Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KAPITA SELEKTA HUKUM ISLAM

‘HUKUM ADOPSI ANAK ANGKAT DAN ANAK PERBUATAN ZINA’

Disusun oleh;
KELOMPOK 6

SILVIA DEA ANGGRAINI 210510190


MUHAMMAD TRI BAGUS SATRIA 210510251

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
ACEH UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha esa karena atas
berkat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan penuh
kemudahan. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
tugas ini, kami ucapkan terimakasih kepada ibu FAUZAH NUR
ASKA,S.Ag.,M.H Selaku dosen kami pada mata kuliah KAPITA SELEKTA
HUKUM ISLAM yang memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap tugas HUKUM ADOPSI ANAK ANGKAT DAN
PERBUATAN ZINA ini dapat berguna untuk menambah wawasan sekaligus
pengetahuasn bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Kami juga
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam tugas ini dan juga jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik dan sarana untuk
memperbaiki tugas yang telah kami buat.
Semoga tugas ini dapat dipahami oleh siapaun yang membaca. Sekiranya
tugas ini dapat berguna bagi kami maupun orang lain yang membacanya.
Sebelumnya kami minta maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan. Terimakasih.

Lhokseumawe, 23 MARET 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Masalah ....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian hukum adopsi anak di indonesia .........................................
B.Syarat Syarat adopsi menurut hukum islam...........................................
C.Pengertian Anak angkat pandangan hukum islam.................................
D.Sebab Sebab dan akibat terjadinya perzinahan......................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehadiran anak dalam sebuah keluarga tidak hanya dipandang
sebagai konsekuensi adanya hubungan biologis antara laki laki dan
perempuan tetapi lebih dari itu juga merupakan keinginan yang sudah
memlembaga sebagai naluri setiap manusia.akan tetapi terkadang naluri
ingin mempunyai anak terbentur oleh takdir ilahi,dimana kehendak
mempunyai anak tidak tercapai maka tak heran jika pengagkatan anak
(adopsi) biasanya dilakukan orang yang dalam perkawinan tidak
menghasilkan keturunan engangkatan anak (adopsi) biasanya dilakukan
orang yang dalam perkawinanya tidak menghasilkan keturunan. Didalam
ilmu hukum kita mengenal pengangkatan anak atau adopsi (adoptie,
adoption, atau adopun sebagai suas lembaga hukus, dimana dalam arti ini
pengangkatan anak akibatnya bernila yuridis. Pengangkatan anak bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan para calon orang tua angkat, namun
lebih pada kepentingan calon anak angkat terhadap jaminan atas kepastian,
keamanan keselamatan dan pemeliharaan serta pertumbuhan anak.
1. Peraturan yang mengatur mengenai pengangkatan anak
dengan bertujuan melindungi dan mensejahteraan anak anak
diatur diantaranya dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun
1979 tentang kesejahteraan anak
2. Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 atas perubahan
terhadap Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang
perlindungan anak
3. SEMA No.6 tahun 1983 sebagai pengganti SEMA No 2
Tahun 1979 tentang Produser pengangkatan anak WNI dan
WNA

Masalah pengangkatan anak bukanlah masalah baru, termasuk di


Indonesia. Sejak zaman dahulu telah dilakukan pengangkatan anak dengan cara
dan motivasi yang berbeda-beda, sesuai dengan sistem hukum dan perasaan

1
hukum yang hidup serta berkembang didaerah yang bersangkutan. Pengangkatan
anak merupakan suatu perbuatan hukum maka pengagkatan anak harus melalui
proses hukum, dengan adanya penetapan hakim di pengadilan, diharapkan
pengangkatan anak dikemudian hari memiliki adanya kepastian hukum bagi anak
agkat maupun bagi orang tua angkat. Praktik pengangkatan anak yang dilakukan
melalui pengadilan tersebut telah berkembang baik dilingkungan peradilan Negeri
maupun Peradilan Agama bagi mereka yang beragama Islam.

Pengangkatan anak menurut Islam hanyalah boleh mengasuh anak orang lain
dengan maksud ibadah kepada Allah seperti memberikan anak tersebut hak untuk
mendapat pendidikan dan pengajaran serta memberikan kasih sayang penuh sama
halnya dengan anak kandung tanpa memisahkan nasab dari bapak kandung nya
pernyataan mengenai pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan nasab
antara anak angkat dengan orang tua , Pengangkatan anak menimbulkan adanya
hubungan baru antara orang tua angkat dengan anak agkat, dengan adanya
hubungan baru tersebut kemudiantimbul permasalahan yang sangat
seriusmengenai kedudukan anak agkat terhadap pembagian warisan dari orang
tuaangkatnya, mirisnya sampai saat ini hal tersebutmasih menjadi persoalan yang
tak dapat dihindarkan.Peraturan mengenai pengangkatan anak di Indonesia secara
khusus telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang
Pengangkatan Anak yang merupakan petunjuk teknis Undang- Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Sejauh ini kedua peraturan ini telah
menjadi payung hukum pengangkatan anak di Indonesia, akan tetapi walaupun
aturan tersebut sudah baik yang menjadi kendala saat ini adalah peraturan
mengenai pengangkatan anak belum sepenuhnya tersosialisasi dengan baik, hal
tersebut terbukti dengan adanya banyak kasus pengadopsian anak yang tidak
melalui prosedur yang telah di tetapkan. Untuk itulah diperlukan penanganan
yang lebih serius mengenai pengangkatan anak dengan memberikan pemahaman
yang benar kepada masyarakat mengenai prosedur pengangkatan anak.

Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menyusun
dalam sebuah penelitian hukum dengan judul "TINJAUAN YURIDIS PROSES

2
PENGANGKATAN ANAK (ADOPSI) DI YAYASAN PEMELIHARAAN
ANAK DAN BAYI (YPAB) PERMATA HATI SURAKARTA."

Maraknya kasus perzinaan yang terjadi dan terus meningkat pada kalangan anak-
anak muda bahkan juga orang yang sudah menikah sangatlah meresahkan
masyarakat.Karena hal itu dikhawatrirkan akan merusak moral
seseorang.Disamping rusaknya moral seseorang,dengan terjadinya kasus
perzinaan yang terus meningkat ditakutkan akan menimbulkan beberapa penyakit
di antaranya,HIV,AIDS,Sipilis dan lain sebagiannya.Dan jika hal itu sudah
terjadi,tentunya saja orang yang merasa di rugikan bukan hanya si pelaku,namun
orang sekitarnya pasti dirugikan.Apalagi jika si pelaku tertangkap tangan dalam
melakukan perzinaan ataupun terkena penyakit dari apa yang telah dia
lakukan,pasti keluarga,daerah,bahkan kerabat-kerabatnya akan merasa malu dan
terbebani atas apa yang telah dia lakukan.Belum lagi kalau dari apa yang telah dia
lakukan bisa menimbulkan lahirnya seseorang,tentunya orang yang lahir dari
hubungan perzinaan akan merasa malu dan tidak jelas nasab serta ketentuannya.

Menurut Imam Malik dan Syafi'i anak yang dilahirkan sbelum enam bulan
dari pernikahan orang tuanya maka dinasabkan kepada ibunya saja,karena di duga
ibunya telah berhubungan badan dengan orang lain,karena batas waktu hamil
minimal enam bulan.Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah,anak zina tetap
dinasabkan pada suami ibunya tanpa mempertimbangkan waktu masa kehamilan
si ibu. Jika wanita yang melakukan perbuatan zina tersebut adalah seseorang yang
memiliki suami atau dalam masa 'iddah maka ulama sepakat anak tersebut adalah
anak suaminya dan pengakuan seseorang terhadap anak tersebut tidak
diterima.Sedangkan jika wanita yang melakukan zina tidak memiliki suami atau
tidak dalam masa 'iddah ada beberapa pendapat mengenai nasab dari anak yang
dikandung oleh wanita tersebut.

Dampak negatif dari zina yaitu

3
 Zina mencemarkan nama baik pelaku,serta mendatangkan
bencana dan kehinaan,baik di dunia maupun akhirat.
 Zina dapat merusak keturunan yang sah dan
menghancurkan masa depan anak yang dilahirkan dari zina.
 Zina menimbulkan berbagai macam penyakit menular
seksual.
Pendapat pertama mengatakan anak tersebut dapat dinasabkan pada seseorang
yang mengakuinya sebagai anak jika ia tidak melakukan zina dengan
ibunya,namun sebaliknya jika ia mengakui telah berzina dengan ibunya Jumhur
ulama mengatakan bahwa anak tersebut tidak dapat dinasabkan
padanya.Sedangkan menurut Ishaq bin Rahawaih,Ibnu Taimiyah,dan Ibnu
Qayyim anak yang lahir karena perbuatan zina adalah keturunan orang yang
mengaku,sebagaimana penetapan nasab anak itu kepada ibunya.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses pengangkatan anak ( adopsi ) yang dilakukan oleh calon
orang tua angkat pada yayasan pemeliharaan anak dan bayi ( YPAB ) Permata
Hati Surakata.
2.Apa dampak negatif untuk dari hasil hubungan berzina?

C.TUJUAN MASALAH
1.Mengetahui tentang penerapan hukum adopsi dan hukum anak angkat.
2.Mengetahui dampak negatif dari hasil hubungan zina.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN HUKUM ADOPSI
Secara terminologis adopsi menurut Mahmud Syalthut mempunyai dua
pengertian, ialah:
1. Mengambil anak orang lain untuk diasuh dan dididik dengan penuh perhatian
dan kasih sayang, dan diperlakukan oleh orang tua angkatnya seperti anaknya
sendiri tanpa memberi status anak kandung kepadanya,
2. Mengambil anak orang lain untuk diberi status sebagai anak kandung sehingga
ia berhak memakai nasab orang tua angkatnya dan mewarisi harta
peninggalannya, dan hak-hak lainnya sebagai hubungan anak dengan orang tua.
Pada pengertian yang pertama, anak angkat yang dididik dan dibesarkan
dengan penuh perhatian dan kasih sayang oleh orang tua angkatnya hanya
diperlakukan seperti anak sendiri, dengan tidak memberikan status anak kandung,
begitu juga anak angkat tidak dapat saling mewarisi dengan orang tua angkatnya
adopsi seperti itulah yang diatur oleh hukum islam,Kemudian pada pengertian
yang kedua anak angkat selais dididik dan diberi kasih sayang layaknya anak
kandung ia juga diberi status anak kandang Anak angkat dalam pengertian ini juga
dapat saling mewarisi dengan sang anak angkatnya Hal inilah yang dilarang oleh
Islam. Dengan demikian adopsi dalam pengertian yang kedua ini tidak sesuai
dengan syariat Islam.
Dalam hal ini islam mengambil pengertian yang pertama sebagai
pangertian adopsi.Pengertian pertama inilah yang lebih sesuai dengan tujuan
syari’at islam serba dalam pengertian yang pertama memberikan penekanan pada
perlakuan sebagai anak dalam segi kecintaan,pemberian
nafkah,pendidikan,pelayanan dalam segala kebutuhan,bukan diperlakukan sebagai
anak kandungnya sendiri.Sedangkan pada pengertian yang kedua,lebih sesuai
dengan adopsi pada zaman jahiliyah sebelum islam datang.

5
B.SYARAT SYARAT ADOPSI MENURUT HUKUM ISLAM
Berdasarkan Al-qur'an surat Al-Ahzab ayat 4,5,dan 37, jelas bahwa
Islam melarang mengangkat anak orang lain menjadi anak kandung dalam segala
hal. Islam dengan tegas melarang perbuatan itu karena :
1.Mengangkat anak adalah suatu kebohongan dihadapan Allah SWT dan
dihadapan manusia dan hanya merupakan kata-kata yang diucapkan berulang
kali,tetapi tidak mungkin akan menimbulkan kasih sayang yang sususngguhnya
sebagaimana kasih sayang yang timbul dikalangan ayah,ibu,dan keluarga yang
sebenarnya.
2.Mengangkat anak sering dijadikan sebagai suatu cara untuk menipu dan
menyusahkan kaum keluarga.Misalnya,seorang laki-laki mengangkat anak yang
menjadi pewaris dari harta kekayaannya.Dengan demikian berarti orang itu tidak
memberikan bagian dari hartanya kepada saudara-saudaranya,dan ahli waris yang
lain,yang mempunyai hak dalam harta pusaka itu menurut ketentuan Allah.Hal
inilah yang menyebabkan perbuatan itu dilarang.
3.Mengangkat anak dan menetapkan statusnya sama dengan anak
kandungnya,kadang-kadang menjadi beban dan tugas yang berat bagi keluarga
ayah angkat.Bila ayah angkatnya meninggal,maka keluarga bertugas memberi
nafkah kepadanya.Hal inimenyebabkan pelimpahan tugas-tugas mereka yang pada
akhirnya menyebabkan yang halal menjadi haram dan sebaliknya.

C. ANAK ANGKAT DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM


Dalam pandangan islam hukum islam ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penetapan anak angkat tersebut.Pertama,dalam pandangan hukum islam
anak angkat tidak dapat menggunakan nama ayah angkatnya,seperti dijelaskan
dalam Surah al-Ahzab ayat 4 dan 5.Kedua,antara ayah angkat dengan anak
angkat,ibu angkat dan saudara angkat tidak mempunyai hubungan darah.Mereka
dapat tinggal serumah,tetapi harus menjaga ketentuan mahram,dalam hukum
islam,antara lain tidak dibolehkan melihat’aurat,berkhalwat,ayah atau saudara
angkat tidak menjadi wali perkawinan untuk anak angkat perempuan,dan lain-
lain.Ketiga,diantara mereka tidak saling mewarisi.

6
Dalam hukum islam,pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam
hal hubungan darah,hubugan waris mewarisi dengan orang tua angkat.Ia tetap
menjadi ahli waris dari orang tua angkatnya dan anak tersebut tetap memakai
nama dari ayah kandungnya.
Demikian halnya tentang imflikasi adanya pengangkatan anak sangat berbeda
antara konsep hukum barat-BW dan islam.Bagaimana pandangan hukum islam-
lembaga peradilan islam dalam hal kewarisan anak angkat tentunya akan berbeda
dari ketentuan yang ada diperadilan umum.
D.SEBAB SEBAB DAN AKIBAT TERJADINYA PERZINAHAN
Seks ialah fitrah bagi setiap manusia baik laki-laki ataupun perempuan.
Manusia antara laki-laki dan perempuan dibekali oleh dorongan seksual yang
berbeda sifatnya, dimana antara yang satu saling membutuhkan dengan yang
lainnya. Pada masa kanak-kanak dorongan seksualitas ini khususnya yang
berhubungan dengan seks belum terlaksana. Tetapi setelah usia remaja dimana
organ-organ seksualitas ini telah mulai matang maka kebutuhan seks alitas ini
telah m UN itu merupakan kebutuhan yang alami, yaitu sebagai kebutuhan
semangat kebutuhan dasar seks yang pada saat itu memerlukan sambutan dari
luar. Hanya dalam kehidupan masyarakat pelaksanaan seksualitas dari luar. Hanya
dalam kehidupan masyarakat pelaksanaan seksualitas ini diatur bila pelaksanaan
perbuatan seks dilakukan diluar norma norma yang diatur maka perbuatan itulah
yang disebut persetubuhan diluar nikah atau perzinahan
Akibat dari perzinahan Hubungan seksual berlainan jenis tidak dapat
dipisahkan,karena ini merupakan tuntutan biologi untuk membangun keturunan
dan juga merupakan Rahmat Tuhan yang tidak ternilai. Bagi makhluk selain
manusia melkaukan hubungan seks tidak dipermasalahkan akibat hukum yang
dihasilkan. Sedangkan bagi manusia hubungan seks akan berakibat fatal apabila
tidak melalui jalan yang semestinya karena ada akibat hukum yang Hubungan
seks sangat erat kaitannya dengan perkawinan, maka dari itu harus di awali dari
perkawinan itu, baik laki-laki dan perempuan dihalalkan untuk bersetubuh. Tanpa
diawali dengan perkawinan maka seorang laki-laki dan perempuan diharamkan
untuk bersetubuh.

7
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN

1. Kedudukan anak angkat tanpa penetapan pengadilan adalah menjadi anak yang
sah dari orang tua angkatnya, karena dalam pelaksanaan pengangkatan anak
tersebut juga telah melalui kesepakatan antara rang tua angkat dengan ang tua
kandhing. Orang nu kandung secara suka mela memberikan anaknya ak dirawat,
dah dan dicukupi segala kebutuhannya oleh orang lain yang dalam hal ini
bertindak sebagai orang tua angkat. Namun dalam hal ini orang ma angkat enggan
memberitahukan anal-ul anak tersebut dikemudian hari dikarenakan takut anak
angkat tersebut akan kembali kepada orang tua kandungnya. Sedangkan dalam
persemahan hak anak angkat telah dipenuhi seluruhnya oleh orang tua angkat.
2. Perzinaan menurut hukum Islam lebih global dan menyeluruh dari pada
perzinaan menurut hukum positif, zina menurut hukum Islam ialah hubungan
kelamin antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang satu sama lain
tidak terikat dalam hubungan perkawinan. Sedangkan menurut hukum positif
yang diambil dari pasal 284 KUHP hanyalah mengkategorikan zina terhadap
perselingkuhan yang mencapai hubungan seksual, artinya hanya hubungan seksual
antara orang atau salah satunya yang sudah memiliki keluarga yang bisa di pidana
dengan pasal 284 KUHP, sedangkan untuk pemuda-pemudi atau orang yang
belum menikah dan melakukan hubungan kelamin tidak termasuk zina dan tidak
dapat di pidana dengan pasal perzinaan.

B.SARAN
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan baik dalam
pembahasan atau kata yang mungkin kurang berkenan sehingga masih banyak hal
yang perlu diperbaiki mohon maaf dan saran kritikan dari pembaca sangat
pembantu.

DAFTAR PUSTAKA

8
9

Anda mungkin juga menyukai