KEPERAWATAN ANAK 1
“ PRESPEKTIF KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA “
Disusun Oleh :
Eka lia lestari 1032181032
DOSEN PENGAJAR :
Ns. Helena Golang, M.kep., Sp. Kep.An
Ns. Zakiyah Mujahidah, S.kep., M.Kep
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………… 3
BAB I
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….. 4
BAB II
2.1 Definisi keluarga……………………………………………………………………. 5
2.2 Karakteristik Keluarga……………………………………………………………… 5
2.3 Struktur keluarga…………………………………………………………………… 6
2.4 Ciri Ciri Struktur Keluarga……………………………………………………….... 6
2.5 Macam Macam Struktur…………………………………………………………… 6
2.6 Peran Keluarga…………………………………………………………………….. 7
2.7 Fungsi Keluarga…………………………………………………………………… 7
2.8 Tahapan kehidupan Keluarga……………………………………………………... 8
2.9 Konsep Traumatik Pada Anak……………………………………………………. 9
BAB III
Kesimpulan……………………………………………………………………………. 15
Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 16
2
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ PRESFEKTIF KEPERAWATAN ANAK
DALAM KONTEKS KELUARGA ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ns. Helena Golang,
M.kep., Sp. Kep.An pada mata kuliah keperawatan anak Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang PRESFEKTIF KEPERAWATAN ANAK DALAM
KONTEKS KELUARGA bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Helena Golang M.kep., Sp. Kep An,
selaku dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar belakang
Keluarga memiliki definisi berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran salah satu anggota
keluarga, baik itu orang tua, anak, atau kerabat lain yang tergabung dalam satu rumah
tangga. Dari perspektif inilah, pengertian keluarga secara struktural dapat diartikan ke
dalam 3 hal, yakni keluarga sebagai asal-usul (families of origin), keluarga sebagai sarana
utama untuk meneruskan keturunan (families of procreation), dan keluarga sebagai
wadah orang tua beserta anaknya (extended family).
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.2.1 Tinjuan Tentang Konsep Keluarga
2.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk
saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga” (Friedman, 2014).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga
dan masyarakat serta lingkungannya” (BKKN, 2018).
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak dan nenek” (Raisner, 2013).
5
2.3 Struktur Keluarga
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
1) Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.4 Ciri-Ciri Struktur Keluarga
1. Terorganisasi adalah saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan adalah setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan adalah setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing
2.5 Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga
1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) adalah Keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak
b. The dyad family adalah Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak)
yang hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila adalah Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua
dengan anak sudah memisahkan diri.
d. The extended family (keluarga luas/besar) adalah Keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai :
paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll).
6
2.6 Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah adalah Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
b. Peranan ibu adalah Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak adalah Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.7 Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
7
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
8
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia
5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia
12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
9
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
d. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
e. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak
dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
10
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
2.2.9 Tinjuan Tentang Konsep atraumatik
1. Pelaku untuk konsep atraumatik adalah perawat anak dan seluruh team kesehatan anak
2. Tujuan utama
a. Cegah /< jangan sampai anak terpisah dari orang tua
b. Tingkatkan sense of control
c. Cegah/kurangi injury dan nyeri
3. Ruang Lingkup Intervensi
a. Mempersiapkan anak untuk menjalani prosedur
b. Memberi peluang bagi orang tua untuk rooming in
c. Menciptakan lingkungan yang tenang, aman dan nyaman
d. Menyediakan fasilitas bermain
e. Mengorientasikan lingkungan rumah sakit dll
4. Mengurangi Distress Otoskop
Menjadikan “memeriksa telinga” sebagai permainan dengan menjelaskan bahwa perawat
mencari gajah yang besar dalam telinga. “fairy tale” bisa merupakan distraksi yang
menyita perhatian anak dan menimbulkan kerja sama. Setelah telinga diperiksa,
klarifikasi bahwa mencari gajah besar hanya pura-pura dan ucapkan terima kasih pada
anak karena telah memberikan ijin melihat telinga
11
5. Memberanikan Anak Membuka Mulut
Lakukan pemeriksaan didepan cermin. Mula-mula ijinkan anak untuk memeriksa mulut
seseorang seperti orang tua, perawat, boneka kemudian baru periksa mulut anak. Minta
anak mendongakkan kepala sedikit, bernafas dalam melalui mulut kemudian menahan
nafas, hal ini akan merendahkan lidah sampai dasar mulut tanpa menggunakan penekan
lidah/tong spatel.
6. Memicu anak bernafas dalam
Mintalah anak meniup cahaya dalam otoskop atau senter kecil, diam-diam matikan
lampu pada percobaan terakhir sehingga anak merasa berhasil. Letakkan bola kapas di
telapak tangan anak, minta anak meniupnya sampai ke udara dan minta orang tua
menangkapnya. Tempatkan tisu kecil di ujung pensil dan minta anak untuk meniup tisu
sampai jatuh. Minta anak meniup kinciran, terompet atau gelembung.
7. Pemeriksaan Genetalia
Beri kesempatan anak yang lebih besar untuk memilih ditemani anggota keluarga atau
tidak. Bagi remaja putri posisi setengah duduk mengurangi stressfull. Periksa genetalia
segera, jangan terlalu lama dan terlalu banyak pemeriksaan pada bagian ini dibanding
bagian lain. Jelaskan setiap langkah sebelum dilakukan seperti memeriksa scrotum untuk
hernia scrotalis. Bila remaja putra mengalami ereksi, yakinkan bahwa hal ini merupakan
reflek normal thd sentuhan dan segera lengkapi seluruh pemeriksaan. Jelaskan hasil
pemeriksaan, cth : segala sesuatunya baik, untuk memulihkan cemas orang tua. Tanyakan
gangguan seperti sukar berkemih, adanya keluaran. Hargai privasi dengan memberikan
penutup pd abdomen ke bawah dan pasang di pintu “don’t distrub”. Hindarkan
kecemasan pemeriksa untuk mengurangi ketakutan pasien.
8. Tusukan Pada Tumit
Pada pemeriksaan BMP, gunakan lanset otomatis dibanding lanset manual, karena sedikit
nyeri dan sedikit tusukan. Berikan anestetik topical. Biarkan anak “ngempeng” dapat
12
mengurangi tangisan, meskipun kurangnya perilaku kecewa tidak menggambarkan
kurangnya stress fisiologik.
13
pemeriksaan lebih menyeluruh pada pemeriksaan lebih lanjut. Modeling juga efektif
dengan mengamati orang tua atau sibling yang kooperatif, kondisi ini penting dalam
menyiapkan pengalaman anak selanjutnya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk
saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga” (Friedman, 2014).Peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Fungsi Keluarga, Fungsi biologis, psikologis,
sosialisasi, pendidikan, ekonomi
15
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Paediatric. (2003). Family Centered Care and The Pediatrician’s Role.
Pediatrics. Vol. 112 (3) : Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kemenkes RI.
Supartini (2004). Buku ajar: Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.Undang-undang
Perlindungan Anak RI. Nomor 35 tahun 2015.
16