Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIK ADOPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Kasus di Kecematan Tinambung)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum

(S.H) Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam (HKI) Pada Jurusan Syariah

Ekonomi Bisnis Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene

(STAIN MAJENE)

OLEH:

RESKI FAUZIYYAH

NIM : 20156118004

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI BISNIS ISLAM

STAIN MAJENE20
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .........................................................................………….i
DAFTAR ISI .........................................................................................…………ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................………... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................………... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................………... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................................……….. .6
D. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus..............................................………...6
E. Kajian Pustaka...................................................................................………... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS................................................................…….… 10
A. Adopsi ..............................................................................................………. 10
1. Pengertian Adopsi .........................................................................………. 10
2. Sejarah Adopsi ..............................................................................………. 13
3. Dasar Hukum ...............................................................................………. 14
4. Syarat-syarat adopsi.......................................................................………. 16
5. Tujuan pengangkatan anak.............................................................………. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................………. 18
A.Jenis dan Lokasi Penelitian...............................................................………. 18
B. Pendekatan Penelitian.......................................................................………. 18
C. Sumber Data.....................................................................................………. 19
D. Teknik Pengumpulan data................................................................………. 20
E. Instrumen Penelitian........................................................................………..22
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data..............................................………..23
G. Pengujian Keabsahan Data..............................................................………..24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada hakikatnya islam mendukung adanya usaha perlindungan anak yang

salah satu caranya adalah dengan melakukan pengangkatan anak. Adapun

pengangkatan anak yang diperbolehkan dalam islam tentu saja yang memiliki arti

mengangkat anak semata-mata karena ingin membantu dalam hal mensejahterkan

anak tersebut dan juga memberikan perlindungan tanpa menjadikannya sebagai

anak kandung.

Agama islam menganjurkan agar umat manusia dapat saling tolong

menolong terhadap sesama manusia. Pengangkatan anak disebut juga adopsi

merupakan salah satu cara untuk menolong sesama manusia, karena adopsi

dengan pengertian menangkat anak orang lain untuk diperlakukan sebagai anak

sendiri tanpa mengubah status anak tersebut menjadi anak kandung adalah adopsi

yang diperbolehkan dalam islam dan itu merupakan suatu perbutan yang sangat

mulia.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam pengangkatan anak adalah

posisi anak angkat dalam keluarga tidak sama dengan anak kandung. Maka dari

itu, tidak ada hubungan khusus antara anak yang diangkat dengan orang tua

angkat mengenai masalah keperdataan seperti perwalian dan kewarisan. Karena

apabila kita menengok kembali kepada tujuan dari pengngkatan anak tersebut,

maka pengangkat anak dilakukan atas dasar tolong menolong sesama manusia.

1
Pengangkatan anak di Indonesia telah menjadi kebutuhan masyarakat dan

menjadi bagian dari sistem hukum kekeluargaan, oleh karena itu lembaga

pengangkat anak yang telah menjadi bagian masyarakat akan mengikuti

perkembangan situasi dan kondisi Serta keinginan untuk mempunyai anak

merupakan suatu keingainan yang manusiawi dan alami.Namun kadang kala

keinginan alami tersebut terganjal oleh takdir dari Allah SWT. Yang mana

semuanya adalah ketetapan dari Allah SWT. Yang tidak bisa ditolak dan

dihindari. Sebagai seorang manusia hanya bisa berusaha dengan berbagai cara

untuk mencapai keinginan yang manusiawi tersebut, namun Allah lah pemberi

takdir.

Adopsi adalah pengangkatan anak, mengangkat anak dari orang lain.

Dalam bahasa arab disebut juga dengan tabanni yang diartikan dengan mengambil

anak angkat. Mengangkat anak saat ini tidak hanya untuk kepentingan orang tua

angkat saja tetapi juga untuk kepentingan anak angkat itu sendiri.

Adapun alasan dilakukannya pengangkatan anak adalah untuk

mepertahankan keutuhan ikatan perkawinan dan untuk kemanusiaan dan juga

untuk melestarikan keturunan. Pengangkatan anak dilakukan karena adanya

kekhawatiran akan terjadinya ketidak harmonisan suatu perkawinan dan suatu

keluarga karena tidak adanya keturunan.

Pengangkatan anak dalam Islam adalah pekerjaan yang sangat mulia,

merupakan amal baik yang sangat dianjurkan sebab di dalamnya terdapat unsur

tolong menolong, maka sudah menjadi keharusan bagi orang Islam yang mampu

2
secara finansial atau orang yang belum dianugrahi anak atau siapa saja untuk

mengambil bagian dalam pekerjaan mulia ini.

Tingginya frekuensi perceraian, poligami dan pengangkatan anak

dilakukan di dalam masyarakat mungkin merupakan akibat dari perkawinan yang

tidak menghasilkan keturunan, maka tujuan perkawinan tidak tercapai. Dengan

demikian, apabila suatu perkawinan di dalam suatu perkawinan telah ada

keturunan (anak), maka tujuan perkawinan dianggap telah tercapai dan proses

pelanjutan generasi dapat berjalan.1

Masalah adopsi bukanlah sebuah masalah baru, masalah adopsi sudah ada

sejak sebelum islam datang. Sebelum diangkat menjadi Rasul, Rasulullah SAW

sendiri mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai anak, adan bahkan zaid mendapat

panggilan sebagai Zaid bin Muhammad padahal ayah dan ibu Zaid terkenal,

namun dia dipanggil dengan nama Zaid bin Muhammad.

Namun setelah Rasulullah diangkat menjadi Rasul maka turunlah ayat

untuk meluruskan prilaku orang Arab Jahiliah dalam mengangkat anak, yaitu

Surat al-Ahzab ayat 4 dan 5 yang di dalamnya berisi sebuah larangan untuk

menasabkan anak angkat kepada bapak angkat, namun anak angkat harus tetap

dipanggil dengan nama bapak kandungnya bila tidak mengetahui bapak

kandungnya maka panggil anak angkat itu sebagai saudara seagamamu.

Masalah pengangkatan anak di Indonesia juga bukan merupakan masalah

baru. Sejak zaman dahulu telah dilakukan pengangkatan anak dengan cara dan

alasan yang berbeda-beda, sesuai dengan keadaan hukum yang hidup serta

1
Soeryono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2001), h. 251.
3
berkembang di daerah yang bersangkutan. Ada yang bermotif agar keluarga yang

tidak punya anak memperoleh anak (dijadikan anank kandung) untuk meneruskan

garis keturunannya. Ada juga yang cenderung untuk dijadikan sebagai pancingan

bagi orang tua angkatnya yang dalam waktu yang cukup lama belum dianugrahi

anak.

Pengangkatan anak merupakan salah satu usaha perlindungan dan

penyejahteraan anak baik yang berupa perlindungan terhadap dirinya kini maupun

perlindungan terhadap masa depannya nanti. Anak juga memiliki hak asasai

manusia yang wajib dijamin dan dilindungi baik oleh orang tua, masyarakat

maupun pemerintah.

Pengangkatan anak secara umum dilakukan dengan motif yang berbeda-

beda,diantaranya adalah keinginan untuk mempunyai anak adanya harapan atau

kepercayaan akan mendapatkan anak,adanya keinginan untuk memiliki anak lagi

yang diharapkan dapat menjadi teman bagi anak yang telah dimilikinya,sebagai

rasa belas kasihan terhadap anak terlantar, dan juga terhadap anak yatim piatu.2

Di Indonesia, pengangkatan anak telah menjadi kebudayaan masyarakat

dan menjadi bagian dari sistem hukum kekeluargaan, karena menyangkut

kepentingan orang per-orang dalam keluarga. Oleh karena itu lembaga

pengangkatan anak yang telah menjadi bagian budaya masyarakat, akan

mengikuti perkembangan situasi dan kondisi seiring dengan tingkat kecerdasan

serta perkembangan masyarakat itu sendiri.

2
M.Budiarto, Pengangkatan Anak DiTinjau Dari Segi Hukum, (Jakarta: Akademika
Pressindo,1985), h. 10.
4
Untuk melaksanakan ketentuan tentang pengangkatan anak sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak tersebut, Pemerintah

menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Pengangkatan Anak. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan

agar pengangkatan anak dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan yang terjadi dalam

masyarakat atas pelaksanaaan pengangkatan anak, seperti pengangkatan anak

dilakukan tanpa prosedur yang benar, pemalsuan data, dan sebagainya.

Pencegahan penyimpangan ini pada akhirnya dapat melindungi dan meningkatkan

kesejahteraan anak, demi masa depan dan kepentingan terbaik bagi anak.

Fenomena yang terjadi di Kelurahan Tinambung terdapat beberapa

keluarga yang melakukan adopsi yang mana beberapa keluarga tersebut

menasabkan anak angkat dengan Bapak angkatnya dan juga sudah masuk ke

dalam daftar kartu keluarga serta dalam mengangkat anak tidak diajukan ke

pengadilan. Dan selanjutnya salah satu diantara keluarga tersebut ada yang

menyatakan akan memberikan seluruh hartanya kepada anak angkat tersebut.

Berdasarkan pemaparan diatas peniliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut

terkait pandangan hukum Islam terhadap “Implementasi Adopsi di Kelurahan

Tinambung Kecamatan Tinambung”

5
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi adopsi di Kelurahan Tinambung, Kecematan

Tinambung?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik adopsi di

kec.tinambung

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui implementasi adopsi di Kelurahan Tinambung

Kecamatan Tinambung menurut Perspektif Hukum Islam.

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk pengembangan ilmu tentang keluarga terutama pada keuarga yang

melakukan adopsi.

b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang ingin melakukan Adopsi

(Pengangkatan Anak ) menurut Hukum Islam.

D. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul “Implementasi Adopsi Dalam Perspektif Hukum Islam

Di Kelurahan Tinambung Kecamatan Tinambung”. Penelitian ini di fokuskan

untuk melakukan suatu kegiatan perencanaan dalam mengadopsi sesuai dengan

hukum islam.

6
2. Deskripsi Fokus

Berdasarkan judul tersebut, maka deskripsi fokus penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan dan

mengacu kepada aturan tertentu untuk mencapai tujuan suatu kegiatan.

Intinya, implementasi dapat dilakukan bila sudah terdapat rencana atau

konsep acara yang hendak dilakukan.

b. Adopsi anak adalah mengambil anak orang lain untuk diasuh dan dididik

dengan penuh perhatian,kasih sayang, dan diperlakukan oleh orang tua

angkatnya sepertianak sendiri tanpa memberi status anak kandung kepadanya.

c. Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan

pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf

(orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) dan diakui dan diyakini, yang

mengiokat bagi semua pemeluknya.

E. Kajian Pustaka

Peneliti menyadari bahwa sudah ada kajian mengenai adopsi, maka

peneliti ,mengutip beberapa skripsi yang terkait dengan persoalan yang akan

diteliti sehingga akan dilihat suatu perbedaan tujuan yang akan dicapai. Penelitian

ang mempunai kerelevanan yaitu:

7
1. Zakiah aL-Farhani dalam skripsinya yang berjudul “Proses Pengangkatan

Anak (Adopsi) dalam Persfektif Hukum Islam.” 3 Kesimpulan dari karya

ilmiah yang sudah diteliti oleh Zakia al- Farhani yaitu proses

pengangkatan anak di Yayasan Siran Malik pesantren al falah tidak

melalui proses di pengadilan tetapi di saksikan oleh keluarga dan pada

umumna masarakat mengetahui bahwa pengangkatan anak merupakan

penglihatan anak dari lingkungan kekuasaan orang tua atau wali yang sah

kedalam lingkungan keluarga dari orang tua angkatnya berdasarkan

putusan pengadilan.

Dalam karya ilmiah Zakiah al Farhani dan peneliti memiliki persamaan tema

yang sangat besar yaitu mengenai adopsi, tetapi terdapat juga perbedaan agar

tidak terjadi plagiasi, dalam penelitian yang dilakukan oleh Zakia al Farhani

memfokuskan penelitian pada proses pengangkatan anak (adopsi) dalam hukum

islam, membahas tentang bagaimana proses pengangkatan anak angkat

sedangkan peneliti memfokuskan tentang implementasi adopsi yaitu bagaimana

pengimplementasi yang terjadi di Kelurahan tinambung Kecematan Tinambung

sesuai dengan hukum islam.

2. Lenni4 dalam skripsinya yang berjudul “Adopsi dalam Hukum Islam dan

Adat Betawi Serta Implikasinya Terhadap Kewarisan. Peneliti

menyimpulkan bahwa antar hukum islam dan adat Betawi dalam

3
Skripsi Zakia al-Farhani, Proses Pengangkatan Anak (Adopsi) Dalam Preskfektif
Hukum Islam (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011)
4
Lenni, “Adopsi dalam Persfektif Hukum Islam Dan Adat Betawi Serta Implikasinya
Terhadap Kewarisan,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2006).
8
kewarisan memiliki kesamaan, diantara anak angkat tidak mendapatkan

bagian warisan dari orang tua angkatya akan tetapi anak angkatnya diberi

bagian dalam bentuk hibah atau wasiat. Dan nasab anak angkatnya

menurut adat Betawi tetap mengikuti orang tua aslinya.

9
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Adopsi

1. Pengertian dan Sejarah Adopsi

a.Pengertian Adopsi

Adopsi berasal dari kata adoptie bahasa Belanda, atau adopt (adoption)

dalam bahasa inggris yang berarti pengangkatan anak, mengangkat anak. Dalam

bahasa arab disebut tabanni yang menurut prof Mahmud Yunus di artikan dengan

mengambil anak angkat. Sedangkan dalam kamus munjid diartikan ittikadzahu

ibnan, yaitu dijadikan sebagai anak.5

Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan

seseorang anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua yang sah/walinya

yang sah/orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan

membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan kekuasaan keluarga orang tua

angkat berdasarkan putusan/penetapan Pengadilan Negeri.6

Sifat perbuatan pengangkatan anak merupakan perbuatan hukum yang

tidak dapat dianggap hanya sebagai hasil kesepakatan antara para pihak semata,

pengangkatan anak harus dianggap sebagai suatu lembaga yang menciptakan

suatu hubungan hukum yang sah bagi anak angkat dengan lingkungan keluarga

orang tua angkat berdasarkan penetapan pengadilan. Hendaknya dipahami bahwa

5
Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum (Jakarta: sinar grafika,
2002), 4.
6
Erna Sofwan Sjukrie, 1992, Lembaga Pengangkatan Anak, Mahkamah Agung RI, hlm.
17
10
perbuatan pengangkatan anak bukanlah suatu perbuatan hukum yang dapat terjadi

pada suatu saat seperti halnya dengan penyerahan barang, melainkan merupakan

suatu rangkaian kejadian hubungan kekeluargaan yang menunjukan adanya

kesungguhan, cinta kasih dan kesadaran yang penuh akan segala akibat dari

pengangkatan anak.

Terjadinya pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi barat

dimana status anak berubah menjadi seperti anak kandung, tidak dibenarkan

menurut hukum Islam. Dalam bidang kemasyarakatan atau muamalah Hukum

Islam itu berkembang menurut kepentingan masyarakat dengan berdasarkan pada

Al-Qur’an dan sunah Rasul. Hukum Islam adalah hukum yang dibuat untuk

kemaslahatan hidup manusia. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 9 N0. 2 Mei 2009 154

dan oleh karenanya Hukum Islam sudah seharusnya mampu memberikan jalan

keluar dan petunjuk terhadap kehidupan manusia baik dalam bentuk sebagai

jawaban, terhadap suatu persoalan yang muncul maupun dalam bentuk aturan,

yang dibuat untuk menata kehidupan manusia itu sendiri. Hukum Islam dituntut

untuk dapat menjawab persoalan yang muncul sejalan dengan perkem-bangan dan

perubahan yang terjadi di masyarakat, oleh karena Hukum Islam hidup di tengah-

tengah masyarakat. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan, maka Hukum

Islam perlu dan bahkan harus mempertimbangkan perubahan yang terjadi di

masyarakat tersebut.

Pengangkatan anak dalam Islam sama sekali tidak merubah hukum, nasab,

dan mahram antara anak angkat dan orang tua angkatnya. Perubahan yang terjadi

dalam Pengadilan Agama menurut Hukum Islam adalah perpindahan tanggung


11
jawab pemelihara-an pengawasan dari orang tua asli kepada orang tua angkat,

hanya merubah status anak angkat menjadi anak kandung.

Dalam kajian Hukum Islam, ada dua pengertian pengangkatan anak7 .

1. mengambil anak orang lain untuk diasuh dan dididik dengan penuh perhatian

dan kasih sayang, tanpa diberikan status anak kandung, kepadanya cuma ia

diperlakukan oleh orang tua angkatnya sebagai anak sendiri.

2. mengambil anak orang lain sebagai anak sendiri dan ia diberi status sebagai

anak kandung, sehingga ia berhak memakai nama keturunan (nasab) orang tua

angkatnya dan saling mewarisi harta peninggalan, serta hak-hak orang lain

sebagai akibat hukum antara anak angkat dan orang tua angkat.

Dari ketentuan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

pengertian pada nomor pertama adalah lebih sesuai dengan pengangkatan anak

yang dilandasi menurut Hukum Islam, karena tujuan pengangkatan anak hanya

untuk mendidik, merawat, memberikan kasih sayang dan menyekolahkan

dengan harapan anak tersebut terangkat derajatnya baik secara moril maupun

materiil.

Adapun beberapa pengertian menurut para ahli mengemukakan tentang

defenisi adopsi antara lain

a. Menurut Wiryono Projodikoro bahwa anak angkat adalah seseorang yang

bukan keturunan suami istri, yang daiambil dan dipelihara serta

diperlakukan seperti anak kandungnya sendiri.

7
Nasroen Haron dkk, 1996, Ensiklopedi hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, hlm. 29
12
b. Menurut Wahbah Al-Zuhaili pengangkatan anak (tabanni) adalah

pengambilan anak yang dilakukan oleh seseorang terhadap anak yang

jelas nasabnya, kemudian anak itu dinasabkan kepada dirinya. Pengertian

yang demikian jelas bertentangan dengan Hukum Islam, maka unsur

menasbkan seorang anak kepada orang lain yang bukan nasabnya harus

dibatalkan.8

c. Menurut Wahbah Al- Zuhaidi Tabanni adalah pengambilan anak ang

dilakukan oleh seseorang terhadap ank yang jelas nasab-nya, kemudian

anak itu dinasabkan kepada dirinya.9

2. Sejarah Pengangkatan Anak (Adopsi)

Secara historos, adopsi atau pengangkatan anak sudah dikenal jauh

sebelum islam berkembang. Mahmud Syaltut menjelaskan, bahwa tradisi

pengangkatan anak sebenarnya di praktikan oleh masyarakat dan bangsa –

bangsa lain sebelum kedatangan islam, seperti yang dipraktikkan bangsa Yunani,

Romawi, India, dan beberapa bangsa pada zaman kuno. Dikalangan bangsa Arab

sebelum Islam (masa jahiliah) istilah pengangkatan anak dikenal dengan at-

Tabanu dan sudah di tradisikan secara turun temurun.10

Dan sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW. Bahkan beliau sendiri

melakukannya terhadap Zmaid Bin Haritsah, ia adalah pemuda Arab yang sejak

8
Sasmiar, “Pengangkatan Anak Ditinaju Dari Hukum Islam Dan Peraturan Pemerintah
No.54 Tahun 2007 Tentang Pengangkatan Anak”, Ilmu Hukum, (Jambi: Fakultas Hukum
Universitas Jambi), 4.
9
Wahbah al-Zuhaidi, |AL-Fiqih Al- Islami Wa al- Adilathu, juz 9, (Bairut, Dar al-Fikr
Al-Ma’ashir), h. 271.
10
Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2002), h. 53.
13
kecil telah dijadikan tawanan perang, dan dibeli oleh Khadijah sehingga ketika

Khadijah telah menikah dengan Nabi, diberikannya Zaid Bin Haritsah kepada

beliau. Setelah kabar seperti ini didengar oleh orang tua Zaid, mereka berusaha

kembali mengambil Zaid dari tangan Nabi, sehingga Nabi menawarkan pilihan

untk tetap tinggal bersama beliau atau mengikuti orangtuanya. Akan tetapi Zaid

tetap memilih Nabi sebagai orangtuanya, bahkan masyarakat telah mengetahui

dan mengukuhkan bahwa Zaid adalah anak Muhammad bukan anak Haritsah,

sampai akhirnya turun wahyu sebagi koreksi terhadap sikap masyarakat yang

menganggap Zaid anak Muhammad bukan zaid anak haritsah. Wahyu yang

dimaksud terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab (33) ayat 4 dan 5.11

3. Dasar Hukum Pengangkatan Anak (Adopsi)

a. Surah al-Ashab

Terjemahannya:

Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-


bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak
mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai)
saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu dan tidak ada dosa
atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya)
apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.12

11
M. Nuril Irfan, Nasab Dan Status anak dalam hukum islam (Jakarta: amzah, 2012), 56-
57.
14
Sebelum Rasulullah diutus menjadi Rasul, beliau mengangkat zaid ibn

haritsah sebagai anak angkatnya. Zaid adalah seorang budak ynag ditawan oleh

Khalil, seorang penduduk Tiamah, dari Tanah Syam. Zaid dibeli oleh hakim ibn

Hizam ibn Khuwailid, lalu diberikan kepada makciknya, Siti Khadijah. Khadijah

memberikan Zaid tersebut kepada Nabi, maka Nabi pun memerdekakan dia dan

menjadikannya sebagai anak angkat.

Al-Qurthuby dalam tafsirnya mengatakan : “ seluruh ahli tafsir

sependapat menetapkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Zaid Ibn

Haritsah. “ Ibn Umar menyatakan dirinya tidak pernah memanggil Zaid Ibn

Haritsah, tetapi Zaid ibn Muhammad, sehingga turun ayat yang artinya:

panggilah mereka dengan nama ayah mereka, itu lebih adil di sisi Allah.

4. Syarat-Syarat Pengangkatan Anak (Adopsi)

Dalam hal pengangkatan anak, kita mengetahui apa saja yang bolebh dan

tidak boleh dilakukan oleh orang tua angkat. Untuk menghindari dari hal-hal

yang tidak diinginkan, islam mengatur tentang syarat-syarat pengangkatan anak

tersebut. Adapun syarat-syarat pengangkatan anak yang sesuai dengan hukum

islam adalah sebagai berikut:13

a. Tidak memutuskan hubungan darah an tara anak yang diangkat dengan orng

tua kandung dan keluarganya.

b. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua angkat,

melainkan tetap sebagai ahli waris dari orang tua kandungnya, demikian

12
Departemen Agama RI, An Nur Al Quran Terjemah (Bandung: Fokusmedia, 2010),
418.
13
Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjaun Tiga Sistem Hukum, h. 54.
15
juga orang tua angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari anak

angkatnya.

c. Hubungan keharta bendaan antara anak angkat dengan orang tua angkatnya

hanya diperbolehkan dalam hubungan wasiat dan hibah.

d. Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya secara

langsung kecuali sekedar sebagai tanda pengenal atau alamat.

e. Orang tua angkat tidak dapat bertindak sebagai wali dalam perkawinan

terhadap anak angkatnya.

f. Anatara anak yang diangkat dengan orang tua angkat seharusnya sama-sama

orang yang beragama islam, agar sianak tetap pada agama yang dianutnya.

Sedangkan Yusuf Qardawi berpendapat bahwasanya adopsi dapat

dibenarkan apabila seseorang yang melaksanakannya tidak mempunyai keluarga,

lalu ia bermaksud untuk memelihara anak tersebut dengan memberikan

perlindungan, pendidikan, kasih sayang, mencukupi kebutuhan, sandang dan

pangan layaknya anak kandung sendiri. Adapun dalam hal nasab, anak tersebut

nasaabnya tetap pada ayah kandungnya karena antara anak angkat dengan orang

tua angkat tidak ada sama sekali hubungan nasab yang dapat mempunyai hak

seperti anak kandung.14

5. Tujuan Pengangkatan Anak (Adopsi) dalam Islam

Pengnagkatan anak ang dolakukan oleh suatu keluarga untuk

melanjutkan dan mempertahankan garis keturunan dalam suatu lingkungan

keluarga yang tidak mempunyai anak kandung. Disamping itu maksud dari
14
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, (Surakarta: Era Intermedia, 2005), h.
319.
16
pengangkatan anak disini adalah unruk mempertahankan ikatan perkawinan

sehingga tidak timbul perceraian tetapi saat sekarang dengan adanya

perkembangan motivasi dari pengangkatan anak kini telah berubah yakni demi

kesejahteraan anak yang diangkat.

Menurut Andy Syamsu Alam dan M. Fauzan tujuan pengangkatan anak

adalah untuk meneruskan keturunan suatu keluarga. Menurut keduanya,

pengangkatan anak merupakan salah satu solusi bagi pasangan suami istri yang

belum atau tisak dikaruniai anak. Dengan harapan kehidiupan rumah tangga

akan berjalan harmonis karena salah satu unsur keluarga telah terpenuhi. 15 Sedan

gkan menurut Musthofa Sy. Secara garis besar ada dua tujuan utama

pengangkatan anak. Pertama, untuk mendapa atau melanjutkan oketurunan

keluarga orang tua angkatnya. Kedua, untuk kesejahteraan atau kepentingan

terbaik bagi anak.16 Lebih dari itu, tujuan pengangkatan anak yang dikehendaki

oleh al-Qur’an dan Hadits di atas lebih pada aspek tolong menolong kepada

sesama manusia, khususnya bagi mereka yang kurang mampu. Tujuan ini

setidaknya dimotivasi oleh firman Allah SWT. dalam Q.S. al-Maidah [5]: 32

َ َّ‫َو َمنْ اَ ْحيَا َها فَ َكاَنَّ َمٓا اَ ْحيَا الن‬


‫اس َج ِم ْي ًعا‬
Terjemahannya:
Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-
akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.

15
Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum, 30.
16
Musthofa Sy, Pengangkatan, hlm. 42
17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitin

Untuk membahas masalah dalam menyusun skripsi ini, penulis perlu

melakukan penelitian guna memperoleh data yang berhubungan dengan masalah

yang akan dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas dan akurat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan dua jenis metode penelitian

yaitu metode penelitian kepustakaan (library research) dan metode penelitian

lapangan (field reseach), yang merupakan penyelidikan mendalam (indepth

study) mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan

gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial

tersebut.17

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan

bentuk penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara penulis langsung ke lapangan di Kelurahan Tinambung Kecamatan

Tinambung Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat, untuk mendapat data

primer.

B. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut:

17
Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ramayana Pers, 2008), h. 19.
18
1. Pendekatan Teoretis, pendekatan ini dapat digunakan untuk memahami

konsep implementasi praktik adopsi.

2. Pendekatan Yuridis, pendekatan ini diperlukan untuk menelusuri sumber

atau dasar hukum mengenai adopsi.

C. Sumber data

Sumber data ialah subjek darimana data diperoleh. 18

Penelitian ini menggunakan beberapa sumber data, yakni sumber data

primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber data primer

Sumber data primer merupakan data yang didapat dari

sumber pertama baik dari individu atau perseorangan. 19 Sumber data

primer dapat diartikan sebagai sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber data asli. Adapun sumber data primer dalam karya ilmiah ini

ialah Masyarakat Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur yang

melakukan praktik adopsi dan pihak-pihak yang terkait dengan

pengangkatan anak, seperti Orang Tua Angkat, dan Toko Masyarakat.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat

18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), h. 114
19
Husein Umar, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, ( Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2009), h.42.
19
orang lain ataupun dokumen.20 Sumber data sekunder juga dapat

diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada, biasanya diperoleh dari

perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu, yang kemudian

akan menghasilkan data sekunder atau disebut juga data tersedia. Adapun

data sekunder dalam karya ilmiah ini berupa, buku-buku yang berkaitan

dengan permasalahan tersebut.

Analisi dan pengolahan data, dilakukan dengan cara

membandingkan hasil studi pustaka dengan penelitian lapangan,

kemudian dilakukan analisis yang dituangkan dalam pembahasan

masalah, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dan diberikan saran-saran

untuk perbaikan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara atau metode yang

digunakan dalam pengumpulan data berupa pencatatan peristiwa, hal-hal,

keterangan atau karakteristik dari sebagian atau seluruh elemen

masyarakat. Pengumpulan data ini bertujuan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.21

Dalam karya ilmiah peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data berupa:

1. Observasi

20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif,dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 137.
21
W.Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h. 110. .
20
Tahap observasi, dimana dilakukan untuk memperoleh gambaran yang

bersifat umum dan relatif menyeluruh, tentang apa yang tercakup di dalam

fokus permasalahan yang akan diteliti.

2. Wawancara

Wawancara terhadap informan sebagai sumber data dan informasi yang

dilakukan dengan tujuan penggalian informasi tentang fokus penelitian.

Mrnurut Bogdan dan Biklen (1982) wawancara ialah percakapan yang

bertujuan, biasanyya anatara dua orang (tetapi kadang-kadang lebih) yang

diarahkan oleh salah seorang dengan maksud memperoleh keterangan.22

Wawancara dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden,

dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam. Teknik yang digunakan

wawancara berstruktur dimana pewawancara telah menyiapkan daftar

pertanyaan. Wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide,

tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman,emosi, motif yang

dimiliki oleh responden yang bersangkutan23

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau

peristiwa yang lalu24. Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data

langsung dari tempat penelitian meliputi: buku-buku yang rilevan,

22
Salim, & Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatiif, (Bandung: Ciptapusaka Media,
2012), h. 119
23
W.Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h. 110.
24
Riduawan,Metode & Teknik Penyusunan Tesis.(Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 105
21
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, data yang rilevan

penelitian .Metode dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi

dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang

diperlukan dalam permasalahan penelitian kemudian ditelaah secara

mendalam sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan

pembuktian suatu kejadian.

Maka peneliti menggunakan data-data yang terkait dengan

pengangkatan anak untuk menguatkan data-data yang ada di masyarakat

Tinambungi yang melakukan adopsi untuk bisa di crosscheck dan dilihat

kebenarannya bahwa masyarakat Tinambung benar ada yang melakukan

adopsi dan juga dokumentasi data Monografi Kelurahan Tinambung

Kecamatan Tinambung.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen

pokok dan instrumen penunjuang, instrumen pokok dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen dapat berhubungan

langsung dengan responden dan mampu memahami serta menilai berbagai

bentuk dari interaksi di lapangan. Kedudukan peneliti dalam penelitian

kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data,

penafsir data, dimana pada akhirnya akan melaporkan hasil penelitiannya.

E. Instrument Penelitian

22
Instrumen kedua yang merupakan instrumen penunjang dalam

penelitian ini adalah metode wawancara. Secara umum, penyusunan

instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara dilakukan

dengan tahap-tahap berikut ini :

1. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam

rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.

2. Menjabarkan variabel menjadi sub.

3. Mencari indikator setiap sub.

4. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar.

Instrumen ketiga dalam penelitian ini adalah dengan observasi.

Secara umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa observasi

dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini :

1. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam

rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika

penelitian.

2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.

3. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel.

4. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata

pengantar.25

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

25
Ihwan Wahid Minu, Peranan Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan Kota
Makassar (studi kasus baznas kota makassar) (Tesis, Program Pasca Sarjana UIN Alauddin
Makassar, 2017), h.31

23
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk

pada konsep interactive model, yaitu konsep yang mengklasifikasikan

analisis data dalam tiga langkah, yaitu :

1. Reduksi data (Data Reduction)

Reduksi data yaitu suatu proses pemilahan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian data (Display Data)

Data ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Adapun bentuk yang lazim digunakan pada data kualitatif terdahulu adalah

dalam bentuk teks naratif.

3. Penarikan kesimpulan (Verifikasi)

Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai makna dari data

yang dikumpulkan. Dari data tersebut akan diperoleh kesimpulan yang

tentatif, kabur, kaku dan meragukan, sehingga kesimpulan tersebut perlu

diverifikasi. Verifikasi dilakukan dengan melihat kembali reduksi data

maupun display data sehingga kesimpulan yang diambil tidak

menyimpang.

G. Pengujian Keabsahan Data

24
Untuk menguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar

sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan

teknik triangulasi. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut.

Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi dengan sumber dan metode, yang berarti membandingkan dan

mengecek derajat balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini

dapat dicapai dengan jalan sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membendingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti orang yang berpendidikan lebih

tinggi atau ahli dalam bidang yang sedang diteliti.

Teknik uji keabsahan lain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perpanjangan keikutsertaan. Perpanjangan keikutsertaan berarti

peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan

data tercapai. Dalam hal ini, peneliti memperpanjang atau menambah

waktu wawancara dan observasi terhadap subjek agar data mencapai

kejenuhan.

25
26

Anda mungkin juga menyukai