Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan manusia selama ini tidak bisa terlepas dari suhu dan kalor.
Dalam kehidupan manusia yang selalu berhubungan kalor sebagai alat untuk menjaga
kestabilan manusia dalam menjalankan kehidupanya di muka bumi ini. Dialam modernisasi
seperti ini aplikasi kalor dibidang teknologi mungkin tidak sulit anda temukan bahkan juga
mungkin terdapat dirumah anda, yaitu lemari es, suatu mesin yang diantaranya mengubah
suatu air menjadi es. Aplikasi perpindahan kalor dapat anda jumpai pada sirkuilasi udara di
pantai. Pada siang hari bertiup angin dari laut menuju darat, disebut angin laut. Begitu pula
sebaliknya pada malam hari bertiup angin dari darat menuju laut. Bagaimana air biasa
menjadi es? Mengapa air laut bertiup siang hari dan angin darat bertiup malam hari? Hal-hal
tersebut merupakan bagian-bagian daripada suhu dan kalor.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan suhu ?
2. Bagaimana cara mengkonversi satuan suhu ?
3. Apa yang dimaksud dengan panas ?
4. Bagaimana cara menerapkan Asas Black dalam perhitungan ?
5. Bagaimana pemanfaatan kalor dan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari - hari?
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang suhu dan panas
2. Mahasiswa dapat mengkonversi satuan suhu
3. Mahasiswa dapat menerapkan Asas Black dalam perhitungan
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pemanfaatan kalor dan perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SUHU
2.1.1. Pengertian Suhu
Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda. Suhu adalah besaran termodinamika yang menunjukkan besarnya energi kinetik
translasi rata-rata molekul dalam sistem gas, suhu diukur dengan menggunakan termometer
(kamus kimia : balai putaka : 2002).
Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dingin memiliki
suhu yang rendah. Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Pada saat
kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda pada suhu tertentu, beberapa sifat fisik
benda tersebut berubah. Sifat-sifat benda yang bisa berubah akibat adanya perubahan suhu
disebut sifat termometrik. Sebagai contoh, ketika kita memanaskan sebuah besi atau
alumunium maka akan terjadi proses pemuaian pada besi tersebut. Ketika kita mendinginkan
air sampai pada suhu dibawah nol derajat maka air tersebut akan membeku.
2.1.2. Alat Pengukuran Suhu
Alat untuk pengukur suhu disebut Termometer. Termometer pertama kali dibuat oleh
Galileo Galilei (1564-1642). Termemoter ini disebut termometer udara. Termometer udara
terdiri dari sebuah bola kaca yang dilengkapi dengan sebatang pipa kaca yang panjang pipa
tersebut dicelupkan kedalam cairan berwarna. Jika bola kaca dipanaskan, udara didalam pipa
akan mengembang sehingga udara keluar dari pipa. Namun ketika bola didinginkan udara
didalam pipa menyusut sehingga sebagian air naik kedalam pipa. Termometer udara peka
terhadap perubahan suhu sehingga udara saat itu segera dapat diketahui.
Termometer dibuat berdasarkan prinsip perubahan volume. Thermometer yang
tabungnya diisi dengan raksa disebut thermometer raksa. Thermometer raksa dengan skala
Celcius adalah thermometer yang umum dijumpai dalam keseharian.

2.1.2. Skala Suhu


Berikut ini skala suhu diantaranya :
a. Skala Celcius
Andrea Celcius seorang sarjana kebangsaan swedia yang menemukan system skala
suhu celcius. Skala celcius dibuat berdasarkan pada titik beku air pada 0 o C dan titik didih
air 100oC.
b. Skala Reamur
Nama reamur diambil dari nama Ren Antoine Ferchault de Reaumur (Perancis).
Reamur mengusulkan suhu titik beku air pada suhu 0oC dan titik didihnya 80oC.
c. Skala Fahrenheit
Skala Fahrenheit banyak digunakan di Amerika Serikat. Skala ini ditemukan oleh
ilmuan Jerman Bernama Gabriel Fahrenheit. Skala Fahrenheit menggunakan campuran
antara es dan garam dengan titik beku air bernilai 32oF dan titik didihnya 212oF.
d. Skala Kelvin
Skala Kelvin ditemukan oleh Lord William Thompson Kelvin dari Inggris, ia
menetapkan apa yang disebut 0o mutlak (0o Kelvin). Nol mutlak ini adalah suhu ketika
partikel berhenti bergerak sehingga tidak ada panas yang terdeteksi karena kalor yang ada
sebanding dengan energi kinetic yang diperlukan partikel. Suhu mutlak (0oK) kalau
dikonversi ke celcius menjadi -273,15oC. Titik beku air 273oK dan titk didih air 373oK.
2.1.4. Konversi Satuan Suhu
Konversi satuan adalah mengubah satuan ke satuan lainnya tanpa mengubah nilai
sebenarnya. Misalnya : berat benda 1 kg dikonversi ke satuan gram menjadi 1000 gram.
Benda tersebut tidak mengalami perubahan berat sebenarnya, yang berubah hanya satuannya
saja.
Sebelum mengkonversi satuan suhu, kita harus mengetahui perbandingannya. Pada
skala Celcius terdapat 100 skala, pada skala Farenheit terdapat 180 skala, dan pada skala
Reamur terdapat 80 skala. Perbandingan skala tersebut adalah

C :F :R = 5 : 9 : 4
Celcius : Reamur : Fahrenheit = 5 : 4 : 9 (+32 atau -32)
Cara mengkonversi :
a. Konversi celcius ke reamur dan reamur ke celcius :
3

Suhu dalam celcius = 4/5 suhu dalam reamur.


Contoh :

Jika suhu pada termometer celcius 40C,


maka suhu dalam reamur = 4/5 x 40C = 32R.
Jika suhu dalam reamur 40R,
maka suhu dalam celcius = 5/4 x 40 R = 50C.

b. Konversi celcius ke kelvin dan sebaliknya kelvin ke celcius :

Jika suhu dalam celcius 30C


maka suhu dalam kelvin = 273 + 30 = 303 K
Jika suhu dalam kelvin 355 K,
maka suhu dalam celcius = 355 - 273 = 82C

c. Konversi celcius ke fahrenheit dan fahrenheit ke celcius :


Jika suhu dalam celcius 30C,
maka suhu dalam fahrenheit = (9/5 x 30) + 32 = 54 + 32 = 86F
Jika suhu dalam fahrenheit 86F,
maka suhu dalam celcius = 5/9 x (86 -32) = 5/9 x 54 = 30C
d. Konversi reamur ke fahrenheit (beserta sebaliknya), reamur ke kelvin (beserta sebaliknya),
dan konversi fahrenheit ke kelvin (beserta sebaiknya), agar mudah suhu diubah dulu menjadi
celcius kemudian baru dikonversi menjadi satuan yang diinginkan.
Untuk

mengubah

derajat satu

skala menjadi

derajat skala

yang

bisa menggunakan rumus :


Suhu Diketahui Diubah Ke
o
o
C
F
o
o
F
C
o
o
C
R
o
o
R
C
o
o
R
F
o
o
F
R
o

2.2.

Rumus Yang Digunakan


o
F = oC + 32
o
C = (oF 32)
o
R = oC
o
C = oR
o
F = oR + 32
o
R = (oF 32)

C = oK 273

K = oC + 273

KALOR

2.2.1. Pengertian Panas atau Kalor


4

lain

juga

Panas atau kalor adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Panas bergerak
dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah. Setiap benda memiliki energi dalam
yang berhubungan dengan gerak acak dari atom-atom atau molekul penyusunnya.
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan
benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu
adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah
panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda.
2.2.2. Satuan kalor
Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia perancis
yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743 - 1794). Kalor memiliki satuan Kalori (kal)
dan Kilokalori (Kkal). 1 Kal sama dengan jumlah panas yang dibutuhkan untuk memanaskan
1 gram air naik 1 derajat celcius.
Satuan untuk menyatakan kalor adalah Joule (J) atau Kalori (kal). Joule menyatakan
satuan usaha atau energi. Satuan Joule merupakan satuan kalor yang umum digunakan dalam
fisika. Sedangkan Kalori menyatakan satuan kalor. Nilai 1 kalori (1 kal) adalah banyaknya
kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg air agar suhunya naik 1C. Hubungan satuan
kalori dengan joule adalah :
1 kal = 4,2 J atau 1 J = 0,24 kal
2.2.3. Pengaruh Energi Panas
a. Kalor dapat Mengubah Suhu Benda
Apa yang terjadi apabila dua zat cair yang berbeda suhunya dicampur menjadi satu?
Bagaimana hubungan antara kalor terhadap perubahan suhu suatu zat? Adakah hubungan
antara kalor yang diterima dan kalor yang dilepaskan oleh suatu zat? Semua benda dapat
melepas dan menerima kalor. Benda-benda yang bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya
akan cenderung melepaskan kalor. Demikian juga sebaliknya benda-benda yang bersuhu
lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung menerima kalor untuk menstabilkan kondisi
dengan lingkungan di sekitarnya. Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut melepas atau
menerima kalor. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kalor dapat mengubah
suhu suatu benda.

Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang yang diperlukan oleh suatu zat
bermassa 1 kg untuk menaikkan suhu 1 C. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200 J/kg C,
artinya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 C adalah 4.200 J.
Kalor jenis suatu zat dapat diukur dengan alat kalorimeter.
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu suatu benda
bergantung pada :

massa benda (m)

jenis benda / kalor jenis benda c)

perubahan suhu (t )
Oleh karena itu, hubungan banyaknya kalor, massa zat, kalor jenis zat, dan perubahan

suhu zat dapat dinyatakan dalam persamaan :

Q = m . c . t
Keterangan :
Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (joule)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat (joule/kg C)
t = Perubahan suhu (C)
b. Kalor dapat Mengubah Wujud Zat

Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu maksimum, maka zat
akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor
terus-menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat
digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat.
Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor dapat digambarkan dalam skema berikut :
Keterangan:
1

mencair/melebur

membeku

menguap

mengembun

5
6

=
=

menyublim
mengkristal

Sebuah benda dapat berubah wujud ketika suhunya dinaikkan atau diturunkan.
Marilah kita perhatikan perilaku suatu benda ketika dipanaskan. Zat cair yang mendidih jika
dipanaskan terus-menerus akan berubah menjadi uap. Banyaknya kalor yang diperlukan
untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap
(U). Karena tidak terjadi perubahan suhu, maka besarnya kalor uap dapat dirumuskan:
Q=mU
Keterangan:
Q = kalor yang diserap/dilepaskan (joule)
m = massa zat (kg)
U = kalor uap (joule/kg)
Ketika sedang berubah wujud, baik melebur, membeku, menguap dan mengembun,
suhu tetap, walaupun ada pelepasan atau penyerapan kalor. Dengan demikian, ada sejumlah
kalor yang dilepaskan atau diserap pada saat perubahaan wujud zat, tetapi tidak digunakan
untuk menaikkan atau menurunkan suhu. Kalor semacan ini disebut kalor laten dan
disimbolkan dengan huruf L. Besar kalor ini ternyata bergantung juga pada jumlah zat yang
mengalami perubahan wujud (massa benda). Jadi, kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan
oleh suatu benda untuk mengubah wujudnya per satuan massa. Dengan demikian, dapat
dirumuskan bahwa :

Q = mL
Kalor laten beku besarnya sama dengan kalor laten lebur dan biasanya disebut
dengan kalor lebur. Kalor lebur es Lf pada suhu dan tekanan normal sebesar 334 kJ/kg. Kalor
laten uap besarnya sama dengan kalor laten embun dan biasanya disebut dengan kalor uap.
Kalor uap air Lv, pada suhu dan tekanan normal sebesar 2256 kJ/kg.
c. Kalor dapat membuat benda memuai
Pengaruh energi panas terhadap benda adalah terjadinya pemuaian. Pemuaian adalah
bertambahnya ukuran benda baik panjang, luas, atau volume. Pemuaian yang terjadi dapat
merugikan dan menguntungkan bagi kita.
Contoh pemuaian yang merugikan adalah sambungan antar rel pada rel kereta api atau
pemasangan kaca jendela dibuat celah, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya
pemuaian pada siang hari, celah tersebut memberi ruang pada benda untuk memuai sehingga
pada rel atau kaca tidak terjadi pembengkokan atau patahan. Bayangkan jika rel tersebut di
pasang rapat hal ini dapat membahayakan kita sebagai penumpang.
Contoh Pemuaian yang menguntungkan terjadi pada penggunaan bimetal sebagai
saklar, bimetal di gunakan di alarm pemadam kebakaran atau pada setrika listrik.
2.2.4. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
seluruh benda sebesar 1 derajat. Dengan demikian benda yang mempunyai massa dan kalor
jenis mempunyai kapasitas kalor sebesar :

C=m.c
Keterangan : C = kapasitas kalor (J/K)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis (j/kg.K)
2.2.5. Asas Black
Asas

Black adalah

suatu

prinsip

dalam termodinamika yang

dikemukakan

oleh Joseph Black seorang Imuwan kelahiran Bordeaux Perancis. Ilmuwan yang juga
menekuni ilmu kedokteran inilah yang menemukan apa yang disebut asas black atau prinsip
black mengenai kalor. Ia mengamati es dan benda-benda lain yang mencair ketika terkena
8

panas. Ia berpendapat mencairnya es karena adanya penyerapan kalor ke dalam es sehingga


menjadi air. Kalor tersebut akan sama dengan kalor yang dilepas oleh air tersebut untuk
kembali menjadi es. Itulah gambaran sederhana mengenai pengertian asas black. (17201799), seorang ilmuan Inggris. Ia melakukkan serangkaian eksperimen dan mendapatkan
hasil berikut:

Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang panas memberi
kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama

Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda
panas

Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bila
dipanaskan
Bunyi asas black sendiri adalah :
Jumlah kalor yang dilepas oleh materi yang bersuhu lebih tinggi akan sama dengan
jumlah kalor yang diterima oleh materi yang suhunya lebih rendah
Dari bunyi asas black tersebut bisa diperoleh persamaan atau rumus asas black
Kalor Lepas = Kalor Terima

Keterangan :
Qlepas: jumlah kalor yang dilepas oleh zat
Qterima : jumlah kalor yang diterima oleh zat.
M1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi 1 (kg)
C1 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi 1 (J/kg 0C)
T1 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi (sebelum
bersinggungan) (0C)
Ta = Temperatur akhir pencampuran kedua benda
9

M2 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah 2 (kg)


C2 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah 2 (J/kg 0C)
T2 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah (sebelum
bersinggungan) (0C)
2.2.6. Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari benda atau system bersuhu tinggi ke benda atau system yang
bersuhu rendah. Ada tiga cara untuk kalor berpindah dari satu benda ke benda lain, yaitu :
a. Konduksi
Proses perpindahan kalor yang terjadi tanpa disertai dengan perpin dahan, partikelpartikel dalam zat itu, contoh : zat padat (logam) yang dipanaskan.
Berdasarkan kemampuan kemudahannya menghantarkan kalor, zat dapat dibagi menjadi :
konduktor yang mudah dalam menghantarkan kalor dan isolator yang lebih sulit dalam
menghan tarkan kalor. Contoh konduktor adalah aluminium, logam besi, dsb, sedangkan
contoh isolator adalah plastik, kayu, kain, dll.
Besar kalor yang mengalir per satuan waktu pada proses konduksi ini tergantung pada :
-

Berbanding lurus deng an luas penampang batang

Berbanding lurus dengan selisih suhu kedua ujung batang, dan

Berbanding terbalik dengan panjang batang

b. Konveksi
Proses perpindahan kalor yang terjadi yang disertai dengan perpindahan pergerakan
fluida itu sendiri. Ada 2 jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada
konveksi alamiah pergerakan fluida terjadi karena perbedaan massa jenis, sedangkan pada
konveksi paksa terjadinya pergerakan fluida karena ada paksaan dari luar. Contoh konveksi
alamiah : nyala lilin akan menimbulkan konveksi udara disekitarnya, air yang dipanaskan
dalam panci, terjadinya angin laut dan angin darat, dsb. Contoh konveksi paksa : sistim
pendingin mobil, pengering rambut, kipas angin, dsb. panas dingin Besar laju kalor ketika
sebuah benda panas memindahkan kalor ke fluida di sekitarnya adalah berbanding lurus
dengan luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida dan perbedaan suhu antara
benda dengan fluida.
c. Radiasi
Perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik, contoh : cahaya
matahari, gelombang radio, gelombang TV, dsb.
Berdasarkan hasil eksperimen besarnya laju kalor radiasi tergantung pada : luas permukaan
benda dan suhu mutlak benda seperti dinyatakan dalam hukum Stefan- Boltzman berikut ini :
10

Energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan benda hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap
satuan waktu sebanding dengan luas permukaan benda (A) dan sebanding dengan pangkat
empat suhu mutlak permukaan benda itu.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Suhu atau temperatur benda merupakan besaran yang menyatakan derajat panas suatu
benda. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dinginkan
memiliki suhu yang rendah.
Kalor merupakan energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke
benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan.
Besar kalor yang diberikan pada sebuah benda yang digunakan untuk menaikkan suhu
tergantung pada Massa benda, Kalor jenis benda dan Perbedaan suhu kedua benda.
Perpindahan kalor dapat dibedakan menjadi Konduksi, Konveksi dan Radiasi.
3.2. Saran
Semoga makalah atau penelitian saya ini bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya.

11

DAFTAR PUSTAKA
http://file-edu.tumblr.com/post/51140969697/kalor-perpindahan-kalor-dan-pemanfaatankalor-dalam
http://id.gameforsmart.com/portal/matericontent.aspx?kt=sd-kelas-4&id=ipa-panas
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/suhu-dan-panas/
http://azzarahmawati.blogspot.com/2013/10/penerapan-konduksi-konveksi-dan-radiasi.html

12

Anda mungkin juga menyukai