Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“DEMOKRASI VS KHILAFAH”

DOSEN PENGAMPU :
Fahrinawati, M.Pd

PENULIS :
Hafiz Raihan (2019122301)
Muhammad Rifky Lazuardi Azhar (2019122270)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN AKADEMIK
2019/20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah negara tentu memiliki sebuah perangkat yang digunakan sebagai
pengatur warga negara, sebagai sarana untuk mewujudkan kesejahteraan
hidupnya. Sistem pemerintahan yang diterapkan dalam suatu negara memiliki
perbedaan oleh latar belakang negara yang berbeda-beda. Penggunaan sistem
pemerintahan dalam suatu negara terkadang merupakan suatu proses trial dan
juga termasuk didalamnya persaingan untuk mendapatkan pengaruh, kekuasaan,
dan faktor kepentingan.
Sistem pemerintahan Islam yang ada pada masa awal perkembangan Islam
dapat menciptakan masyarakat yang beradab yang pada mulanya berpola pikir
jahiliyyah. Indonesia sendiri hingga saat masih ini menggunakan sistem
Demokrasi dalam menjalankan ke pemerintahannya. Demokrasi dianggap efektif
bagi perkembangan Indonesia karena mengandung nilai-nilai keislaman yang
sebagian besar penduduk dan pemimpin berasal dari umat Islam. Apapun
bentuknya, dengan adanya sistem pemerintahan diharapkan bisa membuat negara
tersebut lebih teratur dalam pemenuhan kebutuhan social, ekonomi, dan lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Demokrasi?
2. Apa pengertian Khilafah?
3. Bagaimana perbandingan sistem pemerintahan Khilafah dan Demokrasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sistem pemerintahan Demokrasi.
2. Untuk mengetahui sistem pemerintahan Khilafah.
3. Untuk mengetahui perbandingan antara sistem Khilafah dan Demokrasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Demokrasi
Demokrasi merupakan faham dan sistem politik yang didasarkan pada
doktrin “people power”, yakni kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat. Bahwa
rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi dalam sistem pemerintahan.
Demokrasi baik sebagai doktrin atau faham maupun sebagai sistem politik
dipandang sebagai alternatif yang lebih baik daripada sistem politik lainnya yang
terdapat dihampir setiap bangsa dan negara. Demikian kuatnya faham Demokrasi,
sampai-sampai konsepnya telah menjadi keyakinan politik kebanyakan bangsa,
yang kemudian berkembang menjadi isme, bahkan menjadi mitos yang dipandang
dapat membawa berkah bagi kehidupan bangsa-bangsa beradab.1
Sedangkan pengertian Demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa dan
istilah. Secara etimologis Demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan
“cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara
bahasa demos-cratein atau demos-cratos adalah keadaan negara dimana dalam
sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi
berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat,
dan kekuasaan oleh rakyat.2
Dalam hal ini, Demokrasi juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk atau
pola pemerintahan yang mengikutsertakan secara aktif semua anggota masyarakat
dalam keputusan yang diambil oleh mereka yang telah diberi wewenang. 3
Demokrasi didasarkan pada prinsip kedaulatan rakyat yang mengandung
pengertian bahwa semua manusia mempunyai kebebasan dan kewajiban yang
sama.

1
Haedar Nashir, Pragmatisme Politik Kaum Elite (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 37.
2
Azyumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN
Jakarta, 2000), h. 110.
3
M. Taupan, Demokrasi Pancasila (Jakarta: Sinar Grafika, 1989), h. 21.

2
B. Definisi Khilafah
Istilah Khilafah memiliki beberapa pengertian yaitu perwakilan,
pergantian, atau jabatan khalifah. Istilah ini sebenarnya berawal dari kata Arab
“khalf” yang berarti wakil, pengganti, dan penguasa, ada juga yang
mengemukakan bahwa kata “kh-l-f” dalam berbagai bentuknya mengandung
makna yang menyempit yaitu berselisih, menyalahi janji, yang kemudian
melahirkan kata Khilafah dan khalifah.4
Dalam sejarah Islam, istilah Khilafah pertama kali digunakan ketika Abu
Bakar menjabat sebagai khalifah pertama setelah Nabi Muhammad SAW
meninggal dunia. Dalam pidato pelantikannya Abu Bakar menyebut dirinya
sebagai Khalifah ar-Rasulillah dalam pengertian pengganti Rasulullah dalam
mengurusi bidang kenegaraan. Dalam perkembangannya, konsep Khilafah
menjadi ciri dari golongan sunni. Rukun utama dalam pengangkatannya adalah
ijma’ yaitu kesepakatan bersama dan sumpah setia umat kepada khalifah agar
berpegang teguh kepada syariah.
Menurut Ibnu Khaldun, untuk menciptakan suatu negara yang bisa
tegak dan kuat, maka dibutuhkan suatu ketetapan hukum politik yang bisa
diterima dan diikuti oleh rakyat. Namun, hukum tersebut tidak semata didasarkan
kepada akal, sebagaimana hukum itu dibuat oleh para terkemuka, bijaksana,
cerdik, pandai melainkan ditentukan oleh Allah melalui perantara Rasul, maka
pemerintahan yang demikian disebut berdasarkan agama.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Khilafah adalah sebuah sistem
pemerintahan yang dipimpin oleh khalifah yang menaungi seluruh umat Islam
dalam berbagai aspek kehidupan seperti ketatanegaraan serta muamalah (jual beli,
hubungan antar manusia, dll). Khilafah disebut juga imamah yang artinya
kepemimpinan. Hukum yang digunakan Khilafah adalah al-Qur’an, as-Sunnah,
dan Ijma’, dan Qiyas.

4
Ahmad Warison Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia (Cet: IV; Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997) h. 361-363.

3
C. Perbandingan Sistem Demokrasi dan Khilafah
Demokrasi dan Khilafah memiliki banyak kesamaan, terutama
menyangkut hubungan antara umat dan penguasa serta tanggung jawab
pemertintahan. Dr. Dhiyauddin ar-Rais merumuskan perbedaannya sebagai
berikut :

1. Dalam Demokrasi, bangsa atau umat memiliki batasan pada wilayah, iklim,
darah, suku, bahasa, dan adat yang mengkristal yang diiringi dengan
nasionalisme. Sedangkan dalam Khilafah, umat memiliki keterikatan dalam
akidah, pemikiran, dan perasaan terlepas dari jenis, warna kulit, bahasa, dan
batasan lainnya.
2. Tujuan Demokrasi adalah untuk mensejahterakan rakyat dengan upaya
pemenuhan kebutuhan yang ditempuh lewat pembangunan, peningkatan
ekonomi, dan lain-lain. Sedangkan tujuan Khilafah selain mencakup
pemenuhan kebutuhan materi, juga untuk tujuan spiritual yang lebih utama
dan fundamental.
3. Menurut Demokrasi, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi.
Sedangkan dalam Khilafah, kedaulatan rakyat tidak mutlak melainkan
terikat dengan ketentuan syariat.5

5
Achmad Zain Nuruddin, Islam dan Demokrasi dalam Praktik Politik Indonesia (Surabaya: IAIN
Sunan Ampel, 2011)

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi ataupun Khilafah memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing. Faktanya pun tidak ada satu sistem pemerintahan apapun yang sempurna.
Setiap masyarakat memiliki masalah yang berbeda serta kondisi sosial dan budaya
yang juga beragam. Semua faktor ini sangat mempengaruhi tingkat kemungkinan
berhasilnya suatu sistem di daerah tersebut. Suatu sistem mungkin saja bisa sukses
di suatu masyarakat namun gagal total di tempat lain. Begitu juga dengan dua
sistem yang telah dibahas di atas setiap sistem memiliki ciri tersendiri untuk
dijalankan disuatu daerah tertentu.

B. Saran
Dampak positif dan negatif dari kedua sistem yang telah dibahas sangat
bergantung pada nilai moral dari karakter setiap individu dalam masyarakat. Jika
nilai dalam diri masyarakat mengarah kepada kebaikan, maka dengan
menggunakan sistem apapun, akan memberikan dampak baik bagi masyarakatnya,
begitu pula sebaliknya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Nashir, Haedar. Pragmatisme Politik Kaum Elite. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
Azra, Azyumardi. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani. Jakarta:
ICCE UIN Jakarta, 2000.
Taupan, Muhammad. Demokrasi Pancasila. Jakarta: Sinar Grafika, 1989.
Munawwir, Ahmad Warison. Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997.
Nuruddin, Achmad Zain. Islam dan Demokrasi dalam Praktik Politik Indonesia.
Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011.

Anda mungkin juga menyukai