Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI AJARAN ISLAM DALAM

PEMBINAAN KELUARGA
Dosen Pengampu: Dr. M. Ridwan Effendi, M.Ud.
Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh:
Kelompok 9

Muhammad Nur Faiz (1404621077)

Muthiara Zahra (1404621018)

Sutan Fatah (1404621091)

Zaeneti Septiani Sitio (1404621056)

PAI B 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dengan judul:
"Implementasi Ajaran Islam Dalam Pembinaan Keluarga".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 18 September 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2

BAB I.............................................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 3

C. Tujuan Makalah .................................................................................................................... 3

BAB II ............................................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 4

A. Makna dan Hakikat Keluarga Islami .................................................................................... 4

B. Rukun dan Syarat Pernikahan Dalam Islam ......................................................................... 5

C. Tuntunan Pembinaan Keluarga Islami ................................................................................. 6

D. Talak dan Rujuk ................................................................................................................... 7

E. Hakikat Pembinaan Anak Dalam Islam ............................................................................... 8

F. Hak dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Dalam Islam ............................................ 9

G. Hak dan Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua Dalam Islam ........................................... 10

BAB III ......................................................................................................................................... 11

KESIMPULAN ............................................................................................................................. 11

A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari apa yang disebut keluarga. Keluarga merupakan
sentral dari kehidupan manusia, dari keluarga itulah manusia membina dan membangun generasi,
dari keluarga itulah masing-masing memiliki rasa tanggung jawab untuk melakukan tugasnya
sebagai anggota keluarga, dari keluarga itulah rasa agama dan keagamaan dapat dibina dan
dibangun.

Keluarga dalam pandangan Islam mempunyai arti yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh
perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidahkaidah yang arif guna
memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Keluarga adalah batu bata
pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang
diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah.

Hukum Islam merupakan salah satu pilar yang sangat penting dalam agama Islam. Tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa hampir di semua sendi kehidupan, baik dalam lingkungan ibadah maupun
muamalah diatur dan dikondisikan sedemikian rupa oleh hukum Islam. Hukum Islam akan dapat
memainkan perannya dengan baik dan tetap sesuai dengan sifat serta karaktristiknya jika mampu
mengikuti perkembangan hukum manusia yang selalu berubah dan berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian makna dan hakikat keluarga islami?
2. Apa saja rukun dan syarat pernikahan dalam islam?
3. Bagaimana menguraikan tuntunan pembinaan keluarga islami?
4. Bagaimana konsep talak dan rujuk?
5. Bagaimana hakikat pembinaan anak dalam islam?
6. Apa saja hak dan kewajiban orang tua terhadap anak dalam islam?
7. Apa saja hak dan kewajiban anak terhadap orang tua dalam islam?

C. Tujuan Makalah
1. Memahami makna dan hakikat keluarga islami.
2. Mengetahui rukun dan syarat pernikahan dalam islam.
3. Memahami tuntunan pembinaan keluarga islami.
4. Mengetahui konsep talak dan rujuk.
5. Mengetahui hakikat pembinaan anak dalam islam.
6. Mengetahui hak dan kewajiban orang tua terhadap anak dalam islam.
7. Mengetahui hak dan kewajiban anak terhadap orang tua dalam islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna dan Hakikat Keluarga Islami


Menurut konsep Islam, keluarga adalah satu kesatuan hubungan antara laki-laki dan perempuan
melalui akad nikah menurut ajaran Islam. Dengan adanya ikatan akad pernikahan tersebut
dimaksudkan anak dan keturunan yang dihasilkan menjadi sah secara hukum agama.
Keluarga adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari suami, isteri dan anak-anak. Dan
tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana
masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-
generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Demikian juga dengan sebuah keluarga, karena yang dinamakan keluarga adalah minimal
terdiri atas seorang suami dan seorang istri yang selanjutnya muncul adanya anak atau anak-anak
dan seterusnya. Maka, sudah semestinya di dalam sebuah keluarga juga dibutuhkan adanya seorang
pemimpin keluarga yang tugasnya membimbing dan mengarahkan sekaligus mencukupi kebutuhan
baik itu kebutuhan yang sifatnya dhohir maupun yang sifatnya batiniyah di dalam rumah tangga
tersebut supaya terbentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Di dalam Alqur’ān
disebutkan bahwa suami atau ayahlah yang mempuyai tugas memimipin keluarganya karena laki-
laki adalah seorang pemimpin bagi perempuan.
Dalam pandangan manapun, keluarga dianggap sebagai elemen sistem sosial yang akan
membentuk sebuah masyarakat. Adapun lembaga perkawinan, sebagai sarana pembentuk
keluarga adalah lembaga yang paling bertahan dan digemari seumur kehadiran masyarakat
manusia. Perbedaan pandangan hidup dan adat istiadat setempatlah yang biasanya membedakan
definisi dan fungsi sebuah keluarga dalam sebuah masyarakat Peradaban suatu bangsa bahkan
dipercaya sangat tergantung oleh struktur dan interaksi antar keluarga di dalam masyarakat
tersebut.

4
B. Rukun dan Syarat Pernikahan Dalam Islam

Sebagaimana ibadah-ibadah lainnya dalam Islam, pernikahan memiliki rukun dan syarat-
syarat tertentu yang menentukan sah atau tidaknya pernikahan tersebut. Jika rukun dan
syaratnya tidak terpenuhi, bisa dipastikan pernikahan bisa batal dan tidak sah bagi kedua
mempelai.

Rukun-rukun nikah:
1) Mempelailaki-laki.
Adanya mempelai laki-laki artinya calon suami yang sudah memenuhi syarat
menikah, sudah matang emosionalnya dan mampu memberi nafkah bagi
keluarganya. Pernikahan tanpa adanya mempelai laki-laki dianggap tidak sah.
Sebagai misal, pernikahan lesbian yang hanya ada dua mempelai perempuan tidak
diakui dalam Islam.
2) Mempelai perempuan.
Mempelai perempuan di sini artinya calon istri yang akan dinikahi harus bukan
mahram dan bukan dari kategori perempuan yang haram dinikahi, seperti adanya
pertalian darah, hubungan kemertuaan, ataupun saudara sepersusuan. Selain ini,
tanpa adanya mempelai perempuan, pernikahan dianggap batal. Sebagai misal,
pernikahan homoseksual yang hanya ada dua mempelai laki-laki tidak diakui dalam
Islam.
3) Wali.
Dalam suatu pernikahan juga diperlukan seorang wali untuk mempelai perempuan.
Utamanya, wali nikah adalah ayah kandung. Namun jika ayah kandung telah tiada atau
berhalangan hadir karena kondisi mendesak, seseorang yang berhak menjadi wali
adalah kakek atau saudara laki-laki dari garis keturunan ayah.
Selain itu, keluarga mempelai perempuan yang berhak menjadi wali di antaranya
adalah, ayah, kakek dari pihak ayah, kakak atau adik laki-laki seayah, paman dari
keluarga ayah serta keponakan laki-laki dari pihak ayah.
4) Dua saksi.
Hadirnya dua saksi ini juga menentukan sah dan tidaknya pernikahan tersebut. Selain
itu, dua saksi ini juga mesti saksi yang adil dan terpercaya. Setidaknya terdapat enam
syarat untuk menjadi saksi pernikahan, yaitu Islam, balig, berakal, merdeka, berjenis
kelamin laki-laki, dan adil.
5) Shigat.
Shigat artinya ijab kabul yang diucapkan antara wali atau perwakilannya dengan
mempelai laki-laki dalam akad pernikahan.

Syarat-Syarat Nikah:
1) Kedua mempelai beragama islam.
Menikah dengan syariat Islam artinya kedua calon mempelai haruslah beragama
Islam. Apabila salah satu mempelai non muslim dan pernikahan dilakukan
5
menggunakan tata cara Islam, maka dianggap tidak sah.
2) Mempelai laki-laki bukan mahrom bagi calon istri.
Pernikahan dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tidak
memiliki ikatan darah. Selain karena ikatan darah, perempuan yang mahrom bagi
seorang laki-laki adalah saudara sepersusuan, saudara ipar, ibu tiri, anak tiri, menantu
dan cucu.
3) Mempelai laki-laki mengetahui wali akad nikah.
Calon mempelai laki-laki wajib mengetahui wali dari calon istrinya. Apabila ayah
dari mempelai perempuan sudah meninggal bisa diwakilkan oleh seorang wali
nikah.
4) Tidak sedang melaksanakan ibada haji.
Pernikahan akan dianggap tidak sah jika dilakukan saat sedang menunaikan ibadah haji.
Meskipun ibadah haji merupakan suatu amalan yang baik dan besar. Namun, saat
seseorang melaksanakan ibadah haji maka diharamkan untuk melangsungkan
pernikahan.
5) Tidak ada unsur paksaan.
Pernikahan yang dilakukan tidak boleh ada unsur paksaan baik dari pihak mempelai
laki-laki maupun perempuan. Oleh karenanya, pernikahan harus didasarkan karena
perasaan cinta, keinginan dan keikhlasan kedua mempelai untuk memulai hidup
bersama.
C. Tuntunan Pembinaan Keluarga Islami
Secara umum, Islam sebenarnya telah mengatur dan memiliki petunjuk dalam upaya membina
sebuah rumah tangga yang harmonis dan diberkahi juga diridhai Allah SWT. Tuntunan agama dapat
menghindarkan sebuah rumah tangga dari perceraian. Berikut beberapa cara untuk membina rumah
tangga islami:
1. Niat, segala aktivitas Muslim itu baik atau buruk akan dinilai dari niatnya Muslim tersebut.
Niat ini termasuk niat awal saat hendak membangun sebuah rumah tangga. Seseorang yang
menikah atau orang yang memutuskan diri untuk menikah, menurut Ustaz Nizar, harus
memiliki niat karena Allah SWT. Niat karena Allah berarti seorang Muslim tersebut ingin
mendapatkan pahala, menjaga kehormatan dirinya, dan takut terjerumus ke perbuatan
maksiat.
2. Membangun keluarga dalam konteks atau upaya meningkatkan iman dan amal saleh.
Pemahaman ini yang harus dimiliki oleh orang yang ingin membangun rumah tangga yang
harmonis. Alhasil, dengan pemahaman ini, aktivitas apa pun yang dilakukan oleh suami
ataupun istri secara otomatis dapat bernilai ibadah.
3. Setiap rumah tangga harus memiliki pemimpin atau pengemudi. Pemimpin inilah yang
mengendalikan rumah tangga. Dalam hal ini, Rasulullah SAW sudah memberi tahu bahwa
kaum laki-laki adalah pemimpinnya. Konsekuensi tampilnya laki-laki sebagai pemimpin
atau kepala rumah tangga adalah pemimpin harus mempergauli istrinya dengan cara yang
baik. Menggauli disini berarti perilaku keseharian. Para ahli tafsir berpendapat, cara baik ini
adalah termasuk dengan melembutkan perkataan dan melakukan perbuatan yang baik.

6
D. Talak dan Rujuk

a. Talak

Secara etimologis, talak berarti melepas ikatan. Talak berasal dari kata itlaq yang berarti
melepaskan atau meninggalkan. Sedangkan menurut istilah shara’, talak yaitu melepaskan tali
perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri.
Hukum Talak adalah makruh karena talak merupakan perbuatan halal tetapi sangat dibenci
oleh Allah Swt. Nabi Muhammad Saw, bersabda:

”Perbuatan halal, tetapi paling dibenci oleh Allah adalah talak”. (HR. Abu Daud).

Para ulama sepakat membolehkan talak. Hukum talak menjadi wajib ketika terjadi perselisihan
antara suami istri, sedangkan dua hakim yang mengurus perkara keduanya sudah memandang
perlu supaya keduanya bercerai. Talak berhukum sunah jika suami sudah tidak sanggup lagi
membayar dan mencukupi kewajibannya (nafkahnya) atau perempuan tidak menjaga
kehormatan dirinya.

Lalu ada keadaan yang menyebabkan talak menjadi haram hukumnya, yaitu menjatuhkan talak
saat istri dalam keadaan haid dan menjatuhkan talak sewaktu suci yang telah dicampurinya
dalam waktu suci itu.

b. Rujuk

Rujuk menurut bahasa artinya kembali, Rujuk dalam pengertian fikih menurut al-Mahalli
ialah kembali ke dalam hubungan perkawinan dari cerai yang bukan baa’in, selama dalam masa
iddah (masa saat istri menunggu setelah diceraikan oleh suaminya). Jika seorang suami
memutuskan untuk rujuk dengan istrinya, keduanya nggak perlu melangsungkan akad nikah.
Sebab, akad nikah yang keduanya miliki belum sepenuhnya putus.

Asal hukum rujuk adalah mubah atau jaiz, yang berarti dibolehkan. Namun, hukum rujuk dapat
berkembang tergantung pada situasi suami-istri tersebut.

Hukum rujuk menjadi wajib, khusus untuk laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu dan jika
pernyataan talaknya jatuh sebelum dirinya menyelesaikan hak-hak istrinya. Kalau belum
selesai, suami wajib mengajak istri rujukan kembali.

Merujuk menjadi sunah hukumnya jika bersatu kembali lebih bermanfaat daripada
meneruskan proses perceraian. Namun akan menjadi makruh jika berpisah lebih baik daripada
bersama kembali. Hukum rujuk dapat menjadi haram jika bersama kembali dalam pernikahan
justru membuat istri semakin menderita.

7
E. Hakikat Pembinaan Anak Dalam Islam

Anak merupakan makhluk lemah sebagai titipan dan amanah Allah Swt kepada manusia. Anak
masih memerlukan perhatian dan bimbingan dalam pertumbuhan dan perkembangannya demi
mewujudkan manusia dewasa yang insan kamil (makhluk sempurna). Sejalan dengan tujuan ini,
pendidikan Islam memegang peranan penting dalam upaya membimbing, membina serta
menagrahkan anak menuju kesempurnaan, baik spiritual maupun intelektualnya. Keterkaitan dengan
upaya penyempurnaannya, perlu dilakukan pembinaan secara sistematis, progresif dan berkualitas.
Gambaran ini dapat merujuk pada Firman Allah Swt dalam surat ar-Ruum ayat 30 yang berbunyi:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (QS. Ar-Ruum:30)

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia lahir dengan membawa naluri keagamaan
dan iman kepada Allah Swt. Untuk itu, dalam tahapan perkembangan dan pertumbuhannya, orang
tua dan guru memiliki tanggung jawab penuh atas upaya membimbing dan membina anak agar sesuai
dengan naluri dasar yang telah dibawanya semenjak lahir yakni sesuai dengan konsep yang telah
digarisbawahi dalam ajaran agama Islam.

Perkembangan pendidikan anak sangat ditentukan oleh orang tua dan manusia yang ada di
sekelilinginya. Upaya pembinaan ini sangat ditentukan melalui peran orang tua sebagai pendidik
yang akan mengarahkan hidupnya di masa yang akan datang. Upaya kerjasama dalam rangka
pembinaan terhadap pekembangan anak harus sesuai dengan naluri dasarnya yaitu fitrah “Addin”
atau ketauhidan yang hakiki. Inilah yang menjadi sasaran pencapaian tujuan dalam pendidikan Islam.

8
F. Hak dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Dalam Islam

Hak orang tua terhadap anak:

1. Hak untuk hidup dan tumbuh berkembang islam mengajarkan bahwa menjaga kelangsungan
hidup dan tumbuh berkembangnya anak itu merupakan keharusan. Sementara meremehkan
pelaksanaan prinsip-prinsip dasar tersebut dianggap sebagai suatu dosa besar, salah satunya
dalam QS. Al-An’am:151.
2. Hak mendapatkan perlindungan dari siksa api neraka, Allah secara tegas mengingatkan
kepada setiap orang tua untuk terus menerus melindungi dan menjaga diri dan keluarganya,
khususnya anak anak dan istrinya, dari siksa api neraka. Hal ini tercantum dalam QS.At-
Tahrim 6, Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari siksa api neraka" (QS At-Tahrim: 6).
3. Hak mendapatkan cinta kasih, Sudah menjadi fitrahnya bila setiap orang tua mencintai anak-
anaknya. Walaupun demikian, Islam masih juga memerintahkan agar orang tua
memperlihatkan perasaan cinta kasihnya itu kepada anak-anaknya, sehingga anak betul-
betul merasa bahwa orang tuanya itu mencintai dan mengasihi. Setiap anak punya hak untuk
mendapatkan dan merasakan wujud nyata dari perasaan cinta kasih orang tuanya.

Kewajiban orang tua terhadap anak:

1. Memberi nama yang baik, kewajiban orang tua terhadap anak dalam Islam yang
pertama adalah memberikan nama yang baik. "Sesungguhnya kamu sekalian akan
dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah
nama kalian." (HR. Abu Dawud). Ini adalah kewajiban orang tua terhadap anak dalam
memberikan nama anak yang mengandung doa untuk kebaikan dirinya.
2. Mendidik anak dengan baik, pendidikan untuk anak adalah hal yang paling penting dan
paling utama harus diberikan pada anak. Seorang anak harus
mendapatkan pendidikan yang baik dan sama dengan anak-anak lainnya. Termasuk
pendidikan mengenai agama dan akhlak-akhlak yang baik dan benar sesuai dengan
tuntunan agama Islam.
3. Mengajarkan Al-Qur’an, Mengajarkan anak meneladani Al-Quran adalah kewajiban
orang tua.
4. Memberi nafkah dan makanan yang halal, Kewajiban ini lebih tepatnya adalah
kewajiban sebagai ayah dalam keluarga. Berusaha memberikan nafkah dan makanan
yang halal pada anak-anak penting untuk dilakukan. Makanan yang hal dikonsumsi
anak, maka akan membawa keberhakan untuk keluarga.

9
G.Hak dan Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua Dalam Islam

Hak anak terhadap orang tua:


Menurut Wahbah al-Zuhaili, ada lima macam hak anak terhadap orang tuanya, yaitu:
1. Hak nasab (keturunan).
2. Hak rada’ (menyusui).
3. Hak hadanah (pemeliharaan).
4. Hak walayah (wali).
5. Hak nafaqah (alimentasi).
Dengan terpenuhinya lima kebutuhan ini, orang tua akan mampu mengantarkan anaknya dalam
kondisi yang siap untuk mandiri. Kelahiran anak merupakan peristiwa hukum dengan resminya
seorang anak menjadi anggota keluarga melalui garis nasab, ia berhak mendapatkan berbagai
macam hak dan mewarisi ayah dan ibunya. Dengan hubungan nasab ada sederetan hak-hak
anak yang harus ditunaikan orang tuanya dan dengan nasab pula dijamin hak orang tua
terhadap anaknya.

Kewajiban anak terhadap orang tua:


1. Menaati orang tua
Menaati kedua orangtua hukumnya wajib atas setiap muslim, sedang mendurhakai keduanya
merupakan perbuatan yang diharamkan, kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan
Allah (berbuat syirik), pada dalil (Al-Israa’ : 23-24).

2. Berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua orangtua


Rasulullah bersabda, “Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang
mendapatkan kedua orangtuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian
hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Muslim)

3. Berbicara lemah lembut


Bergaul dengan orangtua dengan cara yang baik, antara lain adalah dengan berbicara yang
lemah lembut kepada keduanya. Tawadlu (rendah hati) kepada keduanya merupakan suatu
hal yang wajib bagi anak.

4. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang dicintainya
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tuanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-
orang yang mereka cintai. Yaitu dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim
dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka, dan lain sebagainya.

5. Memenuhi sumpah/Nazar kedua orangtua


Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat
perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena
hal itu termasuk hak mereka.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang
istri, serta anak-anak yang ikut karena hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pemerdekaan maupun adopsi sehingga terjalin hubungan timbal balik penuh kasih sayang
untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut konsep Islam, keluarga adalah satu kesatuan hubungan antara laki-laki dan
perempuan melalui akad nikah menurut ajaran Islam. Dengan adanya ikatan akad
pernikahan tersebut dimaksudkan anak dan keturunan yang dihasilkan menjadi sah secara
hukum agama.
Keluarga adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari suami, isteri dan anak-anak.
Dan tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun
istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak
generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Sebagaimana telah kami uraikan pembahasan tentang rukun dan syarat nikah dalam
islam, tuntunan pembinaan keluarga islami, talak dan rujuk, hakikat pembinaan dalam
islam, hak dan kewajiban orang tua terhadap anak maupun hak dan kewajiban anak terhadap
orang tua, semoga dapat dipahami dengan baik.

11
Daftar Pustaka

Abud, Abdul Ghani, 1995, Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya,


Bandung: Penerbit Pustaka.

Reja Irfa Widodo, Agung Sasongko. 2017. Prinsip Dasar Dalam Membina
Keluarga: Republika.

Dresyamaya Fiona. 2021. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Dalam Islam:
Orami.

Kintan Nabila. 2021. Rukun dan Syarat Sah Pernikahan dalam Agama Islam: Popmama.

Uswatul Rahmi. 2018. Pola Pembinaan Keluarga Dalam Perspektif Islam.


Darussalam-Banda Aceh: Repository.ar-raniry.

Dina Lathifa, Windari Subangkit. 2019. Rujuk, Syarat, Talak, dan Sejenisnya:
Popbela.

12

Anda mungkin juga menyukai