Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN ANAK


USIA SEKOLAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu: Asiah, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Moch. Gaizka Mendieta (4201.0119.A035)
2. Pramudita Fauzi Shaffar (4201.0119.A043)
3. Rosmelinda Azhrini (4201.0119.A049)
4. Siti Julaeha (4201.0119.A053)
5. Suni Aika (4201.0119.A057)
6. Dewi Maryani (4201.0119.A059)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) CIREBON
JL. BRIGDJEN DHARSONO NO, 12B KERTAWINANGUN, KEDAWUNG, CIREBON,
JAWA BARAT 45153
TA 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Keluarga Pada Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah” sebagai tugas
Ujian Akhir Semester ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah Keperawatan Keluarga. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang materi tersebut bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Asiah, M.Kep selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Keluarga, yang telah memberikan tugas tersebut sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami di mata kuliah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang dapat membangun semangat akan kami nantikan demi kesempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya.

Cirebon, Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................5
2.1 Konsep Keluarga..............................................................................................................5
2.2 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah.......................................................................9
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah...........18
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN....................................................................................21
3.1 Kasus ...............................................................................................................................21
3.2 Pembahasan......................................................................................................................21
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................................32
4.1 Simpulan..........................................................................................................................32
4.2 Saran................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................33

BAB I
3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan keluarga merupakan salah satu teknik yang dilakukan perawat untuk
mengetahui keadaan keluarga tersubut baik yang sehat maupun sakit yang berada dalam satu
rumah. Keluarga adalah sekumpulan orang yang berikatan dengan tali perkawinan yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya baik anak kandung maupun adopsi.
Keluarga mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara Bio-Psiko –
Sosio-kultur-spritual dan juga memenuhi fungsi reproduksi untuk menuruskan kelangsungan
menambah SDM.
Dalam ilmu kesehatan ada beberapa tahap perkembangan keluarga, salah satunya adalah
Keluarga dengan tahap perkembangan anak usia Sekolah, tahap ini dimulai sejak anak
berusia 6-12 Tahun, dalam tahap ini orang tua mempunyai tugas untuk menghadapi pisah
dengan anaknya dan melepaskan anknya karena anak usia prasekolah ini akan lebih senang
bergaul dan bermain dengan teman sebaya. Pada tahap ini juga keluarga mempunyai tahap
perkembangan untuk mengajarkan anaknya untuk bersosialisasi dan meningkatkan prestasi
anak.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tahap ini adalah perawat memberikan
perawatan dan melakukan pengkajian langsung dengan keluarga, apakah keluarga sudah
memenuhi tugas perkembangan anak pada usia ini atau belum, serta mejelaskan kepada
keluarga tugas perkembangan anak usia sekolah, selain itu perawat juga melakukan
pengkajian disekitar lingkungannnya, apakah tempat keluarga yang ditempati keluarga layak
untuk ditempati atau tidak, serta melakukan perawatan dan memberi solusi kepada keluarga
untuk mencegah terjadinya penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep keluarga?
2. Bagaimana tahap perkembangan anak usia sekolah?
3. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada anak usia sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengenal dan mengetahui
tahap perkembangan keluarga anak usia sekolah dan asuhan keparawatannya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Mengatahui tugas keluarga dengan tahap perkembangan anak usia sekolah
b. Mengetahui asuhan keprawatan keluarga dengan tahap perkembangan anak usia
sekolah

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta social individu-indidu yang
didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. (Duval, 1972).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
empertahankan kebudayaan. (Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989).
2. Fungsi Keluarga Menurut Friedman, (1987)
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Anggota keluarga mengembangkan ganbaran dirinya yang positif,
peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.
b. Fungsi Sosial
Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.
Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi dimana anggota keluarga
belajar disiplin norma keluarga, prilaku melalui interaksi dalam keluarga. Selanjutnya
individu maupun keluarga berperan didalam masyarakat.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian,
perumahan dan lain-lain.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau pemeliharaan kesehatan yang
mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. ( Zaidin Ali, 1999 ).

5
3. Tipe Keluarga
Delapan tipe keluarga menurut Frieman ( 1986 ) :
a. Nuclear Family
Keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan dan tinggal
alam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended Family
Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
dan saling menunjang satu sama lainnya.
c. Single Parent Family
Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-
anak yang masih bergantung padanya.
d. Nuclear Dyatd
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah
yang sama.
e. Recontituened atau Blended Family
Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan dan masing-masing membawa
anak dari hasil perkawinan terdahulu.
f. Tree Generation Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak,ibu, anak dalam
satu rumah.
g. Single Adult Living Alone
Keluarga yang terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h. Midle Age Atau Ederly Couple
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.
4. Tingkat Perkembangan Keluarga
Terdapat delapan tahap tingkat perkembangan keluarga menurut Friedman, ( 1998 ) :
a. Tahap I : Keluarga Pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap
pernikahan).
Tugasnya adalah :
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30
bulan).
Tugasnya adalah :
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan).
2) Rekontruksi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga
3) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
orang tua, kakek dan nenek.

6
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6
tahun).
Tugasnya adalah :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah
2) Mensosialisasikan anak.
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-
anak yang lain.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan
dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan
komunitas).
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13
tahun).
Tugasnya adalah :
1) Mensosialisakan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3) Memenuhi kebutuhan Kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun).
Tugasnya adalah :
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f. Tahap VI : Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
Tugasnya adalah :
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension).
Tugasnya adalah :
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan Kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang
tua lansia dan anak-anak.
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiunan dan lansia (juga menunjuk kepada
keluarga yang berusia lanjut usia atau pension hingga pasangan yang sudah
meninggal dunia).
Tugasnya adalah :
7
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi
hidup).
5. Lima Tugas Keluaga Dalam Bidang Kesehatan
Lima tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friedman, (1981) adalah :
1) Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembagalembaga
Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas Kesehatan yang ada.
6. Struktur Keluarga
Struktur keluarga Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1) Bersifat terbuka dan jujur
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3) Berpikiran positif
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a) Karakteristik pengirim: yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa
yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan
balik.
b) Karakteristik penerima: siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan
validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran
ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa
anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga
yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri
dirumah.
c. Struktur kekuatan

8
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.Norma adalah pola perilaku
yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya
adalah kupulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah (Murwani, 2007).
2.2 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota maksimum dan hubungan keluarga diakhir tahap ini ( Duval, 1977 ).
Pada masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini anak-anak mempunyai keinginan
dan kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping kegiatankegiatan wajib dari sekolah dan
dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orangtua sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas
perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas dan
perkembangannya sendiri.
Menurut Erikson (1950) orangtua berjuang dengan tuntutan ganda yaituberupaya mencari
kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan generativitas)
danmemperhatikan perkembangan mereka sendiri, sementara anak-anak usia sekolah bekerja
untuk mengembangkan sense of industry–kapasitas untuk menikmati pekerjaan dan mencoba
mengangkis perasaan rendah hati.
Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk belajar menghadapi pisah dengan atau lebih
sederhana membiarkan anak pergi. Lama kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan
kegiatan-kegiatan di luar rumah akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan
anak usia sekolah. Tahun-tahun ini dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan keluarga, tapi ada
juga kekuatan-kekuatan yang secara perlahanmendorong anak tersebut pisah dari keluarga
sebagai persiapan menuju masa remaja. Orangtua yang mempunyai perhatian di luar anak
mereka akan merasa lebih mudah membuat perpisahan yang perlahan-lahan. Akan tetapi,
dalam contoh-contoh dimana peran ibu merupakan central dan satu-satu nya peran yang
signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses pisah ini merupakan sesuatu yang
menyakitkan dan dipertahankan mati-matian.
Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan yang luar biasa dari komunitas diluar
rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar keluarga yang mengharuskan
anak-anak mereka menyesuaikan diri dengan standar-standar komunitas bagi anak. Hal ini
cendrung mempengaruhi keluargakeluarga kelas menengah untuk kelas menengah menekan
nilai-nilai tradisional pencapaian dan produktivitas, dan menyebabkan sejumlah keluarga dari
kelas pekerja dan banyak keluarga miskin meras tersingkir dari dan konflik dengan sekolah
dan/atau nilai-nilai komunitas.

9
Kecacatan pada anak-anak akan ketahuan selama periode kehidupan anak. Para perawat
sekolah dan guru akan mendeteksi banyak defek penglihatan, pendengaran, wicara, selain
sulit belajar gangguan tingkah laku, dan perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan
anak , penyalahgunaan zat, dan penyakutpenyakit menular (Edelman dan Mandle, 186).
Bekerja dengan keluarga dengan peran sebagai konselor dan pendidik dalam bidang
kesehatan, selain untuk memulai rujukan yang layak untuk skrining lanjutan, membutuhkan
energi yang sangat banyak dari seorang perawat sekolah. Ia juga bertindak sebagai
narasumber bagi guru sekolah, memungkinkan guru mampu menangani kebutuhan-
kebutuhan kesehatan individu atau yang telah lazim dari siswa-siswa secara efektif. Ada
banyak keadaan cacat yangterdeteksi selama tahun-tahun sekolah, termasuk epilepsi, serebral
palsi, reterdasi mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi utama perawat kesehatan disini
disamping fungsi rujukan, mengajar, danmemberikan konseling kepada orangtua mengenai
kondisi tersebut akan membantu keluarga melakukan koping sehingga pengaruh yang
merugikan dari cacat tersebut pada keluarga dapat diminimalkan.
Bagi anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat keluarga di sekolah, klinik, kantor
dokter, dan lembaga-lembaga komunitas harus mengupayakan keterlibatan orangtua secara
aktif. Memulai rujukan untuk konseling/terapi keluarga sering amat bermanfaat dalam
membantu keluarga agar sadar akan masalah-masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi
anak usia sekolah secara merugikan. Jika orangtua dapat menata kembali masalah tingkah
laku anak sebagai sebuah masalah keluarga dan berupaya mencari resolusi dengan fokus baru
tersebut, akan tercapai lebih banyak fungsi-fungsi keluarga dan tingkah laku anak yang sehat
(Bradt, 19888).
1. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel atau organ yang bisa diukur. (Soetjiningsih, 1995).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-
sel dan juga karena bertambah besarnya sel. (IDAI, 2002).
Selain itu, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran. (Whaley
and Wong).
2. Definisi Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.
(Soetjiningsih, 1995).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkansebagai hasil
dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang
terorganisasi. (IDAI, 2002).
Perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari
tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses

10
maturasi dan pembelajaran terhadap perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak.
(Whaley and Wong).
3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
a. Faktor Genetik
Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas jaringan
terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang, termasuk
faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis
kelamin dan suku bangsa.
b. Faktor Lingkungan
1) Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan (faktor prenatal). Gisi
ibu waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi,
stress, imunitas dan anoksia embrio.
2) Faktor lingkungan setelah lahir ( Faktor post natal )
a) Lingkungan biologis, meliputi Ras, Jenis kelamin, Umur, Gizi, Perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi metabolisme dan hormon.
b) Faktor fisik yaitu cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.
c) Faktor Psikososial yaitu stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang
wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat.
4. Sifat Dan Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
a. Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya
ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan,
lingkar dada, dan lain- lain.
2) Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada
proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga
dewasa.
3) Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada
selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu,
atau hilangnya refleks-refleks tertentu.
4) Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada.
b. Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan
fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada
fungsi alat kelamin.
2) Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu
perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau dari
bagian proksimal ke bagian distal.
3) Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan
melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang
11
sempurna.
4) Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan
yang berbeda.
5) Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana
tahapan  perkembangan harus melewati tahap demi tahap (Narendra, 2002).
5. Teori Perkembangan
a. Sigmeun Freud ( Perkembangan Psychosexual )
1) Fase Oral (0 – 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat kepuasaan
saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap jari dan
tangannya atau benda – benda sekitarnya.
2) Fase Anal (2 – 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat BAB,
waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
3) Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral
bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki – laki pada ibunya menimbulkan
gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus compleks.
4) Fase Latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan
kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak – nak mencari
teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis
kelaminnya dari orang dewasa.
5) Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah mulai matang, heteroseksual dan mulai menjalin hubungan
rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
b. Piaget (Perkembangan Kognitif)
Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan
mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan masalah kompleks menjadi
simple dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan
prestasi dengan kemampuan yang dimiliki anak.
1) Tahap sensori – motor ( 0 – 2 tahun)
Perilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental yang
bersifat simbolis (berpikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan anak mulai bisa melakukan
operations, awal kemampuan berfikir.
2) Tahap pra operasional ( 2 – 7 tahun)
a. Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam hubungan
dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ;
anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam
bertelur jadi semua binatang bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu
(truk dan mobil sama karena punya roda empat). Pola penalaran sinkretik
12
terjadi bila anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria klasifikasinya. Misal
mula – mula ia mengelompokkan truk, sedan dan bus sendiri – sendiri, tapi
kemudian mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan
besar – kecilnya, dst.
b. Tahap intuitif (4 – 7 tahun)
Pola pikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian bagian
terentu dari objek dan semata – mata didasarkan atas penampakan objek.
3) Tahap operasional konkrit (7 – 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah
bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya
tetap.Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut
berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
4) Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek – objek
yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari
berbagai sudut yang berbeda.
c. Erikson ( Perkembangan Psikososial )
Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu
menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah
bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang baik itu
berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.
Perkembangan Psikososial :
1) Trust vs. Misstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust
dan misstrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan
mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan
penting.
2) Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi
peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan,
perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya,
sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu.
Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.
3) Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak
akan mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk
melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang
dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia akan selalu merasa bersalah dan
tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri
4) Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)

13
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran
dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah
rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak
menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak
akan rendah diri.
5) Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan dorongan yang
makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berpikir bagaimana masa
depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jika ia berhasil
melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya.
6) Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan
dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang tidak
mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
7) Generativy vs self absorbtion ( dewasa tengah )
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian
masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan
individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi
mendatang tetapi bila tahap - tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman
negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
8) Ego integrity vs Despair ( dewasa lanjut )
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi,
dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan puas. Bila ia
merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang
mendalam.
d. Kohlberg (Perkembangan Moral)
1) Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan
hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas akibat
sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai
menyesuaikan diri dengan harapan – harapan lingkungan untuk memperoleh
hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
2) Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban
sosial agar disebut anak baik atau anak manis.

3) Purna Konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip
pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di
sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap
orang lain.
14
e. Fase Dan Tugas Perkembangan Menurut Hurolck
a) Prenatal (sebelum lahir) atau pralahir
Prenatal ini mulai konsepsi sampai umur 9 bulan dalam kandungan ibu.
b) Masa natal
1) Infancy atau neonates (dari lahir-14 hari)
Fase ini merupakan fase penyesuaian terhadap lingkungan. Pada masa ini,
bayi mengalami masa tenang dan tidak banyak terjadi perubahan.
2) Masa bayi (antara 2 minggu-2 tahun)
Masa ini dimulai pada masa ketika anak sangat bergantung pada lingkungan
dan kemudian kerena perkembangan anak mulai berusaha menjadi lebih
independen.
3) Masa anak (2-10/11 tahun)
Tanda-tanda khas: usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga ia
merasa bahwa dirinya merupakan sebagian dari lingkunagn yang ada.
Penyesuaian sosial dilaksanakan dengan pergaulan dan berbagai pertanyaan.
Ketika usia anak mencapai 3 tahun, masa ini dikenal sebagai masa sturn und
Drang dan periode haus nama. Usia 6 tahun merupakan masa penting untuk
proses sosialisasi.
4) Masa remaja (11/12-20/21 tahun)
(1) Praremaja (11/12-13/14)
Dikatakan juga sebagai fase negatif. Fase yang sukar untuk anak dan
orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh, terutama seks juga
mengganggu.
(2) Remaja awal (13/14-17 tahun)
Perubahan-perubahan fisik terjadi sangat pesat dan mencapai pucaknya.
Ketidak seimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal
terdapat pada masa ini.
(3) Remaja lanjut (17-20/21 tahun)
Dirinya ingin selalu menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan diri. Ia
idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energy
yang besar.
5) Dewasa
(1) Dewasa awal (21-40 tahun)
Tahap ini adalah masa penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru, dan
harapan mengembangkan sifat-sifat, nilai-nilai yang serba baru.
(2) Dewasa menengah (40-60 tahun)
Tahapan dewasa menengah merupakan masa transisi, masa menyesuaikan
kembali, masa equilibrium-diseqluibrium.
f. Fase Dan Tugas Perkembangan Menurut Buhler
a) Fase pertama (0-1 tahun)

15
Fase ini adalah masa menghayati berbagai objek diluar diri sendiri serta saat
melatih fungsi-fungsi, khususnya fungsi motorik, yakni fungsi yang berhubungan
dengan gerakan-gerakan anggota badan.
b) Fase kedua (2-4 tahun)
Fase ini merupakan masa pengenalan dunia objektif diluar diri sendiri, disertai
dengan penghayatan yang bersifat subjektif. Mulai ada pengenalan pada “aku”
sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri. Anak tidak mengenal dunia
luar berdasarkan pengamatan yang objektif, melainkan memindahkan keadaan
batinnya pada benda-benda diluar dirinya.
c) Fase ketiga (5-8 tahun)
Fase ini bisa dikatakan sebagai masa sosialisasi anak. Pada masa ini, anak mulai
memasuki masyarakat luas (misalnya, taman kanak-kanak, pergaulan dengan
kawan-kawan sepermainan, dan sekolah dasar). Anak mulai belajar mengenal
dunia sekitar secara objektif. Ia mulai belajar mengenal arti prestasi, pekerjaan,
dan tugas-tugas kewajiban. Jadi yang penting diperhatikan pada fase ini adalah
berlangsungnya proses sosialisasi.
d) Fase keempat (9-11 tahun)
Pada perode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai
masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-
dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar; masa pemusatan dan
penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi.
e) Fase kelima (14-19 tahun)
Fase ini merupakan masa tercapainya synthese diantara sikap kedalam batin
sendiri  dengan sikap keluar,pada dunia objektif. Untuk kedua kali dalam
kehidupannya, anak bersikap subjektif (subjektivitas pertama terdapat pada fase
kedua, yaitu usia 3 tahun). Namun subjektivitas kali ini dilakukan dengan sadar.
g. Fase dan tugas perkembangan menurut havighurs
a) Periode bayi dan anak kecil
Berjalan belajar, belajar makan makanan padat, belajar berbahasa, control badan,
stabilitas psikologik, belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin kontak
perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang lain, pembentukan
pengertian sederhana; realita fisik dan realita sosial, belajar apa yang benar dan
apa yang salah, perkembangan kata hati.

b) Anak sekolah
Ketangkasan fisik, sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme yang
tumbuh, belajar peranan jenis kelamin, kontak-kontak dengan teman-teman
sebaya, belajar sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga, belajar membaca,
menulis, berhitung, belajar pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari.
Perkembangan moralitas skala nilai-nilai.
16
c) Masa muda (pubertas, adolesensi)
Menerima keadaan jasmaniah. Menerima peranan jenis persiapan menikah dan
mempunyai keluarga, belajar lepas orang tua secara emosional, belajar bergaul
dengan kelompok anak wanita/anak laki-laki. Belajar tanggung jawab sebagai
warga Negara, menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab
sosial. Perkembangan skala nilai secara sadara  perkembangan gambaran dunia
yang adekwat. Persiapan mandiri secara ekonomis pemilihan dan latihan jabatan.
d) Masa dewasa muda
Memilih jodoh, belajar hidup dengan suami/istri mulai membentuk keluarga,
mengasuh anak, mengemudikan rumah tangga, menemukan kelompok sosial.
Menerima tanggung jawab warga negara. Mulai bekerja.
e) Usia tengah baya
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap percobaan fisik dan fisiologik.
Pasangan dipandang sebagai person, menolong anak-anak muda menjadi dewasa.
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara usia secara penuh. Mencapai
dan mempertahankan standar hidup ekonomi. Merealisasikan kesantaian.
f) Masa dewasa lanjut
Penyesuaian terhadap kekuatan fisik yang menurun. Menyesuaikan diri dengan
kematian teman hidup, menemukan relasi dengan kelompok sebaya. Memenuhi
kewajiban-kewajiban social dan warga Negara. Penyesuaian dengan gaji yang
berkurang dan keadaan pension. Merealisasikan keadaan hidup fisik yang sesuai. 
6. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Tahap Siklus Kehidupan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga


Keluarga
Keluarga dengan anak usia 1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk
sekolah meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga.

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah
a. Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga)
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
3. Identitas anak
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
17
5. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
6. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
7. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah
dicapai)
8. Pemeriksaan fisik
9. Lengkapi dengan pengkajian fokus :
1) Bagaimana karakteristik teman bermain
2) Bagaimana lingkungan bermain
3) Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
4) Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang
dimilikinya
5) Bagaimana temperamen anak saat ini
6) Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
7) Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
8) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
9) Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
10) Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekola
11) Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain
12) Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
13) Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
14) Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
15) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua
sifat, yaitu :
1. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai usia anak
2. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas keluarga
yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu :
1) Masalah aktual/risiko
a) Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh.
b) Menarik diri dari lingkungan sosial
c) Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah.
d) Mudah dan Sering marah
e) Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang
dibebankan
f) Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
g) Keengganan melakukan kewajiban agama
h) Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
i) Gangguan komunikasi verbal

18
j) Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan
untuk bermain).
2) Potensial atau sejahtera
a) Meningkatnya kemandirian anak
b) Peningkatan daya tahan tubuh
c) Hubungan dalam keluarga yang harmonis
d) Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
e) Pemeliharaan kesehatan yang optimal.

Skala Prioritas Masalah

No. Kriteria Score Bobot Pembenaran


1. Sifat masalah :
a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Tinggi 1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah :
a. Tinggi 2 2
b. Sedang 1
c. Rendah 0
3. Potensial untuk dicegah :
a. Mudah 3
b. Cukup 2 1
c. Tidak dapat 1
4. Menonjolnya masalah :
a. Masalah dirasakan dan 2
perlu segera ditangani 1
b. Masalah dirasakan 1
c. Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL SCORE
Sumber : Padila, (2012)
Keterangan :
Score
Total Skor didapatkan dengan : x Bobot = Nilai
Angka tertinggi
Cara melakukan Skoring adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua kriteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan keluarga.
c. Intervensi Keperawatan

19
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan,
pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas,
intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu
dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010). Lain halnya menurut Padila
(2012) intervensi keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan
umum dan tujuan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang
memuat kriteria standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,
rasional dan menunjukkan waktu.
d. Implementasi Keperawatan Keluarga
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi
yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam
bidang kesehtan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan
mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk:
mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan
kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi
kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (Sugiharto,2012).
Implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan
transkultural menggunkan tiga strategi utama, yaitu mempertahankan budaya yang sesuai
dengan situasi dan kondisi kesehatannya saat ini; negosiasi budaya yang lebih
menguntungkan situasi dan kondisi kesehatannya saat ini; dan melakukan restrukturisasi
budaya, yaitu dengan menggantikan budaya yang lebih sesuai dengan situasi kesehatannya
saat ini (Sugiharto,2012).
e. Evaluasi Keperawatan Keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas yang tinggi dalam
mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima dalam proses
keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah tujuan yang telah ditetapkan
akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi (Sugiharto,2012).

BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 KASUS

20
Studi kasus dilakukan pada keluarga Tn. Nanang (48 Tahun) dan istrinya Ny. Ati (49 Tahun)
yang beralamat di Desa Pasiripis RT.04-RW.02, Kecamatan Kertajati, Kabupaten
Majalengka, pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2021. Tn. Nanang mempunyai
3 orang anak dengan anak ke-3 yaitu An. Farhan yang berada pada tahap perkembangan
anak usia sekolah yang berusia 9 Tahun. An. Farhan mengalami gejala penyakit jantung dan
dilahirkan secara caesar sempat dibawa ke Rumah Sakit Jantung Hasna Medika Cirebon.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, An. Farhan dan keluarga didapatkan hasil tanda-tanda vital
normal dan pemeriksaan fisik khusus normal. Keluarga mempunyai penyakit masing-masing
yaitu Tn. N mempunyai penyakit jantung dan hipertensi, Ny. Ati mempunyai penyakit DM,
anak pertama yaitu Tn. Ryan (28 Tahun) mengalami gejala penyakit DM, anak kedua yaitu
An. Pramudita (20 Tahun) mempunyai penyakit hipertensi, dan anak ketiga yaitu An. Farhan
(9 Tahun) mengalami gejala penyakit jantung. Keluarga rutin melakukan pengobatan ke
fasilitas kesehatan. Keluarga melakukan semua tugas keluarga dengan baik.

3.2 PEMBAHASAN

Pengkajian

Tanggal 17 Desember 2021

1. Data Umum
Nama Kepala Keluarga : Tn. N
Usia : 48 Tahun
Pendidikan : D3 Keperawatan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Desa Pasiripis RT.04-RW.02, Kecamatan Kertajati,
Kabupaten Majalengka, Kode Pos 45457.
Daftar Anggota Keluarga :

No. Nama L/ Usia Hubungan Pendidika Pekerjaan Status


P n Kesehatan
1. Tn. L 48 KK D3 PNS Penyakit
Nanang Jantung
dan
Hipertensi
2. Ny. Ati P 49 Istri SMA IRT DM
3. Tn. Ryan L 28 Anak Ke-1 A.Md.Kep, Honorer Gejala DM
S.Kep, Ners dan (keturunan
Praktek dari Ibu)
Mandiri
4. An. L 20 Anak Ke-2 Sedang Belum Hipertensi
Pramudita menempuh Bekerja (Keturunan

21
Pendidikan dari Ayah)
S1 dan
Ners
5. An. L 9 Anak Ke-3 Duduk di Belum Gejala
Farhan bangku Bekerja Penyakit
Sekolah Jantung
Dasar (SD) (Keturunan
dari Ayah)
Genogram :

Keterangan:
: Laki-Laki

: Perempuan

: Klien (An. Farhan)

Tipe Keluarga : nuclear family yang terdiri atas Ayah, Ibu dan 3 Anak.
a. Kewarganegaraan/Suku Bangsa : Indonesia/Sunda
b. Agama : Islam
c. Status sosial ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga Tn. Nanang 5.000.000/bulan Gaji Pokok, Penghasilan Praktek
Mandiri 25.000.000-30.000.000/bulan.
d. Aktivitas rekreasi keluarga:
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah Menonton TV, bermain ke
Wisata, terkadang berkumpul bersama sanak saudara dan tetangga dekatnya.

2. Riwayat Perkembangan Keluarga


a. Saat ini Keluarga Tn. Nanang berada pada fase Keluarga dengan usia produktif
(pasangan usia subur)
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, pendidikan anak ke-2 dan ke-3
belum selesai.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

22
Tn. Nanang menderita Penyakit Jantung setelah kontrol di Klinik Jantung Cirebon Dr.
Edial Sanif, sp.jp. pada Tahun 2019 dan mendapat Rawat Jalan, Ny. Ati menderita
DM setelah kontrol di Klinik Dr. Irwan Sp.PD dan mendapat Rawat Jalan, Anak ke-1
mengalami gejala DM setelah dicek gula darah, Anak Ke-2 mengalami Hipertensi
setelah di cek Tekanan Darah pada saat sakit mencapai 170/90 mmHg, anak ke-3
mengalami gejala penyakit jantung pada saat baru lahir operasi caesar sempat dibawa
ke Klinik Jantung Hasna Medika Cirebon.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Tn. Nanang menderita Penyakit Jantung setelah kontrol di Klinik Jantung Cirebon Dr.
Edial Sanif, sp.jp. pada Tahun 2019 dan mendapat Rawat Jalan, Ny. Ati menderita
DM setelah kontrol di Klinik Dr. Irwan Sp.PD dan mendapat Rawat Jalan, Anak ke-1
mengalami gejala DM setelah dicek gula darah, Anak Ke-2 mengalami Hipertensi
setelah di cek Tekanan Darah pada saat sakit mencapai 170/90 mmHg, anak ke-3
mengalami gejala penyakit jantung pada saat baru lahir operasi caesar sempat dibawa
ke Klinik Jantung Hasna Medika Cirebon.
3. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Luas bangunan rumah yang ditempati sekitar 192 Meter Persegi (12m x 16m) terdiri
atas 1 Ruang Tamu, 2 ruang Keluarga, 4 Kamar Tidur, 1 Ruang Dapur, dan 2 Kamar
Mandi, 1 Gudang, 1 Garasi, didepan ada teras rumah dan dibelakang rumah ada
taman, disamping Rumah Tempat Praktek dan Taman. Bangunan rumah berbentuk
Minimalis Modern 2 Lantai. Lantai rumah berbentuk dari granit dengan keadaan
bersih dan penataan alat/perabot rumah tangga yang cukup rapi. Penerangan dan
ventilasi cukup, sumber air sumur dan air minum mineral, dan WC menggunakan
septik tank yang terletak di belakang rumah.
Lantai 1 Lantai 2 Tempat Praktek

Gudang WC 2 Tangga
Kamar 3
WC 1

Dapur Tangga Kamar Tidur

Kamar 2 R. Keluarga 2 Lorong


Kamar 4 Lorong
R. Praktek
R. Keluarga 1 Kamar 1 Mandiri

Garasi R. Bersantai
R. Tamu
Lorong

Tangga Balkon
Teras Rumah
b. Karakteristik tetangga dan Komunitas RW

23
Keluarga Tn. Nanang hidup di lingkungan pedesaan. Sebagian besar dari lingkungan
tetangga adalah bercocok tanam (petani padi dan palawija). Interaksi antarwarga
banyak dilakukan pada sore dan malam hari, dikarenakan pada pagi hari umumnya
warga berangkat bertani.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. Nanang menempati rumah yang ditempatinya sejak anak pertama
sampai sekarang.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga termasuk anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti kegiatan
masyarakat, dengan keluarga dilingkungan sekitar saling berinteraksi dengan baik.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn. Nanang ada 5 orang, terdiri atas suami, istri dan 3 anak. Fasilitas
Penunjang kesehatan dari Klinik Jantung Cirebon Dr. Edial Sanif, sp.jp.

4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Diantara anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis. Dalam menghadapi
suatu permasalahan biasanya dilakukan secara musyawarah keluarga sebelum
diputuskan suatu permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan cara sangat terbuka.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan dua orang anak
yang saling memerhatikan.
c. Struktur Peran keluarga
 Tn. Nanang sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangganya.
 Ny. Ati sebagai istri menjadi IRT.
 Tn. Ryan sebagai anak ke-1 yang sudah lulus pendidikan D3 dan S1 di
STIKes Cirebon dan Ners di STIKes Mahardika Cirebon dan sudah menikah
mempunyai anak laki-laki 1 dan sudah bekerja.
 An. Pramudita sebagai anak ke-2 sedang menempuh perkuliahan S1
Keperawatan dan Ners di STIKes Cirebon.
 An. Farhan sebagai anak ke-3 duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 3.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dalam beragama Islam yang dianutnya dan Norma masyarakat disekitarnya.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga.

b. Fungsi Sosial

24
Keluarga selalu aktif dalam melakukan kegiatan yang ada di masyarakat, dan
mengadakan memasak makanan dan daging bersama tetangga dan dibagikan ke
tetangga-tetangga terdekat setiap tahunnya.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga selalu mengecek kesehatan dan mampu memahami kesehatan dikeluarga
maupun tetangga.
d. Fungsi Reproduksi
Tn. Nanang berusia 48 tahun dan Ny. Ati berusia 49 tahun merupakan usia produktif,
keluarga menggunakan kontrasepsi suntik.
e. Fungsi Ekonomi
Tn. Nanang bekerja di Puskesmas Kertajati dan memegang Pustu Kertawinangun
Kecamatan Kertajati, dan setelahnya pulang bekerja sebagai PNS, beliau membuka
Praktik Keperawatan di Rumahnya sendiri. Sedangkan Ny. Ati bekerja mengurus
Rumah Tangga atau IRT.

6. Stres dan Koping Keluarga


a. Stresor yang dimiliki
Stresor yang dimiliki oleh Keluarga Tn. Nanang adalah Penyakit Jantung dan
Hipertensi yang dideritanya, DM yang diderita istrinya (Ny. Ati), gejala penyakit DM
pada anak pertama (Tn. Ryan), gejala penyakit jantung pada anak ke 3 (An. Farhan),
hipertensi yang diderita anak ke-2 (An. Pramudita).
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor
Keluarga sudah beradaptasi terhadap penyakitnya dan selalu hidup bersih dan sehat,
namun kebiasaan merokok yang masih sulit untuk diberhentikan, dan keluarga
memiliki iman yang kuat selalu berpasrah diri dihadapan yang Maha Kuasa untuk
menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
c. Strategi koping yang digunakan
Keluarga biasanya berdiskusi dalam menghadapi masalah.
d. Strategi Adaptasi Disfungsional
Tn. Nanang sejak dinyatakan Penyakit Jantung di periksa di Klinik Jantung Cirebon
Dr. Edial Sanif sp.jp, sekarang masih merasakan belum sembuh tetapi sedikit
membaik dan masih harus rutin kontrol, Ny. Ati sejak dinyatakan menderita DM di
Klinik Dr. Irwan, sp.PD. merasakan penyakitnya belum sembuh tetapi keadaannya
setiap hari semakin membaik dan sudah tidak terasa lagi adanya penyakit DM, Anak
pertamanya sampai sekarang merasakan penyakitnya tetapi setiap hari selalu
membaik, anak ke 2 yang mengalami hipertensi terakhir mengalaminya 1 tahun yang
lalu dan tidak ada kejadian hipertensi terulang lagi, anak ke 3 keadaanya semakin
membaik, dan sekarang layaknya anak sehat, tetapi kalau terlalu kecapean, terkadang
mengalami sesak napas ringan.
7. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga.
25
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum An. Farhan nampak sehat, badannya sesuai dengan usianya, makan
minum dalam batas normal, Tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 100/80 mmHg,
Denyut Nadi: 82 x/menit, Respirasi: 24 x/menit, Suhu: 36˚C, TB: 135 cm, BB: 30 kg.
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
 Kepala dan Leher, Normal/tidak adanya kelainan, bentuk kepala normal.
 Leher, pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis,
dan arteri corotis, tidak teraba adanya pembesar kelenjar tiroid (struma).
 Mata, konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan baik.
 Telinga, pendengaran baik.
 Hidung, Bentuk hidung simestris, penciuman normal, tidak terdapat nyeri
tekan, pada anak ke-2 terdapat adanya Polip Hidung sebelah kiri.
 Mulut, tidak ada kelainan.
 Dada, Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung s1 dan s2 tunggal, tidak
terdapat palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-), dan pernapasan
cuping hidung (-).
 Abdomen, Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran
hepar, tidak terdapat nyeri tekan, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
baik, dan tidak ada bekas luka operasi.
 Ekstremitas atas dan bawah, Pada Ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat
edema, tidak terjadi kelumpuhan, dari keempat ekstremitas mampu
menggerakan persendian, mampu mengangkat, dan melipat persendian secara
sempurna.

8. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. Nanang berharap semua keluarga sehat, meskipun sekarang mengalami
penyakit tetapi semua keluarga diberikan pengobatan sesuai dengan kebutuhannya.
Keluarga berharap suatu saat nanti penyakit-penyakit di keluarga dapat sembuh.

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif:
a. Tn. Nanang mengatakan An. F Keluarga memahami Kesiapan
mengalami gejala penyakit jantung setiap penyakit yang Peningkatan Koping
pada saat baru lahir operasi caesar dimiliki anggota Keluarga
sempat dibawa ke Klinik Jantung keluarga dan
Hasna Medika Cirebon. mengetahui hal yang
b. Tn. Nanang mengatakan bahwa An. harus dilakukan
Farhan keadaanya semakin untuk setiap anggota

26
membaik, dan sekarang layaknya keluarga.
anak sehat, tetapi kalau terlalu
kecapean, terkadang mengalami
sesak napas ringan.
c. An. Farhan mengatakan dirinya
merasa sehat karena berobat dengan
rutin.

Data Objektif:
a. Usia An. Farhan adalah 9 tahun.
b. An. Farhan saat ini duduk dibangku
kelas 3 Sekolah Dasar (SD).
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan
didapatkan: Keadaan umum An.
Farhan nampak sehat, badannya
sesuai dengan usianya, makan
minum dalam batas normal, Tanda-
tanda vital: Tekanan Darah: 100/80
mmHg, Denyut Nadi: 82 x/menit,
Respirasi: 24 x/menit, Suhu: 36˚C,
TB: 135 cm, BB: 30 kg.
d. Keluarga sudah beradaptasi
terhadap penyakitnya dan selalu
hidup bersih dan sehat.
e. Keluarga memahami setiap
penyakit yang dimiliki anggota
keluarga dan mengetahui hal yang
harus dilakukan untuk setiap
anggota keluarga.

Diagnosis Keperawatan

1. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga berhubungan dengan Keluarga memahami setiap


penyakit yang dimiliki anggota keluarga dan mengetahui hal yang harus dilakukan untuk
setiap anggota keluarga.

Skoring Prioritas Masalah

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

27
1. a. Sifat masalah: 1 1 1/3 x 1 = 1/3 Keluarga memahami
Potensial penyakit setiap anggota
keluarga
b. Kemungkinan 2 2 2/2 x 2 = 2 Keluarga terdiri dari
masalah dapat beberapa tenaga
diubah: Tinggi kesehatan
mempengaruhi
penanganan yang baik
terhadap penyakit setiap
anggota keluarga.
c. Potensial 3 1 3/3 x 1 = 1 Keluarga mau diajak
masalah untuk kerja sama (kooperatif),
dicegah: keluarga melakukan
Mudah kontrol secara rutin ke
pelayanan kesehatan.
d. Menonjolnya 0 1 0/2 x 1 = 0 Keluarga rutin berobat
masalah: dan memahami cara
Masalah tidak mengurangi gejala
dirasakan penyakit sehingga
masalah tidak terlalu
dirasakan.
Total 3 1/3

Berdasarkan rumusan prioritas diatas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan keluarga Tn.
Nanang adalah sebagai berikut:

1. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga berhubungan dengan Keluarga memahami setiap


penyakit yang dimiliki anggota keluarga dan mengetahui hal yang harus dilakukan untuk
setiap anggota keluarga.

28
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No. Tujuan Kriteria Evaluasi


Intervensi
Dx Umum Khusus Kriteria Standar
1. Setelah dilakukan Verbal dan Perilaku Status koping Dukungan koping keluarga:
penyuluhan Keluarga mampu : keluarga: Observasi
keluarga mampu a. Dapat a. Klien dan a. Identifikasi respon
memahami dan memahami dan keluarga dapat emosional terhadap
meningkatkan menjelaskan menjelaskan kondisi saat ini.
kembali koping mengenai mengenai koping b. Identifikasi beban
keluarga koping keluarga keluarga prognosis secara
b. Dapat b. Klien dan psikologis
menurunkan keluarga dapat c. Identifikasi kesusaian
kekhawatiran menurunkan/ antara harapan pasien,
terhadap mengurangi keluarga dan tenaga
anggota kekhawatiran kesehatan
keluarga lain tentang anggota Terapeutik
c. Dapat keluarga a. Dengarkan masalah,
meningkatkan c. Keluarga dapat perasaan, dan pertanyaan
kemampuan meningkatkan keluarga
memenuhi kemampuan b. Terima nilai-nilai keluarga
kebutuhan memenuhi dengan cara yang tidak
anggota kebutuhan menghakimi
keluarga anggota keluarga c. Diskusikan rencana medis
d. Dapat d. Klien dan dan perawatan
berkomitmen keluarga d. Fasilitasi pengungkapkan
pada berkomitmen perasaan antara pasien dan
pengobatan/ pada perawatan/ keluarga atau anta anggota
perawatan pengobatan keluarga
e. Dapat e. Klien dan e. Fasilitasi pemenuhan
meningkatkan keluarga dapat kebutuhan dasar anggota
komunikasi meningkatkan (mis tempat tinggal,
antara anggota komunikasi makanan, pakaian)

29
keluarga antara anggota f. Fasilitasi memperoleh
keluarga. pengetahuan, keterampilan
dan peralatan yang
diperlukan untuk
mempertahankan
keputusan perawatan
pasien
g. Hargai dan dukung
mekanisme koping adaptif
yang digunakan
h. Berikan kesempatan
berkunjung bagi anggota
keluarga
Edukasi
a. Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
b. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia
Kolaborasi
a. Rujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu.

30
Implementasi Dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga

No. Diagnosis
Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx Keperawatan
1. Kesiapan Peningkatan 19/12/2021 Memberikan penyuluhan tentang Struktur
Koping Keluarga peningkatan koping keluarga a. Keluarga Tn. Nanang dapat bekerja sama
berhubungan dengan dengan mahasiswa
Keluarga memahami b. Keluarga khususnya klien (An. F)
setiap penyakit yang mengerti maksud dari kunjungan hari ini.
dimiliki anggota Proses
keluarga dan a. Keluarga terlihat aktif dalam diskusi
mengetahui hal yang b. Keluarga menunjukkan minat terhadap
harus dilakukan untuk kegiatan yang dilakukan
setiap anggota keluarga. c. Keluarga memberikan respon verbal dan
nonverbal dengan baik
d. Keluarga kooperatif selama kegiatan
berlangsung
e. Keluarga bersedia berdiskusi dan
mendengarkan penjelasan mahasiswa
Hasil
a. Klien dan keluarga dapat menjelaskan
mengenai koping keluarga
b. Klien dan keluarga mengatakan akan
berusaha untuk dapat menurunkan/
mengurangi kekhawatiran tentang anggota
keluarga
c. Klien dan keluarga berkomitmen pada
perawatan/ pengobatan
d. Klien dan keluarga mengatakan akan
meningkatkan komunikasi antara anggota
keluarga.

31
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13 tahun).
Tugasnya adalah :
1) Mensosialisakan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3) Memenuhi kebutuhan Kesehatan fisik anggota keluarga.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel dan juga
karena bertambah besarnya sel. (IDAI, 2002).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkansebagai hasil dari
proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi. (IDAI,
2002).

4.2 Saran
Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga yang maksimal perlu dilakukan
implementasi lebih dari 1 kali sehingga akan menunjukkan hasil yang diinginkan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, E., Nurlani, M. S., & Oktaviani, R. S. (2019). ASKEP KEPERAWATAN KELUARGA TAHAP
PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH. Retrieved Desember 18, 2021, from ACADEMIA:
https://www.academia.edu/40530783/ASKEP_KEPERAWATAN_KELUARGA_TAHAP_PERKEMBA
NGAN_ANAK_USIA_SEKOLAH

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP
PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil. Jakarta: DPP PPNI .

Universitas Muhammadiyah Ponorogo. (n.d.). Retrieved Desember 18, 2021, from


http://eprints.umpo.ac.id/6120/3/BAB%202.pdf

33

Anda mungkin juga menyukai