Anda di halaman 1dari 16

KONSEP ISLAM TENTANG PEMBINAAN

KELUARGA

DOSEN PENGAMPU : Firdaus Wadji, S.Th.I., M.A.,Ph.D.

Kelompok : Abdi Rizki Pratama (1501619055 )


Mutiara (1501619003)
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Teknik Elektro


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta

2020
Kata pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Konsep Islam tentang
dalam pembinaan keluarga” Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai pada mata kuliah
pendidikan agama islam di semester 112 tahun 2020. Kami menggambil dari beberapa
sumber yang sudah tertera di daftar pusaka.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 18 Maret 2020

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 3

1.1 LATAR BELAKANG 3


1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN 3
BAB 2 PEMBAHASAN 5
A. Makna dan hakikat keluarga islami4
B. Rukun dan syarat pernikahan dalam islam 6
C. Tuntunan pembinaan keluarga islami 8
D. Konsep talak dan rujuk 9
E. Hakikat pembinaan anak dalam islam 11
F. Hak dan kewajiban anak terhadap orangtua dalam islam………….. 11
G. Hak dan kewajiban orangtua terhadap anak dalam islam…………..12

DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga adalah satuan kerabata yang mendasar teridiri dari suami,istri,dan anak.
Keluarga dalam pandangan isllam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkanislam menaruh
perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah – kaidah yang arif
gina mememlihara kehidupan keluarg dari ketidak harmonisan dan kehancuran.
Keluarga merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak gebenasi-genarasi
muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi .kemudian setiap adanya
keluarga pasti dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai wewenang dan sekaligus
mewabahi angogota keluarga lainnya. Konsep keluarga sudah setua kehidupan sejarah
manusia. Dimana ada manusia pastilah ada keluarga yang melahirkan, merawat serta
mendidiknya meskipun dalam waktu yang amat singkat.

1.2  Rumusan Masalah


Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Jelaskan makna dan hakikat keluarga islami
2.     Jelaskan rukun syarat pernikahan dalam islam
3.    Jelaskan tuntunan pembinaan keluarga islam
4.    Jelaskan konsep talak dan rujuk
5.    Jelaskan hak pembinaan anak dalam islam
6. Jelaskan hak dan kewajiban orang tua terhadap anak dalam islam
7. Jelaskan hak dan kewajiban anak terhadap orang tua dalam islam

1.3 Tujuan
1.Mengetahui makna dan hakikat keluarga islami
2.Mengetahui rukum syarat hakikat keluarga dalam islam
3.Mengetahui tuntunan pembinaan keluarga islami
4.Mengetahui konsep talak dan rujuk
5.Mengetahui hak pembinaan anak dalam islam
6.Mengetahui hak dan kewajiban orang tua terhadap anak dalam islam
7.Mengetahui hak dan kewajiban anak terhadap orang tua dalam islam

3
BAB 2
PEMBAHASAN

A.Pengertian makna dan hakikat keluarga islami

Keluarga bisa diibaratkan seperti sebuah unit sistem produksi yang paling sederhana.
Dimana ada sebuah sistem yang mengatur agar sebuah kinerja saling berhubungan
menghasilkan sebuah produk. Baik-buruknya produk itu sangat bergantung pada baik
buruknya manajemen perusahaan dan serta komitmen pada karyawannya. Hanya bedanya
perusahaan memiliki tiga unsur produksi yang terpisah yaitu; alat, bahan baku dan pelaku
produksi atau karyawan. Sistem produksi keluarga memiliki tiga elemen tersebut, menyatu
secara alamiah dalam diri pelaksana produksi (manusia) itu sendiri yang memiliki alat serta
bahan baku produksi sekaligus. Jika dalam perusahaan, manusia menciptakan sebuah produk
yang berbentuk benda mati, sedangkan dalam keluarga, manusia memproduksi manusia.

Sepertiga awal kehidupannya seorang manusia pada umumnya lebih terikat secara emosional
dengan keluarga dimana dia dilahirkan, tumbuh dan berkembang, karena dalam fase ini
seorang manusia masih dalam wilayah tanggungjawab orang tua sebagai pelaksana produksi
untuk menjadikannya produk yang sebagus-bagusnya (objek peradaban). Kemudian pada fase
berikutnya, yaitu duapertiga akhir kehidupannya.

Islam menolak pembentukan keluarga yang tidak didasari atas perkawinan yang sah. Islam
memberikan perhatian besar pada penataan keluarga, terbukti bahwa seperempat bagian fikih
yang dikenal dengan Rub al Munakahah adalah mengenai penataan keluarga, mulai dari
persiapan, pembentukan sampai pada pengertian hak dan kewajiban setiap unsur dalam
keluarga kesemuanya dimaksudkan supaya pembentukan keluarga mencapai tujuannya
seperti disebutkan dalam Alqur’ān.[6]

Alqur’ān menekankan kebersamaan anggota masyarakat seperti gagasan sejarah bersama,


tujuan bersama, catatan pembuatan bersama, bahkan kebangkitan dan kematian bersama.
Dari sini lahir gagasan amar ma’ruf nahi munkar.[7] Tidak heran jika Alqur’ān mempunyai
perhatian khusus terhadap konsep keluarga yang dari padanyalah gagasan di atas bisa tumbuh
dan berkembang dengan baik.

Dalam upaya menjaga status keluarga yang istimewa dan menjaga kelestariannya serta
memaksimalkan tujuan-tujuannya maka, dibutuhkan sejumlah syarat dan rukun. Dalam
Islam syarat dan hukum perkawinan pada hakekatnya bertujuan agar terjamin keutuhan
ikatan lahir dan batin tersebut dan pada akhirnya agar tercapai kehidupan yang tentram damai
dan penuh cinta dan kasih sayang sebagai tujuan perkawinan.[8] Adapun jalinan perekat bagi
bangunan keluarga adalah hak dan kewajiban yang disyariatkan Allah terhadap Ayah; Ibu,
suami dan istri serta anak-anak. Semua kewajiban itu tujuannya adalah untuk menciptakan
suasana aman, bahagia dan sejahtera bagi seluruh masyarakat bangsa.[9]

4
Keluarga merupakan komponen penting dalam proses pembentukan masyarakat dan
seterusnya negara. Tanpa institusi keluarga, kewujudan negara tidak akan sempurna. Islam
memandang keluarga sebagai sebuah institusi pencorak masyarakat yang bakal dibina. Di
dalam Islam tanggungjawab kepimpinan keluarga pada asasnya terletak pada kaum lelaki.
Walau bagaimanapun dalam memastikan kejayaan institusi ini, kedua-dua belah pihak iaitu
ibu dan bapa seharusnya memainkan peranan yang sama penting. Sebagai suami peranan asas
ialah menyediakan keperluan seperti makanan, tempat tinggal dan pakaian. Bukan itu sahaja,
sebagai seorang ayah, beliau juga bertanggungjawab untuk memberi pendidikan akademik
yang penting untuk perkembangan dan pendidikan agama untuk kesejahteraan rohani dan
fizikal. Bagi ibu pula tanggungjawab utamanya ialah memastikan kelancaran dalam sistem
rumah tangga yang disulami perasaan kasih sayang dan hormat menghormati.

Malangnya kehidupan manusia pada hari ini semakin jauh daripada nilai-nilai moral yang
terkandung dalam Alqur’ān. Fenomena ini berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan para
sahabat iaitu generasi pertama didikan Rasulullah. Nilai-nilai moral yang ada hari ini agak
berubah dan menyimpang. Saban hari bilangan anak-anak Melayu yang terlibat dalam
perkara-perkara yang tidak diingini semakin meningkat. Peratusan anak Melayu yang terlibat
dalam gejala negatif amat membimbangkan kita. Ini kerana anak-anak hari ini merupakan
bakal pemimpin masa depan.

Ibrahim Amini menjelaskan ada 3 tujuan hidup berkeluarga sebagai berikut:

Pertama, pembentukan sebuah keluarga yang didalamnya seseorang dapat menemukan


kedamaian fikiran. Kedua, penyaluran gairah seksual secara benar dan sehat, dan ketiga,
reproduksi atau sebagai wadah untuk melangsungkan keturunan. Tetapi tiga tujuan diatas
bukan berposisi sebagai tujuan pokok dan tetap harus dibingkai dalam konteks spritual yaitu
hidup berkeluarga merupakan suatu alat untuk menghindarkan diri dari perbuatan jelek dan
menjauhkan diri dari dosa[20].

Dari ketiga dasar tujuan berkeluarga di atas, umumnya yang paling dominan dari setiap
keberpasangan menikah menginginkan lahirnya anak yang unggul untuk melanjutkan
kehidupan dan peradaban manusia. Cita-cita luhur itu akan terwujud manakala setiap anggota
rumah tangga tekun dan bergairah melaksanakan ajaran Islam.

5
B.Rukun dan syarat pernikahan dalam islam
Pernikahan merupakan ibadah bagi seorang muslim untuk menyempurnakan iman dan
agamanya. Akad artinya membuat perjanjian, simpul atau kesepakatan. Apabila akad tersebut
digandengkan dengan nikah, maka ia berarti ikatan lahir dan batin antara laki-laki dan
perempuan dalam satu rumah tangga yang berdasarkan tuntunan agama. Tujuan dari akad
nikah adalah untuk dapat membina rumah tangga sebagaimana yang disunahkan oleh Rasul
Saw. Selain itu, tujuan dari menikah adalah supaya jiwa menjadi lebih tenang dan syahwat
manusia dapat tersalurkan secara halal yang kemudian bisa melahirkan keturunan yang sah.
Sebuah pernikahan dianggap sah apabila syarat dan rukun nikahnya telah terpenuhi.

Rukun dan syarat nikah menjadi hal yang wajib ada, pada setiap prosesi akan melaksanakan
sebuah pernikahan. Ketika seluruh rukun dan syarat ini terpenuhi, maka akan menjadikan
sahnya sebuah hubungan pernikahan. Tetapi ketika dalam melaksanakan pernikahan tanpa
adanya sebuah rukun dan syarat yang terurut dan tertib, maka tidak akan sah dan berlaku
pernikahan tersebut.

Dikutip dari Imam Zakaria al-Anshari dalam Fathul Wahab bi Syarhi Minhaj al-Thalab
(Beirut: Dar al-Fikr), juz II, hal. 41, rukun nikah tersebut ialah:

ِ ‫ ” أَرْ َكانُهُ ” خَ ْم َسةٌ ” زَ وْ ٌج َو َزوْ َجةٌ َو َولِ ٌّي َو َشا ِهدَا ِن َو‬.‫اح َو َغي ِْرهَا‬
ٌ‫صي َغة‬ ِ ‫ فِي أَرْ َكا ِن النِّ َك‬:ٌ‫فَصْ ل‬
Pasal tentang rukun-rukun nikah dan lainnya. Rukun-rukun nikah ada lima, yakni mempelai
pria, mempelai wanita, wali, dua saksi, dan shighat.”.

Rukun dan Syarat Nikah

Rukun nikah ada lima, yaitu calon suami, calon istri, shighat (ijab qabul), wali calon
perempuan, dua orang saksi. untuk lebih jelasnya mengenai 5 rukun dan syarat-syaratnya
adalah sebagai berikut:

1.Calon suami dan calon istri

Adapun syarat-syarat yang mesti dipenuhi baik itu oleh laki-laki ataupun perempuan saat
melangsungkan akad nikah adalah sebagai berikut:

Identitas keduanya sangat jelas dan dapat dibedakan dengan manusia yang lain.

Agama kedua pihak sama-sama Islam


.Di antara keduanya sedang tidak dalam kondisi terlarang untuk melakukan pernikahan.
Pernikahan hanya diizinkan jika antara pria dan juga wanitanya telah dewasa.

6
Ulama menyepakati bahwa ijab qabul menjadi rukun dari sebuah pernikahan. Seperti rukun-
rukun lainnya, ijab qabul sendiri juga memiliki beberapa syarat, di antaranya adalah sebagai
berikut:

 Lafal ijab dan qabul harus lafal nikah atau tazwij


 Lafal ijab qabul bukan kata-kata kinayah (kiasan)
 Lafal ijab qabul tidak di tak’likkan (dikaitkan) dengan suatu syarat tertentu, seperti:
“Aku nikahkan engkau dengan anakku dengan syarat engkau langsung membangun
rumah..dst”
 Lafal ijab qabul harus terjadi pada satu majlis, maksudnya lafal qabul harus segera
diucapkan setelah ijab

2. Wali calon pengantin perempuan

Wali di sini ialah orang tua mempelai wanita baik ayah, kakek maupun pamannya dari pihak
ayah (‘amm), dan pihak-pihak lainnya. Secara berurutan, yang berhak menjadi wali adalah
ayah, lalu kakek dari pihak ayah, saudara lelaki kandung (kakak ataupun adik), saudara lelaki
seayah, paman (saudara lelaki ayah), anak lelaki paman dari jalur ayah. Dengan syarat
sebagai berikut.

 Muslim
 Berakal
 Tidak fasik
 Laki-laki
 Mempunyai hak menjadi wali
3. Dua orang saksi
Meski semua orang hadir dan melihat secara langsung prosesi akad nikah, namun di dalam
Islam mensyaratkan adanya dua orang saksi yang benar-benar jujur dan adil supaya
pernikahan tersebut menjadi sah. Walaupun hakikatnya semua yang hadir di acara tersebut
adalah saksi. Saksi pernikahan memiliki syarat-syarat khusus, di antaranya adalah sebagai
berikut ini:

 Ia adalah seorang muslim laki-laki dan mukallaf.


 Ia adalah seorang yang adil.
 Ia adalah seorang yang mampu melihat dan juga mampu mendengar.
 Ia adalah orang yang tidak dalam keadaan terpaksa.
 Ia adalah orang yang faham akan bahasa yang dipakai saat ijab qabul.
 Ia tidak sedang melakukan ibadah haji.

7
C.Tuntunan pembinaan keluarga islami

Secara umum, Islam sebenarnya telah mengatur dan memiliki petunjuk dalam upaya
membina sebuah rumah tangga yang harmonis dan diberkahi juga diridhai Allah SWT.
Tuntunan agama dapat menghindarkan sebuah rumah tangga dari perceraian. Mengingat,
tingkat perceraian masih cukup tinggi di kalangan masyarakat.

Cara untuk membina rumah tagga yang sakinah mawadah warahmah .Niat ini termasuk niat
awal saat hendak membangun sebuah rumah tangga. Seseorang yang menikah atau orang
yang memutuskan diri untuk menikah, harus memiliki niat karena Allah SWT. Niat karena
Allah berarti seorang Muslim tersebut ingin mendapatkan pahala, menjaga kehormatan
dirinya, dan takut terjerumus ke perbuatan maksiat.

Prinsip dasar ini harus dipahami. Hasilnya, Insya Allah dengan izin Allah, proses
pernikahannya itu dan orang-orang yang menjalani pernikahan itu akan mendapatkan rahmat
dan berkah dari Allah SWT. menjelaskan, di dalam Surah Saba ayat 37, Allah berfirman,
'Dan bukanlah hartamu dan anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami, melainkan
orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itulah yang yang memperoleh
balasan yang berlipat ganda dan mereka akan berada di surga dengan penuh rasa aman dan
nikmat.''

Prinsip dasar yang kedua adalah dengan membangun keluarga dalam konteks atau upaya
meningkatkan iman dan amal saleh. Pemahaman ini yang harus dimiliki oleh orang yang
ingin membangun rumah tangga yang harmonis. Alhasil, dengan pemahaman ini, aktivitas
apa pun yang dilakukan oleh suami ataupun istri secara otomatis dapat bernilai ibadah.

Rasulullah SAW pernah bersabda, ''Makanan yang Anda makan untuk diri Anda sendiri, itu
bernilai sedekah. Makanan yang Anda sajikan untuk keluarga Anda itu pahalanya sedekah.''
Karena, niat menyajikan makanan kepada keluarga tersebut didasari iman dan amal saleh.
Selain itu, dari prinsip dasar ini

Konsekuensi tampilnya laki-laki sebagai pemimpin atau kepala rumah tangga adalah
pemimpin harus mempergauli istrinya dengan cara yang baik. Menggauli di sini berarti
perilaku keseharian. Para ahli tafsir berpendapat, cara yang baik ini adalah termasuk dengan
melembutkan perkataan dan melakukan perbuatan yang baik. Selain itu, pemimpin juga harus
mengetahui karakteristik dan sifat-sifat dari perempuan. ''Tidak hanya itu, suami juga harus
membina, mengarahkan, dan mendidik anak serta istrinya untuk belajar ilmu agama”

Dari sisi perempuan, seorang istri diwajibkan untuk menuruti dan menaati suaminya. Selain
itu, seorang istri juga mesti bisa menjaga kehormatan suami dan mengelola harta suaminya
dengan baik. arti kata sakinah secara harfiah adalah ketenangan dan kedamaian. Kondisi
inilah yang diharapkan bisa timbul dari sebuah keluarga dan rumah tangga yang Islami

8
D.Konsep talak dan rujuk

Pengertian cerai talak

Dalam syariah cerai atau talak adalah melepaskan ikatan perkawinan (Arab, ‫اسم لحل قيد‬
‫ )النكاح‬atau putusnya hubungan perkawinan antara suami dan istri dalam waktu tertentu atau
selamanya.

2. DALIL DASAR HUKUM PERCERAIAN TALAK

- QS Al-Baqarah 2:229

‫ْري ٌح بِإِحْ َسا ٍن َوال يَ ِحلُّ لَ ُك ْم أَ ْن تَأْ ُخ ُذوا ِم َّما آتَ ْيتُ ُموه َُّن َشيْئا ً إِالّض أَ ْن يَخَ افَا أَالَّ يُقِي َما‬ ِ ‫ُوف أَوْ تَس‬
ٍ ‫ك بِ َم ْعر‬ ٌ ‫َان فَإ ِ ْمزَ ا‬
ِ ‫ق َم َّرت‬ ُ ‫الطَّال‬
َ‫َت بِ ِه تِ ْلكَ حُ دُو ُد هَّللا ِ فَال تَ ْعتَدُوهَا َو َم ْن يَتَ َع َّد حُ دُو َد هَّللا ِ فَأُولَئِك‬ َ ‫ُحدُو َد هَّللا ِ فَإ ِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَالَّ يُقِي َما ُحدُو َد هَّللا ِ فَال ُجن‬
ْ ‫َاح َعلَ ْي ِه َما فِي َما ا ْفتَد‬
َ‫هُ ُم الظَّالِ ُمون‬

Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami
isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum
Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum
Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.

. HUKUM CERAI/TALAK

Hukum talak/perceraian itu beragam: bisa wajib, sunnah, makruh, haram, mubah.
Rinciannya sbb:

TALAK ITU WAJIB APABILA:

a) Jika suami isteri tidak dapat didamaikan lagi

b) Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk
perdamaian rumahtangga mereka

c) Apabila pihak pengadilan berpendapat bahawa talak adalah lebih baik

Jika tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka berdosalah suami.

PERCERAIAN ITU HARAM APABILA:

a) Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas

b) Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi


9
c) Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada menuntut harta
pusakanya

d) Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekaligus atau talak satu tetapi disebut berulang
kali sehingga cukup tiga kali atau lebih

RUKUN PERCERAIAN/ TALAK


Ada 2 faktor dalam perceraian yaitu suami dan istri. Masing-masing ada syarat sahnya
perceraian.
Rukun Talak bagi Suami :
- Berakal sehat
- Baligh
- Dengan kemauan sendiri
Rukun Talak bagi Isteri :
- Akad nikah sah
- Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya

Pengertian Rujuk

Rujuk menurut bahasa artinya kembali, sedangkan menurut istilah adalah kembalinya
seorang suami kepada mantan istrinya dengan perkawinan dalam masa iddah sesudah ditalak
raj’i. sebagaimana Firman allah dalam surat al-baqarah :228

“Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka(para suami)
itu menghendaki islah”. (Q.S.Al-Baqarah:228)

Bila sesorang telah menceraikan istrinya, maka ia dibolehkan bahkan di anjurkan untuk rujuk
kembali dengan syarat keduanya betul-betul hendak berbaikan kembali (islah).

Dalam KHI pasal 63 bahwa Rujuk dapat dilakukan dalam hal:

a. Putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang telah jatuh tiga kali atau talak yang
di jatuhkan qabla al dukhul.

b. Putus perkawinan berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan atau alasan-alasan selain
zina dan khuluk.

10
E.Konsep pembinaan anak dalam islam

Mendidik anak merupakan sebuah ibadah yang bernilai pahala dalam


islam,karena anak adalah anugrah dari Allah yang sudah sepatutnya sebagai
orang tua harus benar-benar memberikan Pendidikan yang terbaik bagi masa
depan anak. Maka dari itukewajiban orangtua yang pertama adalah mendidik
anak dengan agama sejak dini.

Berikut merupakan point penting Pendidikan anak dalam konsep islam


1. Memberikan contoh yang baik
Sebagai orang tua adalah teladan bagi seorang anak karena dengan orang tua
mencontohkan sikap baik maka anak akan menteladaninya atau mencontohnya.
2. Membiasakan anak untuk belajar ibadah
Sebagai orang tua harus mengajarkan kepada anak kebiasaan ibadah. Apa itu ibadah
mengapa seseoang harus beribadah orang tua yang baik harus mengajarkan itu semua
kepada anak
3. Mengajarkan anak untuk saling memberi sesama saudara
Contohnya apabila ada tetangga yang sedang kesulitan kemudian anak kita
melihatnya lalu kita harus mengajarkannya apa aitu memberi kepada yang
membutuhkan seperti memberi makanan,memberi pakaian dll
4. Mengajarkan sopan santun terhadap yang lebih tua
Kita sebagai orang tua harus membiasakan anak agar dapat bersikap sopan terhadap
yang lebih tua

F.Hak dan kewajiban anak terhadap orang tua

Sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk berbakti kepada orang tua, bagaimanapun
keadaan orang tua kita, miskin atau kaya bahkan apabila mereka kafir sekalipun tetap harus
dipatuhi selama tidak menyuruh kita untuk melakukan hal-hal yang melanggar aturan agama.

Banyak sekali ayat al-Quran maupun hadist yang berkenaan dengan bakti kepada orang tua.
Diantaranya adalah firman Allah sebagaimana berikut:

ّ ٖ ُ‫ك ۡٱل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َمٓا أَ ۡو ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا أ‬
‫ف َواَل ت َۡنهَ ۡرهُ َما َوقُل‬ َ ‫ك أَاَّل ت َۡعبُد ُٓو ْا إِٓاَّل إِيَّاهُ َوبِ ۡٱل ٰ َولِد َۡي ِن إِ ۡح ٰ َسنً ۚا إِ َّما يَ ۡبلُغ ََّن ِعن َد‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬
‫اٗل‬
٢٣ ‫لهُ َما قَ ۡو َك ِر ٗيما‬ َّ

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-
Isra’[17]:23).

11
Di dalam kitab Tanbih al-Ghafilin, Abu Laits Nadlr bin Muhammad al-Hanafi al-Smarqandhi
(w. 375) menyebutkan ada sepuluh hak orang tua yang harus dipenuhi oleh seorang anak:

Apabila orang tua membutuhkan makanan, maka berilah makan.

Apabila orang tua membutuhkan pakaian , maka berilah pakaian semampunya.

Apabila orang tua meminta untuk dilayani, maka layanilah.


Apabila orang tua memanggil, maka jawablah dan datanglah segera.
Apabila orang tua memerintahkan untuk melakukan suatu hal, maka lakukanlah selama
perintahnya bukan perintah untuk bermaksiat dan ghibah.
Berbicara kepada kedua orang tua dengan lemah lembut dan tidak bersikap kasar.
Tidak memanggil orang tua dengan nama mereka.
Berjalan di belakang orang tua dan tidak mendahului.
Ridlo (senang) dengan apa yang orang tua ridloi dan benci dengan yang orang tua benci.

G.Hak dan kewajiban orang tua terhadap anak


Anak merupakan karunia dan titipan Allah, ketika seseorang dikaruniai anak maka akan
mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi yang menjadi hak anak, sebagaimana sabda Nabi
dalam hadits di kitab Tanbih al Ghafilin, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, yang
antara lain menyatakan bahwa anak memiliki hak atas orang tuanya, yakni pertama, diberikan
nama yang baik setelah lahir, dan kedua, diajarkan tentang al Quran ketika sudah berakal atau
tamyiz, serta yang ketiga adalah menikahkannya ketika ia sudah menemukan pasangannya
yang baik. Dengan demikian setidaknya ada 3 kewajiban orang tua kepada anak.

1.Pemberian Nama yang Baik dan Melakukan Aqiqahnya

Kewajiban pertama orang tua setelah anaknya lahir adalah memberikan nama yang baik,
sebab nama juga merupakan suatu doa serta harapan terhadap sang anak kelak ke depannya.
Nama merupakan suatu hal yang penting, nama yang baik juga bisa memberi rasa percaya
diri yang bagus untuk proses tumbuh kembang anak. Terkait dengan nama ini juga ada hadis
Nabi riwayat Abu Dawud yang antara lain menyatakan bahwa kelak tiap manusia akan
dipanggil di hari kiamat dengan nama masing-masing, sehingga diperintahkan untuk
memberi nama anaknya sebagus mungkin. HR Tirmidzi juga menyatakan bahwa Rasulullah
itu memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah mengenai nama tersebut, sehingga
beberapa kali ketika beliau menemukan nama yang tidak layak, kurang baik maknanya atau
tidak memiliki arti, maka beliau lantas mengubahnya dan memilihkan beberapa nama yang
baik yang lebih pantas. Pemberian nama anak tersebut juga bisa dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan aqiqahnya, sebagaimana HR Tirmidzi, yang antara lain menyatakan
bahwa anak itu tergadai dengan aqiqahnya, oleh karenanya disarankan untuk menyembelih
kambing untuk aqiqah dan memberi nama serta mencukur kepalanya di hari ketujuh setelah
kelahirannya.

12
Kewajiban orang tua kepada anak yang berikutnya adalah memberi pendidikan bagi anak,
terutama pada saat anak telah mulai bisa berpikir serta menerima ilmu, maka kewajiban orang
tua untuk memberikan pelajaran tentang cara membaca al-Quran serta makna yang
terkandung di dalamnya, dan beserta ilmu fikih serta ilmu agama yang lain sebagai pedoman
hidup bagi sang anak. Memberikan pendidikan, mendidik dan mengajarkan anak tentang ilmu
agama itu tidak harus diakukan sendiri namun dapat juga dengan memasukkan anak ke
sekolah-sekolah yang juga mengajarkan ilmu agama. Anak berusia 2 tahun ke atas,
tergantung perkembangannya masing-masing, biasanya sudah mulai bisa berfikir, dan mulai
banyak bertanya, apalagi usia emas itu adalah usia balita sehingga sebaiknya pendidikan
agama telah dimulai sejak anak masuk playgroup atau Kelompok Bermain (KB) ataupun saat
Taman Kanak-kanak (TK) atau Sekolah Dasar (SD). Dalam haditsnya yang diriwayatkan
oleh Ali radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah juga menyatakan agar mengajarkan tiga hal kepada
anak-anak, yakni ajarkan untuk mencintai nabi dan mencintai keluarga serta membaca Al
Qur’an. Pada hadis yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari kakek Ayub Bin Musa Al
Quraisy, dan juga HR At-Tirmidzi dan imam Al-Hakim dari sahabat Amr bin Sa’id bin Ash
r.a., Nabi juga antara lain pernah bersabda bahwa tidak ada suatu pemberian yang lebih
utama dari seorang ayah kepada sang anaknya, melainkan adalah pengajaran atau pemberian
pendidikan yang baik. Sejak sedini mungkin anak perlu dikenalkan tentang Tuhannya dan
agamanya, anak perlu diajari agar bisa berwudhu, melakukan sholat, berpuasa sesuai
kemampuan fisiknya masing-masing, dan juga diajarkan untuk bersedekah dan lain
sebagainya. Warisan harta akan bisa habis dengan cepat, namun tidak dengan warisan
pendidikan yang baik, yang akan melekat seumur hidup dan menjadi bekal bagi sang anak
selamanya. Pada HR imam At Trimidzi dari sahabat Jabir bin Samurah ra., Nabi juga
berpesan mengenai keutamaan mendidik anak sebagai lebih utama daripada bersedekah
sebesar satu sha (sekitar 3 kg) setiap harinya.

2. Menikahkannya Dengan Pasangan yang Baik

Hal ini menunjukkan bahwa kewajiban orang tua kepada anaknya hingga si anak menjadi
dewasa dan menikah. Orang tua sebaiknya tidak mempersulit ketika anak telah berusia siap
nikah dan telah menemukan pasangan yang baik dan berniat untuk menikah, menghindari
kemaksiatan dan dosa zina, guna menghindarkan anak dan juga orang tua dari api neraka.
Tidak pula perlu khawatir dengan rezekinya karena menurut QS An Nur 24:32 maka Allah
lah yang akan mencukupi dan menganugerahkan rezekinya.

3. Memberi Nafkah dan Makanan Halal

Kewajiban orang tua juga adalah untuk memberi nafkah halal, yakni dengan harta yang baik
yang bersumber dari suatu pekerjaan atau mata pencaharian yang halal. Berdasarkan HR
Turmudzi, Nabi antara lain pernah bersabda, yakni bahwa kedua kaki seorang hamba itu
tidak akan bisa bergeser di hari kiamat kelak, hingga ia ditanya mengenai empat hal perkara,
yaitu pertama, tentang umurnya diisi untuk melakukan apa saja, lalu kedua tentang ilmunya,
mengenai apa yang dikerjakannya dengan ilmunya tersebut, kemudian yang ketiga, tentang
hartanya dari manakah asalnya dan cara mendapatkannya serta harta itu digunakan dan
dibelanjakan untuk apa saja, dan yang keempat, yaitu tentang tubuhnya dipergunakan untuk

13
melakukan apa saja. Berdasarkan HR Thabraani di dalam Al Ausaath, Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam juga pernah mengajarkan kepada sejumlah anak agar selalu berpesan
kepada orang tuanya sewaktu hendak keluar rumah untuk bekerja dan mencari nafkah, yakni
antara lain agar jangan sekali-kali membawa pulang kecuali yang halal serta yang thayyib
saja, karena anak dan istri mampu untuk bersabar dari kelaparan dan kemiskinan namun tidak
akan mampu untuk menahan azab Allah subhanahu wa ta’ala di neraka kelak jika sang ayah
atau suami membawa pulang harta yang haram, dan menjadi daging serta darah dalam tubuh
mereka bagaikan racun dan kotoran noda.

4. Memberi Air Susu Ibu

Kemudian ada juga kewajiban ibu untuk memberi Air Susu Ibu (ASI) nya kepada anak. QS
Al Baqarah 2:233 memerintahkan agar para ibu memberikan ASI kepada anak-anaknya
hingga selama dua tahun penuh. Berbagai penelitian medis ilmiah dan modern juga telah
menemukan bukti bahwa pemberian ASI selama masa dua tahun pertama pertumbuhan anak
itu sangat penting, dan sehat serta alami, dan bisa mempengaruhi tak hanya kondisi kesehatan
fisik anak, namun juga hingga ke pertumbuhan kejiwaan dan kepribadian anak hingga
dewasa kelak.

5. Membesarkan Anak dengan Penuh Kasih Sayang dan Adil

Kewajiban orang tua adalah untuk membesarkan anak-anak dengan penuh kasih sayang dan
secara adil hingga anak-anak bisa hidup dengan bahagia. Ada HR riwayat imam Abu Ya’la
dari sayyidah Aisyah r.a. yang antara lain menyatakan bahwa di surga itu ada rumah
kebahagiaan yang khusus ditujukan bagi orang yang membahagiakan anak-anak kecil. QS At
Taghaabun 64:14-15 antara lain menyerukan kepada orang mukmin, agar memaafkan serta
tidak memarahi dan juga mengampuni anak-anak dan bersabar ketika menghadapi kenakalan
anak-anak, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Juga pentingnya agar
orang tua bisa bersikap adil terhadap seluruh anak, sehingga tak ada anak yang cemburu, hal
ini termuat dalam QS Yusuf 12:7-8 yang menyatakan kekeliruan nabi Yakub yang terlalu
mencintai nabi Yusuf sebagai salah satu anaknya, sehingga menimbulkan kecemburuan oleh
saudara-saudaranya, agar

14
DAFTAR PUSTAKA
https://suaramuslim.net/mengetahui-5-syarat-dan-rukun-nikah-dalam-islam/

https://republika.co.id/berita/on0451313/prinsip-dasar-dalam-membina-rumah-tangga-islami

https://www.researchgate.net/publication/315998563_PENDIDIKAN_ANAK_DALAM_KELUARGA_PE
RSPEKTIF_ISLAM

http://segores-info.blogspot.com/2015/02/pernikahan-talak-dan-rujuk-dalam-islam.html?m=1

https://www.prestasiglobal.id/kewajiban-orangtua-terhadap-anak-menurut-ajaran-islam/amp/

https://harakahislamiyah.com/nasihat/10-kewajiban-seorang-anak-kepada-orang-tua

15

Anda mungkin juga menyukai