Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“SIFAT SHIDDIQ, AMANAH, TABLIGH, FATONAH BAGI


PERAWAT PROFESIONAL”

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kajian Islam Profesi yang
diampuoleh
Drs. H. Munaseh M. Pd

Disusun oleh:
Kelompok 3 (19-E1A0-R1)

Leni Yusnita (190711006)


Risna Nur Irma Putri (190711027)
Anisa Mylina Ragil (19171145)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “SIFAT SHIDDIQ, AMANAH,
TABLIGH, FATONAH BAGI PERAWAT PROFESIONAL” ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus
berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi
seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas mata kuliah Kajian islam profesi dengan judul “SIFAT SHIDDIQ,
AMANAH, TABLIGH, FATONAH BAGI PERAWAT PROFESIONAL”.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi semua pembaca.Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki.

Cirebon, 22 desember 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Pengertian ............................................................................................ 3
2.2 Sifat teladan Rasulullah dalam pembinaan Aplikasi keperawatan . 10
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama islam berisi ajaran yang menyangkut segala aspek kehidupan
manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat maupun
sebagai makhluk dunia.

Termasuk didalamnya masalah kepemimpinan. Kepemimpinan dalam islam


pada dasarnya aktivitas menuntun, memotivasi, membimbing, dan
mengarahkan agar manusia beriman kepada Allah SWT dengan tidak hanya
mengerjakan perbuatan atau bertingkat laku yang diridhai Allah SWT. Islam
sangat cermat dalam menetapkan pemimpin yang akan menjadi teladan yaitu
menyuburkan dan membangun kepribadian Muslim. Salah seorang pemimpin
yang memenuhi kualitas seperti itu, bagi seluruh umat Islam adalah Nabi dan
Rasul Allah SWT.

Rasul sebagai utusan Allah SWT memiliki sifat-sifat ayang melekat pada
dirinya. Sifat-sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang rasul. Dan penting
bagi kita untuk mengetahui dan juga meneladani sifat-sifat Rasul.

Seorang Muslim dalam dunia kerja seharusnya memanamkan sifat-sifat


seperti Nabi yaitu Siddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanahdan Tabligh. ,
berbicara dengan benar (tidak berbohong, jujur), berfikir dengan benar
(memiliki kecerdasan berfikir) dan mampu bersosialisasi dengan benar dan
menganggap kerja adalah bagian dari ibadah Insya Alloh hasil yang akan di
dapat akan mendapatkan ridho dan rahmat dari Alloh SWT (rahmatan lil
alamin).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sifat Shiddiq bagi Perawat Profesional?
2. Bagaimana Sifat Amanah bagi seorang Perawat Profesional?
3. Bagaimana Sifat Tabligh bagi seorang Perawat Profesional?
4. Bagaimana Sifat Fatonah bagi seorang Perawat Profesional?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah :
1. Membahas mengenai Sifat Shiddiq bagi Perawat Profesional
2. Mengetahui Sifat Amanah bagi seorang Perawat Profesional
3. Mengetahui Sifat Tabligh bagi seorang Perawat Profesional
4. Memenuhi Sifat Fatonah bagi seorang Perawat Profesional

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
A. SIDDIQ
Shiddiq artinya benar. Maksud benar disini bukan hanya perkataannya
yang benar, tapi perbuatannya juga benar. Antara perilaku sejalan dengan
ucapannya. Di dalam Siddiq kita tidak hanya membahas aspek
habduminanas tapi habduminalloh juga. Tetapi pada kenyataannya beda
sekali dengan sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis,
namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surat An Najm ayat 3-4 yang
artinya:
“Dan dia tidak menuturkan (Al Qur’an) menurut hawa nafsunya” [An
Najm: 3]
“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”
[An Najm : 4] bahwa tidak ada yang diucapkan oleh Muhammad
berdasarkan hawa nafsunya, tetapi apa yang diucapkan semata-ata didasari
atas wahyu dari Allah SWT. Mustahil Nabi itu bersifat pembohong/kizzib,
dusta.
Seseorang yang memiliki sifat shiddiq, ia tidak pernah berkata dusta. Apa
yang diucapkannya selalu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Orang yang memiliki sifat shiddiq merasa selalu diawasi Allah. Ia tidak
mau berkata dusta meskipun orang lain tidak mengetahuinya. Hal itu
disebabkan ia yakin bahwa Allah mah mengetahui segala gerak-gerik dan
batin hamba-nya.
Menurut sifat Siddiq setiap muslim dalam menjalankan tugas dalam
organisasi dalam bentuk jabatan apapun haruslah senantiasa melakukan hal-
hal berikut;
1. Bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai kejujuran. Juga
menghayati sepenuhnya bahwa kejujuran merupakan jati diri yang akan
mengantarkan kepada kedudukan yang terpuji (maqamam mahmuda).

3
Meyakini sepenuhnya bahwa kejujuran hanya tumbuh berkembang dan
terpilihara selama dirinya memenuhi komitmennya sebagai hamba
Allah.
2. Meyakini sepenuhnya bahwa setiap kebohongan, pemalsuan, dan
penipuan merupakan bentuk pengkhianatan yang merendahkan
martabat dirinya sebagai hamba Allah dan merusak reputasi institusi.
3. Melaksanakan tugas-tuganya dengan integritas yang tinggi dan
karenanya tidak pernah mengenal kompromi terhadap segala bentuk
kebatilan.
4. Menetapkan komitmennya bahwa kejujuran melandasi sikap dan
tindakannya dalam menata hubungannya dengan mitra kerja.
5. Sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan dalam semua hubungan
dengan mitra kerja maupun dengan teman sejawat atas dasar kejujuran
dan saling menghormati.
6. Berusaha meningkatkan kualitas dirinya untuk menjadi anggota
institusi yang baik, yang jujur, dan bertanggung jawab, dan
professional.
7. Sangat menghargai kerja bersama-sama, berjamaah (team work),
sehingga persaudaraan dan persahabatan di antara anggota institusi
lebih dominant dari pada kepentingan dirinya.
8. Memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa kejujuran mendorong
dirinya untuk berfikir dan bertindak dengan rasa urgensi yang tinggi.
9. Sangat bersungguh-sungguh dalam setiap pelaksanaan tugas dan
senantiasa menampakkan penampilan yang simpatik dan impresif
B. Amanah
Amanah artinya bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya,
niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Seperti firman Alloh dalam surat Al A’raaf :68 yang artinya “Aku
menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah
pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A'raaf : 68] Mustahil Nabi
itu khianat terhadap orang yang memberinya amanah. Contoh: Ketika Nabi

4
Muhammad SAW ditawari kerajaan, harta, wanita oleh kaum Quraisy agar
beliau meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama Islam, beliau
menjawab: ”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka dapat
meletakkan matahari di tangan kanan ku dan bulan di tangan kiri ku agar
aku meninggalkan tugas suci ku, maka aku tidak akan meninggalkannya
sampai Allah memenangkan (Islam) atau aku hancur karena-Nya”…
Meski kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Nabi, namun Nabi
tidak gentar dan tetap menjalankan amanah yang dia terima. Seorang
Muslim harusnya bersikap amanah seperti Nabi. Apalagi di dunia kerja
amanah sudah jarang dapat kita lihat dalam prakteknya. Maka sikap
Amanah dalam dunia kerja mungkin dapat kita artikan komitmen dan
tanggung jawab moral yg tinggi dalam mengemban tugas. Jika pemimpin
bisa menunjukan sikap yang kita bahas tadi di atas yaitu berbicara dengan
benar (tidak berbohong, jujur), berfikir dengan benar (memiliki kecerdasan
berfikir) dan mampu bersosialisasi dengan benar dan menganggap kerja
adalah bagian dari ibadah Insya Alloh hasil yang akan di dapat akan
mendapatkan rahmat (rahmatan lil alamin).
Setiap muslim yang memiliki sifat amanat senantiasa melakukan hal-
hal berikut :
1. Menyadari sepenuhnya bahwa bekerja itu adalah amanah, sehingga
senantiasa bekerja dan berusaha untuk meningkatkan kualitas hasil
pekerjaannya dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab.
2. Memiliki etika yang tinggi, mengahargai semangat kerja kelompok,
sehingga merasa bertanggung jawab dan ikut aktif dalam membina
kualitas kelompoknya.
3. Bekerja saling menghormati, partisipatif, dan kooperatif untuk
mencapai hasil kerja kelompok yang optimal dan bekualitas.
4. Menjadikan semangat musyawarah merupakan cirri kepribadian
dirinya dalam memecahkan persoalan-persoalan pekerjaaan.

5
5. Menyatakan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan tugas-tugas
pekerjaaan dan senantiasa meningkatkan mutu pekerjaan dan
pelayanan di segala bidang secara tepat, cepat dan akurat.
6. Memelihara semangat dan ghirah yang sangat tinggi untuk
memberikan pelayanan prima.
7. Tidak pernah mengkomersialkan jabatannya dan atau memanipulasi
dan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi, karena hal tersebut
merupakan pengkhianatan terhadap amanah Allah.
8. Memelihara kualitas lingkungan kerja yang kondusif, menghindari
segala bentuk pergunjingan, situasi konflik, serta perbuatan lain yang
akan mengganggu institusi dan kewibawaan institusi.
9. Berteguh hati dan penuh rasa tanggung jawab memelihara harta dan
kepentingan institusi yang merupakan amanah pada dirinya.
Amanah tetap harus dijaga jangan sampai keluar jalur dan
disalahartikan, apabila amanah sudah keluar jalur maka kita sebagai orang
yang mengetahuinya wajib untuk mengingatkan dan menegurnya.
C. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan kebaikan. Segala firman Allah yang
ditujukan pada manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang
disembunyikan meski itu menyinggung Nabi. Seperti dalam firman Alloh
surat Al Jin : 2 yang artinya : “Supaya Allah mengetahui, bahwa
sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya,
dan (ilmu-Nya) meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung
segala sesuatu menurut bilangannya (satu persatu).” [Al Jin : 28]
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah (S.80:1) turun
berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang kepada
Rasulullah SAW. sambil berkata: “Berilah petunjuk kepadaku ya
Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang menghadapi para
pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling
daripadanya dan tetap mengahadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi
Maktum berkata : “Apakah yang saya katakan ini mengganggu tuan?”

6
Rasulullah menjawab: “Tidak.” Ayat ini (S.80:1-10) turun sebagai teguran
atas perbuatan Rasulullah SAW.
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari
‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
Setiap muslim yang memiliki sifat Tabligh senantiasa melakukan hal-hal
berikut :
1. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang unggul, menunjukkan
keteldanan (uswatun hasanah), sehingga dirinya menjadi panutan,
baik di lingkungan kerja maupun dalam pergaulannya dalam
masyarakat.
2. Menyadari bahwa dirinya adalah khalifah fil ardhi “pemimpin di
muka bumi” yang senantiasa harus menunjukkan sikap tingkah laku
sesuai prinsip akhlakul kharimah.
3. Proaktif dan harmonis ikut serta memberikan kostribusinya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya insani, baik secara individual
maupun kolektif.
4. Saling menolong dan saling membina satu dengan lainnya karena
disadari bahwa keberadaanya dalam institusi adalah hasil kerja
bersama.
5. Menghargai pendapat orang lain dan berkomunikasi empati atas dasar
kasih sayang dan etika yang luhur.
6. Memiliki pengandalian diri yang tinggi dalam menghadapi kondisi
kerja yang menekan.
7. Menampilkan dirinya sebagai komunikator yang efektif dan motivator
yang produktif dalam upaya membangun kualitas kerja kelompok
serta pelayanan kepada public dan mitra usaha.
8. Menjadikan proses belajar dan mengajar sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan.
9. Merasakan misi dirinya sebagai duta institusi di tengah-tengah
pergaulan masyarakat, sehingga dengan misinya tersebut tumbuhlah
citra positif masyarakat terhadap institusi.

7
Untuk menyampaikan kebaikan sangatlah sulit karena sifat manusia
yang hanya mengejar nominal tanpa dibarengi manfaat, ingin dengan cara
instan/cepat tanpa dibarengi usaha dan ingin mendapatkan kesenangan saja
tanpa di barengi ketenangan maka mereka kadang melupakan dasar dari
hidup bermasyarakat yaitu berbicara, berfikir dan beroganisasi dengan
benar sehingga hawa nafsu mengusai mereka dan mereka menjadi
khianat/tidak bisa di percaya, bodoh/jahlun, menyembunyikan /khitman(
kebalikan sifat nabi yang baik).
Demikian pula seorang muslim, ia memiliki kewajiban menyampaikan
kebenaran kepada orang lain walau pun hanya satu ayat. Rasulullah saw
bersabda:

‫بْةْيَ ْْوْلَ ْْيُ َن اْوُ ِّغلَ ب‬

Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat

Jadi, dimana saja kita berada, hendaknya kita dapat mengajak orang
lain untuk selalu berbuat baik, tolong menolong dan taat terhadap perintah-
perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Kita tidak boleh bersikap masa bodoh
dan acuh tak acuh. Apalagi, berpura-pura tidak tahu tentang ajaran islam
yang harus disampaikan. Kebalikan dari tablig adalah kitman artinya
menyembunyikan.

D. Fathonah
Fathonah artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam
menyampaikan 6.236 ayat, 114 surat dan 30 juz dalam Al Qur’an, kemudian
menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang
luar biasa.
Dari berbagai kelebihan orang yang berilmu dibanding dengan orang
yang tak berilmu maka : Islam sangat mendorong umatnya untuk selalu
menjadi orang yang pandai / cerdas dan berilmu. Lihatlah ayat yang pertama
kali turun adalah surah Al ‘Alaq : 1-6 yang artinya : "Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan

8
manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,"
Di dunia ini sesungguhnya tidak ada orang yang bodoh. Yang ada hanya
orang yang malas sehingga otak mereka tidak terasah dan lama-kelamaan
menjadi tumpul. Oleh karena itu, memiliki sifat cerdas merupakan
keharusan bagi setiap muslim.
Jika setiap muslim bersikap rajin, otak senantiasa terasah sehingga
menjadi cerdas. Orang yang cerdas mampu menyelesaikan masalah yang
timbul, baik itu masalah diri sendiri maupun masalah yang dihadapi orang
lain.
Setiap muslim yang memiliki sifat fathonah senantiasa melakukan hal-hal
berikut:
1. Melaksanakan tugas-tugasnya dengan standard kualitas tinggi sesuai
dengan visi, msi dan tujuan institusi.
2. Menyadari sepenuhnya bahwa berdisplin tinggi dan mematuhi
peraturan institusi merupakan bagian hakiki dari sikap dan cara kerja
yang prfesional.
3. Bekerja secara inovatif dan mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan untuk mencapai peningkatan kualitas dirinya.
4. Berusaha untuk menempatkan diri sebagai bagian dari khairu ummah,
bekerja secara kreatif dan inovatif untuk menemukan dan
mengembangkan berbagai bentuk hasil kerja dan pelayanan unggul.
5. Terbuka terhadap gagasan baru dan memiliki kemampuan untuk
memecahkan berbagai persoalan secara cepat, tepat dan akurat.
6. Melaksanakan tugas-tugasnya dengan motivasi tinggi, bekerja keras,
cerdas, dan tangkas untuk mencapai prestasi optimal.
7. Menyadari sepenuhnya bahwa untuk memenuhi misi institusi
dibutuhkan sikap yang proaktif dan kreatif dalam memajukan institusi.

9
8. Meningkatkan kualitas akhlak, kecerdasan dan kemampuannya secara
menyeluruh sebagai upaya untuk menempatkan diri sebagai pekerja
yang profesioanl.
9. Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip etika, moral, kejujuran, dan
kesungguhan.
Maksud Fathonah di atas adalah memiliki kecerdasan berfikir. Di dunia
kerja terutama pemimpin harus mencontoh sifat nabi yang satu ini.
Pemimpin merupakan panutan bagi bawahannya dan pemimpin orang yang
menentukan arah tujuan dari perusahaan. Kalau pemimpinnya cerdas dan
pintar dia bisa menjelaskan kepada anak buahnya tentang visi dan misi serta
tujuan peusahaan. Tetapi pemimpin juga harus berfikir dengan benar jangan
hanya pintar dan cerdas saja. Kalau tidak berfikir dengan benar mungkin
cerdas dan pintar tidak akan selamanya bisa ditempatkan pada tempatnya
karena godaan untuk manusia sangat besar.
Ada pepatah pinter ke blinger. Maksudnya orang pintar makin pintar
biasanya godaan nya makin besar dan berkemungkinan orang itu bisa jadi
sombong, ria dan syirik.Karena mereka (pemimpin) merupakan manusia
memunyai sifat yang dikuasai hawa nafsu maka mereka kadang jadi tidak
berfikir benar. Biasanya orang yang pintar haus akan pujian, kehormatan,
materi dan kesenangan. Contoh para pemimpin kita di pemerintahan,
mereka adalah orang pintar, tetap mengapa mereka masih melakukan
korupsi, padahal mereka itu tahu bahwa korupsi itu dosa.
Oleh karena itu seseorang (pemimpin, bawahan, manusia) harus
menjadi orang yang mempunyai sikap sebagai teladan yaitu menjadi
uswathun khasanah – teladan yg baik dalam seluruh sikap dan tindakan.

2.2 Sifat teladan Rasulullah SAW dalam pembinaan uman dan aplikasinya
dalam keperawatan
1. Nabi Muhammad SAW memiliki sifat yang sangat mulia. Umat islam
hendaklah mempelajari sifat-sifat Nabi meliputi shidiq, amanah, tabligh,
fathonah.

10
A. Shiddiq (benar)
Aplikasi dalam keperawatan : seorang perawat hendaknya
meneladani dan meniru sifat shiddiq, berbuat dan berucap dengan
benar. Misalkan pada saat melakukan timbang terima, perawat harus
melaporkan keadaan pasien dan intervensi yang telah dilakukan secara
benar.
B. Amanah (bisa dipercaya)
Aplikasi dalam keperawatan : seorang perawat dalam perannya
sebagai caregiver dituntut untuk senantiasa menjunjung tinggi
kejujuran dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas sesuai dengan
sumpah yang telah diucapkan. Perawat harus menjaga amanah tersebut
karena berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan pasien.
C. Fathonah (cerdas)
Aplikasi dalam keperawatan : perawat memiliki beberapa peran
diantaranya, caregiver, educator, advocator, case manager, serta
researcher. Oleh karena itu, perawat harus pandai dan menguasai serta
mengembangkan ilmu keperawatan. Ketika bekerja, perawat yang
pandai pasti bisa menganalisis kondisi pasiennya dan memilih
intervensi yang tepat. Berpikir kritis serta aktif berdiskusi dengan
tenaga kesehatan yang lain utnuk kesembuhan pasien.
D. Tabligh (menyampaikan)
Aplikasi dalam keperawatan : menyampaikan ilmu yang dimiliki
melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk pasien, keluarga
dan masyarakat.
2. Sifat-sifat Nabi lainnya seperti ramah, lemah-lembut, dan sifat lainnya
sebagai berikut :
a. Selalu mengawali suatu pekerjaan dengan Niat dan Bismallah
Aplikasi dalam keperawatan : memulai perkuliahan, pekerjaan dengan
niat. Niat akan membuat pekerjaan kita agar tetap konsisten dalam garis-
garis yang ditetapkan agama dan profesi.

11
b. Ramah dan lemah lembut
Aplikasi dalam keperawatan : komunikasi terapeutik yang merupakan
bentuk komunikasi perawat ke pasien disertai dengan sikap ramah dan
lemah lebut.
c. Penerapan pola hubungan egaliter dan akrabAplikasi dalam
keperawatan : menggunakan konsep sahabat seperti Rasulullah,
misalkan perawat sebagai Karu memiliki kedekatan dengan perawat S1,
perawat D3, asisten perawat, bahkan dengan petugas kebersihan
d. Sederhana dan Qanaah (ridha dengan pemberian Allah)
Aplikasi dalam keperawatan : perawat bekerja dengan tulus,
mengabdi serta mengamalkan ilmu. Bekerja untuk memperoleh ridho
Allah SWT, tidak hanya untuk duniawi saja.
e. Selalu tersenyum
Aplikasi dalam keperawatan : perawat selalu berusaha
memperlihatkan raut wajah tersenyum meski sedang bersedih

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam budaya kerja kita tidak hanya memikirkan untuk kepuasan dunia
saja tetapi harus diimbangi dengan kepuasan untuk bekal di akhirat nanti.
Budaya kerja yang baik menurut islam harus sesuai dengan aturan islam yang
bersumber dari Al Quran dan Al Hadist serta pendapat para sahabat dan ulama
atau ilmuan muslim sebagai tambahan. Di dalam budaya kerja menurut islam
kita harus mencontoh seperti sifat-sifat yang dimiliki oleh nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW seperti Siddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanahdan Tabligh.

Untuk teladan dan mempunyai sifat seperti nabi sangatlah sulit karena sifat
manusia yang hanya mengejar nominal tanpa dibarengi manfaat, ingin dengan
cara instan/cepat tanpa dibarengi usaha dan ingin mendapatkan kesenangan
saja tanpa di barengi ketenangan maka mereka kadang melupakan dasar dari
hidup bermasyarakat yaitu berbicara, berfikir dan beroganisasi dengan benar
sehingga hawa nafsu mengusai mereka dan mereka menjadi khianat/tidak bisa
di percaya, bodoh/jahlun, menyembunyikan /khitman.

Mari, dalam bekerja, kita luruskan niat, kuatkan motivasi, perhatikan etika
dan aturan yang ada, sebagai upaya penuaian amanah yang merupakan syarat
kemajuan.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://media-islam.or.id/2008/Nabi Muhammad Manusia Paling Sempurna di


Dunia

http://matengkol.multiply.com/journal/item/1174/MATAHARI_BULAN…

http://ms.wikipedia.org/wiki/Iman

MeneladaniEmpatSifat Rasulullah, UjihSaputra S. Pd. I,

http://uripsantoso.wordpress.com/2010/08/30/meneladani-empat-sifat-rasulullah/

14

Anda mungkin juga menyukai