Anda di halaman 1dari 4

Nama: Muhammad Haris

NIM: 1021719003
Prodi: Teknik Kimia
Mata Kuliah: ASWAJA (Ahlussunnah Wal Jamaah)
Dosen Pemangku: Makhfud Syawaludin, S.pd
REVIEW JURNAL
AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH
1. Identitas Jurnal
Adapun identitas jurnal terebut adalah sebagai berikut:
1. Judul Jurnal : AHLU AL-SUNNAH WA AL-JAMAAH DALAM
PERSPEKTIF SAID AQIL SIRADJ
2. Penulis :Muhammad Endy Fadlullah
3. ISSN :2503-1481
4. Vol /No /Tahun :Volume 3 No: 1 Maret 2018
2. Inti Latar Belakang
Diskursus tentang Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah (Aswaja) masih sangat menarik
diperbincangkan dikalangan akdemisi. Istilah tersebut diperebutkan karena untuk
meneguhkan statusnya sebagai aliran terbaik dunia ahirat, karena hal tersebut
didukung oleh hadist Nabi yang menyatakan bahwa umat islam akan pecah menjadi
73 golonga dan hanya satu golongan yang selamat yaitu golongan Ahlu al-Sunnah wa
al-Jamaah. Karena, subtansi Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah yang masih kontroversial
dikalangan pemikir muslim, maka pada era modern para pemikir muslim harus harus
merekontruksi konsep Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah dan dari hal inilah yang
menggugah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj
untuk merekontruksi perihal tersebut. Konsep yang ada dikalangan mayoritas waraga
nahdliyin harus disesuaikan dengan tuntutan zaman, yang pada awalnya memahami
Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah secara tekstual maka pada sekarang harus memahami
secara konstektual dan sebagai solusi perihal tersebut Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah
membuka ruang seluas-luasnya agar aliran dan pemahaman yang beragam dapat
begabung dalam bingkai Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. Sebab munculnya Ahlu al-
Sunnah wa al-Jamaah sendiri diprakarsai oleh para tokoh yang berpikiran netral dan
moderat.
3. Inti Pembahasan
 Biografi Said Aqil Siradj
Beliau lahir pada 3 juli 1953dari pasangan Aqil Siradj dan Afifah Harun. Said
tumbuh dari keluarga religius berkultur pesantren, riwayat pendidikan Said:
1. dipesantren ayahnya dengan pola tradisional dan dia juga belajar secara formal
diSekolah Rakyat (SR).
2. pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri asuhan KH. Mahrus
Ali.
3. pondok pesantren al-Munawwir Krapyak jogjakarta asuhan KH. Ali Ma’sum.
4. Universitas King Abdul Aziz cabang Makkah bidang Pendidikan Ushuluddin
daan Dakwah.
5. Magister dan doktoral di Universitas al-Qurra jurusan Perbandingan Agama.
Setelah menyelesaikan program doktoralya ,Said diangkat menjadi wakil Katib Am
Syuriah di PBNU, namun selama kepengurusan Said sering berpendapat secara
kontoversial,akan tetapi saat diadakan foru tabayyun disitulah kecerdasan dan
keilmuan Said dalm Islam.Sehingga Pengurus Besar nahdlatul Ulama (PBNU)
perlu menggelar Halaqah khusus untuk merekontruksi pemahaman Ahlu al-Sunnah
wa al-Jamaah.
 Epistimologi Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah
Sebelum Rasulullah SAW meninggal dunia,beliau bersabda bahwa umat islam
akan pecah menjadi 73 golongan, dan dari sekian golongan tersebur hanya ada 1
golongan yang selamat dari api neraka, yaitu golongan yang disebut Ahlu al-
Sunnah wa al-Jamaah. Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah berasal dari tiga kata yaitu
Ahlu,Sunnah dan Jamaah. Ahlun berarti keluarga,famili atau kerabat,Sunnah
secara bahasa perikehidupan dan perilaku,dan Jamaah mengandung arti
sekelompok,kumpulan dan sekawan. Jadi, Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah
Merupakan aliran kalam yang memiki komitmen berpegang teguh pada hadist-
hadist Nabi sebagai reaksi terhadap aliran Mu’taziah yang kurang kuat berpegang
teguh pada hadist Nabi,dan merupakan mayoritas kaum muslimin,sedangkan Ahlu
al-Sunnah wa al-Jamaah meurut Said Aqil didefinisikan sebagai orang-orang yang
memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang
berlandaskan atas dasar-dasar moderasi,menjaga keseimbangan dan toleransi.
Sikap moderat Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah dapat kita lihat dalam pengambilan
hukum yang semata-mata menggunakan nash,namun juga memperhatikan posisi
akal, begittupun dalam berpikir yng konsisten menjembatani antara wahy dengan
akal.
 Sejarah Munculnya Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah.
Istilah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah tidak dikenal pada masa Nabi,para sahabat
bahkan tidak dikenal pada masa BaniUmayah. Kemunculan Ahlu al-Sunnah wa al-
Jamaah merupakan reaksi atas perpecahan dikalangan umat Islam. Setelah
terjadinya Tahkim antara kubu Ali bin Abi Thalib dengan Kubu Muawiyah ibnu
Abu Sufyan,faksi-faksi itu yang awalnya gerakan politi berubah menjadi gerakan
ideologis. Ditengah maraknya pertikaian didalam kubu berbagai firqah,muncullah
pemikiran sebagian tabiin yang sejuk,moderat ,tidak terlalu ekstrem dan tidak
mudah menuduh orang kafir yaitu dipelopori oleh Hasan Basri serta par tabiin
yang lain. Hal tersebutlah yang menjadi cikal bakal pemikiran Ahlu al-Sunnah wa
al-Jamaah yang kemudian sikap pemikiran tersebut diteruskan sampai Abu Hasan
al-Asyaari.
 Landasan Aqidah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah.
Dasar keyakinan aqidah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah harus dilandasi dalil yang
pasti dari al-Quran,Hadist,Ijma’ dan argumentasi akal yang sehat.
1. al-Quran
al-Quran adalah dalil yang yang membenarkan risalag Nabi Muhammad SAW.
2. Hadist
Hadist adalah dasar kedua dalam penetapan aqidah-aqidah dalam islam. Dan hanya
hadist yang mencapai derajat tertinggi yang dapat dijadikan nash dan dibawahnya
hadist masyur dan dibawah hadist masyur tidak dapat dijadikan argumentasi dalam
menetapkan sifat-sifat Allah SWT.
3. Ijma’
Ijma’ ulama yang mengikuti ahlu al-haq.
4. Akal
Dalam al-Quran Allah SWt mendorong hambanya agar senantiasa merenungkan
semua yang ada,agar menghantarkan terhadapan kenyakinan atas kekuasaan Allah
SWT.
 Pandangan Said Aqil Siradj tentang Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah.
Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah dalam perspektif NU menegaskan bahwa Nahdlatul
Ulama sebagai jam’iyah diniyah islamiyah berakidah islam menurut paham Ahlu
al-Sunnah wa al-Jamaah dan mengikuti salah satu mahdzab empat, dan pernyataan
tersebut dirinci dengan tambahan dalam bidang aqidah Nahdlul Ulama mengikuti
paham Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah yang dipelopori Imam Abu Hasan al-Asyari
dan Imam Abu Mansur al-Maturidi,dalam bidang fiqih Nahdlatul Ulama
mengikuti salah satu dari mahdzab empat dan dalam bidang tasawuf Nahdlatul
Ulama mengikuti Imam Junaid al-Bagdadi dan Imam Ghozali.
1. Bidang Aqidah
Pilar-pilar Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah dalam bidang aqidah,pilar Pertama
adalah ketuhanan yang mengupas tentang eksitensi Allah SWT dialam semesta.
Pilar kedua adalah kenabian yang menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan
wahyu kepada para Nabi dan Rasul sebagai utusanya. Pilar ketiga adalah al-
Ma’ad yaitu keyakinan bahwa Allah akan membangkitkan manusia dari
kubur,lalu memasuki hari Kiamat.
2. Bidang Sosial Politik
Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah Memberikan prinsip-prinsip yang ahrus dimiliki
negara:
a. Prinsip Syura (musyawarah)
b. Prinsip al-Adl (keadilan)
c. Prinsip al-Hurriyah (kebebasan dalam melaksanakn hak-hak)
d. Prinsip al-Musawah (kesetaraan derajat)
3. Bidang Istinbath al-Hukm (pengadilan hukum)
Pemahaman Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah sebagai metode berpikir bukan
mahdzab harus menjadi titik awal kerangka berpikir dalam menggali hukum
dengan menggunakan metode yang bersifat tawasuth,tawazun dan tasamuh dan
mencari jalan tengah yang dapat diterima oleh sebagian besar golongan dengan
adanya pemahaman tersebut keberagaman mahdzab dalam fiqih mudah
terwadai atau mudah dimengerti.
4. Bidang Tasawuf
Tasawuf dibagi menjadi dua yaitu tasawuf sunni (amali) dan tasawuf falsafi.
Tasawuf sunni adalah tasawuf yang memiliki karakter dinamis karena selalu
mendahulukan syariat,sedangkan tasawuf falsafi adalah tasawuf yang
konteknya telah memasuki wilayah ontologi yakni berhubungan Allah SWT
dengan alam semesta.
 Analisis Konsep Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah Said Aqil Siradj.
Said Aqil Siradj memberkan batasan-batasan dalam mengkategorikan aliran-
aliran atau seseorang masuk dalam kategori Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah atau
tidak. Menurut Said Aqil Siradj Syiah Imamiyah sebagai sebuah aliran memiliki
kesamaan dalam hal prinsip yang dianutnya,dalam Syiah Imamiyah disebut
dengan (Ushul Khmsah) Syiah Imamiyah atau biasa disebut rukun iman
Syiah,yang berisi: ketuhanan (tahid),kenabian (nubuwat),kepemimpinan
(imamah),keadilan (al-adlu) dan hari akhir (al-ma’d). Selanjutnya, Mu’tazilah
sebagai aliran yang menjadi sorotan dalam sejarah Islam berkat kontribusi yang
besar dalam bidang ilu pengetahuan, inilah mungkin yang menjadikan Said Aqil
memasukkan Mu’tazilah sebagai golongan Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah, yang
mana secara aqidah Mu’tazilah dianggap masih masih masuk dalam bingkai
Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah karena memiliki lima dasar yang sama (Ushul
Khomsah): ketuhanan (tauhid), kenabian (nubuwat),temapat diantara dua tempat
(manzilatun bainal manzilataini),keadilan (al-adlu) dan hari akhir (al-ma’d),dan
Said Aqil menolak dengan tegas paham Salafi-Wahabi sebagai bagian dari Ahlu
al-Sunnah wa al-Jamaah.
4.Kesimpulan
Dari jurnal tersebut saya dapat mengambil kesimpulan bahwa Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah
bukanlah suatu aliran melaikan sebagai Manhaju al-Fikr dikalangan umat Islam agar
masyarakat islam memiliki pemikiran yang moderat dan tidak terlalu ekstrem dalam
menyingkapi suatu hal, karena Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah adalah jalur tengah didalam
mengahadapi suatu permasalahan, sehingga suatu permasalahan dapat dapat diketahui jalan
keluarnya tanpa melakukan suatu tindakan ekstrem dalam menyingkapinya.

Anda mungkin juga menyukai