A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan dimana di dalamnya mempelajari
tentang sifat dan fenomena alam dan gejala alam serta seluruh interaksi yang
terjadi di dalamnya. Untuk mempelajari fenomena atau gejalah alam, fisika
menggunakan proses dimulai dari pengamatan, pengukuran, analisis dan
menarik kesimpulan. Pada ilmu fisika sendiri memiliki berbagai istilah yang
sangat familiar ketika terdengar di telinga, seperti pengukuran.
Pengukuran merupaka penentuan besara, dimensi, atau kapasitas,
biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran juga dapat
diartikan sebagai pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiiki oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan
atau formulasi yang jelas dan disepakati. Besaran fisika adalah suatu yang
merupakan sifat atau keadaan zat atau fenomena yang dapat diukur. Misalnya
massa, panjang, waktu, suhu, kuat arus listrik, intensitas cahanya, jumlah zat,
luas, volume, tekanan, kecepatan, gaya, usaha, energy, daya, momentum,
impuls, tegangan listrik, dan lain sebagainya. Mengukur besaran dapat
dilakukan dengan menggunakan alat ukur. Misalnya mengukur besaran massa
dapat diukur menggunakan alat ukur massa berupa neraca.
Massa merupakan salah satu besaran fisika yang terdapat pada suatu
benda yang sering ingin diketahui berapa nilainya. Setiap benda memiliki
massa. Massa sebuah benda berpengaruh terhadap berat benda tersebut.
Makin besar nilai massa sebuah benda, makin besar nilai berat benda tersebut.
Perlu diungkapkan bahwa nilai massa sebuah benda tidak dipengaruhi oleh
kedudukan atau letak benda tersebut. Massa mempunnyai satuan standar
internasional kg.
Terdapat berbagai alat untuk mengukur massa yang penggunaanya
berbeda-beda. Namun, banyak dari kita hanya mengetahui satu jenis alat ukur
massa yaitu hanya timbangan yang biasa dipakai dipasaran. Padahal alat ukur
massa sangat beragam jenisnya bukan hanya satu jenis saja. Oleh sebab itu,
Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung
kegiatan praktikum. Praktikan akan terampil dalam praktikum apabila mereka
memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca
hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat
melakukan kalibrasi alat ukur serta yang paling dasar praktikan mempunyai
pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi
alat, komponen-komponen, dan prinsip kerja.
2. Tujuan
Tujuan pada percobaan pengukuran massa adalah mengetahui cara
mengukur massa benda padat dan membedakan berbagai jenis timbangan
B. LANDASAN TEORI
Alat ukur yang digunakan tergantung pada besaran ukur yang nilainya ingin
diikur. Salah saru alat ukur yang vital adalah alat ukur timbang atau timbangan
(Tirtasari, 2017).
Standar SI untuk massa adalah sebuah slinder dari sebuah platinum-
iridium yang tersimpandi Internasional Bureau off Weights and Measurase dekat
paris dan ditetapkan, dengan petunjuk internasional, sebagai massa dari satu
kilogram. Duplikatna telah dikirim ke laboratorium standardisasi di beberapa
negara, dan massa dari benda lainnya dapat ditentukan dengan menimbangnya
dengan duplikat tersebut. Duplikat kilogram standar di AS disimpan di dalam
kubah di NIST. Standar ini dipindahkan, tidak lebih dari sekali setahun, untuk
mengecek duplikat-duplikat yang digunakan ditempat lain. Sejak than 1889,
standar ini telah dua kali dibawa ke Prancis untuk dibandingkan kembali dengan
standar aslinya. Massa atom dapat dibandingkan antara satu dengan yang lainnya
secara lebih teliti daripada membandingkannya dengan kilogram stanndar. Untuk
alasan ini, dibuatlah standar massa kedua, yaitu atom karbon-12, yang dengan
persetujuan internasional telah ditetapkan sebagai massa dari 12 satuan massa
atom (u) (Halliday, 2010).
2. Prosedur kerja
prosedur kerja pada perobaan Pengukuran Massa, yaitu sebagai
berikut:
a) Mengukur massa menggunakan neraca ohauss, sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Menggeser pemberat pada lengan neraca agar menunjuk angka nol.
3) Memastikan neraca berada dalam keadaan setimbang
4) Meletakkan beban berupa silinder berongga pada tempat beban
5) Mengubah skala penunjuk dengan menggeser pemberat pada lengan
neraca yang dimulai dari penunjuk ratusan, puluhan, satuan, dan
desimal hungga mencapai keadaan yang setimbang
6) Membaca hasil pengukuran massa dengan menjumlakan nilai yang di
tinjuk oleh pemberat
7) Melakukan langkah yang sama dengan langkah 2 sampai 6 dengan
menggunakan beban berupa silinder pejal dan spidol
b) Mengukur massa menggunakan neraca digital, sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Mengakktikan neraca digital dengan menekan tombol ON
3) Memastikan agar neraca berada pada skala nol
4) Meletakkan beban berupa silinder berongga pada dudukan beban
5) Membaca hasil pengukuran yang berupa angka pada indicator berat
6) Melakukan langkah yang sama dengan langkah 3 sampai 5 dengan
menggunakan beban berupa silinder pejal dan spidol.
1. Data pengamatan
Data pengamatan dalam percobaan Pengukuran Massa dapat dilihat
pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Data Pengamatan Percobaan Pengukuran Massa
Massa Benda
Benda
Neraca Ohauss Neraca Digital
Silinder berongga 45,01 gram 50 gram
Silinder pejal 94,72 gram 100 gram
Spidol 13,02 gram 19 gram
Agar neraca setimbang maka digunakan beban 13,47 gram
2. Pembahasan
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan nilai suatu besaran
yang diukur menggunakan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
Salah satu besaran fisika adalah massa. Massa merupakan suatu sifat fisika
dari suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek
yang terpantau. Massa dapat diukur menggunakan alat ukur massa yaitu
neraca.
Percobaan pengukuran massa dilakukan menggunakan dua buah
neraca yaitu neraca ohauss dan neraca digital, serta tiga buah beban yaitu
silinder berongga, silinder pejal, dan spidol. Berdasarkan data pengamatan
pada percobaan pengukuran massa dapat dilihat bahwa dengan penggunakan
neraca ohaus massa silinder berongga yang dihasikan sebesar 45,01 gram,
silinder pejal sebesar 94,72 gram, dan spidol sebesar 13,02 gram. Kemudian
dengan menggunakan neraca digital massa silinder berongga yang dihasilkan
sebesar 50 gram, silinder pejal sebesar 100 gram, dan spidol sebesar 19
gram. Berdasarkan hasil pengukuran pada percobaan di atas, terlihat bahwa
hasil pengukuran sebuah benda dengan alat ukur yang berbeda menghasilkan
nilai yang berbeda pula, hal ini disebabkan oleh kedua alat tersebut memiliki
tingkat ketelitian yang berbeda.
Pada data tersebut dapat pula dilihat bahwa nilai massa benda
menggunakan neraca ohauss lebih kecil dibandingkan dengan nilai massa
menggunakan neraca digital. Hal ini dapat terjadi karena tingkat ketelitian
neraca ohauss lebih kecil dibandingkan dengan tingkat ketelitian dari neraca
digital. Selain itu, perbedaan tersebut juga dipengaruhi oleh alat ukurnya.
Dimana alat ukur massa yaitu neraca ohauss sedikit mengalami kerusakan.
Neraca uhauss harus di seimbangkan terlebih dahulu menggunakan beban
seberat 13,47 gram.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamtan yang telah dilakukan untuk kedua alat
yaitu neraca digital dan neraca analog di peroleh hasil yang berbeda. Hal ini
disebabkan oleh tingkat ketelitian setiap alat yang berbeda dimana neraca
analog lebih teliti dari neraca digital. Pada neraca analog memiliki batas
ukur 0,01 gram dan pada neraca digital memiliki batas ukur 1 gram. Neraca
analog dapat mengukur beban yang kurang dari 1 gram dari pada neraca
digital. Sehingga neraca analog memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi
2. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum Pengukuran Massa adalah
sebagai berikut :
a. Untuk laboratorium : Agar memperbanyak alat-alat praktikum seperti
mikrometer sekrup, neraca digital, gelas ukur, dan lain sebagainya agar
pada saat prkatikum tidak saling menunggu alat, sehingga menghambat
jalannya parktikum.
b. Untuk asisten : kinerjanya sudah baik,dan lebih ditingkatkan lagi
c. Untuk praktikan : Agar tetap tertib pada saat ada waktu luang seperti
lagi menunggu alat agar tetap duduk ditempat supaya tidak mengganggu
praktikan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, David, dkk. 2010. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Erlangga: Jakarta
Rohmawati, Lidia, dkk. 2015. Pelatihan Penggunaan Alat Ukur dan Pengukuran
Bagi Guru IPA SMP Wilayah Sidoarjo. Jurnal ABDI Vol. 1, No.1, Juni 2015.
Tirtasari, Ni Luh. 2017. Uji Kalibrasi ( Ketidakpastian Pengukuran) Neraca Analitik
di Laboratorium Biologi FMIPA UNNESA. Indoneian Journal of Chemical
Science. Universitas Negeri Semarang: Semarang.