JUWITA ARRAHMA W
NOVIAN ARRADEX C
SURI ANDAYANA
2 KI A
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1..............................................................................................................................Lat
ar Belakang..........................................................................................................1
1.2..............................................................................................................................
Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3..............................................................................................................................Ma
ksud dan Tujuan...................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1. Pengenalan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit............................................3
2.2. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit........................................4
BAB III
Contoh Soal................................................................................................................18
3.1. Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit.................................................................18
3.2. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit.......................................................................20
BAB IV
PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF DALAM KEHIDUPAN...................................21
4.1. Penurunan Titik Beku........................................................................................21
4.2. Tekanan Osmosis...............................................................................................23
BAB V
PENUTUP.................................................................................................................26
5.1. Kesimpulan........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagaimana pengertian sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non
elektrolit ?
2. Bagaimana sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit
penting untuk kehidupan kita ?
3. Bagaimana contoh larutan yang termasuk kedalam sifat koligatif larutan elektrolit
dan sifat koligatif larutan non elektrolit?
1. Agar mahasiswa mampu memahami arti dari sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan nonelektrolit.
2. Agar mahasiswa mampu memahami sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan nonelektrolit penting untuk kehidupan kita
3. Agar mahasiswa mampu memahami contoh larutan yang termasuk kedalam sifat
koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengenalan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan
terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya
ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan
non elektrolit.
Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan
yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan tersebut
bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan tersebut
bersifat non elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan
non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh lain
adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion negatif.
Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang dihasilkan
dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit.
Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai
menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan
elektrolit maupun non elektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan garam dapur,
larutan cuka makan, larutan asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh
larutan non elektrolit adalah larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, larutan
glukosa.
mengalami:
Penurunan tekanan uap jenuh
Kenaikan titik didih
Penurunan titik beku
Tekanan osmotik
Di dalam suatu larutan banyaknya partikel ditentukan oleh konsentrasi larutan
dan sifat larutan itu sendiri.
Jumlah partikel yang ada dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan
jumlah partikel yang ada dalam larutan elektrolit, walaupun keduanya
mempunyai konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
dapat terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat
terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dapat
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan
elektrolit.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :
Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut
dan zat terlarut.
Bila kita memanaskan air (atau zat yang dapat menguap lainnya) dalam ketel yang
tertutup, maka ketika air mendidih tutup ketel dapat terangkat, mengapa hal ini
terjadi? Apa sebenarnya yang menekan tutup ketel tersebut, air atau uap airnya?
Dalam ruang tertutup air akan menguap sampai ruangan tersebut jenuh,yang disertai
dengan pengembunan sehingga terjadi kesetimbangan air dengan uap air.
Terjadinya uap air ini akan menimbulkan tekanan sehingga menekan ketel. Ketika
air mendidih (suhu 100°C)banyak air yang menguap sehingga tekanan yang
ditimbulkan lebih besar hingga tutup ketel terangkat. Tekanan yang ditimbulkan oleh
uap jenuh air ini disebut tekanan uap jenuh air.
Besarnya tekanan uap jenuh untuk setiap zat tidak sama, bergantung pada jenis zat
dan suhu. Zat yang lebih sukar menguap, misalnya glukosa, garam,gliserol memiliki
uap yang lebih kecil dibanding zat yang lebih mudah menguap, misalnya eter.Bila
suhu dinaikkan, energi kinetik molekul-molekul zat bertambah sehingga semakin
banyak molekul-molekul yang berubah menjadi gas, akibatnya tekanan uap semakin
besar. Perhatikan tekanan uap jenuh air pada berbagai suhu pada,Tabel berikut:
Tabel. Tekanan Uap Jenuh Air pada Berbagai Suhu
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan
antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan
bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan
uap dari pelarut murninya.
Penurunan tekanan uap yang terjadi merupakan selisih dari tekanan uap jenuh
pelarut murni (P°) dengan tekanan uap larutan (P).
Keterangan:
P = penurunan tekanan uap jenuh pelarut
Xt= fraksi mol zat terlarut
P° = tekanan uap pelarut murni
P = Xt . Po
Po - P = (1 - Xp) Po
P o - P = P o - Xp . P o
- P = Po - Po - Xp . Po
P = Xp . Po
b. Kenaikan Titik Didih Larutan (∆Tb) dan Penurunan Titik Beku Larutan
(∆Tf)
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik
didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya
berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut.
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara
disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan
sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut.
Pernahkah Anda mengukur suhu air mendidih dan air membeku?
Bagaimana bila air yang dididihkan/dibekukan diberi zat terlarut, lebih
rendah, sama, atau lebih tinggi titik didih dan titik bekunya dibanding titik didih dari
titik beku air?
Hubungan tekanan uap jenuh larutan dengan tekanan uap jenuh komponen-
komponen pada larutan ideal (larutan-larutan encer) dapat digambarkan sebagai
diagram seperti pada Gambar berikut.
Garis mendidih air digambarkan oleh garis CD, sedangkan garis mendidih
larutan digambarkan oleh garis BG. Titik didih larutan dinyatakan dengan Tb1, dan
titik didih pelarut dinyatakan dengan Tbo. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa titik didih larutan (titik G) lebih
tinggi daripada titik didih air (titik D). Selisih titik didih larutan dengan titik didih
pelarut murni disebut kenaikan titik didih ( ΔTb ).
Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali dari Molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb).
Oleh karena itu, kenaikan titik didih dapat dirumuskan seperti berikut:
g
∆Tb = Kb.m dan m = 1000
Mr x P
Maka:
g
∆Tb = Kb. 1000
Mr x P
Keterangan:
∆Tb= kenaikan titik didih
Kb = tetapan titik didih
molal m = molalitas larutan
g = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
P = massa pelarut
Berdasarkan gambar di atas (gambar 1.4), dapat dilihat bahwa tekanan uap larutan
lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni. Hal ini menyebabkan titik beku
larutan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murni. Selisih temperatur
titik beku pelarut murni l dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku
(∆Tf).
g
∆T = K .m m= 1000
f f
Mr x p
Maka:
g
∆T = K . 1000
f f x
Mr p
Keterangan:
∆Tf= penurunan titik beku
Kf = tetapan titik beku molal
M = molalitas larutan
g = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
P = massa pelarut
c. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam transfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut
semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar
seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul
pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel
(molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang
ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan
osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan
permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan
hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat
dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan
osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan, berdasarkan persamaan gas ideal :
PV = nRT
Maka tekanannya :
P = nRT
V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat
diperoleh :
π = nRT
V
Atau
π=MRT
π = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Dalam sistem analisis, dikenal larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai
konsentrasi terlarut tinggi, larutan isotonic yaitu dua larutan yang mempunyai
konsentrasi terlarut sama, dan larutan hipotonik yaitu larutan dengan konsentrasi
terlarut rendah. Air kelapa merupakan contoh larutan isotonik alami. Secara ilmiah,
air kelapa muda mempunyai komposisi mineral dan gula yang sempurna sehinggga
memiliki kesetimbangan elektrolit yang nyaris sempurna setara dengan cairan tubuh
manusia. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam.
Contoh bintang laut dan kepiting memiliki cairan sel yang bersifat isotonik
dengan lingkungannya. Jika cairan sel bersifat hipotonik maka sel tersebut akan
mendapatkan banyak air. Tetapi jika sel berada pada larutan hipertonik maka sel akan
kehilangan banyak molekul air.
Jika tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmosis, maka
pelarut murni akan keluar dari larutan melewati membran semipermeabel. Peristiwa
ini disebut osmosis balik (reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan untuk
memperoleh air tawar dari air laut.
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas.
Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan non elektrolit,
menurut Van’t Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbol i (i = tetapan atau
faktor Van’t Hoff ). Dengan demikian dapat dituliskan:
i = sifat koligatif larutan eklektrolit dengan kosentrasi m / sifat koligatif larutan
nonelektrolit dengan kosentrasi m
Keterangan:
n = jumlah seluruh ion zat elektrolit (baik yang + maupun -)
α = derajat ionisasi larutan elektrolit (untuk elektrolit kuat α = 1)
a. ∆P = Xt . Po. i
b. ∆Tf = m Kf . i
c. ∆Tb = m Kb . i
d. π=M.R.T.i
keterangan:
i = 1 + (n-1) α
n = jumlah ion
α = derajad ionisasi
1. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama
sekali
2. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
3. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu
menyala
4. Penghantar listrik yang baik
5. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
6. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF); basa kuat
(NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH), garam NaCl
Fraksi mol urea dalam air adalah 0,5. Tekanan uap air pada 20°C adalah 17,5 mmHg.
Berapakah tekanan uap jenuh larutan tersebut pada suhu tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui : Xt= 0,5
Po = 17,5 mmHg
Ditanya : P ...?
Jawab
:
ΔP = Xt.Po
= 0,5 .17,5 mmHg
= 8,75 mmHg
P = Po – ΔP
= 17,5 mmHg – 8,75 mmHg
= 8,75 mmHg
Tekanan uap air pada 100oC adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap larutan
glukosa 18% pada 100oC? (Ar H= 1 ; C=12 ; O=16)
Jawab :
Jadi mari kita hitung dulu Xpel (fraksi mol) nya !!!
• Glukosa 18% = 18/100 x 100 gram = 18 gram.
• Air (pelarut) = (100 – 18) = 82 gram.
n pelarut
Xp = n pelarut + nterlarut
P = Xp . P o
P = 0,978 x 760
= 743,28 mmHg
Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan
tersebut! (Kb air = 0,52 °Cm-1, Ar Na = 23, Ar O = 16, Ar H = 1)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,6 gram
p = 500 gram
Kb = 0,52 °C m-1
Ditanya : Tb ...?
Jawab : ΔTb = m ⋅ Kb
m 1000
= Mr NaOH x p x Kb
1,6 gr 1000
40 x 500 xgr0,52 ° C m
-1
=
BAB IV
PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Pengawetan Makanan
Sebelum teknik
pendinginan untuk mengawetkan makanan
ditemukan, garam dapur digunakan untuk
mengawetkan makanan. Garam dapat
membunuh mikroba penyebab makanan
busuk yang berada di permukaan makanan.
Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena garam
yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada dalam
tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.
5.1. KESIMPULAN
Satuan konsentrasi yang digunakan dalam penentuan sifat koligatif larutan antara lain
molalitas, molaritas, dan fraksi mol. Sifat koligatif adalah sifat-sifat larutan yang
tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada jumlah zat
terlarut dalam larutan.
Sifat koligatif larutan meliputi penurunan tekanan uap ( ΔP ), kenaikan titik didih
(ΔTb ), penurunan titik beku ( ΔT f ), dan tekanan osmotik (π ).
Sifat koligatif larutan nonelektrolit dapat dirumuskan sebagai berikut.
- ΔP = xA X P0
- ΔTb = m X Kb
- ΔTf = m X Kf
-π=MxRxT
Besarnya sifat koligatif larutan elektrolit sama dengan larutan nonelektrolit dikalikan
dengan faktor Van't Hoff (i).
Harga faktor Van't Hoff adalah 1 + (n – 1)α .
DAFTAR PUSTAKA