Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan penerus keturunan dalam keluarga. Tidak semua keluarga

memiliki kesempatan untuk memiliki anak kandung. Banyak hal yang

menyebabkan hal ini, yakni karena alasan medis, karena usia, atau karena

memang belum “dipercaya” untuk memiliki anak oleh Tuhan. Banyak keluarga

yang mengadopsi anak agar secepat mungkin dikaruniai anak kandung. Namun

ada juga yang mengadopsi anak untuk meringankan beban orang tua kandung si

anak, terlebih lagi jika orang tua kandung anak tersebut berasal dari keluarga yang

tidak mampu. Jika dalam perkawinan itu tidak diperoleh anak berarti tidak ada

yang melanjut keturunan dan kerabatnya, yang dapat mengakibatkan punahnya

kerabat tersebut. Oleh karena itu orang akan melakukan cara apa saja dan

mengorbankan biaya berapa saja untuk mendapatkan anak dalam perkawinan

bahkan ada yang melakukan program bayi tabung.

Pada mulanya pengangkatan anak hanya dilakukan untuk melanjutkan dan

mempertahankan garis keturunan/marga dalam suatu keluarga yang tidak

mempunyai anak kandung. Disamping itu juga untuk mempertahankan ikatan

perkawinan. Sehingga tidak timbul perceraian. Tetapi dalam perkembangannya


2

kemudian sejalan dengan perkembangan masyarakat, tujuan adopsi telah berubah

menjadi untuk kesejahteraan anak.

Keluarga yang telah mempunyai anak kandung merasa perlu lagi untuk

mengangkat anak yang bertujuan untuk menambah tenaga kerja dikalangan

keluarga atau karena kasihan terhadap anak yang diterlantarkan. Pengangkatan

anak adalah suatu tindakan mengambil anak orang lain untuk dipelihara dan

diperlakukan sebagai anak kandung sendiri, berdasarkan ketentuan-ketentuan

yang disepakati bersama dan sah menurut hukum yang berlaku di masyarakat

yang bersangkutan.

Dalam proses pengangkatan anak, anak tidak mempunyai kedudukan yang sah

sebagai pihak yang membuat persetujuan. Anak merupakan objek persetujuan

yang dipersoalkan dan dipilih sesuai dengan selera pengangkat. Tawar-menawar

seperti dalam dunia perdagangan dapat selau terjadi. Pengadaan uang serta

penyerahaan sebagai imbalan kepada yang punya anak dan mereka yang telah

berjasa dalam melancarkan pengangkatan merupakan petunjuk adanya sifat bisnis

pengangkatan anak. Sehubungan dengan ini, maka harus dicegah pengangkatan

anak yang menjadi suatu bisnis jasa komersial. Karena hal itu sudah bertentangan

dengan azas dan tujuan pengangkatan anak.

Oleh karena itu siapapun yang hendak mengadopsi dan dengan alasan apapun

hendak mengasuh dan mengadopsi anak harus sesuai dengan prosedur yang diatur

dalam hukum. Hal ini untuk mencegah terjadinya Traffiking anak sebab

trafficking bukan saja persoalan penjualan anak untuk eksploitasi baik seksual
3

maupun tenaga, tetapi juga penjualan bayi yang masih dalam kandungan, dan

anak-anak dengan dalih adopsi.

Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang

anak dari lingkungan kekuasaan orang tua (wali yang sah) atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut,

ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat. Pengangkatan anak bertujuan

untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

anak dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan

setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan

mengingat banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat atas

pelaksanaan pengangkatan anak, yaitu pengangkatan anak dilakukan tanpa

melalui prosedur yang benar, pemalsuan data, perdagangan anak, bahkan telah

terjadi jual beli organ tubuh anak.

Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun

2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Peraturan Pemerintah ini dapat

dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pengangkatan anak, mencegah terjadinya

penyimpangan yang pada akhirnya dapat melindungi dan meningkatkan

kesejahteraan anak demi masa depan dan kepentingan terbaik bagi anak.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 ini menjelaskan bahwa bagi orang

tua yang akan mengangkat anak harus memperoleh persetujuan tertulis dari

pemerintah Republik Indonesia. Pengangkatan anak oleh orang tua tunggal hanya

dapat dilakukan setelah mendapat izin dari Menteri. Pemberian izin dapat

didelegasikan kepada kepala Dinas Sosial. Namun hasil pengamatan penulis di


4

Kabupaten Lampung Utara, ada sebagian masyarakat yang tidak memiliki anak

dan melakukan pengangkatan anak tetapi tidak melalui izin dari Dinas Sosial dan

hanya dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak antara pihak orang

tua kandung dengan orang tua angkat yang dibuat dengan surat kesepakatan di

bawah tangan, seperti pengangkatan anak yang dilakukan oleh Bapak Sepwanto di

Kelurahan Tanjung Aman yang mengangkat anak dari Ibu Endang. Anak tersebut

diangkat oleh Bapak Sepwanto setelah dilahirkan di Rumah Sakit dikarenakan

Endang mengandung anak tersebut korban pemerkosaan dan tidak memiliki biaya

persalinan. Selanjutnya pengangkatan anak pasangan bapak Wahyu Widayat dan

Erwita Suryati beralamat di Desa Sawo Jajar I yang mengangkat anak dari adik

kandung ibu Erwita dikarenakan tidak memiliki anak.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

yang akan ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul ”AKIBAT HUKUM

PENGANGKATAN ANAK MELALUI PERJANJIAN” (Studi pada Dinas Sosial,

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Lampung Utara).

1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1. Permasalahan

Berdasarkan uraian sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pengangkatan anak melalui perjanjian?

2. Apakah akibat hukumnya pengangkatan anak melalui perjanjian ?

3. Faktor apakah yang menjadi penghambat proses pengangkatan anak?


5

1.2.2. Ruang Lingkup

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup

bidang Ilmu Hukum Pidana. Substansi pembahasan difokuskan pada kajian

tentang pelaksanaan pengangkatan anak melalui perjanjian, akibat hukumnya

pengangkatan anak melalui perjanjian, serta faktor apakah penghambat proses

pengangkatan anak.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan sebagaimana dikemukakan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan

pengangkatan anak melalui perjanjian.

2. Untuk mengetahui akibat hukum pengangkatan anak melalui perjanjian.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat proses pengangkatan anak.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna secara akademis dan praktis.

1. Secara akademis, penelitian ini berguna sebagai upaya peningkatan

kompetensi peneliti melalui proses pendidikan yang diselenggarakan oleh

STIH M Kotabumi dalam mengembangkan ilmu hukum khususnya bidang

Hukum Pidana.

2. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini berguna sebagai bahan penelitian bidang

Hukum Pidana dalam bentuk referensi penelitian hukum.


6

1.4. Sitimatika Penulisan

Hasil penelitian ini disusun dalam sebuah laporan hasil penelitian berbentuk

skripsi, dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,

permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, dalam bab ini memuat hal-hal mengenai

pengertian anak dan anak angkat, dasar hukum pengangkatan anak, pengertian

perjanjian di bawah tangan, tatacara pengangkatan anak.

BAB III METODE PENELITIAN, pada bab ini berisikan mengenai metode-

metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaitu pendekatan masalah,

jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis

data.

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN, pada bab ini diuraikan tentang

hasil penelitian di lapangan yang meliputi gambaran umum objek penelitian,

pelaksanaan pengangkatan anak melalui perjanjian, akibat hukum pengangkatan

anak melalui perjanjian, faktor penghambat proses pengangkatan anak.

BAB V PENUTUP, bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan

dari penulisan dan penelitian oleh penulis dan saran-saran penulis guna perbaikan

di masa akan datang.


7

DAFTAR PUSTAKA, merupakan buku-buku dan peraturan perundang-undangan

yang penulis pergunakan dalam penulisan skripsi ini.

LAMPIRAN-LAMPIRAN, bahan-bahan dokumen yang penulis peroleh pada saat

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai