DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
JURUSAN KEHUTANAN
PEKANBARU
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kita bersama, dan berkat-Nya pula
penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Hukum Keluarga dalam
Islam”.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................9
3,1Saran………………………………………………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk :
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Fungsi Hukum Keluarga dalam Islam
Dalam suatu keluarga, tentunya ada tugas atau tanggung jawab yang harus
dilakukannya. Dengan menjalankan tugas-tugasnya itulah, maka keluarga tersebut
berarti sudah menjalankan fungsinya sebagai keluarga. Berikut adalah beberapa
fungsi keluarga dalam konteks hukum Islam seperti dikutip melalui Jurnal
Pemikiran Hukum dan Hukum Islam berjudul Representasi Keluarga dalam
Konteks Hukum Islam oleh Anung Al Hamat:
a. Fungsi Biologis
Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi biologis. Fungsi ini bertujuan
untuk mendapatkan keturunan. Karena setiap pasangan yang sudah menikah
sebagian besar mengharapkan hadirnya keturunan di tengah-tengah mereka.
Tujuan dari fungsi ini juga untuk memelihara martabat manusia sebagai makhluk
yang berakal. Hal inilah yang menjadi pembeda antara manusia dengan hewan.
b. Fungsi Edukatif
C. Fungsi Religius
Selain itu fungsi keluarga dalam konteks hukum keluarga Islam juga ada
fungsi religius atau fungsi keagamaan. Di mana keluarga memiliki kewajiban
untuk mengajarkan pendidikan agama kepada anggota keluarganya. Baik itu
tentang akhlak, ibadah, dan sebagainya. Dengan penanaman nilai agama dalam
keluarga, maka hal ini bisa menjaga setiap anggota keluarga dari hal-hal yang
menjerumuskan atau yang dilarang oleh Allah SWT.
7
d. Fungsi Protektif
Fungsi keluarga dalam hukum keluarga Islam ada fungsi protektif atau
fungsi melindungi. Dalam sebuah keluarga sudah sewajarnya untuk saling
melindungi satu sama lain. Dengan begitu, lingkungan keluarga akan menjadi
tempat yang aman bagi setiap anggotanya. Karena gangguan yang bisa menyerang
setiap anggota keluarga bisa hadir dari internal dan juga dari eksternal.
8
Pola Pengasuhan Anak dalam Keluarga
9
Pola asuh permisif dilakukan dengan memberikan kebebasan terhadap
anak. Anak bebas melakukan apapun sesuka hatinya. Sedangkan orang tua kurang
peduli terhadap perkembangan anak. Pengasuhan yang didapat anak cenderung di
lembaga formal atau sekolah. Pola asuh semacam ini dapat mengakibatkan anak
menjadi egois karena orang tua cenderung memanjakan anak dengan materi.
Keegoisan tersebut akan menjadi penghalang hubungan antara sang anak dengan
orang lain (Syafie, 2002: 24). Pola pengasuhan anak yang seperti ini akan
menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki kompetensi sosial karena adanya
kontrol diri yang kurang.
Pola asuh ini, orang tua memberikan kebebasan serta bimbingan kepada
anak. Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara
harmonis dengan orang tuanya. Anak akan bersifat terbuka, bijaksana karena
adanya komunikasi dua arah. Sedangkan orang tua bersikap obyektif, perhatian,
dan memberikan dorongan positif kepada anaknya. Pola asuh demokratis ini
mendorong anak menjadi mandiri, bisa mengatasi masalahnya, tidak tertekan,
berperilaku baik terhadap lingkungan, dan mampu berprestasi dengan baik. Pola
pengasuhan ini dianjurkan bagi orang tua.
a. Asas Ijbari (Memaksa), yaitu suatu warisan harus dialihkan kepada ahli waris
dan pewaris tidak dapat melakukan penolakan atas pengalihan harta sebagaimana
demikian.
b. Asas bilateral, yaitu mengehendaki setiap orang menerima hak waris dari ke
dua belah pihak: pihak garis keturunan laki-laki dan pihak garis keturunan wanita.
10
c. Asas Individual, yaitu suatu warisan dibagikan untuk dimiliki secara
perseorangan masingmasing ahli waris.
e. Asas Kematian, yaitu harta seseorang secara sah dialihkan kepada ahli warisnya
setelah prang tersebut meninggal dunia.
11
2.5 Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Perwalian
(2) anak sah yang perkawinan orang tuanya putus karena perceraian;
12
Pada ayat 5 dijelaskan pula wali adalah orang atau badan yang dalam
kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak. Pada
umumnya dalam setiap perwalian hanya ada seorang wali saja, kecuali apabila
seorang wali-ibu (moerdervoogdes) kawin lagi, dalam hal mana suaminya
menjadi medevoogd.
Jika salah satu dari orang tua tersebut meninggal, maka menurut undang-
undang orang tua yang lainnya dengan sendirinya menjadi wali bagi anak-
anaknya. Perwalian ini dinamakan perwalian menurut undang-undang (wettelijke
voogij) (Kudubun, 2014).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
peran keluarga dalam pengasuhan anak sangatlah penting karena dapat
mempengaruhi dan membentuk kepribadian atau karakter anak. Karakter
anak tentu saja bergantung dari pola asuh orang tua terhadap anaknya.
Keluarga juga mempunyai peranan dalam pengasuhan anak yaitu mengetahui
tahap-tahap perkembangan anak untuk mengasuhnya sesuai dengan bakat dan
keinginan anak.
Namun, pola pengasuhan ayah dan ibu mempunyai perbedaan dan hal
ini tidak membuat orang tua menjadi sulit dalam mengasuh anak, melainkan
menjadi suatu hal untuk mengelangkapi kekurangan masing-masing dalam
mengasuh anak menjadi lebih fleksibel dan efektif.
3.2 Saran
Saran saya pada saat peroses belajar berlangsung agar mahasisiwa tertib
dalam proses belajar karna mahasiswa dapat memahami materi yang di berikan
pada saat proses belajar berlangsung.
14
DAFTAR PUSTAKA
Djiwandono, Sri Esti Wuryani, 2005, Konseling dan Terapi dengan Anak dan
Orang Tua, Jakarta: PT Grasindo.
Fikri dan Wahidin. (2016). Konsepsi Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Adat
(Analisis Kontekstualisasi dalam Masyarakat Bugis). I AlAhkam, 1(2).
194-203.
Jamal Ma’ruf Asmani, 2009, Manajemen Pendidikan anak Usia Dini, Yogyakarta:
Diva Press.
15
Jim, Taylor, 2004, Memberi Dorongan Positif pada Anak, Jakarta: PT Gramedia
Utama.
16