Oleh:
Dwi Prastiyo Susanto
NIM 2311014008
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikannya makalah
tentang Keluarga ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga menyadarinya
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan dokumen yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami oleh pembacanya. Sekiranya makalah yang telah
dikemas ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini pada waktu yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar keluarga?
2. Cara mempersiapkan diri menuju pernikahan?
3. Bagaimana dinamika dan masalah di rumah tangga?
4. Bagaimana cara mencapai keluarga bahagia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar keluarga.
2. Mengetahui cara mempersiapkan diri menuju pernikahan.
3. Mengetahui dinamika dan masalah dalam rumah tangga.
4. Memenuhi cara mencapai keluarga bahagia.
5. Membantu dalam tugas belajar mengajar.
6. Memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Manusia dan Sosial Lingkungan.
2
BAB 2. PEMBAHASAN
3
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwaciri-ciri keluarga
adalah sebagai berikut:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang terikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-
masingmempunyai peran sosial yaitu suami, istri, anak,kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan
budaya,meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial
anggota.
4
a. Nuklir Tradisional, adalah keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak)
yang tinggal di satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi
hukum dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau
keduanya dapat bekerja diluar rumah.
b. Usia/Penuaan, Couple adalah suatu keluarga dimana suami sebagai
pencari uang dan istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah,
sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.
c. Inti DiadikR, adalah keluarga dimana suami-istri sudah berumur
dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya
bekerja di luar negeri.
d. Orang tua tunggal, adalah keluarga yang hanya mempunyai
satu orangtua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
e. Ganda Pembawa, adalah keluarga dengan suami–istri yang kedua-
duanya orang karier dan tanpa memiliki anak.
f. Tiga Generasi, adalah keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau
lebih yang tinggal di dalam satu rumah.
g. Komunal, adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua
pasangan suami-istri atau lebih yang monogami berikut anak-
anaknya dan bersama-sama dalam menyediakan fasilitas.
h. Pasangan Berkumpul/ Keluarga Kabitas /Khabitasi, adalah keluarga
dengan dua orang atau satu pasangan yang hidup bersama tanpa
ikatan perkawinan.
i. Gabungan/Keluarga Berkomposisi, adalah sebuah keluarga
dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-
sama dalam satu rumah.
j. Keluarga Gay dan Lesbian, adalah keluarga yang dibentuk oleh
pasangan yang berjenis kelamin sama.
5
2.1.3 Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan keseluruhan perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkunganya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, Selain itu juga ibu
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Anak-anak memainkan peran psikososial sesuai dengan tingkatnya
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
6
2.1.5 Struktur Keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun
macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
1. Patrilinial, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. matrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga Kawin, adalah hubungan suami-istri sebagai dasar bagi
pelatihan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
7
individu dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi
kebutuhan keluarga.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas
yang tinggi.
8
membicarakan prinsip masing-masing, melihat dan Mengaku kelebihan dan
kekurangan prinsip dasar tersebut. Kemudian, secara saksama pasangan
mengakui dan menerima kelebihan dan kekurangan sebuah prinsip
masing-masing, serta bersama-sama mulai merangkainya untuk menjadi
suatu prinsip dasar suami-istri dalam membentuk keluarga.
3. Konsep Peran
Konsep peran dalam keluarga harus jelas agar tidak menimbulkan konflik
bagi pasangan. Menurut Pawoko (2008), faktor yang paling penting
dalam peran adalah faktor buruk. Misalnya istri diperbolehkan menanggung
beban keuangan keluarga dan suami dapat membantu kegiatan rumah
tangga. Semakin fleksibel, dalam arti tidak acaranya pada suatu peran dan
disertai dengan pembagian peran yang seimbang antara kedua pasangan,
maka akan menghasilkan penyesuaian yang baik di antara keduanya.
Pembagian peran ini harus jelas siapa yang melakukan apa, sehingga
tanggung jawab dalam menjalankan fungsi peran tersebut berjalan sesuai
dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.
4. Konsep Hubungan dengan Keluarga Besar (Orang tua Suami/Istri)
Pernikahan merupakan dua individu yang dipersatukan menjadi satu dan
juga mempersiapkan doa keluarga besar. Penyatuan doa kelurga yang mempunyai
budaya berbeda merupakan suatu hal yang tidak mudah dalam
pengaplikasiannya. Perlu ada pengaturan yang jelas dan disepakati oleh
kedua belah pihak (pasangan suami-istri) untuk terciptanya hubungan
yang harmonis.
5. Membuat Kesepakatan
Kesepakatan dibuat bersama-sama dalam situasi yang benar-benar
disadari oleh kedua belah pihak (suami-istri) untuk menjalankannya
penuh komitmen. Dalam membuat kesepakatan, suami-istri sama-sama
mempunyai hak untuk mengajukan keinginannya yang jelas dan dapat
diterima oleh kedua bagian pihak. Ini kesepakatan permainan kata-kata
harus disepakati bersama, apa saja yang dianggap prinsip dan penting,
seperti mengasuh dan mendidik anak, hubungan dengan orang tua dan keluarga
9
besar dan lain sebagainya. Kesepakatan dibuat bukan untuk mencari
keuntungan pribadi, melainkan demi keutuhan dan keberhasilan
tim. Dalam hal ini, pernikahan dengan kondisi kedudukan suami dan istri
setara untuk mengarungi perjalanan hidup yang panjang.
10
tua, sementara disisi lain anak merasa orang tua terlalu mengekang
(Laursen & Collins, 2003).
3. Komunikasi yang Baik dalam Keluarga
Menurut Olson (2003), baik buruknya komunikasi dalam keluarga
tergantung dari ketrampilan mendengarkan, keterampilan berbicara,
membuka diri, kejelasan dalam komunikasi, jalur komunikasi,dan rasa
hormat serta dihargai.
a. Keterampilan mendengarkan, fokusnya adalah pada empati dan
mendengarkan dengan penuh perhatian.
b. Keterampilan berbicara mencakup berbicara untuk diri sendiri dan
tidak berbicara kepada orang lain.
c. Membuka diri berkaitan dengan berbagi perasaan tentang diri sendiri
dan tentang hubungan antar anggota keluarga.
d. Kejelasan dalam komunikasi berarti isi dari topik pembicaraan yang
dapat dengan mudah dipahami.
e. Jalur komunikasi yang baik tetap mempertahankan topik ketika
berbicara dengan lawan bicara, artinya tidak mengalihkan perhatian
topik pembicaraan ketika lawan bicara belum selesai bicara tentang
suatu topik.
f. Rasa hormat dan penghargaan berkaitan dengan aspek afektif dari
komunikasi.
4. Meningkatkan Komunikasi di dalam Keluarga
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan komunikasi
didalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Mendengarkan, Mendengarkan harus dilakukan, meskipun penerima pesan
tidak setuju dengan apa yang dikirimkan pengirim pesan. Sebelumnya
penerima pesan menyampaikan sudut pandangnya, atau bahkan
ketidaksetujuan, ia harus mendengarkan penyampai pesan.
b. Bahasa tubuh yang penuh perhatian, Kita sadari ataupun tidak, tubuh kita
mengomunikasikan diri kita. Jika kita tidak suka pada seseorang tanpa
perlu mengutarakannya. Bahasa tubuh kita sudah
11
menyampaikannya. Bahasa tubuh kita sangat penting dalam
berkomunikasi. Bahasa tubuh kita secara otomatis akan
menyampaikan perasaan hati kita.
c. Empati, Empati berarti memahami seperti yang dipahami orang lain
dan merasa seperti yang dirasakan orang lain.
d. Mempertahankan jalur komunikasi Mempertahankan jalur
komunikasi sama dengan mempertahankan tema pembicaraan.
e. Mengekspresikan Apresiasi, Rivers (2005) mengungkapkan bahwa
untuk membangun hubungan yang lebih memuaskan, masing-masing
pihak perlu mengungkapkannya lebih banyak apresiasi, hal-hal yang
menyenangkan, dukungan, dan ucapan terima kasih
12
melakukan aktivitas ritual tertentu. Siklus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT).
13
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pentingnya peran keluarga dalam membangun masyarakat yang
berkompeten. Selain itu, pentingnya peran setiap anggota keluarga dalam
menerapkan setiap keinginan secara optimal agar mencapai kehidupan
masyarakat yang harmonis. Beberapa penyebab yang menyebabkan
hilangnya fungsi keluarga secara bertahap dalam kehidupan era globalisasi
yang menyebabkan turunnya kualitas setiap individu dalam sebuah keluarga
dalam mencapai kehidupan masyarakat yang berkompeten. Namun masalah
yang menggagalkan fungsi keluarga tentu dapat teratasi sebagaimana anggota
keluarga menanggapinya.
3.2 Saran
Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu mencapai kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara dengan baik. Kepada setiap pembaca yang merupakan sebuah
keluarga yang merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat agar
menerapkan perilaku yang baik dalam setiap fungsi yang harus diterapkan
dalam masyarakat dan tidak menyimpang dari fungsi-fungsi tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, MM. Vickey, R.B & Elaine, G. Jones. 2003. Family Nursing Reserace,
Theory and Practice (5th ed) Stamford. Connecticut: Appleton.
Olson, D.H. 2003. Marriage and Families Strengths 7th ed. New York: McGraw
Hill.
Pawoko, dkk. 2008. Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
KUP 2007. Jakarta: Salemba Empat.
15