Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELUARGA

Oleh:
Dwi Prastiyo Susanto
NIM 2311014008

S1 – RPL ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikannya makalah
tentang Keluarga ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga menyadarinya
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan dokumen yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami oleh pembacanya. Sekiranya makalah yang telah
dikemas ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini pada waktu yang akan datang.

Jember, 02 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Konsep Dasar Keluarga ............................................................................. 3
2.2 Perbedaan Keluarga dan Rumah Tangga .................................................. 8
2.3 Persiapan Pasangan ................................................................................... 8
2.4 Komunikasi Antara Orang Tua – Anak dan Kebahagiaan ........................ 10
2.5 Kekerasan dalam Rumah Tangga .............................................................. 12
BAB 3. PENUTUP .......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 14
3.2 Saran .......................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ................................................................................................. 15

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar dapat
hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalamnya masyarakat dimana
individu itu berada. Tanpa sosialisasi suatu masyarakat tidak dapat berlanjut
pada generasi berikutnya. Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan
proses kehidupan masyarakat, baik dengan keluarga, teman sebaya, sekolah maupun
media massa.
Keluarga merupakan cikal bakal wajah peradaban. Baik buruknya
masyarakat bisa diukur dari profil-profil keluarga didalamnya. Belakangan ini
kita dapat mengamati apa yang membuat sebuah keluarga itu retak. Jika kita
berpikir, keluarga merupakan ikatan yang sangat kuat. Orang-orang di
dalamnya telah dipertemukan oleh Tuhan bukan tanpa sebab, sudah ada
pertimbangan menurut ukuran-Nya. Komposisinya tidak bisa digantikan oleh
yang lain.
Pernikahan yang menjadi awal sebuah keluarga pun selalu direalisasikan
dalam perhelatan yang agung nan meriah. Akan tetapi, saat ini banyak sekali
terdengar cerita perceraian atau keluarga yang 'berantakan' tapi belum masuk
tahap perpisahan. Hal ini disebabkan karena banyak manusia yang tidak
memahami arti sebuah keluarga. Padahal arti sebuah keluarga adalah saling
memiliki, saling percaya, saling menghormati, saling melindungi dan saling
berbagi rasa, saling menjaga kehormatan serta saling menjaga rahasia di antara
anggota keluarga. Maka dari itu, karena pentingnya sebuah keluarga, di dalam
makalah ini penulis akan menyajikan materi yang berkaitan dengan keluarga,
dimulai dari konsep dasar, cara mempersiapkan diri untuk pernikahan, cara
menanggapi dinamika masalah keluarga, cara mengelola dan manajemen
keuangan hingga cara mencapai keluarga yang sehat dan bahagia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar keluarga?
2. Cara mempersiapkan diri menuju pernikahan?
3. Bagaimana dinamika dan masalah di rumah tangga?
4. Bagaimana cara mencapai keluarga bahagia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar keluarga.
2. Mengetahui cara mempersiapkan diri menuju pernikahan.
3. Mengetahui dinamika dan masalah dalam rumah tangga.
4. Memenuhi cara mencapai keluarga bahagia.
5. Membantu dalam tugas belajar mengajar.
6. Memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Manusia dan Sosial Lingkungan.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
karena adanya hubungan darah, perkawinan/adopsi. Mereka saling interaksi
satu sama lain, yang mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Maglaja, 1978).
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini definisi keluarga menurut
beberapa ahli dalam (Jhonson R, 2010):
1. Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dan dua orang atau
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, kakak, dan nenek.
2. Duval
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekelompok orang dengan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiapanggota keluarga.
3. Spradley dan Allender
Satu atau lebih yang hidup bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan dalam interelasi sosial, peran dan berkembang tugas.
4. Departemen Kesehatan RI
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

3
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwaciri-ciri keluarga
adalah sebagai berikut:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang terikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-
masingmempunyai peran sosial yaitu suami, istri, anak,kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan
budaya,meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial
anggota.

2.1.2 Tipe atau Bentuk Keluarga


Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beragam,
tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun
secara umum pembagian tipe keluarga dapat diperkirakan sebagai berikut:
1. Pengelompokkan secara Tradisional
Secara tradisional, tipe keluarga dapat dikonfigurasi dalam 2 macam,
yaitu:
a. Keluarga Inti
Keluarga inti adalah keluarga yang saja terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diturunkan dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar
Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah,seperti kakek, nenek,
paman, dan bibi
2. Pengelompokkan secara modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
Meningkatkan rasa individualisme, maka tipe keluarga modern dapat
berpartisipasi menjadi beberapa macam, diantaranya:

4
a. Nuklir Tradisional, adalah keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak)
yang tinggal di satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi
hukum dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau
keduanya dapat bekerja diluar rumah.
b. Usia/Penuaan, Couple adalah suatu keluarga dimana suami sebagai
pencari uang dan istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah,
sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.
c. Inti DiadikR, adalah keluarga dimana suami-istri sudah berumur
dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya
bekerja di luar negeri.
d. Orang tua tunggal, adalah keluarga yang hanya mempunyai
satu orangtua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
e. Ganda Pembawa, adalah keluarga dengan suami–istri yang kedua-
duanya orang karier dan tanpa memiliki anak.
f. Tiga Generasi, adalah keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau
lebih yang tinggal di dalam satu rumah.
g. Komunal, adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua
pasangan suami-istri atau lebih yang monogami berikut anak-
anaknya dan bersama-sama dalam menyediakan fasilitas.
h. Pasangan Berkumpul/ Keluarga Kabitas /Khabitasi, adalah keluarga
dengan dua orang atau satu pasangan yang hidup bersama tanpa
ikatan perkawinan.
i. Gabungan/Keluarga Berkomposisi, adalah sebuah keluarga
dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-
sama dalam satu rumah.
j. Keluarga Gay dan Lesbian, adalah keluarga yang dibentuk oleh
pasangan yang berjenis kelamin sama.

5
2.1.3 Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan keseluruhan perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkunganya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, Selain itu juga ibu
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Anak-anak memainkan peran psikososial sesuai dengan tingkatnya
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.1.4 Tugas Keluarga


Pada dasarnya ada tujuh tugas pokok keluarga, yaitu sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber hari yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan anggota keluarga.
7. Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.

6
2.1.5 Struktur Keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun
macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
1. Patrilinial, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. matrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga Kawin, adalah hubungan suami-istri sebagai dasar bagi
pelatihan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.1.6 Fungsi Keluarga


Friedman (2010) mengemukakan fungsi keluarga, yaitu sebagai
berikut:
1. Fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam
berhubungan dengan orang lain
2. Fungsi sosialisasi, yaitu fungsi mengembangkan dan sebagai tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi, yaitu fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi, yaitu fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk berkembang kemampuan

7
individu dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi
kebutuhan keluarga.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas
yang tinggi.

2.2 Perbedaan Keluarga dan Rumah Tangga


Pada awalnya konsep keluarga dan rumah tangga dianggap sama. Hal ini
dikarenakan fungsi keduanya saling mengisi dalam masyarakat, khususnya
pada masyarakat yang keluarga batinnya dominan. Keluarga dikaitkan dengan
keturunan (umumnya dipahami sebagai ikatan darah). Adapun rumah tangga
di definisikan sebagai satuan tempat tinggal yang berorientasi pada
tugas. Dengan demikian, pembantu dalam sebuah keluarga disebut sebagai
anggota rumah tangga. Hal lain sebagai pembeda adalah rumah tangga
merupakan fungsional ekonomi (produksi, konsumsi dan distribusi),
sedangkan keluarga tekanan simbol, nilai , dan makna (Wilk dan Netting,
1984; Hammel. 1984; Tukang gerobak,1984, ke semuanya dalam Syaifudin,
1999)

2.3 Persiapan Pasangan


1. Visi dan Misi Keluarga
Visi adalah mimpi, di mana pasangan memiliki keinginan mencapai suatu
bentuk keluarga yang mereka idam-idamkan sebelumnya (sakinah,
mawadah, warohmah).
Misi merupakan tugas dan kewajiban pasangan sebagai implementasi visi
tersebut sekaligus merupakan tujuan setiap keluarga.
2. Konsep Keluarga
Untuk membentuk sebuah konsep keluarga dalam kehidupan pernikahan
tidaklah mudah. Meskipun hanya dilakukan dengan doa individu, namun
tentunya masing-masing mempunyai prinsip dasar yang berbeda-
beda. Sebelum penyatuan prinsip dasar, hendaknya pasangan

8
membicarakan prinsip masing-masing, melihat dan Mengaku kelebihan dan
kekurangan prinsip dasar tersebut. Kemudian, secara saksama pasangan
mengakui dan menerima kelebihan dan kekurangan sebuah prinsip
masing-masing, serta bersama-sama mulai merangkainya untuk menjadi
suatu prinsip dasar suami-istri dalam membentuk keluarga.
3. Konsep Peran
Konsep peran dalam keluarga harus jelas agar tidak menimbulkan konflik
bagi pasangan. Menurut Pawoko (2008), faktor yang paling penting
dalam peran adalah faktor buruk. Misalnya istri diperbolehkan menanggung
beban keuangan keluarga dan suami dapat membantu kegiatan rumah
tangga. Semakin fleksibel, dalam arti tidak acaranya pada suatu peran dan
disertai dengan pembagian peran yang seimbang antara kedua pasangan,
maka akan menghasilkan penyesuaian yang baik di antara keduanya.
Pembagian peran ini harus jelas siapa yang melakukan apa, sehingga
tanggung jawab dalam menjalankan fungsi peran tersebut berjalan sesuai
dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.
4. Konsep Hubungan dengan Keluarga Besar (Orang tua Suami/Istri)
Pernikahan merupakan dua individu yang dipersatukan menjadi satu dan
juga mempersiapkan doa keluarga besar. Penyatuan doa kelurga yang mempunyai
budaya berbeda merupakan suatu hal yang tidak mudah dalam
pengaplikasiannya. Perlu ada pengaturan yang jelas dan disepakati oleh
kedua belah pihak (pasangan suami-istri) untuk terciptanya hubungan
yang harmonis.
5. Membuat Kesepakatan
Kesepakatan dibuat bersama-sama dalam situasi yang benar-benar
disadari oleh kedua belah pihak (suami-istri) untuk menjalankannya
penuh komitmen. Dalam membuat kesepakatan, suami-istri sama-sama
mempunyai hak untuk mengajukan keinginannya yang jelas dan dapat
diterima oleh kedua bagian pihak. Ini kesepakatan permainan kata-kata
harus disepakati bersama, apa saja yang dianggap prinsip dan penting,
seperti mengasuh dan mendidik anak, hubungan dengan orang tua dan keluarga

9
besar dan lain sebagainya. Kesepakatan dibuat bukan untuk mencari
keuntungan pribadi, melainkan demi keutuhan dan keberhasilan
tim. Dalam hal ini, pernikahan dengan kondisi kedudukan suami dan istri
setara untuk mengarungi perjalanan hidup yang panjang.

2.4 Komunikasi Antara Orang Tua - Anak dan Kebahagiaan


Menurut Theodorson (1969), komunikasi adalah proses penyebaran
informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seseorang atau kelompok
kepada orang lain atau lain-lainnya) terutama melalui simbol-simbol.
Komunikasi adalah hal yang paling penting dalam sebuah keluarga, karena
komunikasi yang baik akan menjadi indikator dari sebuah keluarga yang
bahagia.
1. Pentingnya Komunikasi Dalam Keluarga
Komunikasi orang tua dan anak merupakan bagian dari komunikasi keluarga,
alasan-alasan komunikasi itu penting dalam keluarga adalah:
Pertama, komunikasi keluarga adalah mekanisme bagi hampir semua
pengalaman sosialisasi yang pertama.
Kedua, komunikasi merupakan sarana bagi anggota keluarga untuk membangun,
memelihara, dan bahkan menghancurkan hubungan dalam
keluarga. Orang membentuk keluarga mereka melalui interaksi sosial.
Hubungan keluarga juga berakhir dengan menggunakan komunikasi.
2. Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Remaja
Komunikasi antara orang tua dengan anak pada masa remaja merupakan
tantangan bagi orang tua maupun anak. Kesenjangan antara orang tua-anak yang
sering disebut celah antar-generasi, sebetulnya merupakan produk dari
komunikasi yang tidak efektif. Hal saya ini terjadi karena adanya
ketidaksamaan persepsi dan harapan antara orang tua dan anak akibatnya
komunikasi tidak efektif. Dan tidak memiliki pandangan yang sama
dengan hubungan mereka yang dapat menimbulkan permasalahan.
Misalnya, orang tua merasa anak mulai menjauh dari pengawasan orang

10
tua, sementara disisi lain anak merasa orang tua terlalu mengekang
(Laursen & Collins, 2003).
3. Komunikasi yang Baik dalam Keluarga
Menurut Olson (2003), baik buruknya komunikasi dalam keluarga
tergantung dari ketrampilan mendengarkan, keterampilan berbicara,
membuka diri, kejelasan dalam komunikasi, jalur komunikasi,dan rasa
hormat serta dihargai.
a. Keterampilan mendengarkan, fokusnya adalah pada empati dan
mendengarkan dengan penuh perhatian.
b. Keterampilan berbicara mencakup berbicara untuk diri sendiri dan
tidak berbicara kepada orang lain.
c. Membuka diri berkaitan dengan berbagi perasaan tentang diri sendiri
dan tentang hubungan antar anggota keluarga.
d. Kejelasan dalam komunikasi berarti isi dari topik pembicaraan yang
dapat dengan mudah dipahami.
e. Jalur komunikasi yang baik tetap mempertahankan topik ketika
berbicara dengan lawan bicara, artinya tidak mengalihkan perhatian
topik pembicaraan ketika lawan bicara belum selesai bicara tentang
suatu topik.
f. Rasa hormat dan penghargaan berkaitan dengan aspek afektif dari
komunikasi.
4. Meningkatkan Komunikasi di dalam Keluarga
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan komunikasi
didalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Mendengarkan, Mendengarkan harus dilakukan, meskipun penerima pesan
tidak setuju dengan apa yang dikirimkan pengirim pesan. Sebelumnya
penerima pesan menyampaikan sudut pandangnya, atau bahkan
ketidaksetujuan, ia harus mendengarkan penyampai pesan.
b. Bahasa tubuh yang penuh perhatian, Kita sadari ataupun tidak, tubuh kita
mengomunikasikan diri kita. Jika kita tidak suka pada seseorang tanpa
perlu mengutarakannya. Bahasa tubuh kita sudah

11
menyampaikannya. Bahasa tubuh kita sangat penting dalam
berkomunikasi. Bahasa tubuh kita secara otomatis akan
menyampaikan perasaan hati kita.
c. Empati, Empati berarti memahami seperti yang dipahami orang lain
dan merasa seperti yang dirasakan orang lain.
d. Mempertahankan jalur komunikasi Mempertahankan jalur
komunikasi sama dengan mempertahankan tema pembicaraan.
e. Mengekspresikan Apresiasi, Rivers (2005) mengungkapkan bahwa
untuk membangun hubungan yang lebih memuaskan, masing-masing
pihak perlu mengungkapkannya lebih banyak apresiasi, hal-hal yang
menyenangkan, dukungan, dan ucapan terima kasih

2.5 Kekerasan dalam Rumah Tangga


Berdasarkan kasus-kasus yang selama ini terjadi tampaklah bahwa
posisi sebagai bawahan yang sering kali menempatkan perempuan dan juga
anak-anak pada posisi yang tidak menguntungkan. Pihak lain yang potensial
sebagai korban adalah para manula/lansia dan pekerja rumah tangga. sering
kali tidak memiliki kebebasan untuk berkehendak, diam, atau bahkan
memilih. Poerwandari (dalam Luhulima, 2000) mengatakan bahwa kekerasan
dalam rumah tangga dibagi lagi ke dalam lima bentuk, yaitu:
1. Kekerasan fisik, misalnya menendang, memukul, melukai dengan
senjata maupun tangan kosong.
2. Kekerasan psikologis, misalnya mengancam, memaksa, menuduh
pasangan berselingkuh tanpa bukti.
3. Kekerasan berdimensi ekonomi, misalnya istri tidak diberi nafkah, salah
satu pasangan menguasai harta atau mengambil penghasilan dari
pasangan.
4. Kekerasan seksual, misalnya memaksa melakukan hubungan seks
dengan cara-cara yang tidak disetujui oleh pasangannya.
5. Kekerasan spiritual, misalnya menegaskan keyakinan korban, memaksa
pasangan untuk memilih keyakinan yang tidak diyakini, memaksa korban

12
melakukan aktivitas ritual tertentu. Siklus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT).

13
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pentingnya peran keluarga dalam membangun masyarakat yang
berkompeten. Selain itu, pentingnya peran setiap anggota keluarga dalam
menerapkan setiap keinginan secara optimal agar mencapai kehidupan
masyarakat yang harmonis. Beberapa penyebab yang menyebabkan
hilangnya fungsi keluarga secara bertahap dalam kehidupan era globalisasi
yang menyebabkan turunnya kualitas setiap individu dalam sebuah keluarga
dalam mencapai kehidupan masyarakat yang berkompeten. Namun masalah
yang menggagalkan fungsi keluarga tentu dapat teratasi sebagaimana anggota
keluarga menanggapinya.

3.2 Saran
Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu mencapai kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara dengan baik. Kepada setiap pembaca yang merupakan sebuah
keluarga yang merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat agar
menerapkan perilaku yang baik dalam setiap fungsi yang harus diterapkan
dalam masyarakat dan tidak menyimpang dari fungsi-fungsi tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, MM. Vickey, R.B & Elaine, G. Jones. 2003. Family Nursing Reserace,
Theory and Practice (5th ed) Stamford. Connecticut: Appleton.

KBBI. Arti Kata Kompeten. http://kbbi.web.id/k bersaing. Diakses hari Rabu,2


November 2023, pukul 16.00 WIB.

Laursen, Brett & Collinc, Andrew, W. 2003. Parent-Child Communication During


Adolescence: Handbook of Family Communication. New York: Guilford Press.

Maglaya, Bailon G. 1978. Perawatan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Pusat


Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Olson, D.H. 2003. Marriage and Families Strengths 7th ed. New York: McGraw
Hill.

Pawoko, dkk. 2008. Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
KUP 2007. Jakarta: Salemba Empat.

Poerwandari, E.D. 2000. Kekerasan terhadap Perempuan: Tinjauan Psikologi


Feministik. Bandung: PT. Alumni.

Theodorson, George A, & Theodorson, Achilles G. 1969. A Modern Dictionary of


Sociology. Methuen.

15

Anda mungkin juga menyukai