari satu titik pusat lalu meluas melalui lingkaran-lingkaran wewenang
tertentu. Setiap lingkaran wewenang dianggap mempunyai kekuasaan penuh diwilayahnya
masing-masing. Apabila bentuk wewenang ini dihubungkan dengan ajaran Max Weber,
wewenang pribadi lebih didasarkan pada tradisi daripada peraturan-peraturan. Juga
mungkin didasarkan pada kharisma seseorang.

Pada wewenang teritorial, wilayah tempat tinggal memegang peranan yang sangat
penting. Pada kelompok-kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung berkurang
karena desakan faktor-faktor individualisme. Hal ini tidaklah berarti bahwa kepentingan
perorangan diakui dalam kerangka kepentingan bersama. Pada wewenang teritorial ada
kecenderungan untuk mengadakan sentralisasi wewenang yang memungkinkan hubungan
langsung dengan para warga kelompok. Walaupun disini dikemukakan pembedaan antara
wewenang pribadi dengan teritorial, di dalam kenyataanya kedua bentuk wewenang tadi
dapat saja hidup berdampingan.

6. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh.

Wewenang terbatas maksudnya wewenang tidak mencakup semua sektor atau bidang
kehidupan, tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja. Misalnya seorang
jaksa di Indonesia mempunyai wewenang untuk atas nama negara dan mewakili
masyarakat menuntut seorang warga masyarakat yang melakukan tindak pidana. Namun,
jaksa tidak berwenang mengadilinya.

Suatu wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-
bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh adalah, misalnya, setiapa negara mempunyai
7
wewenang yang mnyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan wilayahnya. Jadi
terbatasnya atau menyeluruhnya suatu wewenang tergantung dari sudut penglihatan pihak-
pihak yang yang ingin menyorotinya. Kedua bentuk wewenang tadi dapat berproses secara
berdampingan, dimana pada situasi-situasi tertentu, salah satu bentuk lebih berperanan dari
pada bentuk lainnya.

2.2. Kekuasaan

Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi perilaku orang lain dan sebaliknya


menolak pengaruh yang tidak diinginkan. Aspek paling penting dari kekuasaan adalah
dependency atau ketergantungan. Apabila kita memiliki sesuatu yang dapat kita kontrol
sendiri dan dibutuhkan orang lain, maka kita akan membuat mereka bergantung kepada
kita, dan dalam bidang tersebut kita menadapatkan kekuasaan atas mereka. Ketergantungan
meningkat ketika sumber daya yang kita kontrol penting (importance), jarang (scarcity),
dan tidak tergantikan.

Power atau kekuasaan adalah kemampuan membuat orang lain melakukan apa yang
diinginkan seseorang untuk mereka lakukan (Gibson, Ivancevich, Donelly, Konopaske,
2012: 291). Apabila dipergunakan untuk kebaikan organisasi, kekuasaan merupakan
kekuatan positif untuk mencapai efektivitas organisasi tingkat tinggi.

Robbins dan Judge, (2011: 454) memberikan pengertian bahwa kekuasaan


menunjukkan pada kapasitas bahwa A harus memengaruhi perilaku B, sehingga B
bertindak menurut harapan A. Aspek paling penting dari kekuasaan adalah fungsi
dependency (ketergantungan). Semakin besar B bergantung pada A, maka semakin besar
kekuasaan A dalam hubungan tersebut. Pengertian yang senada dikemukakan oleh Mc
Shane dan Von Glinov (2010: 300) yang menyatakan bahwa kekuasaan sebagai kapasitas
seseorang, tim, atau organisasi untuk memengaruhi orang lain.

Schermerhorn, Hunt, Osborn, dan Uhl-Bien, (2011: 278) mengartikan kekuasaan


sebagai kemampuan membujuk orang lain untuk melakukan sesuatu yang ingin kita
lakukan atau kemampuan membuat segala sesuatu terjadi dengan cara yang kita inginkan.

8
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa power atau kekuasaan pada hakikatnya
adalah kapasitas atau kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membujuk,
memengaruhi, dan membuat orang lain tergantung padanya dan bersedia melakukan apa
yang diinginkannya.

2.2.1. Unsur-unsur dan Saluran Kekuasaan

A. Unsur-unsur Kekuasaan

Menurut Soerjono Soekanto, (2017:231-232) kekuasan yang dapat dijumpai pada interaksi
sosial antara manusia maupun antar kelompok mempunyai beberapa unsur pokok,yaitu :

1. Rasa takut

Menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang yang
ditakuti. Rasa takut merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang
Iain daIam keadaan terpaksa. Orang yang merasa takut akan berbuat segala sesuatu sesuai
dengan keinginanan orang yang ditakutinya agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang
akan menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh. Rasa takut juga menyebabkan orang
yang bersangkutan meniru tindakan-tindakan orang yang ditakutinya.

2. Rasa Cinta

Menghasilakn hal-hal yang positif yang sudah mendarah daging bagi pelakunya. Rasa
cinta yang efisien seharusnya dimulai dari pihak penguasa. Apabila ada suatu reaksi positif
dari masyarakat yang dikuasai, kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan teratur.

3. Kepercayaan

Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih
yang bersifat asosiatif. Soal kepercayaan sangat penting demi bertahannya suatu
kekuasaaan.

4. Pemujaan

9
Suatu perasaan cinta atau sistem kepercayaan yang mungkin pada suatu saat dapat
disangkal oleh orang lain; akan tetapi dalam sistem pemujaan, maka seseorang,
sekelompok orang, bahkan hampir seluruh warga masyarakat akan selalu menyatakan
pembenaran atas segala tindakan dari penguasanya, ke dalam maupun ke luar masyarakat.

B. Saluran-saluran dalam masyarakat :

1. Saluran Militer

Penguasa lebih mempergunakan .paksaan serta kekuatan militer di dalam


melaksanakan kekuasaannya. Tujuan utama yaitu menimbulkan rasa takut dalam diri
masyarakat sehingga masyarakat tunduk kepada kemauan penguasa atau sekelompok
orang-orang yang dianggap sebagai penguasa. Hal ini banyak dijumpai pada negara-negara
totaliter.

2. Saluran Ekonomi

Penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan ekonomi masyarakat. Dengan cara


menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut, penguasa dapat melaksanakan
peraturan-peraturannya serta akan menyalurkan perintah-perintahnya dengan dikenakan
sanksi-sanksi tertentu.

3. Saluran Politik

Penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan yang harus


ditaati oleh masyarakat, dengan cara meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk
mentaati peraturan-peraturan yang dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan sah.

4. Saluran Tradisional

Saluran tradisi merupakan saluran yang paling disukai, karena ada keselarasan
hubungan antara nilai-nilai yang diberlakukan dengan kebiasaan-kebiasaan atau tradisi
dalam suatu masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lancar

5. Saluran Ideologi

10
Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian ajaran-
ajaran atau doktrin-doktrin, hal tersebut bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus
memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaannya. Hal itu dilakukan supaya
kekuasaan dapat menjelma menjadi wewenang.

6. Saluran-saluran lain

Untuk lebih menyalurkan pengaruhnya, penguasa menggunakan berbagai saluran lain,


yaitu yang berupa komunikasi massa baik berupa iklan, pamflet, surat kabar, radio,
televisi, pagelaran musik, atau apapun yang dapat menarik simpati massa. Kemajuan yang
sangat pesat di bidang teknologi alat-alat komunikasi massa, menyebabkan bahwasaluran
tersbut pada akhir-akhir ini dianggap sebagai media primer sebagai saluran pelaksanaan
kekuasaan.

2.2.2. Sumber-sumber Kekuasaan

Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan menurut John
Brench dan Bertram Raven, yaitu :

1. Kekuasaan menghargai (reward power)

Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang penguasa untuk memberi


penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah.

2. Kekuasaan memaksa (coercive power)

Kekuasaan berdasarkan kepada kemampuan seseorang untuk menghukum orang yang


dipengaruhi jika tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).

3. Kekuasaan sah (legitimate power)

Kekuasaan formal yang diperoleh seseorang berdasarkan hukum atau aturan yang timbul
dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak
menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.

11
4. Kekuasaan keahlian (expert power)

Kekuasaan yang didasarkan keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian


relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi.
(professional atau tenaga ahli).

5. Kekuasaan rujukan (referent power)

Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi
pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma,
keberanian, simpatik dan lain-lain).

2.2.3. Bentuk-bentuk Lapisan Masyarakat

Bentuk-bentuk kekuasaan pada masyarakat-masyarakat tertentu di dunia ini


beraneka macam dengan masing-masing polanya. Biasanya ada satu pola yang berlaku
umum pada setiap mayarakat. Betapapun perubahan-perubahan yang dialami masyarakat
itu (yang akan menelorakan suatu pola baru). Namun pola tersebut akan selalu muncul atas
dasar pola lama, yang telah berlaku sebelumnya. Kiranya dapat dikatakan bahwa bentuk
dan sistem kekuasaan selalu menyesuaikan diri pada masyarakat dengan adat-istiadat dan
pola-pola perilakunya. Mungkin dalam keadaan-keadaan krisis, batas-batasnya mengalami
perubahan sedikit, pada umumya garis tegas antara yang berkuasa dan yang dikuasai
selalau ada.gejala demikian menimbulkan lapisan kekuasaan atau pyramida kekuasaa, yang
didasarkan pada rasa kekhawatiran masyarakat akan terjadinya disintegrasi, bila tidak ada
kekuasaan yang menguasainya. Karena integarasi masyarakat dipertahankan oleh tata tertib
sosial dan dijalankan oleh penguasa, maka masyarakat mengakuai adanya lapisan
kekuasaan tersebut. Walaupun kadang-kadang kenyataanya demikian merupakan beban.
Perlu pula ditambahkan bahwa kekuasaan bukanlah semata-mata berarti banyak orang
tunduk di bawah penguasa.

Menurut Maclver, (1954: 98), ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau
piramida kekuasaan, yaitu:

12
1. Tipe Kasta

Suatu sistem lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisah yang tegas dan kaku, tipe
semacam ini biasanya ditemukan pada bentuk-bentuk masyarakat yang berkasta, dimana
hampir tidak terjadi gerak sosial vertikal; garis-garis pemisah antara masing-masing
lapisan relatif tidak mungkin di tembus. Pada puncak piramida, duduk penguasa tertinggi
dengan orang-orang disekitarnya, yang didukung oleh bangsawan, tentara dan para
pendeta, lapisan berikutnya terdiri dari pegawai yang bekerja di pemerintahan, lapisan
yang paling banyak anggotanya adalah lapisan para petani, buruh tani yang kemudian
didikuti dengan lapisan terendah yang terdiri dari para budak.

2. Tipe Oligarkhis

Hampir seperti tipe kasta, yaitu dengan garis-garis pemisah yang tegas, akan tetapi disini
dasar pembedaan kelas-kelas sosial lebih ditentukan oleh kebudayaan masyarakat;
walaupun masih memuat unsur pewarisan kedudukan menurut kelahiran (ascribe status)
namun anggota masyarakat diberikan peluang untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan
tertentu, sistem yang berlaku pada masyarakat ini lebih memberikan peluang mobilitas
vertikal pada warganya. Kelas menengah mempunyai warga yang paling banyak; industri,
perdagangan dan keuangan memegang peranan yang lebih penting. Ada beberapa macam
cara di mana warga-warga dari lapisan bawah untuk naik ke lapisan atasnya, dan juga ada
kesempatan bagi warga-warga lapisan menengah untuk menjadi penguasa.

3. Tipe Demokratis

Menunjukkan kenyataan akan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya
mobilitas. Kelahiran tidak menentukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan
kadang-kadang juga faktor keberuntungan. Yang terakhir ini terbukti dari anggota-angota
partai politik, yang dalam suatu masyarakat demokratis dapat mencapai kedudukan-
kedudukan tertentu melalui partai.

13
2.2.4. Cara Mempertahankan Kekuasaan

Setiap pemegang kekuasaan sadar bahwa selain kewajiban-kewajiban yang menjadi


tanggung jawabnya, dia atau mereka juga diberikan semacam fasilitas dan hak-hak tertentu
yang lebih dari orang-orang kebanyakan. Penguasa juga sadar bahwa kekuasaannya itu
pada suatu waktu mungkin akan akan hilang karena berbagai sebab, atas dasar
kesadarannya inilah yang biasanya menjadi pemikiran dasar bahwa sedapat mungkin bagi
pemegang kekuasaan untuk mempertahankan kekuasaanya. Untuk tujuan itu ditempuh
beberapa cara agar kekuasaan itu dipertahankan, yaitu melalui:

1. Menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, yang dianggap merugikan


kedudukan penguasa, kemudian peraturan-peraturan tersebut digantikan dengan
peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa. Keadaan tersebut
biasanya terjadi ketika terjadi pergantian kekuasaan dari seorang penguasa lama
kepada penguasa yang baru.
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan yang dapat memperkokoh kedudukan
penguasa atau golongannya. Sistem-sistem itu meliputi ideologi, agama dan lainnya.
3. Menyelenggarakan administrasi dan birokrasi yang baik, yang dianggap lebih
memudahkan kehidupan orang banyak.
4. Mengadakan konsolidasi secara horisontal dan vertikal secara khusus oleh penguasa
dalam memperkuat kedudukannya.
5. Dengan menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu, misalnya menguasai bidang
ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah seseorang atau
sekelompok orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan
tertentu. Sumber-sumber wewenang berasal dari teori wewenang formal, teori penerimaan
wewenang, wewenang dari situasi, wewenang dari jabatan, wewenang dari faktor teknis,
wewenang dari hukum. Bentuk-bentuk wewenang ada tiga yaitu wewenang kharismatis,
wewenang tradisional, wewenang rasional, wewenang resmi dan tidak resmi, wewenang
pribadi dan territorial, wewenang terbatas dan menyeluruh.

Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dan


sebaliknya menolak pengaruh yang tidak diinginkan. Unsur-unsur kekuasaan yaitu rasa
takut, rasa cinta, kepercayaan, pemujaan. Adapun saluran-saluran dalam mendapat
kekuasaan diantaranya saluran militer, saluran ekonomi, saluran politik, saluran tradisonal
dan saluran ideologi.

3.2. Saran

Tentunya, makalah ini jauh dari kesempurnaan karena akan ditemukan


banyak kelemahan atau kekeliruan, baik dalam kepenulisan ataupun penyajian. Oleh
karena itu, penulis berharap adanya masukan dari para pembaca sehingga kedepan mampu
lebih baik dalam penyelesaiannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Academia. “Kekuasaan, Wewenang, dan Tanggung Jawab dan Delegasi.” Academia.com.


web. 26 Oktober 2108.
<https://www.academia.edu/11483935/Kekuasaan_Kewenangan_Tanggung_jaw
ab_dan_Delegasi.>

IrwanTheSosial. “Pengertian dan Sumber Kekuasaan.” Irwanthesosial.blogspot.com. web.


27 Oktober 2018. < https://irwanteasosial.blogspot.com/2015/05/pengertian-
kekuasaan-sumber.html>

Maran, Rafel Raga. Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta:
PT Rineka Cipta.2007.

Miswarymyusuf. “Makalah Kekuasaan dan Wewenang.” Miswarymyusuf.blogspot.com.


web. 27 Oktober 2018. <https://miswarymyusuf.blogspot.com/2015/07/makalah-
kekuasaan-dan-wewenang.html>

Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati. Sosiologi suatu Pengantar. (Edisi Revisi).
Jakarta: Rajawali Pers, 2017.

Sopiah. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2008.

Wibowo. Perilaku Dalam Organisasi. (Edisi ke-2, Cetakan ke-3). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2015.

Wikipedia. “Kekuasaan.” Wikipedia.org. Web. 29 Oktober 2018.


<https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan>

16
LOG BOOK

No Tanggal Kegiatan Anggota Kelompok Bukti pengesaha


yang Terlibat Fisik n
1 25-10-2018 Pencarian 1.Eka sri wahyuni
kepustakaan
2.Hastrina

3.Nurul muthmainna yusuf


2 29-10-2018 Diskusi kelompok 1.Khaerunnisa
untuk membuat
kerangka 2.Hastrina
penyusunan dan
penulisan makalh 3.Nurul Muthmainna
Yusuf

4. Eka Sri Wahyuni

5. Gisela Edria Lisa

3 30-10-2018 Penyusunan akhir 1.Khaerunnisa


makalah
2.Hastrina

3.Nurul Muthmainna
Yusuf

4. Eka Sri Wahyuni

5. Gisela Edria Lisa

6. Catherine Afryan

7. Muh Yusril Dioprianto


N Sulistio

17
18

Anda mungkin juga menyukai