Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri proses. Pada
kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor, untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama
yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila
pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan jalan
pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm.
Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara
alami. Dengan demikian, Pada pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus
dikeluarkan. Pada penguapan dan pada umumnya juga pada pelarutan, kalor harus
dimasukkan. Hukum alam menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang suhunya berbeda
disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini disebut sebagai perpindahan
Kalor (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik (engineering), Analisa perpindahan Kalor
dapat digunakan untuk menaksir biaya, kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan
untuk memindahkan sejumlah Kalor tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel,
pemanas, mesin pendingin, dan penukar Kalor tergantung tidak hanya pada jumlah Kalor
yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju perpindahan Kalor pada kondisi-
kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik komponen-komponen peralatan, seperti
misalnya sudu-sudu turbin atau dinding ruang bakar, tergantung pada kemungkinan
pendinginan logam-logam tertentu dengan membuang Kalor secara terus menerus pada laju
yang tinggi dari suatu permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik,
transformator dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan Kalor untuk menghindari
konduksi-konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan merusakan
peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa dalam hampir tiap cabang keteknikan
dijumpai masalah perpindahan Kalor yang tidak dapat dipecahkan dengan penalaran
termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada ilmu perpindahan
Kalor.
1.2 Tujuan
Menentukan jenis-jenis perpindahan Kalor dan aplikasi perpindahan Kalor dibidang teknik
kimia.
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis perpindaham Kalor dan pengaplikasian perpindahan
Kalor dibidang teknik kimia.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalor
Apa itu kalor? Untuk apa kita mempelajari kalor? Apakegunaan kalor dalam kehidupan
sehari-hari? Seberapapenting bahasan kalor bagi kehidupan manusia?Misteri dan pertanyaan
tentang kalor tidak kali ini sajaterjadi, tapi jauh pada abad 18 hingga 19 masih merupakan
suatu pertanyaan yang perlu mendapat penjelasan yanglogis dan rasional, guna menyingkap
tabir pemahamantentang kalor.
2.2 Pemahaman Tentang Kalor
Dari awal abad 18 hingga 19 Masehi, kalor masih diyakini oleh sebagian orangsebagai suatu
fluida yang disebut kalorik. Fluida ini dapat berpindah dari suatu zat ke zatyang lainnya. Arah
perpindahan itu adalah dari zat yang bersuhu tinggi ke zat yang bersuhurendah. Kalor adalah
suatu bentuk energi. Istilah kalor berasal dari Caloric, pertama kalidiperkenalkan oleh A.L.
Lavoiser seorang ahli kimia dari Perancis. Oleh para ahli kimia dan fisika kalor dianggap
sejenis zat alir yang tidak terlihat oleh manusia, berdasarkanitulah satuan kalor ditetapkan
dengan nama kalori disingkat kal. Kalori didefinisikan :Satu kalori (kal) adalah banyaknya
kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gr air sehingga suhunya naik 1ºC. Sedang
pengertian suhu adalah ukuran derajat Kalor dinginnya suatu benda. Suhuumumnya diukur
dengan alat ukur suhu berupa termometer. Adapun syarat terjadinya perpindahan kalorik ini
adalah adanya sentuhan kedua benda yang berbeda suhu. Fluida kalorik ini akan berpindah
dari zat yang bersuhu tinggi kezat yang bersuhu rendah, hingga tercapai suatu kesamaan suhu
antara kedua benda yang disebut dengan kesetimbangan termal.
Hingga pertengahan abad ke 18 pengertian kalor sebagai suatu fluida masih mengemuka
dimasyarakat, bahkan pengertian kalor semakin rancu dengan pengertian suhu,yang
sesungguhnya memang berbeda. Kalor adalah fluida atau zat alir, dan suhu adalahderajat
Kalor atau dinginya suatu benda yang diukur dengan termometer. Namun pendapat tersebut
berubah, ketika seorang bernama Benjamin Thompsonmenyatakan bahwa kalor bukanlah
suatu fluida kalorik tetapi dihasilkan oleh usaha yangdilakukan oleh kerja mekanis.
Percobaan Joule :
Pemikiran bahwa kalor bukanlah suatu fluida, namun dihasilkan dari suatu usahayang berarti
berhubungan dengan energi, maka Prescot Joule melakukan percobaan untuk menghitung
besar energi mekanik yang ekuivalen dengan kalor sebanyak 1 kalori.Percobaan joule adalah
dengan menggantung beban pada suatu kontrol yangdihubungkan dengan kincir yang dapat
bergerak manakala beban bergerak. Kincir tersebutdimasukkan kedalam air. Akibat gerakan
kincir tersebut, maka suhu air akan berubah naik Penurunan ketinggian beban dapat
menunjukkan adannya perubahan energi potensial gravitasi pada beban. Jika beban turun
dengan kecepatan tetap, maka dapat dikatakan tidak terdapat perubahan energi kinetic pada
beban, sehingga seluruh perubahanenergi potensial dari beban akan berubah menjadi energi
kalor pada air.Berdasarkan teori bahwa terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi
energikalor, maka diperoleh suatu nilai tara mekanik kalor, yaitu ekuivalensi energi mekanik
menjadi energi kalor.1 joule = 0,24 kalori1 kalori = 4, 18 joule.

2.3 Kapasitas Kalor (C) dan Kalor Jenis (c)


Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diperlukan suatu zat untuk menaikkansuhu zat
sebesar 1°C. Jika sejumlah kalor Q menghasilkan perubahan suhu sebesar ∆t, makakapasitas
kalor dapat dirumuskan: C=Q/Δt
Dengan keterangan:
C= kapasitas kalor (Joule / K atau kal / K)
Q= kalor pada perubahan suhu tersebut (J atau kal)
∆t= perubahan suhu (K atau°C)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan zat sebesar 1 kg untuk mengalami
perubahan suhu sebesar 1 K atau 1°C.
Kalor jenis merupakan karakteristik termal suatu benda, karena tergantung dari jenis benda
yang diKalorkan atau didinginkan,serta dapat dinyatakan dalam persamaan :c=C/m atau c=
Q/m∆t
Dengan keterangan:
C = kalor jenis (J/kg.K atau J/kg.°C)
C =kapasitas kalor (Joule/K atau kal/K)Q: kalor pada perubahan suhu tersebut (J atau kal)
∆t= perubahan suhu (K atau°C)
M= massa benda (kg)
2.4 Pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud zat
Adanya pengertian, bahwa kalor bukanlah aliran fluida, melainkan merupakan suatu bentuk
energi, yang dapat diperoleh dari perubahan energi mekanik, maka akan kita perhatikan
apakah kalor tersebut akan mempengaruhi suatu benda atau temperatur darisuatu benda atau
zat.Apabila suatu benda diberikan kalor, maka pada zat tersebut dapat terjadi perubahan
seperti :
 Terjadi pemuaian
 Terjadi perubahan wujud
 Terjadi kenaikan suhu
Adanya pengaruh kalor terhadap perubahan wujud atau suhu,diteliti lebih lanjut oleh Joseph
Black.Beberapa hal yang dikemukakan oleh Joseph Black berkaitan dengan perubahansuhu
benda, ternyata dapat digunakan untuk menentukan besar kalor yang diserap oleh suatu zat.
2.5 Pemuaian
Pemberian kalor pada sustu zat selain dapat menaikkan ataumenurunkan suhu zat, dapat juga
merubah wujud suatu zat, atau menyebabkan benda mengalami pemuaian.Umumnya semua
zat akan memuai jika ia mengalami kenaikan suhu, kecuali beberapa zat yang mengalami
penyusutan saat terjadi kenaikan suhu, padasuatu interval suhu tertentu. Kejadian penyusutan
wujud zat saat benda mengalamikenaikan suhu disebut anomali,seperti terjadi pada air. Air
saat diKalorkan darisuhu 0°C menjadi 4°C justru volumenya mengecil, dan baru setelah
suhunyalebih besar dari 4°C volumenya membesar.
 Pemuaian Panjang (Linier)
Suatu batang panjang mula-mula lo diKalorkan hingga bertambah panjang Δl, bila perubahan
suhunya Δt maka,α = 1/lo.Δt/Δl
Δl = αlo.Δt
Α = koefisien muai panjang suatu zat ( per °C )
Sehingga panjang batang suatu logam yang suhunya dinaikkan sebesar Δtakan menjadi
Lt= lo+ Δl
Lt= lo( l + α . Δt )
 Pemuaian Bidang ( Luas )
Suatu bidang luasnya mula-mula Ao, terjadi kenaikkan suhu sebesar Δt sehingga bidang
bertambah luas sebesar ΔA, maka dapat dituliskan :β = 1/Ao. ΔA / Δt
ΔA = Aoβ Δt
Β = Koefisien muai luas suatu zat ( per °C ) dimana β = 2 α
Sehingga luas bidang yang suhunya dinaikkan sebesar t akan menjadi At= Ao+ ΔA
At= Ao( 1 + β Δt )
 Pemuaian Ruang ( volume )
Volume mula-mula suatu benda Vo, kemudian diKalorkan sehinggasuhunya naik sebesar Δt,
dan volumenya bertambah sebesar ΔV ini dapatditunjukkan dalam rumus :γ = 1/Vo. ΔV/Δt
ΔV = γ . Vo. Δt
Γ = koefisien muai ruang suatu zat ( per °C )γ = 3 αsehingga persamaan volumenya menjadi
Vt= Vo+ Δt
Vt= Vo( 1 + γ . Δt)
2.6 Kalor Laten
Ketika sejumlah kalor diterima atau dilepas oleh suatu zat, maka ada dua kemungkinan yang
terjadi pada suatu benda, yaitu benda akan mengalami perubahan suhu, atau mengalami
perubahan wujud. Kenaikan suhu suatu benda dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan yangmengkaitkan dengan kalor jenis atau kapasitas kalor. Sedangkan pada saat
benda mengalami perubahan wujud, maka tidak terjadi perubahan suhu, namun semua kalor
saat itu digunakan untuk merubah wujud zat,yangdapat ditentukan dengan persamaan yang
mengandung unsur kalor laten.
Besar kalor laten yang digunakan untuk mengubah wujud suatu zat dirumuskan :
Q = m.L
Dengan keterangan:
Q: kalor yang diterima atau dilepas (Joule atau kal)
M: massa benda (kg atau gram)
L: kalor laten (J/kg atau kal/gr)(kalor uap atau kalor lebur)
Adanya kalor laten berupa kalor lebur dan kalor didih sangat sering dijumpai
dalamkehidupan, seperti meleburnya es cream pada suhu normal, atau mendidihnya air
sebelumdikonsumsi untuk kehidupan sehari-hari.Perubahan wujud ini dapat dijelaskan
dengan teori kinetik, yang menyatakan bahwasaat mencapai titik lebur atau titik didih,
kecepatan getar zat akan bernilai maksimum,sehingga kalor yang diterima tidak digunakan
untuk menambah kecepatan, namundigunakan untuk melawan gaya ikat antar molekul zat.
Sehingga saat molekul-molekul itudapat melepaskan ikatannya, maka zat akan berubah
wujud melebur atau mendidih.
2.7 Perubahan Suhu
Suhu merupakan suatu istilah yang dipakai untuk membedakan Kalor dinginnyasuatu benda.
Misalnya benda Kalor akan dikatakan mempunyai suhu tinggi dan bendadingin mempunyai
suhu yang rendah.Zat cair yang biasanya dipakai untuk mengisi termometer adalah air raksa.
Suhu dapat diukur dengan termometer. Kebaikan air raksa dari zat cair lainnya yaitu :
Air raksa dapat cepat mengambil Kalor benda yang diukur sehingga suhunya sama dengan
suhu benda yang diukur tersebut.
Dapat dipakai untuk mengukur suhu benda dari yang rendah sampai yang tinggi,karena air
raksa punya titik beku –39°C dan titik didih 357°C.
Tidak dapat membasahi dinding tabung, sehingga pengukurannya dapat lebih
teliti.d.Pemuaian dari air raksa adalah teratur.e.Mudah dilihat, karena air raksa
mengkilat.Selain air raksa dapat juga digunakan alkohol untuk mengisi tabung
termometer.Alkohol mempunyai titik rendah / beku –114°C dengan titik didih 78°C.
Termometer ada berbagai macam menurut fungsinya, yaitu :
 Termometer suhu badan
 Termometer udara
 Termometer logam
 Termometer maximum dan minimum
 Termograf untuk terminologi
 Termometer digital
2.8 Perpindahan Kalor
 Konduksi (hantaran)
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai
partikel-partikel zat tersebut. Sehingga kalor dipindahkan melalui tumbukan dari satu partikel
ke partikel lain yang berada di dekatnya. Konduksi biasa terjadi pada benda padat, karena
ikatan antar partikelnya yang kuat menyebabkan partikel tidak mudah bergerak bebas. .
H adalah perpindahan Kalor dan merupakan gradien suhu kearah perpindahan Kalor.
Konstanta positif k disebut konduktivitas atau kehantaran termal (thermal konductivity)
benda itu, A adalah luas permukaan, sedangkan tanda minus diselipkan agar memenuhi
hukum kedua termodinamika, yaitu bahwa Kalor mengalir dari suhu tinggi ke suhu yang
lebih rendah.

NILAI KONDUKTIVITAS TERMAL (k) BERBAGAI BAHAN PADA SUHU 0° C


Bahan W/m x °C Btu/h x ft x °F
 Logam
Perak (murni) 410 237
Tembaga (murni) 385 223
Aluminium (murni) 202 117
Nikel (murni) 93 54
Besi (murni) 73 42
Baja karbon, 1% C 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
Baja krom-nikel 16,3 9,4
(18% Cr, 8% Ni)
 Bukan Logam
Kuarsa (sejajar sumbu) 41,6 24
Magnesit4,15 2,4
Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu mapel atau ek 0,17 0,096
Serbuk gergaji 0,059 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Zat cair
Air-raksa 8,21 4,74
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak Lumas, SAE 50 0,147 0,085
Freon 12,CCl2 F2 0,073 0,042
Gas
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air (jenuh) 0,0206 0,0119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844
2.9 Perpindahan Kalor konduksi dan difusi energi akibat aktivitas molekul
Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus listrik dengan sempurna (logam)
merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan sebaliknya. Selanjutnya bila
diandaikan sebatang besi atau sembarang jenis logam dan salah satu ujungnya diulurkan ke
dalam nyala api. Dapat diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan dari ujung yang Kalor ke
ujung yang dingin. Apabila ujung batang logam tadi menerima energi kalor dari api, energi
ini akan memindahkan sebahagian energi kepada molekul dan elektron yang membangun
bahan tersebut. Moleku1 dan elektron merupakan alat pengangkut kalor di dalam bahan
menurut proses perpindahan kalor konduksi. Dengan demikian dalam proses pengangkutan
kalor di dalam bahan, aliran elektron akan memainkan peranan penting .
Persoalan yang patut diajukan pada pengamatan ini ialah mengapa kadar alir energi kalor
adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan juga atom di dalam setiap
bahan adalah berbeda.
Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat, berbeda dengan satu bahan
berfasa gas seperti udara. Molekul udara adalalah renggang seka1i. Tetapi dibandingkan
dengan bahan padat seperti kayu, dan besi , maka molekul besi adalah lebih rapat susunannya
daripada molekul kayu. Bahan kayu terdiri dari gabungan bahan kimia seperti karbon, uap
air, dan udara yang terperangkat. Besi adalah besi. Kalaupun ada bahan asing, bahan kimia
unsur besi adalah lebih banyak.
 Perpindahan Kalor Dengan Cara Konveksi
Yang dimaksud dengan konveksi ialah pengangkutan ka1or oleh gerak dari zat yang
diKalorkan. Proses perpindahan ka1or secara aliran/konveksi merupakan satu fenomena
permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam proses ini struktur
bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan keadaan sekelilingnya serta
kedudukan permukaan itu adalah yang utama. Lazimnya, keadaan keseirnbangan
termodinamik di dalam bahan akibat proses konduksi, suhu permukaan bahan akan berbeda
dari suhu sekelilingnya. Dalam hal ini dikatakan suhu permukaan adalah T1 dan suhu udara
sekeliling adalah T2 dengan Tl>T2. Kini terdapat keadaan suhu tidak seimbang diantara
bahan dengan sekelilingnya.
Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara pengangkutan
kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang
mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada
pemanasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan diKalorkan tidak sekaligus di bawa
kesuhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama
diKalorkan memperoleh masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa yang lebih dingin.
Sebagai akibatnya terjad sirkulasi, sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh zat.

Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke sekelilingnya
dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida melibatkan pengangkutan
masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan permukaan bahan yang Kalor, suhu
fluida akan naik. Gerakan fluida melibatkan kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan
aliran momentum. Jadi masa fluida yang mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan
mempunyai momentum yang juga tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan
masanya akan bertambah. Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini fluida
menerima energi kalor. Fluida yang Kalor karena menerima kalor dari permukaan bahan akan
naik ke atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida
yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan yang
kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat asalnya.
Kekosongan ini diisi pula oleh masa fluida bersuhu renah yang lain.
Perpindahan Kalor konveksi
(a) Konveksi paksa,
(b) Konveksi alamiah,
(c) Pendidihan
(d) Kondensasi
Proses ini akan berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses konduksi dan konveksi,
faktor yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah
perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil terma akan
terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan kalor. Dalam
pengamatan proses perpindahan kalor konveksi, masalah yang utama terletak pada cara
mencari metode penentuan nilai h dengan tepat. Nilai koefisien ini tergantung kepada banyak
faktor. Jumlah kalor yang dipindahkan, bergantung pada nilai h.
Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang mendoromg fluida bergerak,
maka proses perpindahan ka1or berlaku.
Sedangkan bila kecepatan medan dipengaruhi oleh unsur luar seperti kipas atau peniup, maka
proses konveksi yang akan terjadi merupakan proses perpindahan kalor konveksi paksa. Yang
membedakan kedua proses ini adalah dari nilai koefisien h-nya.
 Perpindahan Kalor Dengan Cara Radiasi
Yang dimaksud dengan pancaran (radiasi) ialah perpindahan kalor melalui gelombang dari
suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti
setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi terjadi dengan
perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat dua teori yang berbeda untuk
menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi. Semua bahan pada suhu mutlak tertentu
akan menyinari
Sejumlah energi kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula
energi kalor yang disinarkan. Proses radiasi adalah fenomena permukaan. Proses radiasi tidak
terjadi pada bagian dalam suatu bahan. Tetapi suatu bahan apabila menerima sinar, maka
banyak hal yang boleh terjadi. Apabila sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan,
sebagian akan dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan sebagian akan
menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi dalam mempelajari perpindahan kalor radiasi akan
dilibatkan suatu fisik permukaan.
Rumus untuk perpindahan Kalor secara radiasi menerapkan hukum Stefan yaitu:
Keterangan:
Persamaan diatas disebut hukum stefan-boltzman tentang radiasi termal dan berlaku hanya
untuk radiasi benda hitam saja. Benda hitam adalah benda yang memancarkan energi
menurut hukum .
Bahan yang dianggap mempunyai ciri yang sempurna adalah jasad hitam. Disamping itu,
sama seperti cahaya lampu, adakalanya tidak semua sinar mengenai permukaan yang dituju.
Jadi dalam masalah ini kita mengenal satu faktor pandangan yang lazimnya dinamakan faktor
bentuk. Maka jumlah kalor yang diterima dari satu sumber akan berbanding langsung
sebahagiannya terhadap faktor bentuk ini. Dalam pada itu, sifat terma permukaan bahan juga
penting. Berbeda dengan proses konveksi, medan aliran fluida disekeliling permukaan tidak
penting, yang penting ialah sifat terma saja. Dengan demikian, untuk memahami proses
radiasi dari satu permukaan kita perlu memahami juga keadaan fisik permukaan bahan yang
terlibat dengan proses radiasi yang berlaku.
Perpindahan Kalor radiasi
(a) Pada permukaan
(b) Antara permukaan dan lingkungan
Proses perpindahan kalor sering terjadi secara serentak. Misalnya sekeping plat yang dicat
hitam. Lalu dikenakan dengan sinar matahari. Plat akan menyerap sebahagian energi
matahari. Suhu plat akan naik ke satu tahap tertentu. Oleh karena suhu permukaan atas naik
maka kalor akan berkonduksi dari permukaan atas ke permukaan bawah. Dalam pada itu,
permukaan bagian atas kini mempunyai suhu yang lebih tinggi dari suhu udara sekeliling,
maka jumlah kalor akan disebarkan secara konveksi. Tetapi energi kalor juga disebarkan
secara radiasi. Dalam hal ini dua
Hal terjadi, ada kalor yang dipantulkan dan ada kalor yang dipindahkan ke sekeliling.
Berdasarkan kepada keadaan terma permukaan, bahan yang di pindahkan dan dipantulkan ini
dapat berbeda. Proses radiasi tidak melibatkan perbedaan suhu. Keterlibatan suhu hanya
terjadi jika terdapat dua permukaan yang mempunyai suhu yang berbeda. Dalam hal ini,
setiap permukaan akan menyinarkan energi kalor secara radiasi jika permukaan itu bersuhu T
dalam unit suhu mutlak. Lazimnya jika terdapat satu permukaan lain yang saling berhadapan,
dan jika permukaan pertama mempunyai suhu T1 mutlak sedangkan permukaan kedua
mempunyai suhu T2 mutlak, maka permukaan tadi akan saling memindahkan kalor .
Selanjutnya juga penting untuk diketahui bahwa :
Kalor radiasi merambat lurus.
Untuk perambatan itu tidak diperlukan medium (misalnya zat cair atau gas).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang mengalir dari suatu zat ke zat yang lain
akibat adanya perbedaan suhu, tentunya dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah.
Karena suhu benda sebanding dengan kandungan kalor yang dimilikinya, yakni energi gerak
atom atau molekul yang dapat terdiri dari translasi, rotasi, maupun vibrasi (Ishaq, 2007:
236). Satuan untuk menyatakan kalor adalah Joule (J) atau Kalori (kal). Joule menyatakan
satuan usaha atau energi. Satuan Joule merupakan satuan kalor yang umum digunakan dalam
fisika. Sedangkan Kalori menyatakan satuan kalor. Kalori (kal) merupakan satuan kalor yang
biasa digunakan untuk menyatakan kandungan energi dalam bahan makanan. Perpindahan
kalor dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1) Konduksi Konduksi Adalah proses perpindahan kalor yang terjadi tanpa disertai dengan
perpindahan, partikel-partikel dalam zat itu.
2) Konveksi Konveksi Adalah proses perpindahan kalor yang terjadi yang disertai dengan
perpindahan pergerakan fluida itu sendiri.
3) Radiasi Radiasi Adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
3.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini saya sadar bahwasanya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi materi
pembahasan maupun ejaan kata, maka dari itu saya mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun dari pembaca agar di kemudian hari saya dapat menyusun makalah lebih
baik lagi. Harapan kami semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan anda
mengenai Kalor.

DAFTAR PUSTAKA
Kreith,Frank dan Arko prijono.prinsip-prinsip perpindahan Kalor.Edisi ketiga.
Erlangga:Jakarta.1997.
Holman, J.P., dan jasjfi.Perpindahan Kalor.Edisi keenam.Erlangga:Jakarta.1997
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John Wiley &
Sons, 2002.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1950.
McCabe, Smith dan Harriots, Unit Operations in Chemical Engineering, Mc Graw Hill,1985.
Holman, J.P., Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1987.
http://ITB Central Library.com
http://E-Learning USU-inherent/perpindahan Kalor.html

Anda mungkin juga menyukai