Anda di halaman 1dari 15

BENTUK RUMAH TANGGA, KELUARGA INTI

KELUARGA BESAR, DAN DINAMIKA DALAM KELUARGA

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sosiologi Keluarga

Dosen Pengampu :Faiz Isfahani M.A

Disusun Oleh Kelompok :

Fitri Wahyuni 0201182072

Bahal Prayudhi Sihombing 0201182093

Muhammad Fadli 0201182118

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal.
Berkat Rahmat dan Karunia-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibunda Faiz Isfahani M.A. Selaku
dosen pembimbing mata kuliah sosiologi keluarga.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh sebab


itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
untuk kedepannya.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Bentuk Rumah Tangga......................................................................... 2


B. Keluarga Inti......................................................................................... 7
C. Keluarga Besar...................................................................................... 8
D. Dinamika Dalam Keluarga................................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga merupakan sebagai lembaga sosial terkecil yang memiliki peran
yang sangat penting dalam sosialisasi untuk pembentukan karakter dan
perkembangan seorang anak.Sebagai lembaga sosial terkecil, keluarga merupakan
miniatur masyarakat yang kompleks, karena di mulai dari keluarga seorang anak
mengalami proses-proses sosialisasi.Keluaraga merupakan unit sosial utama dan
pertama sebagai pondasi primer bagi perubahan dan perkembangan seorang anak.
Keluarga memilki ragam bentuk sesuai pendapat para ahli.
Ada dua hal umum dari bentuk keluarga. Pertama, keluarga inti yang terdiri
dari ibu, ayah, dan anak. Kedua, keluarga besar. Serta didalamnya terdapat
bagaimana car berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk keluarga?
2. Apa definisi dari keluarga inti?
3. Apa definisi keluarga besar?
4. Bagaimana dinamika dalam keluarga?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bentuk keluarga
2. Untuk mengetahui definisi dari keluarga inti
3. Untuk mengetahui definisi keluarga besar
4. Untuk mengetahui bagaimana dinamika dalam keluarga

1
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bentuk Keluarga

Hidup berkeluarga merupakan dambaan semua manusia, setiap orang akan


berusaha untuk mendapat pasangan hidup yang sesuai dengannya, untuk menjaga
keharmonisan hidup berkeluarga. Pembinaan sebuah keluarga betmula dari
perkawinan, dalam hal ini, terbentuknya sebuah keluarga merupakan salah satu cara
untuk menerapkan salah satu dari lima tujuan syari'ah Islam yang jamak disebut
dengan maqashid asy-syar'iyyah sebagaimana telah dirumuskan oleh al-Syatibi,
dengan tujuan menjaga lima hal (dharuriyah al-khams), yaitu: agama, jiwa,
keturunan, harta benda, dan akal.

Makna hakikat berkeluarga dalam Islam, dapat dikaji secara khusus dengan
ajaran-alaran yang terdapat di dalamnya. Dalam al-Qur'an terdapat beberapa konsep
terkait dengan keluarga, mulai dari awal pembentukan keluarga, hak dan kewajiban
masing-masing unsur dalam keluarga hingga masalah kewarisan dan perwalian.
Menurut Ivan Nye (1976 III: 17), dalam lingkungan keluarga yang berperan aktif
adalah pasangan suami-istri. Mereka memainkan kompetensi peran pada sekup yang
lebih luas, mulai dari pasangan lain sampai pada kelompok masyarakat yarg lebih
besar. Peran suami dalam keluarga yang berperan untuk mengupayakan pemberian
nafkah materi kepada anak dan istrinya. Peran tersebut disisipi tanggung jawab moral
yang relatif, tergantung pada kemampuan masing-masing individu suami atau isteri.1

Kehadiran anak dalam keluarga merupakan buah hati yang menyejukkan


(qurrah a'yun (QS. Al-Furqon:74) dan perhiasan kehidupan dunia (zinah hayah ad-
dunya [QS. Al-Kahfi [18]: 46). Namun, tentu saja seorang anak akan menjadi buah
hati dan perhiasan dunia jika ia tumbuh menjadi manusia yang baik dan berkualitas.
Al-Qur'an juga mengingatkan bahwa anak juga dapat menjadi musuh dan ujian

1
Muchtaq Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997),
hal.10

2
(fitnah), maksudnya adalah terdapat kemungkinan menjerumuskan orang tua
melakukan perbuatan yang dilarang agama akibat cinta yang berlebihan terhadap
anak. Hakikat berkeluarga sebenarnya adalah membentuk suatu keluarga trelalui
suatu perkawinan yang sah (suami-istri) untuk mendapatkan keturunan yang baik,
benar, dan berkualitas. Selanjutnya, elemen penting yang ada dalam keluarga
tentunya melibatkan bapak, ibu, dan anak.

Keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Pertama,
dalam hal fungsi reproduksi, al-Qur'an cenderung pada format keluarga inti (nuclear
family), karena tidak dibenarkan hal itu dilakukan dengan kerabat dekat masing-
masing pasangan, selain suami dan isteri sendiri. Selain itu, manusia juga
membutuhkan pasangan untuk berbagi yang saling melengkapi dan mencintai,
dimana hal ini tidak mungkin didapatkan kecuali dalam keluarga inti. Kedua,
sedangkan sebagai fungsi sosial, keluarga dibentuk dengan format keluarga besar
(extended family). Hal itu terlihat dari konsep pembagian warisan yang tidak hanya
diperuntukkan bagi anggota keluarga inti, tetapi juga keluarga besar yang secara
khusus telah ditetapkan dalam al-Qur'an.2

Menurut pendapat Goldenberg ada sembilan macam bentuk keluarga, antara


lain:

1. Keluarga inti (nuclear family), keluarga yang terdiri dari suami, istri serta
anak-anak kandung. Keluarga ini merupakan keluarga yang sangat ideal;
2. Keluarga besar (extended family), keluarga yang disamping terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik
menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit),

2
Faruq Umar. “KONSEP KELUARGA DALAM AL-QUR'AN; Pendekatan Linguistik dalam Hukum
Perkawinan Islam” .Jurnal Studi Hukum Islam. Probolinggo: Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan
Genggong. Januari-Juni2015, hal.5

3
maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak
suami atau pihak isteri;
3. Keluarga campuran (blended family), keluarga yang terdiri dari suami, istri,
anak-anak kandung serta anak-anak tiri;
4. Keluarga orang tua tunggal (single parent family), keluarga yang terdiri dari
pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau
mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama;
5. Keluarga serial (serial family), keluarga yang terdiri dari pria dan wanita
yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai
dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan
masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga;3

Dari jenis keluarga yang telah dijelaskan oleh Goldenberg di atas, dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa tipe keluarga sangat beragam yang dapat
dipandang dari setiap sudut pandang sub sistem anggota keluarganya masing-masing.
Selanjutnya menurut Gladding pada dasarnya jenis keluarga dapat dibedakan menjadi
dua bentuk, yaitu:

1. Keluarga orang tua tunggal, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua,
baik adopsi atau kandung, yang secara tunggal bertanggung jawab merawat
anak-anak dan dirinya sendiri;
2. Keluarga yang menikah lagi (bercampur sengan orang tua, saudara tiri) suatu
rumah tangga yang tercipta ketika dua orang menikah dan setidaknya salah
satu dari mereka sebelumnya sudah pernah menikah dan mempunyai anak.

Sri Setyowati menyebutkan secara umum tipe keluarga dibagi menjadi dua
macam bentuk yaitu:

1. Tipe keluarga tradisional, yaitu tipe keluarga yang masih bernuansa


tradisional, diantaranya adalah sebagai berikut:

3
Goldenberg, I., Goldenberg, H, Family Therapy: An Overview, (California: Publishing Company,
1985), hal. 157

4
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Exstended Family)
Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga Dyad
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.
d. Keluarga Single Parent
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
2. Tipe keluarga non tradisional, yaitu tipe keluarga yang bernuansa modern.
Tipe keluarga ini lahir dari perubahan-perubahan dunia yang selalu
mengalami perkembangan, diantaranya sebagai berikut:
a. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
b. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan
barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung
jawab membesarkan anaknya.
c. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
d. Homeless Family

5
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. 4

Selanjutnya menurut Fahey.T, Keilthy. P and Polek, E menambahkan


bahwasanya jenis keluarga yang saat ini dialami oleh masyarakat adalah:

1. Keluarga yang dua kali menikah. Kondisi ini merupakan kondisi seorang ayah
dengan dua orang isteri. Tipe kleluarga yang seprti ini dapat dibedakan
menjadi dua bentuak, diantanya adalah keluarga yang hidup bersama dan
keluarga yang hidup secara terpisah;
2. Keluarga Single parent yaitu keluarga yang hidup dengan orang tua yang tidak
utuh (mempunyai ayah saja atau ibu saja);

Berbeda pendapat yang diampaikan oleh Hirst. Y.W menjelaskan


bahwasanya jenis keluarga dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Keluarga yang bercerai, yaitu sebuah keluarga yang pada awalnya utuh, ada
ayah, ibu dan anak tetapi karena adanya beberapa faktor yang memubuat salah
satu dari orang tua merasa tidak nyaman maka mereka mengusulkan sebuah
perceraian;
2. Blended family, yaitu sebuah keluarga yang dibangun setelah melakukan
perceraian;

B. Keluarga Inti

4
Sri Setyowati, Asuhan Keperawatan Keluarga: Konsep dan Aplikasi Kasus, (Jogjakarta: Mitra
Cendikia, 2007), hal.57

6
Keluarga inti adalah keluarga yang didalamnya hanya terdapat tiga posisi
sosial, yaitu suami (Ayah), istri (Ibu), dan anak (Sibling).Dalam keluarga inti
hubungan antara suami dan istri bersifat saling membutuhkan dan mendukung
sebagaimana layaknya persahabatan, sedangkan anak tergantung pada orang tuanya
dalam pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosialisasi.

Keluarga inti pada umumnya dibangun berdasarkan ikatan perkawinan.


Perkawinan menjadi pondasi dalam keluarga, oleh karena iu ketika sepasang manusia
menikah akan melahirkan keluarga yang baru.Struktur keluarga yang demikian
menjadikan keluarga sebagai orientasi bagi anak, yaitu tempat ia dilahirkan. Adapun
orang tua menjadikan keluarga sebagai wahana prokoreksi, karena keluarga inti ini
terbentuk seteah sepasang lelaki dan wanita menikah dan memiliki anak.

Nuclear/keluarga inti, merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang


dianggap paling ideal. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu
rumah. Ayah adalah pencari nafkah dan ibu adalah ibu rumah tangga. Varian
keluarga inti adalah:

1. Keluarga Pasangan Suami Istri Bekerja


Pada keluarga ini pasangan suami istri keduanya bekerja di luar
rumah. Keluarga ini merupakan pengembang varian non tradisonal,
pengambil keputusan dan pengambil fungsi keluarga ditetapkan secara
bersama-sama oleh kedua orang tua. Meskipun demikian beberapa keluarga
masih tetap menganut bahwa fungsi kerumah tanggaan tetap dipegang oleh
istri.
2. Keluarga Tanpa Anak atau Dyadic Nuclear
Keluarga yang suami-istri sudah berumur, tapi tidak mempunyai anak.
Keluarga tanpa anak dapat diakibatkan oleh ketidakmampuan pasangan suami
istri untuk menghasilkan keturunan ataupun ketidaksannggupan untuk
mempunyai anak akibat kesibukan dari kariernya. Biasanya keluarga ini akan
mengadopsi anak.

7
3. Commuter Family
Keluarga dengan pasangan suami istri tempat tinggalnya terpisah
secara sukarela karena tugas dan pada kesempatan tertentu keduanya bertemu
dalam satu rumah.
4. Reconstituted Nuclear
Adalah pembentukan keluarga baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri dan tinggal dalam satu rumah dengan
anaknya, baik anak bawaan dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan
baru. Pada umumnya bentuk keluarga ini terdiri dari ibu dengan anaknya dan
tinggal.

C. Keluarga Besar

Satu bentuk keluarga dimana pasangan suami istri sama-sama melakukan


pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orang tua , sanak saudara, atau kerabat
dekat lainnya. Anak dibesarkan oleh beberapa generasi dan memiliki pilihan terhadap
model-model yang akan menjadi pola perilaku bagi anak-anak.

Tipe keluarga besar biasanya bersifat sementara dan terbentuk atas dasar
persamaan dan terdiri dari beberapa keluarga inti yang secara adil menghargai ikatan
keluarga besar. Keluarga luas sering terbentuk akibat meningkatnya hamil diluar
nikah, perceraian, maupun usia harapan hidup yang meningkat sehingga keluarga
besar menjadi pilihan bagi mereka untuk sementara. Varian dari keluarga besar
adalah Group Marriage, yaitu satu rumah terdiri dari orang tua dan keturunanya
dalam satu kesatuan keluarga, keturunannya sudah menikah serta semua telah
mempunyai anak.

Adapun keluarga besar (extended family) adalah keluarga yang didalamnya


menhyertakan posisi dari ayah, ibu, nenek, kakek, paman, bibi, sepupu, keponakan,
dan lain-lainnya. Adapun beberapa bentuk dari keluarga besar ini adalah

8
1. Stem Family (Keluarga bercabang), terjadi manakala seorang anak, dan hanya
seorang, yang sudah meniah masih tinggal dalam rumah orang tua.
2. Lineal family (Keluarga berumpun), terjadi manakalah lebih dari satu anak
yang sudah menikah masih tinggal didalam rumah orang tuanya.
3. Fully extended (Keluarga beranting), terjadi manakala didalam keluarga
terdapat generasi ketiga (cucu) yang sudah menikah dan tetap tinggal
bersama.

Menurut lee (1982) komplesk struktur lembaga tidak ditentukan jumlah


individu yang menjadi anggota keluarga, tetapi akan banyaknya posisi sosial yang
terdapat dalam keluarga. Oleh karena itu, besaran keluarga (family size) yang
ditentukan oleh banyaknya jumlah angota, tidak identik dengan struktur keluarga
(Family strukture).Walaupun keduanya memiliki pertaian yang positif, namun
keduanya tetap merupakan jenis fariabel yang berbeda.

Keluarga besar biasnya terdapat dalam masyarakat yang memandang penting


hubungan kekerabatan.Hubangan perkawinan yang berada pada posisi sekunder
dibanding hubungan dengan orang tua.5

D. Dinamika Keluarga

Keluarga merupakan barier atau garda terdepan yang memberikan pendidikan,


perlindungan, kenyamanan, dukungan, dan hal hal positif lainnya terhadap
perkembangan seorang individu. Keluarga merupakan awal dari lahirnya sosok
individu yang baik maupun yang tidak baik.

Pembinaan oleh keluarga dilakukan terus menerus sepanjang jalur kehidupan


individu dalam keluarga tersebut. Pendidikan dari keluarga diberikan mulai dari budi
pekerti, tata krama, agama, kehidupan sosial, dan lainnya untuk mencapai generasi
yang berkualitas dengan penuh tanggungjawab, memiliki perilaku positif dan
berdampak baik pada masyarakat, dan mampu menjadi penerus yang baik.
5
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman dan Penanganan Konflik Dalam Keluarga, (Jakarta:
Kencana, 2016), hal. 6-9

9
Proses pembentukan karakter dan perilaku tersebut memiliki unsur psikologis
yang selalu diperhatikan. Setiap tahapan tumbuh kembang dan setiap ajaran atau
didikan keluarga akan memunculkan respon individu yang berupa penerimaan,
penolakan, keraguan, dan lainnya serta pengaruh lingkungan dan kelompok di luar
keluarga seperti teman bermain juga mempengaruhi proses tersebut. 6 Melalui
dinamika keluarga, para anggota menerima peranan sosial yang sesuai. Sebuah peran
sosial tidak muncul dengan sendirinya dirancang agar bekerja dengan mitra-peran.

Dinamika  keluarga  adalah interaksi  atau  hubungan  individu  dengan


lingkungan sekitarnya  sehingga  tersebut  dapat  diterima  dan  menyesuaikan  diri
baik  dalam lingkungan  keluarga  maupun kelompok sisial yang sama.

Empat aspek dinamika keluarga

1. Tiap  anggota  keluarga  memiliki  perasaan  dan  ide  tentang  dirinya  sendiri
yang  biasa dikenal dengan harga diri.
2. Tiap anggota  keluarga  memiliki  cara  tertentu  untuk  menyampaikan
pendapat pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi.
3. Tiap  keluarga  memiliki  aturan  permainan  yang  mengtur  bagaimana
mereka seharusnya  merasa  dan  bertindak  yang  berkembang  sebagai
system  nilai keluarga.
4. Tiap  keluarga  memiliki  cara  dalam  berhubungan  dengan  orang  luar  dan
institus diluar keluarga yang dikenal dengan jalur kemasyarakatan.

BAB III

PENUTUP
6
Mahfudh Fauzi, Diktat Matakuliah Psikologi Keluarga, (Tangerang: PSP Nusantara Press , 2018),
hal.13

10
A. Kesimpulan

Setiap keluarga mempunyai pengalaman tersendiri dalam menjalani


kehidupannya. Pengalaman, kejadian, budaya, hubungan sosial telah membuat
keluarga menjadi beberapa bentuk/jenis. Keragaman jenis keluarga ini merupakan hal
yang wajar terjadi ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan perkembangan
kehidupan manusia yang semakin lama semakin canggih.

Selanjutnya menurut Gladding pada dasarnya jenis keluarga dapat dibedakan


menjadi dua bentuk, yaitu:

1. Keluarga orang tua tunggal;


2. Keluarga yang menikah lagi (bercampur sengan orang tua, saudara tiri) suatu
rumah tangga yang tercipta ketika dua orang menikah dan setidaknya salah
satu dari mereka sebelumnya sudah pernah menikah dan mempunyai anak.

Keluarga inti adalah keluarga yang didalamnya hanya terdapat tiga posisi
sosial, yaitu suami (Ayah), istri (Ibu), dan anak (Sibling). Adapun keluarga besar
(extended family) adalah keluarga yang didalamnya menhyertakan posisi dari ayah,
ibu, nenek, kakek, paman, bibi, sepupu, keponakan, dan lain-lainnya.

Dinamika  keluarga  adalah interaksi  atau  hubungan  individu  dengan


lingkungan sekitarnya  sehingga  tersebut  dapat  diterima  dan  menyesuaikan  diri
baik  dalam lingkungan  keluarga  maupun kelompok sisial yang sama.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, agar penulisan
makalah kedepannya menjadi lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Goldenberg I. Goldenberg. H. Family Therapy: An Overview. California:


Publishing Company. 1985

Setyowati Sri. Asuhan Keperawatan Keluarga: Konsep dan Aplikasi Kasus.


Jogjakarta: Mitra Cendikia. 2007

Fahey. T Keilthy. P and Polek E. Family Relationships and Family Well


Being. Dublin: University College Dublin and The Family Support Agance. 2012

Lestari Sri. Psikologi Keluarga: Penanaman dan Penanganan Konflik Dalam


Keluarga. Jakarta: Kencana. 2016

Fauzi Mahfudh. Diktat Matakuliah Psikologi Keluarga. Tangerang: PSP


Nusantara Press. 2018

Faruq Umar. “KONSEP KELUARGA DALAM AL-QUR'AN; Pendekatan


Linguistik dalam Hukum Perkawinan Islam” .Jurnal Studi Hukum Islam.
Probolinggo: Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong. Januari-Juni2015

Muchtaq Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta:


Bulan Bintang. 1997

Anda mungkin juga menyukai