Beberapa orang memilih childfree mungkin bahkan lebih baik ketika ia merasa tidak
mampu membesarkan seorang anak dengan kualitas yang baik.karena mempunyai
anak itu suatu tanggung jawab yg besar.
Iya sii menikah itu secara garis keras artinya membuat garis keturunan. Tapi, ada hal
yang lain yang juga harus di pikirin. Kemampuan diri, tanggung jawab, hak-hak yang
harus dipenuhi seperti makanan, pendidikan, moral dan agama.
orang tua baik tentu bukan hal yang mudah karena kualitas hidup anak sangat
bergantung dengan orang tua.kemampuan finansial, biar tumbuh kembang anak
optimal dan semua kebutuhannya bisa terpenuhi.
Justru yg memilih childfree adalah mereka yg sangat memikirkan kesejahteraan anak.
Mereka paham kalau punya anak itu tanggung jawab yg besar. Banyak hal yg harus
dipelajari sebagai orang tua. Banyak hal yg harus dipelajari tentang anak.
Yg milih childfree kebanyakan mereka mampu secara finansial, pengetahuan mereka
juga bagus tentang parenting.
kondisi ketika seseorang tidak bisa memiliki keturunan, biasanya karena kondisi fisik
atau biologis.
Tpi mereka gk punya mental untuk mengurus anak
penyebab childfree:
-Childfree itu ketidakmampuan mental mengurus anak
-tidak bisa memiliki keturunan
-mempunyai pengalaman hidup di lingkungan yang kurang baik
-childfree menganggap bahwa mereka ga bisa menghasilkan generasi yang baik
Abstrak
Pernikahan merupakan ikatan batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk mencapai tujuan
keluarga. Pernikahan bertujuan untuk memperoleh keturunan. Namun, tidak semua pasangan dapat
memiliki anak karena alasan kesehatan (childless) dan tidak ingin memiliki anak
(childfree). Childless terjadi akibat adanya permasalahan kesehatan yang membuat pasangan sulit
untuk memperoleh keturunan. Selain itu, tidak memiliki anak dapat terjadi dengan tujuan untuk
menunda memperoleh keturunan atau mengatur jarak dalam memperoleh keturunan. Childless
dapat dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi baik yang tradisional maupun
modern. Sedangkan, childfree merupakan keputusan yang dilarang dalam agama Islam jika ditinjau
dalam ilmu fiqih, karena penerapan childfree tidak berdasar pada alasan yang jelas dan terkesan
menggunakan alasan urusan duniawi seperti karir, pekerjaan maupun ekonomi. Padahal, dalam
agama Islam sudah dijelaskan bahwa anak memiliki banyak keutamaan diantaranya sebagai amal
jariyah, mendapatkan berkah dunia dan akhirat, meningkatkan ketakwaan, mendapatkan syafa'at
dan mendapatkan derajat tinggi di surga. Oleh karena itu, sebagai umat Nabi Muhammad Saw
perlombaan selalu mengikuti dan mengamalkan ajaran Agama Islam agar kelak mendapatkan
syafaat di yaumul akhirat.
Abstrak
ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji salah satu fenomena yang terjadi di masyarakat, yaitu childfree. Penulis melakukan
analisis fenomena tersebut dengan beberapa ayat Al-Qur'an, yaitu QS. Al-Baqarah (2): 187, QS. Ali Imran (3):
14, QS. An-Nisa' (4): 1, QS. An-Nahl (16): 72, dan QS. Ar-Rum (30): 21. Fenomena keputusan ini menarik
untuk dipahami karena bertolak belakang dengan tujuan pernikahan, yaitu memiliki anak, dan budaya
keIndonesiaan yang pronatalis. Dari permasalahan tersebut penulis menyajikan rumusan masalah, yaitu
bagaimana fenomena keputusan childfree dibaca melalui perspektif Al-Qur'an dan dalam konteks ke-
Indonesia-an?
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan studi kepustakaan (library research). Tulisan ini
mencoba mengkaji fenomena keputusan childfree sebagai objek kajian yang kemudian dianalisis dengan ayat-
ayat Al-Qur'an dan konteks keIndonesiaan. Sumber data primer yang dipakai oleh peneliti adalah Al-Qur'an
sedangkan data sekunder berupa buku, kitab tafsir, maupun artikel yang terkait dengan tema penelitian. Kedua
sumber data tersebut berbentuk dokumentasi. Penulis menggunakan teknik deskriptif-analitis dalam mengolah
data. Metode pencarian yang digunakan adalah metode tafsir maudhu'i atau tafsir tematik, dengan tahapan
yang ditawarkan oleh Hasan Hanafi.
Dari tulisan ini dapat diartikan bahwa childfree sebagai keputusan seseorang atau pasangan untuk memilih
ketiadaan anak dalam hidupnya. Dalam Al-Qur'an tidak terdapat ayat-ayat yang secara terang menerangkan
bebas anak sehingga ayat yang disajikan membahas kehadiran anak dan kedudukan anak dalam
kehidupan. Beberapa ayat yang telah dipaparkan bertolak belakang dengan konsep childfree. Begitupula
dalam konteks keIndonesiaan, childfree dinilai tidak sejalan dengan nilai-nilai budaya Indonesia yaitu
pronatalis.
ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji salah satu fenomena yang terjadi di masyarakat, yaitu childfree. Penulis menganalisis
fenomena ini dengan beberapa ayat Al-Qur'an yaitu QS. Al-Baqarah (2): 187, QS. Ali Imran (3): 14, QS. An-
Nisa' (4): 1, QS. An-Nahl (16): 72, dan QS. Ar-Rum (30): 21. Fenomena keputusan ini menarik untuk dibahas
karena bertentangan dengan tujuan perkawinan, memiliki anak, dan budaya pronatalis Indonesia. Dari
permasalahan tersebut, penulis menyajikan rumusan masalah, bagaimana fenomena keputusan bebas anak
yang dibaca melalui perspektif al-Qur'an dan dalam konteks Indonesia?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Tulisan ini mencoba
untuk melihat fenomena keputusan bebas anak sebagai objek kajian yang kemudian dianalisis dengan ayat-
ayat Al-Qur'an dan konteks Indonesia. Sumber data primer yang digunakan peneliti adalah Al-Qur’an,
sedangkan data sekunder berupa buku, tafsir, dan artikel yang berhubungan dengan tema penelitian. Kedua
sumber data tersebut berupa dokumentasi. Penulis menggunakan teknik deskriptif-analitik dalam mengolah
data. Metode penafsiran yang digunakan adalah metode penafsiran maudhu'i atau penafsiran tematik, dengan
tahapan-tahapan yang ditawarkan oleh Hasan Hanafi.
Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa childfree adalah keputusan seseorang atau pasangan untuk memilih
ketiadaan anak dalam hidupnya. Di dalam Al-Qur'an tidak ada ayat yang secara gamblang menjelaskan
tentang bebas anak, sehingga ayat-ayat yang disajikan membahas tentang keberadaan anak dan kedudukan
anak dalam kehidupan. Beberapa ayat yang telah dijelaskan bertentangan dengan konsep childfree. Begitu
pula dalam konteks Indonesia, childfree dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai budaya Indonesia, yaitu
pronatalisme.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Perkenalkan nama saya DWI RIDA’UL ROCHMAH dari UPBJJ - UT- SURABAYA Prodi
HUKUM
Sekian pendapat saya, jika ada kesalahan dalam penulisan mohon maaf yang sebesar
besarnya terimakasih.
Sumber referensi: https://kumparan.com/
Wassalamu’alaikum Wr. Wb