Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AMANAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Studi Kepemimpinan Islam
Dosen Pengampu : Ir. Dalyono

OLEH :

Bagus Herlambang (19521080)


M. Daffa Arib Akbar (195210..)
Fikri Fadhlurrohman (19521072)
Habib Rifa’I (19521079)
Putra Nurgimantara (195210..)

KELOMPOK 2
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
petunjuk dan karunia serta limpahan rahmat-Nya yang telah memberikan jalan dan pemikiran
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Shidiq”.

Adalah suatu penghormatan bagi kami untuk mengerjakan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Studi Kepemimpinan Islam. Pada kesempatan ini kami tidak
lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada pihak-pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan makalah ini sangat kami harapkan.
Apabila ada kekurangan dari makalah ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga karya
tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Yogyakarta, 21 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................6
A. Amanah atau Dapat Dipercaya..................................................................................................6
B. Urgensi Sifat Jujur Dan Kedudukannya Dalam Islam................................................................6
C. Bentuk Bentuk Kejujuran..........................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN...................................................................................................................................8
A. Keutamaan Sifat Shidiq.............................................................................................................8
B. Ciri-Ciri Orang Bersifat Shidiq..................................................................................................8
C. Cara Mencapai Sifat Shidiq.......................................................................................................9
BAB IV...............................................................................................................................................10
KESIMPULAN...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Quran adalah wahyu dari Allah yang sampai saat ini masih terjamin
keotentikannya. Selain keaslianya, Al-Qur’an juga bukan hanya diperuntukkan kepada umat
Islam saja melainkan kepada seluruh umat manusia. Bagi muslim, keyakinan akan keaslian
dan kebenaran Al-Qur’an adalah satu prinsip keimanan. Allah SWT berfiman  dalam QS Al-
Hijr: 9 yang artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” 

Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah Muhammad bin Abdullah melalui Ruhul


Amin (Jibril) dengan lafal-lafal yang berbahasa Arab, dan maknanya yang benar, agar ia
menjadi hujjah bagi Rasul, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk bagi
mereka dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. 

Al-Qur’an memerintahkan kejujuran. Terkadang Allah SWT. menggambarkan diri-


Nya dengan sifat jujur (Sa'id Abdul Azhim, 2005: 19). Sebagaimana firman-Nya dalam QS.
Ali Imran: 95 artinya: "Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah
agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik”. Allah
SWT juga menggambarkan para nabi-Nya dengan kejujuran, sebagaimana dalam firman-Nya
tentang nabi Muhammad SAW. di dalam QS. Ash-Shaffaat: 37 Artinya: "Sebenarnya Dia
(Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan Rasul-rasul
(sebelumnya). "

Jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak seindah mengaplikasikan
dalam keseharian. Tidak pula berlebihan, bila ada yang mengatakan "jujur" semakin langka
dan terkubur, bahkan tidak lagi menarik bagi kebanyakan orang. Semua orang paham akan
maknanya, tetapi begitu mudah mengabaikannya. Yang lebih berbahaya lagi adalah ada
orang yang ingin dan selalu bersikap jujur, tapi mereka belum sepenuhnya tahu apa saja sikap
yang termasuk kategori jujur. 

Jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena, maka orang itu akan
memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Jika orang itu menceritakan
informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada "perubahan" (sesuai dengan
realitasnya) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur. Dengan kata lain
seseorang dikatakan jujur, bila ucapannya sejalan dengan perbuatannya.

Jadi yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya
menyesuaikan atau mencocokkan antara informasi dengan fenomena atau realitas. Dalam
agama Islam sikap seperti inilah yang dinamakan Shidiq. Makanya jujur itu bernilai tak
terhingga. Karena semua sikap yang baik selalu bersumber pada "kejujuran". Merupakan
suatu keindahan bila setiap individu bersikap jujur terhadap dirinya, pedagang senantiasa
jujur dalam usaha dagangannya, demikian pula pemimpin yang jujur dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya. 

4
Berkaitan dengan hal itu Rasulullah SAW bersabda: "Hendaknya kalian berlaku jujur,
karena sesungguhnya jujur itu menunjukkan kalian kepada kebajikan. Dan kebajikan itu
menunjukkan kalian jalan ke surga." (HR. Muslim)

Orang-orang shiddiq selain mendapatkan kenikmatan yang besar dan kemuliaan di


sisi Allah, mereka juga diberi Allah kewenangan dalam memberi syafa'at pada hari akhir
kelak (Imam Al-Ghazali, 1991: 191).

Itulah sebabnya Allah SWT. memerintahkan manusia bersikap jujur melalui firman-
Nya dalam QS. An-Nisaa': 69 artinya: “Dan Barangsiapa yang mentaati Allah SWT dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama- sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-
orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya." 

Demikianlah Al-Qur’an yang mengharuskan manusia untuk selalu berkata jujur dan
berbuat benar. Ini berarti manusia harus menghindari sikap curang, seperti berbohong, dan
perbuatan yang melanggar hukum dan etika, seperti korupsi (Sudirman Tebba, 2003: 98).
Berdasarkan latar belakang masalah, dari banyaknya kata shiddiq dalam al-Quran sangat
menarik untuk menjadi sebuah bahasan dalam rangka memberikan pemahaman tentang
makna shiddiq. 

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Shidiq?


2. Apa ciri-ciri orang yang memiliki sifat Shidiq?
3. Apa pentingnya sifat Shidiq?
4. Bagaimana cara mencapai sifat Shidiq?

C. Tujuan 

1. Untuk mengetahui pengertian Shidiq.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri yang dimiliki orang yang bersifat Shidiq.
3. Untuk mengetahui pentingnya sifat Shidiq.
4. Untuk mengetahui cara mencapai sifat Shidiq.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Amanah atau Dapat Dipercaya

Kejujuran adalah sifat yang melekat dalam diri seseorang dan merupakan hal penting
untuk dilakukan dalam kehidupan sehari hari. Menurut Tabrani Rusyan arti jujur dalam
bahasa Arab merupakan terjemahan dari kata shiddiq yang artinya benar, dapat dipercaya.
Dengan kata lain jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur
merupakan induk dari sifat sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar,
memberikan sesuatu yang benar atau sesuai dengan kenyataan. Kejujuran menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “jujur” yang mendapat imbuhan ke-an yang artinya
“lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus atau ikhlas”. Dapat disimpulkan bahwa
kejujuran adalah suatu pernyataan dan tindakan yang sesuai dengan faktanya sehingga dapat
dipercaya dan memberikan pengaruh bagi kesuksesan seseorang.

B. Urgensi Sifat Jujur Dan Kedudukannya Dalam Islam

Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukses dalam kehidupan sehari hari.
Orang yang jujur dengan mudah dapat meningkatkan martabatnya. Kejujuran dapat
mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga. Seseorang yang
biasa berlaku jujur maka disebut shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedangkan dusta
mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) dan perilaku menyimpang
mengantarkan kepada neraka. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah
(kepada yang ma’ruf), melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi,
mengambil, maka ia disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur,
dicintai, dihormati dan dipercaya.

Kesaksiannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya mendatangkan


manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’ mencari nama. Tidak berharap
dengan perbuatannya melainkan kepada Allah SWT, baik dalam shalatnya, zakatnya,
puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah SWT semata,
tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya ataupun khianat. Tidak menuntut balasan
ataupun rasa terimakasih kecuali kepada Allah SWT.

Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak memperdulikan celaan para


pencela dalam kejujuran. Dan tidaklah seseorang bergaul dengannya melainkan merasa aman
dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya. Maka dia adalah penjaga
amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal
dan sebagai pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.

C. Bentuk Bentuk Kejujuran

Adapun bentuk, macam pengelompokan kejujuran adalah sebagai berikut:

1. Jujur niat dan kemauan

6
Niat adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi dalam kerangka hanya
mengharap ridha Allah SWT. Nilai sebuah amal dihadapan Allah SWT sangat ditentukan
oleh niat atau motivasi seseorang. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits menyatakan bahwa
sesungguhnya segala amal menusia ditentukan oleh niatnya. Selain itu, seorang muslim harus
senantiasa menimbang nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan dilakukan apakah
benar dan bermanfaat. 

2. Jujur dalam perkataan

Orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh Allah SWT dan dipercaya oleh
orang lain. Rasulullah mengingatkan dalam HR. Ahmad “Jaminlah kepadaku enam perkara
dari diri kalian, niscaya aku menjamin bagi kalian surga: jujurlah jika berbicara, pemilihlah
jika berjanji, tunaikan jika dipercaya, jagalah kemahian kalian, tundukkanlah pandangan, dan
tahanlah tangan kalian”.

3. Jujur ketika berjanji

Seorang muslim yang jujur akan senantiasa menepati janji janjinya kepada siapapun,
meskipun hanya terhadap anak kecil. Sementara itu, Allah SWT memberi pujian orang orang
yng jujur dalam berjanji. Dia memuji Nabi Ismail a.s. yang menepati janjinya dalam Q.S.
Maryam 19:54 “Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ismail didalam Al-Qur’an.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang jujur janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi”

4. Jujur dalam bermuamalah

Jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji tidak akan sempurna jika tidak
dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau bermu’amalah dengan orang lain. Seorang
muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim.
Ketika menjual tidak akan mengurangi takaran dan timbangan. Pada saat membeli tidak akan
memperberat timbangan dan menambah takaran.

5. Jujur dalam berpenampilan

Seseorang yang jujur senantiasa akan menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan
yang sebenarnya.     

7
BAB III

PEMBAHASAN
A. Keutamaan Sifat Shidiq

Siddiq artinya benar. Benar adalah suatu sifat yang mulia yang menghiasi akhlak
seseorang yang beriman kepada Allah SWT dan kepada perkara-perkara yang ghaib. Ia
merupakan sifat pertama yang wajib dimiliki para Nabi dan Rasul yang dikrim tuhan ke alam
dunia ini bagi membawa wahyu dan agamnya. Pada diri Rasulullah SAW, bukan hanya
perkataannya yang benar, malah perbuatannya juga benar, yakni sejalan dengan ucapannya.
Pengertian Shidiq ini dapat djabarkan ke dalam butir-butir sebagai berikut:

a. Memiliki sistem keyakinan untuk merealisasikan visi, misi dan tujuan


b. Memiliki kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, jujur dan
berwibawa, menjadi teladan bag peserta didik dan berakhlak mulia.

Shidiq (jujur) dapat diartikan adanya kesesuaian/keselarasan antara apa yang


disampaikan/diucapkan dengan apa yang dilakukan/kenyataan yang ada. Kejujuran juga
memiliki arti kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada. Salah satu sifat dan sikap
yang termasuk fadilah ialah ash-Shidiq yang berarti benar dan jujur. Yang dimaksud disini
ialah berlaku benar dan jujur baik dalam perbuatan. Sikap benar ini adalah salah satu fadilah
yang menentukan status dan kemjuan perseorangan dan masyarakat. Menegakan prinsip
kebenaran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan
manusia dan antara satu golongan dengan golongan lainnya.

B. Ciri-Ciri Orang Bersifat Shidiq

a. Teguh pendirian, yaitu konsisten berpegang pada prinsip dalam mencapai tujuan dalam
hidupnya, dijelaskan pada QS Al-Ahzab ayat 23 yang berbunyi:

۟ ُ‫ض ٰى نَحْ بَ ۥهُ َو ِم ْنهُم^ َّمن يَنت َِظ ُر ۖ َوما بَ َّدل‬ ۟ ‫وا ما ٰ َعهَد‬
َ َ‫ُوا ٱهَّلل َ َعلَ ْي ِه ۖ فَ ِم ْنهُم َّمن ق‬ ۟ َ ‫ِّمنَ ْٱل ُم ْؤ ِمنِينَ ر َجا ٌل‬
‫وا‬ َ َ ^ ُ‫ص َدق‬ ِ
‫تَ ْب ِدياًل‬
Artinya: Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di
antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya),

b. Tidak ragu dalam berjihad, rela mengorbankan jiwa maupun materi. Allah SWT
berfirman pada QS Al-Hujurat ayat 15 yang menyatakan:

ٓ
َ ِ‫يل ٱهَّلل ِ ۚ أُ ۟و ٰلَئ‬
‫ك هُ ُم‬ ^۟ ‫ُوا َو ٰ َجهَد‬
ِ ِ‫ُوا بِأ َ ْم ٰ َولِ ِه ْم َوأَنفُ ِس ِه ْ^م فِى َسب‬ ۟ ‫وا بٱهَّلل ِ َو َرسُولِ ِهۦ ثُ َّم لَ ْم يَرْ تَاب‬
۟
ِ ُ‫إِنَّ َما ْٱل ُم ْؤ ِمنُونَ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
َ‫ص ِدقُون‬ َّ ٰ ‫ٱل‬

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya
(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka

8
berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-
orang yang benar.

c. Memiliki keimanan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, bersedekah, mendirikan


shalat, menunaikan zakat, menepati janji, dan sabar. Allah menyatakan hal tersebut pada
QS Al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:

ٓ
۞ ‫اخ ِر َو ْٱل َم ٰلَئِ َك ِة‬
ِ ‫ب َو ٰلَ ِك َّن ْٱلبِ َّر َم ْن َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َو ْٱليَوْ ِم ٱلْ َء‬ِ ‫ق َو ْٱل َم ْغ ِر‬ ۟
ِ ‫ْس ْٱلبِ َّر أَن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْ^م قِبَ َل ْٱل َم ْش ِر‬ َ ‫لَّي‬
‫يل َوٱلسَّٓائِلِينَ َوفِى‬ ِ ِ‫ب َوٱلنَّبِ ِّيۦنَ َو َءاتَى ْٱل َما َل َعلَ ٰى ُحبِِّۦه َذ ِوى ْٱلقُرْ بَ ٰى َو ْٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ْٱل َم ٰ َس ِكينَ َوٱ ْبنَ ٱل َّسب‬ ِ َ‫َو ْٱل ِك ٰت‬
َ‫ضرَّٓا ِ^ء َو ِحين‬ َّ ‫صبِ ِرينَ فِى ْٱلبَأْ َسٓا ِء َوٱل‬ ۟ ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتَى ٱل َّز َك ٰوةَ َو ْٱل ُموفُونَ ب َع ْه ِد ِه ْم إِ َذا ٰ َعهَد‬
َّ ٰ ‫ُوا ۖ َوٱل‬ َّ ‫ب َوأَقَا َم ٱل‬ ِ ‫ٱلرِّ قَا‬
ِ ٓ ٓ
ْ ٰ ُ ۟ ٰ ُ ْ
َ‫ك هُ ُم ٱل ُمتَّقُون‬ َ ِ‫وا ۖ َوأ ۟ولَئ‬ ^ ُ‫ص َدق‬ َّ
َ َ‫ك ٱل ِذين‬ َ ِ‫س ۗ أ ۟ولَئ‬ِ ‫ْٱلبَأ‬

Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

d. Mempunyai komitmen yang tinggi terhadap Islam, sesuai dengan Firman Allah SWT
pada QS Ali Imran ayat 101 yang menyatakan:

‫ص^ ٰ َر ٍ^ط ُّم ْس^تَقِ ٍيم‬ َ ‫َص^م^ بِٱهَّلل ِ فَقَ^ ْد هُ^ ِد‬
ِ ‫ى إِلَ ٰى‬ ُ َ‫ْف تَ ْكفُ^رُونَ َوأَنتُ ْم تُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ُك ْم َءا ٰي‬
ِ ‫ت ٱهَّلل ِ َوفِي ُك ْم َر ُس^ولُهۥُ ۗ َو َمن يَ ْعت‬ ^َ ‫َو َكي‬
Artinya: Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan
kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang
berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.

C. Cara Mencapai Sifat Shidiq

a. Selalu memperkuat keimanan kepada Allah SWT dengan terus belajar tentang Islam,
dengan bertambahnya pengetahuan maka bertambah pula keyakinan kita terhadap Islam.
b. Membiasakan diri untuk bersikap jujur dalam keadaan apapun dan kepada siapapun,
karena sejatinya inti dari sifat shidiq adalah jujur.
c. Membiasakan untuk membenarkan sesuatu yang datang dari Allah SWT (Al-Qur’an dan
Sunnah) walaupun hal yang sedang dihadapi terkesan tidak sejalan dengan ilmu
pengetahuan. Al-Qur’an dan sunnah datangnya dari Allah SWT, sehingga kebenarannya
adalah mutlak, sementara ilmu pengetahuan yang dikembangkan makhluk-Nya
(manusia) sangat mungkin mengandung kekeliruan dan kesalahan.
d. Melatih diri untuk berkomitmen dalam segala aspek yang terkandung pada ajaran Islam,
yaitu aqidah, ibadah, akhlaq, syariat. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri orang shidiq yaitu
memiliki komitmen tinggi terhadap Islam.
e. Mencerna dan memaknai ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist tentang sifat shidiq sehingga
tergambar bagaimana cara untuk menjadi seseorang yang shidiq.
9
BAB IV

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa kejujuran adalah suatu pernyataan dan tindakan yang sesuai
dengan faktanya sehingga dapat dipercaya dan memberikan pengaruh bagi kesuksesan
seseorang. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf),
melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi
Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan
dipercaya. Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat
bagi orang yang sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta simpanan yang akan
ditunaikan kepada orang yang berhak.

Ciri orang yang memiliki sifat shidiq ialah orang yang teguh pendirian, tidak ragu
dalam berjihad, rela mengorbakan jiwa maupun materi, memiliki kemimanan kepada Allah
SWT, Rasulullah SAW, bersedekah, melakukan sedekah menunaikan zakat, menepati janji
juga sabar, dan orang tersebut memiliki komitmen yang tinggi terhadap islam. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mencapai sifat shidiq ialah selalu memperkuat keimanan kepada
Allah SWT dan membiasakan diri unutk bersikap jujur dalam keadaan apapun dan kepada
siapapun, karena sejatinya inti dari sifat sidiq adalah jujur.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Imam. 1991. Ihya’ Ulumuddin asy-Syifa’. Jilid I, Terj. Muhammad Zuhri.
Semarang: Asy-Syifa.

Azhmi, Sa’id Abdul. 2005. Jujur (Modal Kebahagiaan dan Keselamatan Dunia Akhirat). 
Jakarta: Pustaka Azzam.

Eka Purti Yunita Sari, 2012. Makalah Agama Islam Sidiq. Diakses melalui :
(https://ekaputri12.wordpress.com/2012/12/19/makalah-agama-islam-
sidiq/#:~:text=Di%20antara%20arti%20siddiq%20adalah,dan%20naluri%20keimanan
%20yang%20mendalam)

Tebba, Sudirman. 2003. Membangun Etos Kerja dalam Perspektif Tasawuf. Bandung:
Pustaka Nusantara Publishing.

11

Anda mungkin juga menyukai