Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap diri sepasang pria dan wanita yang melakukan perkawinan seharusnya
didasari oleh cinta kasih di antara keduanya, sehingga menimbulkan dorongan untuk
melahirkan generasi baru (anak) yang merupakan buah hati dan lambang kasih sayang
1
yang tidak terbatas dari rasa cinta mereka. Anak menurut hukum Islam adalah
seseorang yang dilahirkan dari ikatan perkawinan yang sah untuk melanjutkan habitat
umat manusia di permukaan bumi. Sulit dibantah apabila dikatakan, bahwa perkawinan
merupakan satu-satunya cara yang efektif dalam mengembangkan dan mempertahankan
2
keturunan.
Namun perlu diingat bahwa keberadaan anak tentunya mengakibatkan adanya
hubungan hukum secara timbal balik di antara kedua orang tuanya, yang dalam
pemeliharaannya merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, agar ia sehat
jasmani dan rohani. Apabila kedua orang tua masih terikat hubungan perkawinan, maka
pemeliharaan anak tidak menjadi permasalahan. Akan tetapi setelah terjadi perceraian,
pemeliharaan anak menjadi permasalahan yang masih kabur, terkadang membawa
perselisihan dan hal-hal yang kurang baik, bahkan dalam menyelesaikan hak terhadap
pemeliharaan anak tersebut bisa sampai ke pengadilan. Fakta tersebut sering dijumpai
dalam kehidupan masyarakat kita, apabila terjadi perceraian sehingga anak terkadang
akan terabaikan.
Hak pemeliharaan anak atau yang dalam bahasa fikih disebut da} n>
ha{ ah
merupakan salah satu permasalahan di kalangan para fuqaha’ terjadi perbedaan pendapat
dalam hal pemeliharaan anak setelah perceraian, terutama terhadap batasan umur
pemeliharaan anak yang belum mumayyiz. Seseorang anak dari permulaan hidupnya

1Thoriq Ismail, al-Zawajul Islami, Terj. Zainuddin MZ dkk., Mata Kuliah


Menjelang Pernikahan
(Cet. 1; Surabaya: Pustaka Profresif, 1994), h. 14.
2Abdullah Nasikh Ulwan, Perkawinan Masalah Orang Muda, Orang Tua dan
Negara, Terj. M. Nur Hakim (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 12.
1
2

sampai pada umur tertentu memerlukan orang lain untuk membantunya dalam
kehidupanya, baik seperti makan, minum, aktifitas pendidikan formal maupun non
formal dan sebagainya. Karenanya, orang yang menjaganya perlu rasa kasih sayang,
kesabaran, serta mempunyai keinginan kuat agar anak itu tumbuh dan berkembang
dengan baik di kemudian hari.
Terkait kedudukan seorang anak yang orang tuanya bercerai atau meninggal,
akan mendapatkan pengasuhan atau pemeliharaan yang layak. Islam pun telah
mengaturnya agar tidak bisa sembarangan orang yang memelihara anak, khususnya pada
persoalan hak pemeliharaan anak tersebut. Secara garis besarnya, konsep h}ada} n>
ah
(pemeliharaan anak) adalah mengasuh anak kecil atau anak abnormal yang belum atau
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri, menjaga dari hal-hal yang
membahayakan, memberinya pendidikan fisik maupun psikis, dan mengembangkan
kemampuan intelektual agar sanggup memikul tanggung jawabnya sendiri.
Pemeliharaan seorang anak sangat penting untuk dilaksanakan baik oleh ibunya
ataupun dari bapaknya, akan tetapi sering kali terjadi pendidikan anak dinomerduakan
dari sebuah pekerjaan yang dianggap lebih penting dan merupakan tuntutan hidup untuk
dirinya dan keluarganya, sehingga tidak jarang terjadi pengasuhan, pendidikan seorang
anak terlantar disebabkan karena keadaan yang tidak memungkinkan atau bahkan
dengan sengaja dikesampingkan. Dalam hal ini, tugas pengadilan adalah menyelesaikan
sengketa masyarakat untuk mendapatkan penyelesaian yang adil, mengingat salah satu
permasalahan di dalam institusi peradilan agama yang menjadi kewenangannya adalah
menyangkut hadanah.
Untuk itu, berangkat dari latar belakang permasalahan tersebut, maka
pembahasan makalah ini akan dilihat bagaimana pengaturan Islam dalam hak
pemeliharaan anak ditinjau dari kajian hadis Rasulullah saw., terkhusus takhrij> dan
syarah hadis bertema tentang hak pemeliharaan anak. Dalam hal ini penulis
menfokuskan pembahasan takhrij> dan syarah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu
Daud tentang siapa yang berhak memelihara anak, setelah perpisahan kedua orang
tuanya.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasar dari latar belakang di atas, maka pembahasan dalam makalah ini
difokuskan pada permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana mentakhri>j hadis yang berbicara tentang hak pemeliharaan anak
(h}ad}a ah)?
n>
2. Bagaimana penjelasan syarah hadis tentang hak pemeliharaan anak atau h}ada} ah?
n>
3. Bagaimana makna, hikmah dan tujuan hak pemeliharaan anak atau h}ada} ah dalam
n>
Islam?

Anda mungkin juga menyukai