Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TENTANG

ADOPSI DAN STATUS HUKUM ANAKNYA


TUGAS MATA KULIAH
MASAILUL FIQIYAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK I :
RAHMA SARI
RENI NOVITA SARI
HASAN HUSEIN

DOSEN :
NURFITRIANI, M.H.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


BARUMUN RAYA
(STAIBR)
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Subahana Wata’ala yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah
ini dengan baik. Judul Makalah yang Penulis ambil adalah “Adopsi dan Status Hukum
Anaknya”.
Adapun tujuan dari Makalah ini adalah dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah.
Ucapan terima kasih tidak lupa Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu,
sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang namanya Penulis tidak dapat sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan Penulis dalam pembuatan Makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi Penulis apabila mendapatkan kritikan dan
saran yang membangun agar Makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna
serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari Penulis, semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
sebagai media pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka
wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Sibuhuan, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1
.............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
A. Pengertian Adopsi............................................................................................... 2
B. Hukum Adopsi Anak Menurut Pandangan Agama Islam .................................. 3
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 6
A. Kesimpulan......................................................................................................... 6
B. Saran................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan anugerah dari Allah SWT. Ia merupakan buah hati antara dua pasangan
suami istri yang sah menurut hukum dan agama. Anaklah yang membuat sebuah keluarga
menjadi bahagia dan sempurna. Ia lahir dari rahim seorang ibu yang mengandungnya. Ia diasuh
oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan. Orang tualah yang mendidiknya
menjadi anak yang lebih baik sejak ia kecil. Pendidikan yang paling utama dan awal merupakan
pendidikan dari orang tua mereka masing-masing.
Akan tetapi tidak semua anak dapat mendapatkan kasih sayang dan kebahagiaan dari
orang tuanya. Bagi anak-anak yatim piatu maupun anak-anak terlantar jarang yang bisa
mendapat kasih sayang bahkan ada juga yang belum pernah mendapatkannya. Karena sejak kecil
orang tua mereka ada yang sudah meninggal dunia. Mereka tidak pernah mendapatkan
pendidikan dari orang tuanya sendiri. Mereka juga banyak yang tidak bisa mendapatkan
pendidikan yang layak. Lingkunganlah yang membentuk dan mempengaruhi karakter anak-anak
tersebut. Mereka akan mencari jati dirinya sesuai dengan lingkungan luar yang kadang kurang
baik untuk membentuk karakter anak. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka ada yang menjadi
pengemis, pemulung, pengamen jalanan, dan sebagainya. Bahkan ada juga yang melakukan
tindakan-tindakan yang negatif, seperti mencuri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan adopsi?
2. Bagaimana hukum adopsi menurut pandangan Agama Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari adopsi.
2. Untuk mengetahui hukum mengadopsi anak menurut pandangan Agama Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Adopsi
Secara etimologi adopsi berasal dari kata “adoptie” bahasa Belanda atau
“adopt”(adoption) bahasa Inggris, yang berarti pengangkatan anak, mengangkat anak. Dalam
bahasa Arab disebut “tabanni” yang menurut Prof. Mahmud Yunus diartikan dengan “
mengambil anak angkat” sedang dalam Kamus Munjid diartikan“ittikhadzahu ibnan” , yaitu “
menjadikannya sebagai anak. Adopsi adalah pengambilan anak yang dilakukan oleh seseorang
terhadap anak yang jelas nasabnya untuk dijadikan anaknya sendiri. Hal ini itu dilakukan untuk
memberi kasih sayang, nafkah pendidikan dan keperluan lainnya. Rosulullah SAW pernah
melakukan adopsi, yakni ketika mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai anaknya.
Adopsi dibagi menjadi dua, yakni:
1. Mengangkat anak orang lain untuk dijadikan anaknya sendiri tanpa memberi status
sebagai anak kandungnya sendiri.
2. Mengangkat anak orang lain untuk dijadikan anaknya sendiri dan memberi atatus sebagai
anak kandung sehingga ia berhak memakai nasab orang tua angkatnya dan mewarisiharta
peninggalannya, dan hak-hak lainnya sebagai hubungan anak dan orang tua.
Menurut Hilman Kusuma, S. H mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan bahwa
anak angkat adalah anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat dengan
resmi menurut hukum adat setempat dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan dan
pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangga. Sedangkan surojo wingjodipura, S.H. 
mengatakan bahwa adopsi ( mengangkat anak ) adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang
lain kedalam keluarga sendiri sedemikian rupa sehingga antara orang yag memungut anak dan
anak yang dipungut itu timbul suatu hukum kekeluargaan yang sama, seperti yang ada diantara
orang tua dan anak.
Dalam hukum positif Indonesia telah diberi beberapa peraturan yang terdapat dalam
perundang-undangan Indonesia yang memberikan pengertian khusus tentang pangangkatan anak
dan anak angkat, yakni sebagai berikut:
a. Menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan
Pengangkatan Anak, pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang
mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah atau
orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak
tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat.
b. Sedangkan pada Pasal 1 butir 9 Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak menjelaskan bahwa anak abgkat adalah anak yang haknya dialihkan
dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang

2
bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan pembesaran anak tersebut, ke dalam
lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan.

B. Hukum Adopsi Anak Menurut Pandangan Agama Islam    


Dalam ajaran Agama Islam antara orang tua angkat dan anak angkatnya tidak ada
hubungan nasab. Nasab adalah legalitas (keabsahan; perihal atau keadaan sah) hubungan
kekeluargaan yang berdasarkan pertalian darah, sebagai salah satu akibat dari pernikahan yang
sah, atau nikah fasid, atau senggama syubhat (zina). Dengan adanya hubungan nasab seseorang
berhak untuk mendapatkan hak-hak, seperti hukum warisan, pernikahan, perwalian dan
sebagainya.
Hukum adopsi di atur dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 4-5, sebagai berikut:

Artinya: (4) Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam
rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia
tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu
hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia
menunjukkan jalan (yang benar). (5) Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan
(memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak
mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama
dan maula-maulamu[1199]. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya,
tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. ( Q.S. Al-Ahzab: 4-5)
Surat Al-Ahzab ayat 4-5 tersebut dalam garis besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Allah tidak menjadikan dua hati dalam dada manusia.
b) Anak angkatmu bukanlah anak kandungmu.
c) Panggillah anak angkatmu menurut nama bapaknya.

3
Dari ketentuan di atas sudah jelas bahwa yang dilarang adalah pengangkatan anak
sebagai anak kandung dalam segala hal.
Dalam ayat lain tentang kisah pernikahan sahabat Zaid bin Haritsah radhiyallahu’anhu
9yang pernah menjadi anak angkat Rasulullah SAW, sebelum adanya pelarangan) dengan Zainab
binti Jahsy radhiyallahu’anha, Allah berfirman dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 37:

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah
melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah
terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu
apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang
lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya
(menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang
mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu
telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti
terjadi."
Mengangkat anak orang lain untuk diperlakukan, dijadikan, diakui sebagai anak sendiri
(waladush shulbi au radha’) hukumnya tidak sah. Hal ini sesuai dengan penjelasan hadist dari
beberapa kitab, yaitu:

1. Kitab Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al Tanzila


Sungguh Nabi Saw. bersabda: “Barangsiapa mengaku orang lain sebagai bapaknya, dan
ia tahu bahwa orang tersebut memang bukan bapaknya, maka surge diharamkan terhadap
dirinya.”

2. Kitab Ma’alim al-Tanzil


Qatadah berkata: “Siapa pun tidak boleh berkata tentang Zaid bin Haritsah: “Zaid bin
Muhammad. “Jika seseorang dengan sengaja mengatakan seperti itu, maka ia telah maksiat, dan
barangsiapa bermaksiat kepada Allah Swt. Dan Rasul-Nya, maka niscaya ia tersesat dengan
kesesatan yang sangat jauh.”

4
             Islam tetap membolehkan adopsi dengan ketentuan :
1. Nasab anak angkat tetap dinisbatkan kepada orang tua kandungnya, bukan kepada orang
tua angkatnya.
2. Anak angkat itu dibolehkan dalam Islam, tetapi sekedar sebagai anak asuh, tidak boleh
disamakan dengan status anak kandung, baik dari segi pewarisan, hubungan mahram,
maupun wali ( dalam perkawinan ).
3. Karena anak angkat itu tidak boleh menerima harta warisan dari orang tua angkatnya,
maka boleh mendapatkan harta benda dari orang tua angkatnya berupa hibah, yang
maksimal sepertiga dari jumlah kekayaan orang tua angkatnya.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Adopsi dalam bahasa Arab disebut “Tabanni” yang menurut Prof. Mahmud Yunus
diartikan dengan “ mengambil anak angkat” sedang dalam Kamus Munjid
diartikan“ittikhadzahu ibnan” , yaitu “ menjadikannya sebagai anak. Adopsi adalah
pengambilan anak yang dilakukan oleh seseorang terhadap anak yang jelas nasabnya
untuk dijadikan anaknya sendiri. Hal ini itu dilakukan untuk memberi kasih sayang,
nafkah pendidikan dan keperluan lainnya.
2. Hukum adopsi dalam islam adalah di bolehkan, bahkan dapat dikatakan sebagai amal
istimewa karena mereka bisa mendapatkan kasih sayang dari orang lain. Dengan syarat
tidak memperlakukan anak tersebut persis seperti anak kandungnya sendiri dalam
penisbatan namanya, dalam hukum kemahraman dan kewarisan. Dan anak yang diangkat
tersebut tetap dinisbatkan kepada nama bapak kandungnya. Jika dalam pengangkatan
tidak sesuai dengan syarat tersebut maka dalam Islam hukumnya adalah haram. Hal ini
sesuai dengan Alquran surat Al-Ahzab ayat 4-5.

C. Saran
1. Bagi masyarakat khususnya yang mempunyai keinginan untuk mengangkat atau
mengadopsi anak sebaiknya mengetahui terlebih dahulu persyaratan-persyaratan dan
hukum yang berlaku.
2. Penulis menganggap bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun, mendidik
masih sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://indriyaniblog.blogspot.com/2011/06/makalah-adopsi.html
http://burgerawa.wordpress.com/2012/12/31/sistem-pengangkatanadopsi-anak-dalam-
hukum-adat-indonesia/
http://rizkyputrih.blogspot.com/2013/09/makalah-agama-islam-tentang-adopsi-anak.html

Anda mungkin juga menyukai