Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 2

JUWITA ARRAHMA W
NOVIAN ARRADEX C
SURI ANDAYANA

2 KI A

TAHUN AKADEMIK 2016

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Larutan dan Sifat-Sifat Koligatif Larutan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Fisika.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan serta dapat meningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1..............................................................................................................................Lat
ar Belakang..........................................................................................................1
1.2..............................................................................................................................
Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3..............................................................................................................................Ma
ksud dan Tujuan...................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1. Pengenalan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit............................................3
2.2. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit........................................4
BAB III
Contoh Soal................................................................................................................18
3.1. Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit.................................................................18
3.2. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit.......................................................................20
BAB IV
PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF DALAM KEHIDUPAN...................................21
4.1. Penurunan Titik Beku........................................................................................21
4.2. Tekanan Osmosis...............................................................................................23
BAB V
PENUTUP.................................................................................................................26
5.1. Kesimpulan........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan
meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik.
Sifat koligatif terutama penurunan titik beku dan tekanan osmosis memiliki banyak
kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa penerapan penurunan titik beku dapat mempertahankan kehidupan
selama musim dingin. Penerapan tekanan osmosis ditemukan di alam, dalam bidang
kesehatan, dan dalam ilmu biologi adapun penerapanya pada Hewan-hewan yang
tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang kutub, mereka memanfaatkan
prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-
ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang mempu menurunkan titik beku air
hingga 0,8oC.
Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang suhunya
mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya dapat mencegah
pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya
mengandung zat antibeku antara lain serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh
serangga mengandung gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi mengandung glukosa
dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung gliserol dan trihalose. Berikut
ini penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-
hari.

1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimana pengertian sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non
elektrolit ?
2. Bagaimana sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit
penting untuk kehidupan kita ?
3. Bagaimana contoh larutan yang termasuk kedalam sifat koligatif larutan elektrolit
dan sifat koligatif larutan non elektrolit?

1.3. Maksud dan Tujuan

1. Agar mahasiswa mampu memahami arti dari sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan nonelektrolit.
2. Agar mahasiswa mampu memahami sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan nonelektrolit penting untuk kehidupan kita
3. Agar mahasiswa mampu memahami contoh larutan yang termasuk kedalam sifat
koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengenalan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan
terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya
ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan
non elektrolit.
Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan
yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan tersebut
bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan tersebut
bersifat non elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan
non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh lain
adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion negatif.
Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang dihasilkan
dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit.
Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai
menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan
elektrolit maupun non elektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan garam dapur,
larutan cuka makan, larutan asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh
larutan non elektrolit adalah larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, larutan
glukosa.

2.2. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit Sifat-Sifat Koligatif Larutan


 Adalah sifat larutan encer yang tidak mudah menguap dan hanya
tergantung pada jumlah partikel zat terlarut, tidak tergantung pada jenis zat
terlarut.
 Adalah sifat dari larutan yang bergantung pada jumlah volume pelarut dan
bukan pada massa partikel.
 Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit. Apabila suatu pelarut
ditambah dengan sedikit zat terlarut
(Gambar .1)
 Maka akan
didapat suatu
larutan yang

mengalami:
 Penurunan tekanan uap jenuh
 Kenaikan titik didih
 Penurunan titik beku
 Tekanan osmotik
 Di dalam suatu larutan banyaknya partikel ditentukan oleh konsentrasi larutan
dan sifat larutan itu sendiri.
 Jumlah partikel yang ada dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan
jumlah partikel yang ada dalam larutan elektrolit, walaupun keduanya
mempunyai konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
dapat terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat
terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dapat
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan
elektrolit.

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :
 Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
 Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
 Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut
dan zat terlarut.

 Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit


Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat koligatif larutan
elektrolit, disebabkan larutan non elektolit tidak dapat mengurai menjadi ion – ion
nya. Maka Sifat koligatif larutan non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung
tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis.
Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih
suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya,
berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa
memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan
mendekati ideal hanya jika sangat encer.
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada
interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat
terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan
uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.

a. Penurunan Tekanan Uap


Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan
penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin
mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk
melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke
dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk
suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karena sebagian yang
lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap
cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas
permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas
permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan
uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap
jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap.

Bila kita memanaskan air (atau zat yang dapat menguap lainnya) dalam ketel yang
tertutup, maka ketika air mendidih tutup ketel dapat terangkat, mengapa hal ini
terjadi? Apa sebenarnya yang menekan tutup ketel tersebut, air atau uap airnya?
Dalam ruang tertutup air akan menguap sampai ruangan tersebut jenuh,yang disertai
dengan pengembunan sehingga terjadi kesetimbangan air dengan uap air.

Perhatikan gambar berikut:

Kesetimbangan uap jenuh air

Terjadinya uap air ini akan menimbulkan tekanan sehingga menekan ketel. Ketika
air mendidih (suhu 100°C)banyak air yang menguap sehingga tekanan yang
ditimbulkan lebih besar hingga tutup ketel terangkat. Tekanan yang ditimbulkan oleh
uap jenuh air ini disebut tekanan uap jenuh air.
Besarnya tekanan uap jenuh untuk setiap zat tidak sama, bergantung pada jenis zat
dan suhu. Zat yang lebih sukar menguap, misalnya glukosa, garam,gliserol memiliki
uap yang lebih kecil dibanding zat yang lebih mudah menguap, misalnya eter.Bila
suhu dinaikkan, energi kinetik molekul-molekul zat bertambah sehingga semakin
banyak molekul-molekul yang berubah menjadi gas, akibatnya tekanan uap semakin
besar. Perhatikan tekanan uap jenuh air pada berbagai suhu pada,Tabel berikut:
Tabel. Tekanan Uap Jenuh Air pada Berbagai Suhu

Apakah yang dapat Anda simpulkan dari tabel tersebut?


Apa yang terjadi terhadap tekanan uap bila ke dalam air (pelarut) ditambahkan
zat terlarut yang sukar menguap?
Bila zat yang dilarutkan tidak mudah menguap, maka yang menguap adalah
pelarutnya, sehingga adanya zat terlarut menyebabkan partikel pelarut yang menguap
menjadi berkurang akibatnya terjadi penurunan tekanan uap. Jadi, dengan adanya zat
terlarut menyebabkan penurunan tekanan uap. Dengan kata lain tekanan uap larutan
lebih rendah dibanding tekanan uap pelarut murninya.

Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan
antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan
bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan
uap dari pelarut murninya.
Penurunan tekanan uap yang terjadi merupakan selisih dari tekanan uap jenuh
pelarut murni (P°) dengan tekanan uap larutan (P).

Tekanan uap larutan ideal dapat dihitung berdasar hukum Raoult “


Adapun bunyi hukum Raoult yang berkaitan denganpenurunan tekanan uap adalah
sebagai berikut.
a. Penurunan tekanan uap jenuh tidak bergantung pada jenis zat yang
dilarutkan, tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut.
b. Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus dengan fraksi mol zat yang
dilarutkan.

Hukum Raoult tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:


P = Xt . Po

Keterangan:
P = penurunan tekanan uap jenuh pelarut
Xt= fraksi mol zat terlarut
P° = tekanan uap pelarut murni

Karena Xt + Xp = 1, maka: Xt = 1 - Xp, sehingga:

P = Xt . Po

Po - P = (1 - Xp) Po

P o - P = P o - Xp . P o

- P = Po - Po - Xp . Po

P = Xp . Po

Keterangan : ∆P = penurunan tekanan uap


XP = fraksi mol pelarut
Xt= fraksi mol terlarut
P° = tekanan uap jenuh pelarut murni
P = tekanan uap larutan

b. Kenaikan Titik Didih Larutan (∆Tb) dan Penurunan Titik Beku Larutan
(∆Tf)
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik
didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya
berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut.
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara
disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan
sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut.
Pernahkah Anda mengukur suhu air mendidih dan air membeku?
Bagaimana bila air yang dididihkan/dibekukan diberi zat terlarut, lebih
rendah, sama, atau lebih tinggi titik didih dan titik bekunya dibanding titik didih dari
titik beku air?
Hubungan tekanan uap jenuh larutan dengan tekanan uap jenuh komponen-
komponen pada larutan ideal (larutan-larutan encer) dapat digambarkan sebagai
diagram seperti pada Gambar berikut.
Garis mendidih air digambarkan oleh garis CD, sedangkan garis mendidih
larutan digambarkan oleh garis BG. Titik didih larutan dinyatakan dengan Tb1, dan
titik didih pelarut dinyatakan dengan Tbo. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa titik didih larutan (titik G) lebih
tinggi daripada titik didih air (titik D). Selisih titik didih larutan dengan titik didih
pelarut murni disebut kenaikan titik didih ( ΔTb ).

∆Tb = titik didih larutan – titik didih pelarut

Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali dari Molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb).

Oleh karena itu, kenaikan titik didih dapat dirumuskan seperti berikut:
g
∆Tb = Kb.m dan m = 1000
Mr x P

Maka:
g
∆Tb = Kb. 1000
Mr x P
Keterangan:
∆Tb= kenaikan titik didih
Kb = tetapan titik didih
molal m = molalitas larutan
g = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
P = massa pelarut

Berdasarkan gambar di atas (gambar 1.4), dapat dilihat bahwa tekanan uap larutan
lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni. Hal ini menyebabkan titik beku
larutan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murni. Selisih temperatur
titik beku pelarut murni l dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku
(∆Tf).

∆Tf= titik beku pelarut – titik beku larutan

g
∆T = K .m m= 1000
f f
Mr x p

Maka:
g
∆T = K . 1000
f f x
Mr p

Keterangan:
∆Tf= penurunan titik beku
Kf = tetapan titik beku molal
M = molalitas larutan
g = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
P = massa pelarut

c. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam transfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut
semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar
seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul
pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel
(molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang
ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan
osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan
permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan
hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat
dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan
osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan, berdasarkan persamaan gas ideal :

PV = nRT
Maka tekanannya :
P = nRT
V

Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat
diperoleh :
π = nRT
V

Atau

π=MRT

Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.


Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi
ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor
pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :

π = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)

Tetapan titik beku molal (Kf)


Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Dalam sistem analisis, dikenal larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai
konsentrasi terlarut tinggi, larutan isotonic yaitu dua larutan yang mempunyai
konsentrasi terlarut sama, dan larutan hipotonik yaitu larutan dengan konsentrasi
terlarut rendah. Air kelapa merupakan contoh larutan isotonik alami. Secara ilmiah,
air kelapa muda mempunyai komposisi mineral dan gula yang sempurna sehinggga
memiliki kesetimbangan elektrolit yang nyaris sempurna setara dengan cairan tubuh
manusia. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam.
Contoh bintang laut dan kepiting memiliki cairan sel yang bersifat isotonik
dengan lingkungannya. Jika cairan sel bersifat hipotonik maka sel tersebut akan
mendapatkan banyak air. Tetapi jika sel berada pada larutan hipertonik maka sel akan
kehilangan banyak molekul air.
Jika tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmosis, maka
pelarut murni akan keluar dari larutan melewati membran semipermeabel. Peristiwa
ini disebut osmosis balik (reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan untuk
memperoleh air tawar dari air laut.
 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas.
Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan non elektrolit,
menurut Van’t Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbol i (i = tetapan atau
faktor Van’t Hoff ). Dengan demikian dapat dituliskan:
i = sifat koligatif larutan eklektrolit dengan kosentrasi m / sifat koligatif larutan
nonelektrolit dengan kosentrasi m

Keterangan:
n = jumlah seluruh ion zat elektrolit (baik yang + maupun -)
α = derajat ionisasi larutan elektrolit (untuk elektrolit kuat α = 1)

Sifat koligatif larutan elektrolit dirumuskan sebagai berikut:

a. ∆P = Xt . Po. i
b. ∆Tf = m Kf . i
c. ∆Tb = m Kb . i
d. π=M.R.T.i
keterangan:
i = 1 + (n-1) α
n = jumlah ion
α = derajad ionisasi

Ø Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama
sekali
2. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
3. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu
menyala
4. Penghantar listrik yang baik
5. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
6. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF); basa kuat
(NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH), garam NaCl

Ø Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:


1. Menghasilkan sedikit ion
2. Molekul netral dalam larutan banyak
3. Terionisasi hanya sebagian kecil
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu
tidak menyala
5. Penghantar listrik yang buruk
6. Derajat ionisasi mendekati 0
7. Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa
lemah (Al(OH)3, NH4OH), garam NH4CN

Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:


1. Tidak menghasilkan ion
2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3. Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan
gelembung, dan lampu tidak menyala
4. Derajat ionisasi = 0 Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin,
larutan urea.
BAB III
CONTOH SOAL

3.1. Sifat Koligatif Larutan NonElektrolit


a. Penurunan tekanan uap

Fraksi mol urea dalam air adalah 0,5. Tekanan uap air pada 20°C adalah 17,5 mmHg.
Berapakah tekanan uap jenuh larutan tersebut pada suhu tersebut?

Penyelesaian:
Diketahui : Xt= 0,5
Po = 17,5 mmHg
Ditanya : P ...?

Jawab
:
ΔP = Xt.Po
= 0,5 .17,5 mmHg
= 8,75 mmHg

P = Po – ΔP
= 17,5 mmHg – 8,75 mmHg
= 8,75 mmHg

Tekanan uap air pada 100oC adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap larutan
glukosa 18% pada 100oC? (Ar H= 1 ; C=12 ; O=16)
Jawab :
Jadi mari kita hitung dulu Xpel (fraksi mol) nya !!!
• Glukosa 18% = 18/100 x 100 gram = 18 gram.
• Air (pelarut) = (100 – 18) = 82 gram.

n pelarut
Xp = n pelarut + nterlarut

Jadi tekanan uap glukosa :

P = Xp . P o
P = 0,978 x 760
= 743,28 mmHg

b. Kenaikan titik didih dan Penurunan titik beku

Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan
tersebut! (Kb air = 0,52 °Cm-1, Ar Na = 23, Ar O = 16, Ar H = 1)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,6 gram
p = 500 gram
Kb = 0,52 °C m-1
Ditanya : Tb ...?
Jawab : ΔTb = m ⋅ Kb
m 1000
= Mr NaOH x p x Kb
1,6 gr 1000
40 x 500 xgr0,52 ° C m
-1
=

= 0,04 x 2 x 0,52 °C m-1


= 0,0416 °C
Tb = 100 °C + ΔTb
= 100 °C + 0,0416 °C
= 100,0416 °C
Jadi, titik didih larutan NaOH adalah 100,0416 °C.
c. Tekanan Osmotik
Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bila kemolaran cairan tersebut 0,3
molar pada suhu tubuh 37 °C, tentukan tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-
1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui : M = 0,3 mol L–1
T = 37 °C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : π ...?
Jawab :
π = 0,3 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K
= 7,626 atm

3.1. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Pada suhu 37 °C ke dalam air dilarutkan 1,71 gram Ba(OH) 2 hingga volume 100
mL (Mr Ba(OH)2 = 171). Hitung besar tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol -
1 -1
K ) Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,71 gram
V = 100 mL = 0,1
L Mr Ba(OH)2 =
171
R = 0,082 L atm mol-1K-1
T = 37 °C = 310 K
Ditanya : π ...?
Jawab : Ba(OH)2 merupakan elektrolit.
Ba(OH)2 → Ba2+ + 2 OH¯, n = 3
mol Ba(OH)2 1,71 gr
= = 0,01 mol
M= n 171 gr /
mol
V

= = 0,1 mol L-1


0,01m
ol 0,1
L
π=M×R×T×I
= 0,1 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K × (1 + (3 –1)1)
= 7,626 atm

BAB IV
PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI

4.1. Contoh penurunan titik beku dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:


 Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah
0oC. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat es
putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air.
Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam
dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada
pencampuran itu, es batu akan mencair sedangkan suhu campuran turun. Sementara
itu, campuran bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat
dari bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam cairan
pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran membeku.
 Antibeku pada Radiator Mobil
Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan etilen
glikol. Di daerah beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini
dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen
glikol ke dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam radiator menurun, dengan
kata lain air tidak mudah membeku.
 Antibeku dalam Tubuh Hewan
Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang kutub,
memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk bertahan
hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang mempu menurunkan
titik beku air hingga 0,8oC.

Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan


di musim dingin yang suhunya mencapai 1,9oC
karena zat antibeku yang dikandungnya dapat
mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan
dan selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya
mengandung zat antibeku antara lain serangga ,
ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung gliserol dan dimetil sulfoksida,
ampibi mengandung glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung
gliserol dan trihalose.
 Antibeku untuk Mencairkan Salju
Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju terjadi, jalanan
dipenuhi es salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan sulit untuk melaju. Untuk
mengatasinya, jalanan bersalju tersebut ditaburi campuran garam NaCL dan CaCl2.
Penaburan garam tersebut dapat
mencairkan salju. Semakin
banyak garam yang ditaburkan,
akan semakin banyak pula salju
yang mencair.

 Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)


Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa
molekul relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung
pada konsentrasi zat terlarut. Dengan mengetahui massa zat terlarut (G) serta nilai
penurunan titik bekunya, maka massa molekul relatif zat terlarut itu dapat ditentukan.
4.2. Contoh Tekanan osmosis dalam kehidupan sehari-hari ,yaitu:
▪ Mengontrol Bentuk Sel
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang
sama disebut isotonik. Larutan-larutan yang mempunyai
tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan lain disebut
hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai
tekanan osmosis lebih tinggi daripada larutan lain disebut
hipertonik.
Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang
dimasukkan ke dalam darah. Cairan infus harus isotonik dengan
cairan intrasel agar tidak terjadi osmosis, baik ke dalam ataupun
ke luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah tidak
mengalami kerusakan.

 Mesin Cuci Darah


Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah.
Terapi menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan
molekul kecil-kecil seperti urea melalui membran semipermeabel
dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang. Membran tak dapat
ditembus oleh molekul besar seperti protein sehingga akan tetap
berada di dalam darah.

 Pengawetan Makanan

Sebelum teknik
pendinginan untuk mengawetkan makanan
ditemukan, garam dapur digunakan untuk
mengawetkan makanan. Garam dapat
membunuh mikroba penyebab makanan
busuk yang berada di permukaan makanan.

 Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena garam
yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada dalam
tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.

 Penyerapan Air oleh Akar Tanaman


Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh tanaman
melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga konsentrasinya lebih
tinggi daripada air di sekitar tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh
tanaman.
 Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik
Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke
pelarut, atau dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang
lebih encer. Osmosis balik terjadi jika kepada larutan
diberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.
Osmosis balik digunakan untuk membuat air
murni dari air laut. Dengan memberi tekanan pada
permukaan air laut yang lebih besar daripada
tekanan osmotiknya, air dipaksa untuk merembes
dari air asin ke dalam air murni melalui selaput
yang permeabel untuk air tetapi tidak untuk ion-ion
dalam air laut. Tanpa tekanan yang cukup besar, air
secara spontan akan merembes dari air murni ke
dalam air asin.
Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-zat beracun
dalam air limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Satuan konsentrasi yang digunakan dalam penentuan sifat koligatif larutan antara lain
molalitas, molaritas, dan fraksi mol. Sifat koligatif adalah sifat-sifat larutan yang
tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada jumlah zat
terlarut dalam larutan.
Sifat koligatif larutan meliputi penurunan tekanan uap ( ΔP ), kenaikan titik didih
(ΔTb ), penurunan titik beku ( ΔT f ), dan tekanan osmotik (π ).
Sifat koligatif larutan nonelektrolit dapat dirumuskan sebagai berikut.
- ΔP = xA X P0
- ΔTb = m X Kb
- ΔTf = m X Kf
-π=MxRxT
 Besarnya sifat koligatif larutan elektrolit sama dengan larutan nonelektrolit dikalikan
dengan faktor Van't Hoff (i).
 Harga faktor Van't Hoff adalah 1 + (n – 1)α .

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga


Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta :
Erlangga Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.
Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya : Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : Institut Tekhnologi Bandung
http://sahri.ohlog.com/larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.cat3416.html
http://www.scribd.com/doc/7244500/Kebutuhan-Cairan-Dan-Elektrolit.html
http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada senin, 10
Desember 2013 pukul 15.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai