Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh:
Kelompok 4

1. Cantika Dwi Putri 1911312065


2. Khairunisa Hazira 1911313001
3. Cindy Aviola 1911313004
4. Fitria Vanesa 1911313010
5. Nurul Irhamna 1911313013
6. Gezi Maretha 1911313019
7. Hesty Amelia Mayora 1911313025
8. Fajar Audio 1911313028
9. Aida Adila 1911313031
10. Miftahur Rahmi 1911313034
11. M. Abdan Syakura 1911313037
12. Amanda Echa Putrie 1911313043

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Keperawatan
Keluarga ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas ibu/bapak dosen pada keperawatan Keluarga .Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen, selaku pembimbing
mata kuliah keperawatan Keluarga yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 21 Februari 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Konsep Keluarga ..................................................................................................
2.2 Keluarga Sejahtera ...............................................................................................
2.3 Ruang Lingkup Keperawatan keluarga ................................................................
2.4 Konsep Tumbang Keluarga .................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................................

Daftar Pustaka ........................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan sasaran keperawatan komunitas selain individu,
kelompok, dan masyarakat. Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu
area pelayanan keperawatan yang dapat dilaksanakan di masyarakat. Depkes (2010)
mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang dihubungkan karena hubungan darah, hubungan perkawinan, hubungan
adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan satu budaya tertentu.
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat
yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan konsep keluarga
2. Menjelaskan keluarga sejahtera
3. Menjelaskan ruang lingkup keperawatan keluarga
4. Menjelaskan konsep tumbang keluarga

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep keluarga
2. Untuk mengetahui keluarga sejahtera
3. Untuk mengetahui ruang lingkup keperawatan keluarga
4. Untuk mengetahui konsep tumbang keluarga
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling kebergantungan.
Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)mengatakan keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.Dari hasil analisa Walls, 1986
(dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak
diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga
mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh
hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan
keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki
tujuan mempertahankan budaya, meingkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional
serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi;
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain;
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial : yaitu sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik;
d. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial para anggotanya.
2.1.2 Tujuan Dasar Keluarga
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :
1. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan individu.
2. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
3. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan anggota keluarga
dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan
seksual.
4. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas
seorang individu dan perasaan harga diri.

Alasan mendasar mengapa keluarga menjadi fokus sentral dalam perawatan adalah :
1. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera, perpisahan)
yang memengaruhi satu atau lebih keluarga, dan dalam hal tertentu, sering
akan memengaruhi anggota keluarga yang lain, dan unit ini secara
keseluruhan;
2. Ada hubungan yang kuat dan signifikan antara keluarga dan status kesehatan
para anggotanya;
3. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan,
perawatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan kenseling keluarga,
serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi risiko yang diciptakan oleh
pola hidup keluarga dan bahaya dari lingkungan;
4. Adanya masalah-masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga dapat
menyebabkab ditemukannya faktor-faktor risiko pada anggota keluarga yang
lain;
5. Tingkat pemahaman dan berfungsinya seorang individu tidak lepas dari andil
sebuah keluarga;
6. Keluarga merupakan sistem pendukung yang sangat vital bagi
kebutuhankebutuhan individu

2.1.3 Tipe Keluarga


Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama
dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami dan
istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara sah
dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.

b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear
family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga
yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya
terjadi karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi
hukum pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang
bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir
minggu, bulan atau pada waktu- waktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan
lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone) yaitu
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua
dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut
akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu
untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.

2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan
seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilai- nilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.1.4 Struktur Keluarga


Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur
keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2. Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada kemampuan
keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.Struktur kekuatan
keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari individu untuk
mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa macam
struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap
anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi) g. Affective
power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih, misalnya
hubungan seksual).
Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:
a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota keluarga
memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan authenticity),
struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya peraturan
yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3. Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat
sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti
ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung
keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai
anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak
berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik,
mental, sosial dan spiritual.
b. Peran Informal kelauarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai
keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah
yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga
menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.1.5 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018)
sebagai berikut:
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan
mempertahankan saat terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan
melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan
dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.

2.1.6 Tugas Keluarga


Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :
1. Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang
dialami anggota keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya
masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah
terhadap masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit,
adalah sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga
kesehatan, dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar atau salah dalam
tindakan mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga
harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-
sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,
finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi lingkungan
atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumber- sumber keluarga yang
dimiliki, manfaat dan keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap
keluarga terhadap hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
6. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke
fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan- keuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan
adanya pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,
fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.
2.2 Keluarga Sejahtera
2.2.1 Definisi Keluarga Sejahtera
Konsep Keluarga Sejahtera menurut UU No.10 tahun 1992 adalah keluarga
yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki
hubungan serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat
dan lingkungannya (A. Mungit, 1996).
Sedangkan BKKBN merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga
yang dapat memenuhi kebutuhan anggotannya baik kebutuhan sandang, pangan,
perumahan, sosial dan agama, keluarga yang mempunyai keseimbangan antara
penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan
masyarakat sekitar, beribadah khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.

2.2.2 Tujuan Keluarga Sejahter


Tujuan dibentuk keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan pengetahuan
kelurga tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan kemampuan keluarga
dalam menganalisis potensi peluang yang dimiliki, untuk meningkatkan kemampuan
masayarakat dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, untuk meningkatkan
gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga prasejahtera
untuk meningkatkan kesejahteraanya dan untuk mengembangkan keluarga agar
timbul rasa aman, tentram dan harapan masa depan yang lebih baik merupakan salah
satu pembentuk ketahanan keluarga dalam membangun keluarga sejahtera.
Dalam PP No. 21 Th 1994, pasal 2: pembangunan keluarga sejahtera
diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan keluarga. Tujuan : Mewujudkan keluarga
kecil bahagia, dejahtera bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, produktif, mandiri
dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungannya.

2.2.3 Faktor-faktor Keluarga Sejahtera


1. Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin
meningkat tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang,
pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan
lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi
dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih
memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga
sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan
keluarga. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera
keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang
dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal
yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk
menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota
keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh
rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan
tempat tinggal.
c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat
adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga
dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik
dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara
anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar
didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan
adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan
saling mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber
yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang
pula cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994: 18-21). Jadi semakin
banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka
akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber
keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah,
pekerjaan lain diluar berdagang, dan sebagainya.
2. Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan
terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga
perlu di hindarkan, karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan
kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman
batin anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara
lain:
a. Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
b. Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus
penyakit.
c. Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income
perkapita rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)

2.3 Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga


Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang
rentang kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga. Ruang lingkup praktik
keperawatan komunitas meliputi:

1. upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif)

2. pencegahan (preventif)

3. pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif)

4. pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan

5. mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan


adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif.

a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1. Penyuluhan kesehatan masyarakat

2. Peningkatan gizi

3. Pemeliharaan kesehatan perseorangan

4. Pemeliharaan kesehatan lingkungan

5. Olahraga secara teratur

6. Rekreasi

7. Pendidikan seks.

b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:
1. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
3. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun
di rumah
4. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.

c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
1. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas
dan rumah sakit
3. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
nifas
4. Perawatan payudara
5. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-


penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan
lainnya., dilakukan melalui kegiatan:

1. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita


kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan

2. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,


misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat.

e. Upaya Resosialatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu
penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok- kelompok masyarakat khusus
seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain.
Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat
menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini
tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang
jelas dan dapat dimengerti.

2.4 Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit
Friedman, 1998) :
1. Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan


perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi


kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

4. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

5. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya


berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan
rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7. Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi
keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Tujuan dasar pembentukan keluarga
adalah :Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan individu, Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan
anggota keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, Keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan anggota keluarga dengan menstabilkan
kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan seksual, Keluarga memiliki
pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan
harga diri.
BKKBN merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang
dapat memenuhi kebutuhan anggotannya baik kebutuhan sandang, pangan,
perumahan, sosial dan agama, keluarga yang mempunyai keseimbangan antara
penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan
masyarakat sekitar, beribadah khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.
Tujuan dibentuk keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan pengetahuan kelurga
tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menganalisis potensi peluang yang dimiliki, untuk meningkatkan kemampuan
masayarakat dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, untuk meningkatkan
gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga prasejahtera
untuk meningkatkan kesejahteraanya
Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien
sepanjang rentang kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga. Ruang
lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif),
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi).
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Daftar Pustaka

Andarmoyo, S. (2017). Buku Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses Dan


Praktik Keperawatan.Jakarta:Pustaka Jaya

Setiadi. (2016). Buku Keperawatan Keluarga Konsep & Proses. Jakarta: Graha Ilmu

Nuriati, H. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Komprehensif Pada Keluarga Tn.


AN Dengan Diabetes Melitus Tipe 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana
Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa
Wahyuni, P. E. S. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Gastritis Dengan
Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif Di Upt Kesmas Sukawati 1
Gianyar Tahun 2018.

Ali, H. Z., & SKM, M. (2015). Pengantar Keperawatan Keluarga. Depok: EGC

Sudiharto. 2005. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC.

Bambang Sumantri. (2011). Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas. Diakse pada


tanggal 29 September 2016 pada:
http://mantrinews.blogspot.co.id/2011/12/ruang-lingkup-keperawatan-
komunitas.html

Anda mungkin juga menyukai