Anda di halaman 1dari 15

Nurwahidah, Kejahatan terhadap Anak dan Solusinya menurut Hukum Islam 125

KEJAHATAN TERHADAP ANAK DAN SOLUSINYA MENURUT HUKUM ISLAM

Oleh:
Nurwahidah
dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari Banjarmasin
(E-mail: nurwahidah 97@yahoo.co.id)

Abstract: Children should live a life that is safe and comfortable with their parents and nanny. But the
fact is happening, children often face persecution, violence, beatings and harassment, which often lead to
death. Islamic law set some rules that may be subject to criminal perpetrators of violence against children
committed by parents themselves, not others, while punishment requires an equal position between the
perpetrators to the victim. There are scholars argue parents remain exposed qishash, and other scholars
argue there is no qishash, just ta’zir and parents lose their right to inherit property. A lot of cases that
occurred in the community in a variety of species, and most perpetrators have been sentenced. However
the case that appears only a small part are revealed. In the midst of such conditions should be enforced
once hadhanah principles stipulated in Islamic law. Hadhanah emphasize parenting to parents and close
family, so that children can be cared for with love and responsibility. So the lives and safety of children
will be more secure and protected.
Abstrak: Anak seharusnya menjalani kehidupan yang aman dan nyaman bersama orangtua dan
pengasuhnya. Tetapi kenyataan yang terjadi, anak seringkali mengalami penganiayaan, kekerasan,
pemukulan dan pelecehan, yang tidak jarang berujung kematian. Hukum Islam mengatur beberapa
aturan pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku kekerasan terhadap anak. Namun terjadi perbedaan
pendapat ulama ketika kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orangtuanya sendiri, bukan orang lain,
sementara hukuman membutuhkan posisi yang sederajat antara pelaku dengan korban. Ada ulama
berpendapat orangtua tetap terkena qisas, dan ulama lain berpendapat tidak ada qisas, hanya ta’zir dan
orangtua kehilangan hak mewarisi harta anaknya. Banyak sekali kasus yang terjadi di masyarakat dalam
berbagai jenisnya, dan sebagian pelaku sudah dikenakan hukuman. Namun kasus yang muncul tersebut
baru sebagian kecil yang terungkap. Di tengah kondisi demikian perlu sekali ditegakkan prinsip-prinsip
hadhanah yang diatur dalam Hukum Islam. Hadhanah menekankan pengasuhan anak kepada kedua orangtua
dan keluarga dekat, sehingga anak dapat diasuh dengan penuh kasih sayang dan penuh tanggung jawab.
Dengan begitu kehidupan dan keselamatan anak akan lebih terjamin dan terlindungi.

Keywords: crimes against children, Islamic law, hadhanah.

Pendahuluan
Anak adalah aset keluarga yang sangat perlakuan yang layak terhadap anak dalam bentuk
berharga. Merekalah yang akan menjadi generasi pemberlakukan sejumlah peraturan perundang-
penerus bagi keluarga bersangkutan. Dalam undangan terhadap anak. Di antara undang-undang
pandangan Islam, tidak hanya di dunia, tetapi tersebut, adalah UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang
anak juga akan menjadi investasi hingga ke akhirat. Kesejahteraan Anak, UU Nomor 23 Tahun 2002
Sebuah hadits riwayat Muslim menyatakan bahwa tentang Perlindungan Anak, UU Nomor 11 Tahun
anak yang saleh/salehah merupakan warisan amal 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang
yang utama bagi orang tua, karena ketika orang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
tuanya meninggal anak yang saleh tersebut akan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)
mendoakan dan mengirim pahala untuk orang dan UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan
tuanya di alam kubur. terhadap UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Adapun pemerintah Indonesia sudah Perlindungan Anak. Sejalan dengan itu pemerintah
berusaha untuk memberikan perlindungan dan bersama kalangan aktivis yang peduli juga proaktif
125
126 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 125-140

mendirikan dan menggiatkan lembaga-lembaga dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat
yang bergerak di bidang perlindungan anak, seperti hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
di tingkat pusat, Komisi Perlindungan Anak (KPA) kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
di tingkat daerah, Tim Terpadu Perlindungan Anak kekerasan dan diskriminasi.
(T2PA) dan lembaga serupa lainnya. Pihak pertama yang bertanggung jawab
Meskipun demikian, kenyataannya perlakukan terhadap perlindungan anak adalah keluarga.
para orang tua dan masyarakat terhadap anak pada Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat
umumnya masih jauh dari harapan. Banyak sekali yang terdiri atas suami istri, atau suami istri dan
terjadi kasus kejahatan terhadap anak, mulai dari anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
penelantaran, pemukulan, kekerasan, penganiayaan, anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus
pelecehan seksual terhadap anak, perdagangan ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
anak, bahkan ada juga pembunuhan terhadap Orang Tua adalah ayah dan/atau ibu kandung,
anak. Banyak pula terjadi orang atau perusahaan atau ayah dan/atau ibu tiri, atau ayah dan/atau
mempekerjakan anak-anak di bawah umur dengan ibu angkat. Ketika ayah dan/atau ibu berhalangan
upaya yang tidak layak. Tidak jarang juga ditemui mengasuh anak, maka pengasuhan tersebut dapat
adanya anak cacat baik secara fisik maupun psikis dipindahkan kepada wali. Wali adalah orang atau
(detardasi mental) disembunyikan oleh orang badan yang dalam kenyataannya menjalankan
tuanya, tidak diobati dan tidak ditampakkan ke kekuasaan asuh sebagai Orang Tua terhadap Anak.
pubik karena malu. Apabila orang tua dan/ wali tidak sanggup
Kejahatan terhadap anak tersebut ada yang mengasuh anak tersebut, maka bisa saja anak
terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, panti tersebut diasuh oleh orang lain, dan statusnya
asuhan, tempat penampungan, perusahaan, dan menjadi anak angkat, sedangkan pengasuhnya
sebagainya. Media massa cetak dan eletronik menjadi orang tua angkat. Anak Angkat adalah
seringkali memberitakan kasus-kasus tersebut. Di Anak yang haknya dialihkan dari lingkungan
antara kasus-kasus kejahatan dan perlakuan yang kekuasaan Keluarga Orang Tua, Wali yang sah, atau
tidak manusiawi terhadap anak tersebut ada yang orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan,
terjangkau oleh aparat penegak hukum kemudian pendidikan, dan membesarkan Anak tersebut ke
diadli dan diselesaikan, namun tidak mustahil masih dalam lingkungan Keluarga Orang Tua angkatnya
lebih banyak lagi yang tersembunyi. Artinya kasus- berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
kasus demikian ibarat gunung es, yang muncul ke Dalam kehidupan sosial, ada pula anak
permukaan hanya bagian puncak kecilnya saja. yang berstatus sebagai anak asuh. Anak Asuh
Kenyataan demikian, perlu sekali disikapi adalah Anak yang diasuh oleh seseorang atau
dan dicarikan solusinya, baik menurut pendekatan lembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan,
hukum yang berlaku di Indonesia, pembinaan dan perawatan, pendidikan, dan kesehatan karena Orang
perlindungan, maupun juga melalui pendekatan Tuanya atau salah satu Orang Tuanya tidak mampu
Hukum Islam. Hukum Islam memiliki perlakuan menjamin tumbuh kembang Anak secara wajar.
yang jelas terhadap anak, oleh karena itu penting Di tengah masyarakat ada juga anak yang
pula untuk dikenalkan agar dapat membangun dalam kondisi terlantar dan mengalami kelainan
kesadaran khususnya bagi masyarakat yang tertentu. Anak Terlantar adalah Anak yang
mayoritas beragama Islam. tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar,
baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
Urgesi Perlindungan Anak Kuasa Asuh adalah kekuasaan Orang Tua untuk
Beberapa Definisi terkait Anak mengasuh, mendidik, memelihara, membina,
Menurut Undang-Undang 35 tahun 2014 melindungi, dan menumbuh-kembangkan Anak
tentang Perubahan terhadap UU Nomor 23 Tahun sesuai dengan agama yang dianutnya dan sesuai
2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1, yang dengan kemampuan, bakat, serta minatnya. Hak
dimaksud dengan Anak adalah seseorang yang Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang
anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah,
Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan pemerintah daerah. Masyarakat adalah
Nurwahidah, Kejahatan terhadap Anak dan Solusinya menurut Hukum Islam 127

perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi berkewajiban untuk menyusui anak-anak mereka
sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan. selama dua tahun dan tidak lebih daripada itu,dan
boleh kurang jika ada alasan dan kemaslahatannya.
Dasar Perlindungan Islam menekankan kepada ibu untuk mengasuh
Anak dengan berbagai macam status dan menyusui sendiri anaknya karena pengasuhan
sebagaimana disebutkan di atas, berhak untuk ibu dan air susu itu merupakan yang terbaik,
mendapatkan perlindungan dari orang tua, wali sebagaimana diakui oleh para dokter. Bayi yang
atau pengasuhnya. Di dalam ajaran Islam kewajiban berada dalam kandungan ditumbuhkan dengan
untuk mengasuh dan melindungi anak ini sudah darah ibunya, maka setelah ia lahir tetap bertumbuh
sangat jelas. Di dalam Alquran surah al-Baqarah/2 kembang dengan darah ibunya, dalam hal ini adalah
ayat 233 diterangkan: air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan utama
bagi bayi ketika ia sudah terpisah dari kandungan
ibunya. Hanya ASI yang paling cocok dan sesuai
dengan perkembangan si bayi. Tidak ada yang
perlu dikhawatirkan kalau akan terserang penyakit
atau cedera disebabkan oleh ASI, bahkan akan
membuatnya lebih sehat dan kuat.
# " ! Apabila pengasuhan dan pemberian ASI
diserahkan kepada perempuan lain karena ibunya
( '! & $% berhalangan atau dalam kondisi darurat, maka
perempuan yang mengasuhnya harus diteliti lebih
)& +% *! & " "# $ )! dahulu mengenai kesehatan dan juga akhlak atau
kepribadiannya, sebab air susu yang diisapnya
$ .) ( " ( $- #' + ,
akan menjadi darah, daging dan tulang. Saking
pentingnya pengasuhan dan pemberian ASI,
01223 "/
bahkan Kaisar Rusia memerintahkan agar istri-istri
mereka untuk mengasuh dan menyusui anak-anak
(Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
mereka sendiri, dan melarang dengan keras diasuh
selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban dan disusukan oleh orang lain.
ayah memberi makan dan pakaian kepada para Bersamaan dengan kewajiban ibu mengasuh
ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani dan menyusui anaknya, maka kewajiban ayah adalah
melainkan menurut kadar kesanggupannya. memberi nafkah untuk istri dan anak-anaknya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Diwajibkan bagi seorang ayah untuk menanggung
karena anaknya dan seorang ayah karena kebutuhan hidup istri dan anaknya berupa makanan,
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
pakaian dan tempat tinggal, agar istrinya itu dapat
apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan mengemban tugas pengasuhan terhadap anaknya
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas dengan sebaik-baiknya dan terhindar dari penyakit.
keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan Meskipun demikian, dalam hal menafkahi anak
oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu dan istri (keluarga) ini, seorang ayah tidak dibebani
apabila kamu memberikan pembayaran menurut melainkan sebatas kemampuannya saja. Artinya ia
yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan tidak boleh merasa tertekan dan terbebani secara
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan).
berlebihan dalam menafkahi anaknya. Semuanya
Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi 1, ayat harus disesuaikan dengan kadar kemampuannnya.
di atas menerangkan mengenai kewajiban ayah Hal ini dipertegas oleh QS at-Thalaq/65 ayat 7 yang
dan ibu dalam hal pengasuhan dan pemberian artinya: “Hendaknya orang yang mampu memberi nafkah
nafkah kepada anak. Termasuk di dalamnya perihal menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan
penyusuan ketika anak tersebut masih bayi. rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
Bagi ibu yang masih berfungsi sebagai diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan
istri maupun yang sudah dalam kondisi tertalak beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang
1 Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 2
(Semarang: Toha Putra, 1993) h. 3418-3419 kelapangan sesudah kesempitan”.
128 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 125-140

Alquran surah an-Nisa/4 ayat 9 menyebutkan: dengan meninggalkan seorang istri dan tiga orang
anak wanita yang masih kecil. Kenyataannya, dua
anak pamannya yang bernama Suaid dan Arfathah,
menguasai harta warisan Aus tersebut, sementara
istri Aus dan anak-anaknya tidak mendapatkan apa-
apa sehingga hidup mereka terlantar. Kemudian
(Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang istri Aus mengadu kepada Rasulullah mengenai
yang seandainya meninggalkan di belakang hal tersebut.
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka Selanjutnya Rasulullah memanggil kedua
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
orang tersebut dan menanyakan alasan mereka
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan menguasai harta warisan peninggalan Aus. Mereka
perkataan yang benar). menjawab bahwa anak-anak Aus masih kecil, tidak
bisa menunggang kuda, tidak bisa berperang dan
Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi 2, tidak mampu membawa beban. Merekalah yang
maksud dari ayat di atas adalah menekankan mampu melakukannya, jadi merekalah yang berhak
kepada para orang tua, wali dan orang-orang yang atas harta tersebut.
mengasuh anak agar mereka memperlakukan anak- Jawaban kedua orang tersebut adalah bagian
anak itu dengan baik, bersikap dan berbicara kepada dari tradisi Jahiliyah, bahwa anak kecil tidak beroleh
anak-anak dengan baik, dengan bahasa yang sopan, harta warisan. Semboyan di masa Jahiliyah adalah:
halus, memanggil mereka dengan anakku, sayangku, “Tidak boleh mewarisi kecuali orang-orang yang
dan sebagainya. Kalau anak yang diasuhnya adalah pandai berperang, menusuk musuh dengan tombak
anak orang lain, maka ia harus memperlakukan dan panah dan mampu merebut harta ghanimah
sama dengan anaknya sendiri. dalam peperangan, maksudnya sudah dewasa”.
Allah swt sangat menekankan pengasuhan Rasulullah kemudian menghapus pandangan
secara baik dan sopan kepada anak yang tidak ini, dengan memberikan 2/3 harta peninggalan
lagi memiliki orang tua, baik karena meninggal Aus untuk ketiga anak wanitanya, 1/8 untuk istri
dunia, bercerai dan sejenisnya. Hal ini karena Aus dan selebihnya untuk kedua anak pamannya.
mereka sangat perasa, tidak boleh tersinggung Peristiwa ini menjadi sabab al-nuzul turunnya QS
oleh perkataan yang bernada marah dan menghina, an-Nisa ayat 10.3
apalagi jika orang tuanya yang sudah tiada disebut-
sebut dengan nada jelek. Sudah pasti orang tua yang Beberapa Kasus Kejahatan Dan Penelantaran
meninggalkan anak tersebut (meninggal dunia atau Anak
alasan lain) menginginkan anak tersebut diasuh Media massa cetak dan elektronik sering sekali
dengan baik, bahkan melebihi kebaikan pengasuhan memberitakan berbagai kasus terkait dengan anak.
saat mereka hidup. Al-Maraghi menyayangkan, Ada dalam bentuk penganiayaan, pembunuhan,
karena dalam kenyataannya banyak sekali anak penelantaran, pelecehan seksual dan sebagainya.
yang berada dalam pengasuhan orang lain, tidak Berikut ini dikemukakan beberapa kasus.
mendapatkan perlakuan yang baik sebagaimana
telah diberikan tuntunannya oleh Alquran. Deskripsi Umum Kasus
Apabila orang tua anak telah meninggal dunia, 1. Pemukulan Anak Kandung Hingga Meninggal
dan anak itu diasuh oleh walinya atau orang lain, Seorang ayah di Makassar Sulawesi Selatan
sementara anak itu memiliki harta warisan, maka telah memukul anaknya secara berlebihan. Ayah
pengasuhnya boleh mengambil sebagian dari yang berstatus pengangguran itu pada suatu
harta anak itu untuk biaya pengasuhannya, dan kali tidur. Ketika mendengar anaknya berisik,
menyerahkan harta itu kelak kepada anak ketika maka ia bangun dan mengamuk. Anak tersebut
anak itu sudah dewasa. Dilarang keras pengasuhnya langsung dipukul dengan balok dan tepat mengenai
memakan harta anak itu secara zhalim (QS an-Nisa belakang kepala, hingga anak tersebut pingsan.
ayat 10). Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, anak
Diceritakan bahwa salah seorang sahabat tersebut meninggal dunia. Menurut pengakuan
Anshar bernama Aus ibn Shamit meninggal dunia, 3
Qamaruddin Saleh, Asbabun Nuzul (Bandung :
2
Ibid, Juz, 4, h.349. Diponegoro,1999) h. 122
Nurwahidah, Kejahatan terhadap Anak dan Solusinya menurut Hukum Islam 129

istrinya, suaminya itu menganggur dan tidak dapat tersangka utama pembunuhan Angeline. (TVOne,
memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga sang istri 25/6-5 Juli 2015).
dan anak yang baru berusia 12 tahun itu bekerja. Si 3. Penyiksaan Anak oleh Kedua Orangtua
anak bekerja sebagai penjaga parkir, tidak jauh dari Media massa di Banjarmasin juga pernah
rumah. Namun si ayah malu setelah tahu anaknya memberitakan perihal penganiayaan dan penyiksaan
mencari uang. Ia menganggap hal itu menodai terhadap anak. Salah satunya adalah yang dialami
harga dirinya. Maka ia pun memukul anak tersebut. oleh Muhammad Ilmi, bocah berusia 5 tahun yang
Kini ayah tersebut buron dan dalam pengejaran bersama orang tuanya tinggai di Desa Asam-asam
aparat kepolisian. Ia dapat dikenai ancaman pidana Kecamatan Jorong Pelaihari Tanah Laut. Ia sering
maksimal 15 tahun (Indosiar dan TV One, 7 Juli disiksa oleh ibu tirinya yang bernama Nori alias Inor
2015). (28 tahun) serta ayah kandungnya sendiri Syahriani.
2. Penganiayaan, Penelantaran dan Pembunuhan Anak tersebut sering dipukul, dianiaya dan
Contoh kasus yang paling heboh terkait hal ini dikerangkeng oleh ibu tiri dan ayah kandungnya.
adalah kematian Angeline, bocah berusia 9 tahun. Ibu kandungnya sendiri sudah meninggal dunia.
Angeline adalah anak Hamidah dan Rosidiq, yang Penyebabnya karena pelaku kesal terhadap kelakuan
kemudian dijadikan anak angkat oleh keluarga Muhammad Ilmi yang dianggap nakal dan
Margriet Christina Megawe, yang tinggal di jalan menjengkelkan. Atas laporan warga yang tidak tega
Sedap Malam Denpasar Bali. Angeline dijadikan melihat penderitaan yang dialami oleh Muhammad
anak angkat sejak berusia 3 hari, disebabkan Ilmi, Kepolisian Resort Pelaihari kemudian
Hamidah dan suaminya tidak sanggup menebus menangkap dan menahan kedua tersangka pelaku
biaya rumah sakit ketika melahirkan anak tersebut. (ibu tiri dan ayah korban). Kedua pelaku diancam
Selama dalam pengasuhan, Hamidah tidak boleh dengan pasal berlapis tentang penganiayaan dan
menjenguk anaknya tersebut dan rencananya hanya penelantaran, sebagaimana diatur dalam UU nomor
boleh dijenguk ketika sudah berusia 18 tahun. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU
Pe n g a s u h a n A n g e l i n e m e n g a n d u n g KDRT dan juga pasal 351 KUHP.
kontroversi. Ia tampak disayang oleh ibu angkatnya, Berdasarkan hasil penyelidikan oleh Badan
khususnya ketika suami Margriet seorang pengusaha Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
minyak asal Amerika masih hidup. Namun Kabupaten Tanah Laut, tindak kekerasan yang
belakangan Angeline tidak lagi diasuh sebagaimana dilakukan oleh kedua orang tua terhadap korban
mestinya. Menurut guru Angeline, anak tersebut sudah berlangsung selama dua tahun. Akibatnya
dalam kondisi tertekan, sakit, kurus dan badannya fisik Muhammad Ilmi mengalami luka dan lebam,
kotor karena tiap hari diwajibkan memberi makan pertumbuhan badannya tidak optimal, sering sakit,
ayam peliharaan Margriet dalam jumlah banyak. belum lagi psikisnya terganggu karena dihantui rasa
Setiap ditanya, Angeline ketakutan dan menutup takut dan tidak penggembira sebagaimana anak-
diri, tidak berani menceritakan nasib yang dialami anak kebanyakan seusianya. Anak tersebut juga
di rumahnya bersama ibu angkatnya. tidak disekolahkan di TK karena kedua orang tua
Sampai akhirnya Angeline dinyatakan hilang tidak mau memperhatikannya.
oleh ibu angkatnya (Margriet) dan kakak angkatnya Saat diasuh oleh kedua orangtuanya, M.
(YVonne). Mereka menebar informasi lewat jejaring Ilmi hanya ditempatkan di sebuah kamar kecil
sosial untuk meminta tolong kepada masyarakat menyerupai kandang, terbuat dari bambu yang
mencarikan Angeline yang hilang. Ternyata Angeline terletak berdampingan dengan WC. Tempat
bukannya hilang, melainkan dibunuh dan kuburnya tidurnya hanya tikar dan bantal. Ketua PKK
ditemukan justru di lingkungan rumah Margriet Tanah Laut Arry Suryandini yang merupakan istri
sendiri. Terkait kasus ini yang semula dijadikan Bupati Bambang Alamsyah mengaku sedih dan
sebagai terangka oleh Polda Bali adalah pembantu prihatin melihat perlakuan kedua orang tua M. Ilmi
rumah tangga yang bekerja di rumah keluarga tersebut, sehingga karena luasnya wilayah ada nasib
tersebut, yaitu Agustai Mandamai asal Kupang Nusa anak yang tidak terpantau (Kalimantan Post, 11 Juli
TenggaraTimur. Belakangan polisi juga menetapkan 2015).
Margriet sebagai tersangka, karena bukti kuat hasil 4. Penganiayaan Sehingga Anak lari dari Rumah
uji forensik dan lie detector (alat penguji kebohongan) Perlakuan jenis ini dapat diwakili oleh kasus
dan keterangan sejumlah saksi, maka Margrietlah penganiayaan seorang anak bernama GT oleh ibu
130 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 125-140

kandungnya sendiri bernama Leasa Sharon Rosa. punya pilihan. J merasa yakin dirinya sendiri masih
Kejadiannya di sebuah wilayah di Jakarta Selatan. sanggup melayani kebutuhan biologis U. Jadi tidak
Pada tubuh anak tersebut terdapat luka-luka lebam, mungkin U menjamah anak tirinya yang masih di
dan bekas sayatan. Anak tersebut kemudian lari bawah umur.
dan diselamatkan oleh para tetangga, selanjutnya Setelah tinggal bersama di rumah U inilah
ditangani oleh pihak Kementerian Sosial. Namun terjadi pemerkosaan kedua anak wanita tersebut
dalam kasus ini sang ibu membantah. Ia mengatakan oleh U. Mulanya yang diperkosa adalah yang paling
sebagai ibu kandung sayang pada anaknya, tidak tua, hal ini dimaafkan oleh J, lalu anak tersebut
mungkin melakukan penganiayaan. (TVOne, 8 Juli diungsikan ke keluarga lain, tanpa dilaporkan ke
2015). pihak yang berwajib. Ternyata hal itu tidak membuat
5. Pemukulan Anak Sekolah U jera, tidak lama kemudian giliran adiknya yang
Guru di sekolah juga sering memukul anak- diperkosa. Pemerkosaan dilakukan lebih dari satu
anak didiknya, karena mereka melakukan perbuatan kali, bahkan U sempat berkilah bahwa perkosaan
yang tidak baik atau dianggap melanggar suatu tata hanya dilakukan di masa-masa awal, selanjutnya
tertib sekolah. Sebuah pondok pesantren di Jawa mereka sudah saling mau. Ayah dan anak tiri itu
melakukan pemukulan dengan cara dicambuk. melakukannya saat ibu (J) tidak ada di rumah.
Anak-anak yang bersalah diikat pada satu tiang Untunglah kedua anak wanita itu tidak
dengan wajah tertutup. Setelah itu guru-guru yang hamil. Setelah mendapati kenyataan ini maka
bertugas secara bergantian memukul anak tersebut. dengan sangat terpaksa J mengadukan U ke polisi,
Pemukulan harus disaksikan oleh para santri lainnya selanjutnya U ditahan dan sempat dipenjara selama
agar mereka bisa mengambil pelajaran dan tidak 3 tahun. Antara U dengan J pun sempat berpisah,
melakukan kesalahan serupa (TVOne, 15-16 Maret namun setelah U keluar dari penjara mereka rujuk.
2015). Sekarang semua anak tersebut tidak ada lagi yang
Di sekolah-sekolah atau pesantren lain tinggal bersama mereka, mereka tinggal bersama
hukuman terhadap siswa/santri masih sering keluarga lain yang bersedia menampung.
terjadi. Ada yang ditempeleng, dijewer telinganya, Kasus pelecehan seksual terhadap anak juga
ditendang, dijemur di panas matahari, disuruh terjadi pada sebuah sekolah internasional di Jakarta.
berkeliling lapangan, membersihkan WC dan kamar Ini merupakan sekolah elit di mana pengasuh dan
mandi dan sebagainya. Di antara siswa/santri para pengajarnya umumnya orang asing, dan murid-
tersebut ada yang sampai sakit, ada orang tuanya muridnya adalah anak orang-orang kaya. Sejumlah
yang keberatan hingga melaporkan guru/sekolah anak di sekolah tersebut ternyata pernah mengalami
ke kepolisian dan sebagainya. pelecehan seksual, yaitu disodomi, yang diduga
6. Pelecehan Seksual dilakukan oleh guru dan pegawai sekolah. Setelah
Kasus pelecehan seksual terhadap anak kasusnya terbongkar sejumlah tersangka dikenakan
sering terjadi, baik yang dilakukan oleh keluarga hukuman dan sekolah tersebut direkomendasikan
dekat maupun orang lain. Yang dilakukan oleh untuk ditutup.
keluarga dekat dapat dicontohkan pada kasus 7. Penculikan dan Perdagangan Anak
U, yang memperkosa dua anak perempuan tiri Selain kasus-kasus di atas, ternyata penculikan
yang tinggal bersamanya. U yang berstatus duda anak untuk diperdagangkan juga biasa terjadi.
mengawini J yang juga janda. Saat membina rumah Diceritakan di salah satu tempat di Jawa Barat
tangga bersama U, J membawa serta tiga orang anak terjadi penculikan bayi dan bocah. Bayi yang ada
gadisnya, masing-masing berusia 9, 11 dan 13 tahun di rumah sakit, melalui teknik sedemikian rupa
ke rumah U. untuk mengelabui para petugas rumah sakit (bidan,
Ketiga anak tersebut ikut ibunya dan ayah perawat, dokter) dan lain-lain, berhasil diculik. Ada
tirinya, karena ayah kandungnya dan keluarga juga bocah-bocah yang sedang bermain, kemudian
ibunya enggan memelihara, dengan alasan ekonomi. diiming-imingi dengan hadiah tertentu, kemudian
U pun sebenarnya tidak begitu mampu secara diajak meninggalkan rumahnya, kemudian diculik
ekonomi, karena ia hanya berjualan di pasar-pasar (TVOne, 8 Juli 2015).
dan tinggal di rumah sewa yang kecil. Walaupun J Kasus penculikan bayi dan bocah ini
sudah diperingatkan oleh teman-temannya akan bukan untuk minta tebusan, melainkan untuk
risiko membawa anak perempuan, namun ia tidak diperjualbelikan. Hal ini dicurigai dilakukan oleh
Nurwahidah, Kejahatan terhadap Anak dan Solusinya menurut Hukum Islam 131

sindikat perdagangan bayi/anak, baik untuk dijual kemudian melaporkan kejadian itu kepada Umar,
keluar negeri atau keperluan lain. Dikhawatirkan lalu Umar berkata kepadanya: Sediakanlah di Maa
ke depannya anak-anak tersebut nantinya akan Qadid 120 ekor unta. Ketika Umar datang, beliau
dijadikan pelayan seksual di negara atau tempat mengambil 30 ekor unta hiqqah dan 30 ekor unta
tertentu. jadz’ah dan 40 ekor khilfah. Lalu Suraqah yang
Pendekatan Hukum merupakan saudara dari orang yang meninggal itu
Terhadap kasus-kasus pidana (jarimah/jinayah) diberikan oleh Umar unta-unta tersebut. Sedangkan
sebagaimana disebutkan di atas, meskipun terjadi untuk ayahnya yang membunuh tidak mendapatkan
dalam lingkungan keluarga, bila ditinjau dari apa-apa, karena orang yang membunuh dari orang
Hukum Pidana Islam, ada yang terkena hukuman yang akan mewariskan tidak memperoleh apa-apa.
qisas, hadd dan ta’zir. Jadi intinya pembunuh kehilangan hak waris dari
1. Pemukulan, penganiayaan hingga meninggal orang (yang akan mewariskan) yang dibunuhnya.
Hukum Pidana Islam mengatur perihal qisas Tetapi Imam Malik berpendapat lain, orang tua
untuk pembunuhan dan penganiayaan. Untuk (ayah atau ibu) tetap terkena hukuman qisas jika
pembunuhan, dapat dibagi tiga, yaitu pembunuhan pembunuhan yang dilakukannya bersifat sengaja,
sengaja (al-qatlu al-amdu), pembunuhan semi sengaja artinya ia secara lahiriyah menggunakan senjata atau
(al-qatlu syibhul amdi) dan pembunuhan karena alat atau benda-benda yang memang dapat melukai
kekhilafan atau tidak sengaja (al-khatlu al-khata).4 dan membahayakan jiwa seseorang. Bukan sekadar
Kita amati kasus yang terjadi di Sulawesi mau mendidik karena kasih sayangnya pada anak 6
Selatan, seorang ayah memukul anaknya dengan Sedangkan terhadap kasus Margriet di
balok kayu mengenai belakang kepala lalu anak Denpasar Bali, maka dapat dikenakan hukuman
itu tewas, maka dapat dipastikan hal itu dilakukan qisas karena dikategorikan sebagai pembunuhan
secara sengaja. Meskipun ayah tersebut sedang sengaja. Unsur kesengajaan ini terlihat dari fakta
emosi, ia tentu tahu bahwa balok kayu merupakan penelantaran Angeline sekian lama, dan sudah ada
benda berbahaya jika dipukulkan ke bagian fisik lubang kubur yang disiapkan. Tetapi ada pakar
yang vital. hukum yang menyatakan bahwa pembunuhan
Terkait hal ini Sayyid Sabiq5 mengatakan, jarimah atas Angeline tidak disengaja, Angeline hanya
pembunuhan yang menuntut diberlakukannya qisas dibenturkan ke tembok, lalu terkapar dan tewas.
disyaratkan bahwa pembunuh bukan orang tua dari Tetapi unsur kesengajaan di sini juga terlihat
si terbunuh. Artinya orang tua tidak diqisas dengan sangat kuat, sebab tembok (semen/beton) adalah
sebab membunuh anak kandungnya, cucunya dan benda keras, dan fisik Angeline yang masih anak-
seterusnya sekalipun disengaja. Hal ini berdasar anak sudah lemah, jadi risiko bahaya kematian
kepada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibn seharusnya sudah diketahui oleh pelaku. Jangankan
Umar bahwasanya Nabi SAW., bersabda: la yuqtalu anak-anak, orang dewasa pun jika dibenturkan ke
al-walidu bi al-waladi (ayah tidak diqisas karena tembok bisa menyebabkan kematian.
membunuh anaknya). Hadits ini diriwayatkan oleh Apakah pelakunya Margriet sendiri, atau
Imam al-Turmudzi dan menurut Ibn Abdil Barr bersama Agustai atau lainnya, maka pelakunya dapat
hadits ini diamalkan oleh penduduk Madinah dan dikenakan hukuman qisash tersebut, tergantung
diketahui secara luas oleh para ahli ilmu di Hijaz perannya. Bagi pelaku utama ia terancam qisas
dan Irak. Berbeda jika si anak yang membunuh pembunuhan sengaja, sedangkan bagi pelaku lain
orangtuanya, maka wajib qisas atas anak tersebut. dapat dimasukkan dalam pelaku penyerta.
Diriwayatkan oleh Yahya bin Said, dari Amr Berkaitan dengan hal ini Hukum Pidana
bin Syuaib, bahwa ada seorang laki-laki dari Islam yang dirumuskan oleh para fuqaha membagi
Bani Mudlij bernama Qatadah. Ia melemparkan perbuatan turut berbuat pidana dalam dua kategori.
pedang kepada salah seorang anaknya, dan ternyata Pertama, orang yang turut berbuat secara langsung
mengenai kaki, lalu terjadi pendarahan yang hebat, dalam melakukan tindak pidana (syarik mubasyir),
kemudian anak tersebut tewas. Suraqah bin Jusy’um dan perbuatannya disebut isytiraq mubasyir. Kedua,
4
orang yang tidak turut berbuat secara langsung
Ahmad Hanafi , Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta,
dalam melakukan tindak pidana (syarik mutasyabbib),
Bulan Bintang, 1990) h.8.
5
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Juz 10, alih bahasa M. Thalib 6
Ibid, h. 50.
(Bandung: Al. Ma.arif, 1987), h. 49.
132 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 125-140

dan perbuatannya disebut isytirak bil-tasabbubi atau atau hukuman”8 Pendidikan yang disampaikan
isytirak ghairu mubasyir. dengan cara lemah lembut tanpa didasarkan atas
Terhadap kedua jenis perbuatan tersebut, paksaan atau kekerasan akan lebih baik dari pada
ulama Hanafi hanya mengenakan hukuman kepada pendidikan yang disampaikan dengan cara yang
syarik mubasyir, sedangkan syarik ghairu mubaysir tidak keras karena hal ini akan berpengaruh besar kepada
disinggung-singgung. Namun bagi fuqaha lain di kejiwaan anak. Pendidikan yang disampaikan
luar Mazhab Hanafi, untuk kasus pembunuhan dengan cara yang keras membuat anak takut dan
dan penganiayaan, baik pelaku langsung maupun tegang dalam proses belajar mengajar, sehingga
tidak langsung keduanya terkena hukuman. tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar
Alasannya, dalam tindak pindana pembunuhan dan mengajar tidak bisa tercapai dengan baik.
penganiayaan dapat dilakukan secara langsung dan Dalam pendidikan di sekolah, sikap keras
tidak langsung. Kalau perbuatan tidak langsung kadang juga diperlukan pada anak agar supaya bisa
terlepas dari ancaman hukuman, maka akan banyak berdisiplin, karena sikap yang lemah lembut atau
terjadi tindak pidana tidak langsung tersebut, dan nasehat saja kadang tidak mampu membuat anak
hal ini sangat berbahaya, sebab orang akan makin menjadi baik atau jera untuk melakukan kesalahan
berani menggunakan orang lain dalam melakukan maupun pelanggaran. Oleh karena itu penerapan
kejahatannya. Karena itu orang yang menyuruh, sanksi atau hukuman adalah salah satu jalan dalam
menghasut, membayar (upah), juga termasuk ke upaya pembentukan dan perbaikan disiplin siswa
dalam pelaku jarimah. Namun kepada mereka ini di sekolah. Hukuman dan sanksi yang diterapkan
hukumannya tidak sama dengan pelaku utama, bertujuan agar anak yang melanggar peraturan
melainkan hanya hukuman ta’zir. 7 sekolah bisa berdisiplin dan tidak lagi mengulangi
Untuk kasus Margriet, kalau benar dia perbuatannya. Tanpa adanya sanksi atau hukuman
pelaku utamanya, maka dalam pandangan Hukum membuat siswa tidak ada rasa takut untuk
Pidana Islam, ia dapat dikenakan hukuman qisas melanggar peraturan dan akan terus mengulangi
pembunuhan. Tidak ada keraguan di sini, sebab lagi perbuatannya.
Margriet merupakan ibu angkat dari Angeline, Dalam pembelajaran di sekolah harus ada
bukan ibu kandungnya. Agustai, yang dikabarkan unsur yang saling berkaitan dan menunjang antara
ikut menguburkan anak tersebut, juga dapat yang satu dengan yang lainnya sehingga tujuan
dikenakan sebagai pelaku penyerta sesuai dengan akhir dari pendidikan dapat berjalan dengan baik.
tingkat perannya dalam pembunuhan tersebut. Salah satu unsur yang terkait dan cukup menunjang
2. Pemukulan dan Penganiayaan adalah kebijakan sekolah yang berkenaan dengan
Hukum Islam membolehkan orangtua tata tertib sekolah khususnya penerapan sanksi
memukul anaknya, tetapi tujuannya untuk atau hukuman dalam meningkatkan disiplin belajar
mendidik, bukan untuk menganiaya dan menyakiti siswa di sekolah.
yang membahayakan fisik dan psikis anak. Hukuman dalam pendidikan Islam adalah
Dalam pelaksanaan pendidikan baik di sekolah salah satu cara dalam membentuk dan memperbaiki
maupun di luar sekolah (keluarga dan masyarakat), disiplin, akan tetapi hal ini bukanlah jalan yang
apabila disampaikan dengan cara yang lemah utama. Dalam penerapan disiplin terlebih dahulu
lembut, menyentuh perasaan sering memperoleh ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, sebelum
keberhasilan, tetapi apabila dalam cara mendidik hukuman itu dilaksanakan. Tahapan-tahapan yang
disampaikan dengan keras atau terlalu lembut harus dilalui itu adalah apabila teladan dan nasehat
maka akan membuat jiwa tidak stabil. Karena jiwa tidak mampu lagi maka waktu itu harus dilakukan
tidak bedanya dengan anggota tubuh yang apabila tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di
dimanjakan dengan sifat lemah jika akan diberikan tempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah sanksi
pekerjaan yang kasar dan keras tentu tidak akan atau hukuman yang harus memiliki nilai edukatif.
tahan untuk melaksanakannya, begitu juga dengan Sanksi atau hukuman tidak perlu diterapkan bagi
jiwa. Oleh karena itu “dalam mendidik anak perlu anak yang masih mau mendengarkan nasihat
juga sedikit disampaikan dengan menggunakan cara dan teladan gurunya, karena pendidikan dengan
yang sifatnya keras yaitu berupa pemberian sanksi
8
Sulaiman Harun, Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Cipta
7
Karya, 2001), h. 343.
Ahmad Hanafi, op.cit., h. 138.
Nurwahidah, Kejahatan terhadap Anak dan Solusinya menurut Hukum Islam 133

menggunakan sanksi kadang membawa dampak dan bimbingan 11


psikologis yang buruk bagi anak. Emile Durkheim kurang setuju dengan
Hukuman dalam keluarga dibolehkan diterapkannya sanksi dalam meningkatkan disiplin
sepanjang untuk mendidik, sebagaimana disebutkan siswa, ini tergambar dari pendapatnya tentang
dalam sebuah hadits yang berbunyi: disiplin dan hukum sekolah. “Hukum tidak
memberikan wewenang kepada disiplin, tetapi
‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬ ‫ﷲ‬ ‫ل‬ُ ‫ﻮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ر‬ ‫ﺎل‬
َ ‫ﻗ‬ : ‫ﺎل‬َ ‫ﻗ‬ ِ
‫ﻩ‬ ِ
‫ﺪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ِ
‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ِ
‫ﺑ‬ َ
‫أ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺐ‬ٍ ‫ﻴ‬ ‫ﻌ‬‫ﺷ‬ ِ
‫ﻦ‬ ‫وﺑ‬ ِ
‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬
َ ْ ُ َ ِ َِ َ ِ ّ َ ْ َ ِ ْ ْ َ َْ ُ ْ ْ َ ْ َ mencegah disiplin kehilangan wewenangnya.
‫اﺿ ِﺮﺑـُْﻮُﻫ ْﻢ َﻋﻠَﻴـَْﻬﺎ َوُﻫ ْﻢ‬
ْ ‫ َو‬،‫ﲔ‬ َ ْ ‫ﺼﻼة َوُﻫ ْﻢ أَﺑـْﻨَﺎء َﺳْﺒ َﻊ ﺳﻨ‬ ‫ ُﻣﱡﺮْوا أ َْوﻻَ َد ُﻛ ْﻢ ِ`ﻟ ﱠ‬: ‫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬Perlakuan keras dibenarkan hanya sejauh hal itu
ِ ِِ
(‫ )رواﻩ اﺑﻮداود‬.‫ﻀﺎﺟ ِﻊ‬ َ ‫ َوﻓَِّﺮﻗـُْﻮا ﺑـَﻴـْﻨـَُﻬ ْﻢ ِﰱ اَْﳌ‬،‫ أَﺑـْﻨَﺎءَ َﻋ ْﺸ ِﺮ ﺳﻨ َْﲔ‬diperlukan dan membuat celaan terhadap tindakan
9 10

yang dilakukan menjadi benar-benar jelas”12 dan


Artinya: Dari Amru bin Syuaib dari ayahnya dari
kakeknya berkata: Bersabda Rasulullah saw:
bahwa tindakan yang diberikan kepada siswa untuk
Suruhlah anak-anakmu shalat ketika mereka menghentikan pelanggaran adalah memberikan
berusia tujuh tahun, dan pukullah (jika tidak sanksi atau hukuman 13
mau shalat) ketika mereka berusia 10 tahun, Adapun sanksi terbagi dua, yaitu preventif dan
dan pisahkan tidur antara anak laki-laki dengan represif. Sanksi preventif diberikan dengan maksud
perempuan. agar tidak atau jangan sampai terjadi pelanggaran,
Penerapan sanksi untuk meningkatkan disiplin maksudnya untuk mencegah jangan sampai terjadi
siswa di sekolah walaupun masih dalam keadaan pro pelanggaran. Sanksi represif, diberikan oleh karena
dan kontra akan tetapi pada kenyataannya masih adanya pelanggaran, kesalahan atau dosa yang telah
banyak lembaga pendidikan sekarang yang masih diperbuat oleh anak.14
menerapkannya, khususnya di Pondok Pesantren, Hukuman dengan cara pemukulan, pelukaan
tetapi di sekolah-sekolah umum sudah jarang dan penganiayaan anak, baik oleh orang tuanya
ditemukan. maupun gurunya, jika sampai berakibat fatal pada
Penerapan sanksi secara psikologis akan lebih anak, maka hal tersebut dapat dikenakan sanksi
efektif dari pada sanksi fisik karena sanksi secara hukum. Menurut Hukum Islam ia terkena qisas,
psikologis tidak menyakiti anak dan akan membuat sesuai dengan penganiayaan dan kesakitan atau
anak menjadi sadar sendiri bahwa perbuatan yang kecacatan yang dirasakan oleh anak. Berlakunya
dilakukannya itu adalah salah. Pengaruh sanksi qisas ini mengacu kepada QS al-Baqarah ayat
fisik lebih banyak bersifat negatif dari positifnya, 194: ”Dan barangsiapa yang menyerang kamu,
misalnya anak akan menjadi benci dengan guru maka seranglah seimbang dengan serangannya
yang menjatuhkan sanksi, sakit hati, dendam dan kepadamu”, juga dalam QS al-Syura ayat 40:
sebagainya. Sanksi fisik juga lebih bersifat memaksa ”Dan balaslah suatu kejahatan dengan kejahatan
atau lebih bersifat otoriter bukan didasarkan atas yang serupa”. Jadi jika seseorang mendapatkan
kesadaran sendiri, sehingga memungkinkan anak tempelengan, tendangan, pukulan dan pelukaan
untuk mengulangi lagi pelanggaran di lain waktu. atau cacian dari seseorang, maka hal serupa atau
Penerapan sanksi dalam proses pendidikan setimpal juga dapat dilakukan terhadap pelaku.
terdapat pro dan kontra. Mengacu kepada hadits di Hakikat qisas adalah merealisasikan keadilan, dan
atas, Muhammad Athiyah al-Abrasyi membolehkan demi keadilan itulah sehingga hukuman qisas
orangtua menghukum anaknya dengan syarat: diberlakukan.15 Namun karena berlakunya hukuman
(a) Sebelum anak berusia 10 tahun tidak boleh qisas di sini menuntut adanya kesederajatan antara
dihukum; (b) Kalau terpaksa menghukum
anak maka alat pemukulnya tidak boleh yang 11 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa
membahayakan fisik anak, cukup hanya lidi kecil; (c) Falsafatuhu, Alih bahasa Bustami Abdulghani dan Djohar
Tidak boleh memukul anak pada bagian fisik anak Bahry dengan judul Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,
(Jakarta:Bulan Bintang, 1980), h. 155.
yang berbahaya seperti perut, dada, muka, kepala, 12 Emilie Durkheim, L ‘Education Morale, diterjemahkan
kemaluan, dan lain-lain; (d) Sebelum memukul oleh Lukas Ginting dengan judui Pendidikan Moral
anak harus didahulukan jalan lain berupa nasihat (Jakarta: Erlangga, 2000) h. 14.
13
Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991) h. 123 .
14
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis
10
Al-Imam Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’Ats al-Sijistani, (Bandung: Remaja Posdakarya, 2001) h. 189.
Sunan Abi Daud, Jilid 2, (Surabaya, Maktabah Dahlan 15
Sayyid Sabiq, op.cit., h. 76-77.
Indonesia,tth) h. 133.
134 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 125-140

pelaku dengan korban, maka untuk pelaku yang ketertiban dan pelanggaran terhadap undang-
tidak sederajat, misalnya antara orang-tua dengan undang yang berlaku. Termasuk kategori hirabah
anak, guru dengan murid, maka hukuman qisas adalah gerombolan pembunuh, sindikat penculik
menjadi mustahil diterapkan. Oleh karenanya jenis anak-anak dan penjual perempuan, penggarong
hukumannya dapat diturunkan menjadi diyat atau rumah, toko dan bank, penculikan pejabat untuk
ta’zir, di mana hakim dapat menjatuhkan hukuman dibunuh, penyebar fitnah agar terjadi kekacauan
tertentu untuk pelaku, karena perbuatan yang dan sebagainya.17
dilakukannya sangat membahayakan fisik dan jiwa Hirabah tergolong kejahatan dan dosa besar,
anak/murid. dan terhadap pelaku hirabah begini dikenakan
3. Pemerkosaan dan Pelecehan Seksual hukuman berat, sebagaimana disebutkan QS al-
Bagi pelaku pemerkosaan maka kepadanya Maidah ayat 33. Pelaku dikenakan hadd hirabah,
dapat dikenakan hadd zina, namun hukumannya yaitu dibunuh, disalib, dipotong tangan dan kakinya
hanya kepada pelaku, sedangkan korban tidak atau dibuang dari negeri tempat tinggalnya. Namun
dikenakan. Berbeda dengan perzinaan yang untuk bisa dikenakan hukuman, harus dipenuhi
dilakukan atas dasar suka sama suka sehingga empat syarat, yaitu pelaku hirabah orang yang sudah
yang terkena hukuman adalah keduanya, pria dan mukallaf (dewasa, normal), membawa senjata,
wanitanya. Untuk pelaku yang bernama U yang praktik hirabah dilakukan jauh dari keramaian dan
sudah pernah kawin dalam pernikahan yang sah, secara terang-terangan.
maka ia tergolong pezina muhshan dan hukumannya Majelis Ulama Indonesia melalui Ketua
dirajam sampai mati atau hukuman lain yang diatur Bidang Fatwa MUI Pusat Prof Hasanuddin
dalam Fikih. mengatakan, begal dan penculikan termasuk hirabah
Untuk pelecehan seksual dalam bentuk dalam hukum Islam, pelakunya dapat dikenakan
sodomi, maka pelaku juga dapat dikenakan hadd hirabah. Namun untuk Indonesia yang tidak
hukuman, sedangkan anak-anak sebagai korban memberlakukan Hukum Islam, Hasanuddin
tidak terkena hukuman. Para ulama Fikih berbeda menyarankan diberlakukan hukum potong
pendapat mengenai hukuman terhadap pelaku tangan saja, supaya pelaku jera dan masyarakat
sodomi, yaitu: menjadi aman dan nyaman. MUI menyerahkan
a. Bahwa pelakunya harus dibunuh secara penanganan pelaku kepada penegak hukum dan
mutlak; minta masyarakat tidak melakukan aksi eigen reghting
b. Bahwa pelakunya harus dikenakan hadd atau main hakim sendiri, karena ada pelaku yang
sebagaimana hadd zina, jika masih perjaka dibunuh dan dibakar hidup-hidup sehingga tewas
maka didera dan jika muhshan maka dirajam di tempat (Banjarmasin Post, 3 Maret 2015).
sampai mati; Kasus-kasus lainya juga bertentangan dengan
c. Pelakunya harus diberi sanksi di luar hadd hukum, sebab mengandung unsur kekerasan.
zina, sebab homoseks berbeda dengan zina Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap
antara pria dengan wanita16 Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/
4. Penculikan dan Perdagangan Anak atau penelantaran, termasuk ancaman untuk
Penculikan dan perdagangan anak, yang diduga melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
dilakukan oleh suatu sindikat yang terorganisasi, kemerdekaan secara melawan hukum
menurut Hukum Pidana Islam dapat dikategorikan
dengan hirabah, meskipun dilakukan secara
Penguatan Hadhanah
sembunyi-sembunyi, tidak terang-terangan, ini sama
Terjadinya berbagai kejahatan yang dilakukan
dengan perampokan, pembegalan dan sejenisnya.
oleh orang tua terhadap anak, atau oleh guru kepada
Menurut istilah hukum Islam, hirabah adalah
murid, di antara penyebabnya karena kurangnya
keluarnya gerombolan bersenjata di daerah
penghayatan terhadap hakikat hadhanah dan
Islam untuk melakukan kekacauan, penumpahan
pendidikan pada anak.
darah, perampasan harta, merusak tanaman,
Secara bahasa hadhanah atau hidhanah berarti
peternakan, penodaan agama, kehormatan, akhlak,
pengasuhan, pemeliharaan bayi atau anak. Menurut
16
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Juz 9, alih bahasa M. Thalib pengertian syara’ hadhanah ialah pemeliharaan anak
17
(Bandung: Al-Ma’arif, 1987), h. 134-136. Ibid, h. 175.
Nurwahidah, Kejahatan terhadap Anak dan Solusinya menurut Hukum Islam 135

yang belum mampu berdiri sendiri mengurus seterusnya ke atas. Kalau dia berhalangan maka
dirinya, pendidikannya serta pemeliharaannya dari beralih kepada: Ibunya ayah (nenek), kalau dia
segala sesuatu yang dapat membahayakan atau berhalangan jatuh kepada: Saudara perempuan
membinasakannya18 yang sekandung dengan anak itu. Kemudian
Menurut Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz berturut-turut: Saudara perempuan seibu; Saudara
al-Malibary, hadhanah adalah mendidik anak yang perempuan seayah; Anak perempuan dari saudara
belum bisa mengatur dirinya sendiri. Anak yang perempuan sekandung; Anak perempuan dari
mumayyiz lebih utama diasuh oleh ibu yang tidak saudara perempuan seayah; Saudara perempuan
bersuamikan orang lain. Anak mumayyiz yang ayah ibu yang seibu dengannya; Saudara perempuan
ibunya bercerai, hadhanah berada di tangan ayah ibu yang seayah dengannya; Anak perempuan dari
atau ibu yang dipilihnya.19 Ibrahim Muhammad saudara perempuan seayah; Anak perempuan dari
al-Jamal mengatakan, hadhanah ialah hak untuk saudara laki-laki sekandung; Anak perempuan
memelihara anak kecil, baik laki-laki maupun dari saudara laki-laki seibu; Anak perempuan dari
perempuan, atau yang kurang sehat akalnya, tidak saudara laki-laki seayah; Saudara perempuan ayah
termasuk di dalamnya pemeliharaan anak yang telah yang sekadung dengannya; Bibinya ibu dari pihak
dewasa. Hadhanah ini merupakan hak yang patut ibunya; Bibinya ayah dari pihak ibunya; Bibinya ibu
diterima oleh anak kecil, karena dia memang masih dari pihak ayahnya; Bibinya ayah dari pihak ayahnya.
memerlukan orang yang sanggup memelihara, Urutan nomor 16-19 ini dengan mengutamakan
membimbing dan mendidiknya dengan baik20 yang sekandung pada masing-masingnya.
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa Kalau anak itu tidak mempunyai kerabat
hadhanah adalah pengasuhan anak, yang termasuk perempuan dari kalangan mahram tersebut, atau ada
di dalamnya mengasuh, menafkahi, memelihara, tetapi tidak dapat mengasuhnya, maka pemeliharaan
mendidik dan membimbingnya. Kewajiban anak itu beralih kepada kerabat laki-laki yang
hadhanah ini berlaku bagi suami istri atau ayah masih ada muhrimnya atau ashabah sesuai dengan
dan ibu dari si anak. Bagi seorang ayah, hadhanah urutan masing-masing dalam persoalan waris. Yang
yang sangat diutamakan adalah disegi pemberian pertama anak itu beralih kepada:
nafkah. Sedangkan bagi seorang ibu, hadhanah Ayahnya sendiri, selanjutnya kepada: Ayahnya
adalah pengasuhan atau pemeliharaan anak disegi ayah (kakek) dan seterusnya ke atas, kemudian:
penyusuan, penyapihan, pemberian kasih sayang Saudara laki-laki sekandung; Saudara laki-laki seayah;
dan sebagainya. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung;
Ibrahim Muhammad al-Jamal mengatakan, Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah; Paman
dalam hal hadhanah ini ibulah satu-satunya yang sekandung dengan ayah; Paman yang seayah
manusia yang paling sanggup dalam memelihara dengan ayah; Paman ayah yang sekandung dengan
dan membentuk kepribadian anak itu hingga ia ayahnya; Pamannya ayah yang seayah dengan
dewasa. Oleh karena itu ibulah yang secara hukum ayahnya. Kalau ashabah dari muhrim laki-laki
punya kewajiban memelihara putra-putrinya, baik tidak ada, atau ada tetapi tidak bisa mengasuhnya,
laki-laki maupun perempuan, karena ayah tidak maka hadhanah beralih kepada muhrim-muhrim
akan sanggup melakukan hal ini21 laki-laki selain ashabah yaitu: Ayahnya ibu (kakek))
Apabila ibu sebagai orang yang paling berhak atau berturut-turut: Saudara laki-laki seibu; Paman
melakukan hadhanah berhalangan, maka ada urutan yang seibu dengan ayah; Paman yang seibu dengan
orang-orang tertentu yang berhak mengasuh anak. ibu; Paman yang sekandung dengan ibu, paman
Lengkapnya urutan hadhanah ini sebagai berikut: yang seayah dengan ibu22 Urutan-urutan di atas
Ibunya sendiri, kalau dia berhalangan, tidak dijalankan dalam hal pengasuhan anak pada
hadhanah jatuh kepada: Ibunya ibu (nenek) dan kasus-kasus di atas. Ayah tidak secara langsung
18
Muhammad Ismail al-Kahlani al-Shan’ani, Subul al-Salam, berhak mengasuh anak apabila ibunya tidak ada atau
Jilid II, (Beirut:Dar al-Fikr, 1412 H), h. 50 berhalangan. Pengasuh anak yang ditekankan adalah
19
Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary, Fathul di pihak keluarga ibunya. Adapun kedudukan ayah
Mu’in, Jilid 3, alih bahasa Aliy As’ad, (kudus, Menara, yang utama bukan pada pengasuhan, melainkan
1983), h. 246
20
sebagai pemberi nafkah, sebab pada umumnya
Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqh Wanita, alih bahasa
Anshari Umar, (Semarang, asy-Syifa, 1989), h. 450 ayahlah yang bekerja dan berpenghasilan yang dari
21 22
Ibid Ibid, h. 457.
136 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 125-140

situ ia dapat menafkahi anak dan istrinya. Menurut Malik menyatakan, ibunya berhak mengasuh anak
al Kahlani, nafkah itu jamak dari kata nafaqah, dan itu hanya sampai ompong (tanggal gigi mukanya).
maksudnya adalah segala sesuatu yang diberikan Hal ini berlaku bagi anak laki-laki. Sedangkan bagi
dan dikorbankan oleh manusia yang dia butuhkan anak perempuan menurut Syafii disuruh memilih.
sendiri dan yang dibutuhkan orang lain, berupa Menurut Abu Hanifah ibu lebih berhak mengasuh
makanan, minuman dan selain keduanya 23 sampai anak itu kawin. Sedangkan menurut mazhab
Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Hanbali ayah lebih berhak mengasuhnya tanpa
pasal 80 ayat (4) diperinci nafkah yang menjadi disuruh memilih.dan ibu hanya berhak mengasuh
kewajiban suami terhadap anak istrinya, yaitu sampai anak itu berusia 9 tahun.
meliput: Nafkah, kiswah (pakaian) dan tempat Menurut Ibn al-Qayyim al-Jauzi, yang berhak
kediaman bagi istri; Biaya rumah tangga, biaya mengasuh bukan ayah ibunya, tetapi melihat
perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan kepada perhatian dan tanggung jawabnya pada
anak; dan biaya pendidikan bagi anak. Jadi nafkah anak. Apabila ibu lebih cermat dalam mengasuh
itu dalam arti luas tidak hanya makanan, pakaian anak, lebih sayang dibanding ayahnya, maka ibu
dan tempat tinggal, tetapi juga biaya pengobatan, lebih berhak tanpa disuruh memilih, karena anak
pendidikan dan bahkan pembantu rumah tangga itu masih lemah akal dan otaknya. Apabila anak
yang diperlukan dalam suatu keluarga, dengan mengajukan pilihan maka pilihannya itu tidak usah
melihat kepada kemampuan suami. diperhatikan. Ia harus diasuh oleh orang yang lebih
Kewajiban ini juga diatur dalam pasal 41 bermanfaat dan bertanggung jawab secara syariat.
butir b dan c Undang-Undang Nomor 1 tahun Apabila ibu lebih memperhatikan pendidikan anak,
1974 tentang Perkawinan; Putusnya perkawinan sedangkan ayah mengabaikannya, maka ibulah
karena perceraian bapak yang bertanggung jawab yang lebih berhak mengasuh anak. Sebaliknya
atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan jika pendidikan agama anak lebih terjamin,
yang diperlukan anak. Bilamana bapak dalam sedangkan ditangan ibunya terabaikan, maka
kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban ayahlah yang berhak mengasuhnya25. Sebab Allah
tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu Swt. memerintahkan kepada ayah bertanggung
ikut memikul biaya tersebut. jawab atas keluarganya (QS al-Tahrim ayat 6).
Di dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 156 Intinya setelah pereraian bapak dan ibu
dinyatakan “semua biaya hadhanah dan nafkah anak tetap bertanggung jawab pada anak, bapak dan
menjadi tanggungan ayah menurut kemampuannya, ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik
sekurang-kurangnya sampai anak itu dewasa dan anak-anak mereka semata-mata untuk kepentingan
dapat mengurus diri sendiri (21 tahun). Untuk bisa anak. Apabila ada perselisihan tentang penguasaan
mengemban tugas hadhanah disyaratkan: Baligh anak,maka pengadilan memberikan keputusannya.
dan berakal; Mampu mendidik anak; Terpercaya Bapak bertanggung jawab atas semua biaya
dan berbudi luhur; Islam, orang kafir tidak boleh pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak
melaksanakan tugas hadhanah anak muslim; Tidak itu. Apabila bapak dalam kenyataan tidak dapat
bersuami (belum menikah lagi).24 memenuhi kewajiban tersebut, ibu ikut memikul
Umar dan Ali pernah memutuskan perkara biaya tersebut.26 Jika terpaksa terjadi adopsi, harus
dengan keputusan bahwa setelah perceraian ibu dilakukan adopsi secara benar, yaitu mengambil
lebih berhak mengasuh anak, demikian pula dengan anak orang lain untuk diasuh dan dididik dengan
Qadhi Syuraih. Pendapat ini adalah pendapat penuh perhatian dan kasih sayang, dan diperlakukan
mazhab Syafi’i dan Hanbali. Tetapi Abu Hanifah oleh orangtua angkatnya seperti anak kandung
berpendapat, ayah lebih berhak mengasuh anaknya. sendiri, tanpa memberi status anak kandung
Memberi kesempatan memilih kepada anak kepadanya27
tidak sah, karena anak tidak dapat menyatakan
kehendaknya dan menyatakan tujuannya. Mungkin 25
Muhammmad Ali al-Maliky, Etika Dalam Rumah Tangga
ia hanya mencari kesenangan, teman bermain, Islam, alih bahasaHalimuddin, (Surabaya, Bungkul Indah,
dengan mengabaikan pendidikannya. Hal ini akan tth.), h. 153.
26
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia
merusak diri anak itu ketika telah dewasa. Imam
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), h. 116.
23 27
Muhamamad Ismail al-Kahlani al-Shan’ani, op.cit., h. 218. Mahmud Syaltout, al-Fatawa, (Masir, Dar al-Qalam, tth.),
24
Ibrahim Muhammad al-Jamal, op.cit., h. 457. h. 321-322.
Nurwahidah, Kejahatan terhadap Anak dan Solusinya menurut Hukum Islam 137

Melihat kasus-kasus yang terjadi, tampak sah ialah anak yang lahir dari perkawinan
perlakuan terhadap anak tidak sejalan dengan (pernikahan) yang sah pula;
aturan hadhanah dalam Hukum Islam. Pada kasus 2. Mengangkat anak (adopsi) dengan pengertian
penganiayaan dan penelantaran anak di Pelaihari, anak tersebut putus hubungan keturunan
seharusnya ibu kandungnya yang memelihara atau nasab dengan ayah dan ibu kandungnya
neneknya atau keluarga ibunya. Sebab ternyata (tabanni) bertentangan dengan syariat Islam.
ibu tirinya justru menganiaya dan menelantarkan, 3. Pengangkatan anak dengan tidak mengubah
begitu juga ayah kandungnya ikut-ikutan menyiksa status nasab dan agamanya, dilakukan
anaknya. atas rasa tanggung jawab sosial untuk
Pengangkatan anak (adopsi) Angeline juga memelihara, mengasuh dan mendidik
tidak sesuai dengan Hukum Islam, sebab Angeline mereka dengan penuh kasih sayang seperti
berasal dari keluarga muslim dari Banyuwangi, anak sendiri, adalah perbuatan terpuji dan
yaitu Hamidah (ibu) dan Rosidik (ayah), sedangkan termasuk amal saleh yang dianjurkan Islam29
keluarga Margriet yang mengasuhnya adalah
keluarga Nasrani. Hal ini juga tidak sejalan dengan Orangtua, keluarganya dan juga pemerintah
UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan harus berupaya mencegah agar tidak terjadi anak
Anak, pasal 39 tentang pengangkatan anak yang muslim diangkat anak oleh nonmuslim, sebab
menyatakan: dikhawatirkan agamanya akan ikut berubah
1. Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan menjadi seagama dengan orangtua angkatnya,
untuk kepentingan yang terbaik bagi anak sebab faktor asuhan dan didikan sangat dominan
dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan dalam mengubah dan mewarnai religiusitas
setempat dam ketentuan perundang- seseorang. Kasus Angeline, yang disyaratkan tidak
undangan yang berlaku; boleh ditemui ibunya hingga usia 18 tahun, sangat
mungkin Angeline sekiranya tidak terbunuh, juga
2. Pengangkatan anak sebagaimana dimaksud akan beragama seperti agama ibu angkatnya.
dalam ayat (1) tidak memutuskan hubungan Tetapi sebagai penduduk yang pluralitas di
darah antara anak yang diangkat dengan bidang agama, bisa saja terjadi keluarga anak dari
orangtua kandungnya; keluarga nonmuslim bersedia diangkat anak oleh
3. Calon orang tua angkat harus seagama keluarga muslim, atau sebaliknya disertai kesediaan
dengan agama yang dianut oleh anak angkat; untuk pindah agama (konversi) menjadi muslim.
4. Pengangkatan anak oleh warganegara asing Ada kasus pasangan muslim yang sudah dikaruniai
hanya dapat dilakukan sebagai upaya tiga orang anak mengajukan permohonan
terakhir; pengangkatan anak yang berasal dari keluarga
5. Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, nonmuslim, karena kedua orangtua anak yang
maka agama anak disesuaikan dengan agama akan diangkat itu tidak keberatan anaknya menjadi
mayoritas penduduk setempat28 muslim 30. Hal begini tidak menjadi masalah, tetapi
Penegasan orang tua anak harus seagama kalau anak muslim diangkat anak oleh keluarga
dengan agama anak sangat penting, karena bagi nonmuslim seperti kasus Angeline, maka di segi
anak muslim akan menjamin masa depan agamanya agama saja sudah menjadi masalah.
yaitu kemuslimannya. Orangtua anak angkat pasti
menguasai anak angkat bersangkutan, sedangkan Penutup
Islam tidak mengehendaki orang Islam dikuasai Adanya sejumlah anak yang menjadi korban
oleh nonmuslim. “Dan Allah tidak akan sekali-kali kejahatan berupa kekerasan, baik oleh orangtuanya
memberikan jalan kepada orang-orang kafir menguasai maupun orang lain, menuntut perlunya pengasuhan
orang-orang mukmin” (QS an-Nisa ayat 141). dan perlindungan secara bertanggung jawab. Selain
Berkenaan deng an masalah ini MUI penegakan hukum, prinsip hadhanah sebagaimana
mengeluarkan fatwa sebagai berikut: tuntunan Islam perlu dilaksanakan, keluarga menjadi
1. Islam mengakui kuturunan (nasab) yang 29
Majelis Ulama Indonesia(MUI), Himpunan Fatwa MUI,
28
Departemen Komunikasi dan Informatika, Penghapusan (Jakarta: Departeman Agama RI, 2003), h. 178.
30
Eksploitasi Seksual Komersial Anak (Jakarta: Badan Karsayuda,Pengangkatan Anak dari Keluarga Nonmuslim di
Informasi Publik, 2005), h. 88. Pengadilan Agama, Bahan Perkuliahan, 2006, h.1
138 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 125-140

pihak yang paling utama untuk bertanggung jawab. al-Maliki, Muhammad Ali, Etika dalam Rumah
Pemerintah perlu lebih banyak lagi Tangga Islam, Alih bahasa Halimuddin,
menyediakan lembaga yang bergerak di bidang (Surabaya: Bungkul Indah, tth).
perlindungan anak, dan hal ini sudah dilakukan, Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir al-Maraghi,
tinggal gerakannya yang harus lebih aktif dan Juz 2 dan 4, (Semarang: Toha Putra, 1990).
antisipatif, dan diperlukan pula pekerja sosial yang al-Shan’ani, Muhammad Ismail al-Kahlani Subul al-
mempunyai komitmen tinggi untuk melindungi Salam, Jilid II, (Beirut: Dar al-Fikr, 1412 H).
anak disertai kompetensi profesional dalam
bidangnya. al-Sijistani, al-Imam Abi Daud Sulaiman ibn al-
Bagi anak-anak yang rawan penganiayaan oleh Asy’ats, Sunan Abi Daud, Jilid 2, (Surabaya:
orang tuanya, diperlukan perlindungan khusus, Maktabah Dahlan Indonesia, tth).
yaitu suatu bentuk perlindungan yang diterima Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya,
oleh Anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci
mendapatkan jaminan rasa aman terhadap ancaman Alquran, 1993/1994).
yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh Departemen Komunikasi dan Informatika,
kembangnya. Orang tua atau pihak mana saja yang Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial
terbukti melakukan penganiyaan dan pembunuhan Anak, (Jakarta: Badan Informasi Publik,
terhadap anak, perlu dikenakan hukuman berat 2005).
sesuai hukum yang berlaku. Durkhem, Emile, L’Education Morale, Terjemah
Lembaga pendidikan hendaknya menjadi Lukas Ginting, Pendidikan Moral, (Jakarta:
tempat yang aman dan nyaman bagi anak didik. Erlangga, 2000).
Kecenderungan pendidik menghukum anak atas
Harun, Sulaiman, Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta:
nama pendidikan hendaknya dihindari, sebab
Cipta Karya, 2001).
mendidik bukan menghukum dan menyakiti.
Pendidikan harus lebih bersifat menyenangkan dan Karsayuda, Pengangkatan Anak dari Keluarga Nonmuslim
jauh dari suasana yang menakutkan karena adanya di Pengadilan Agama, Bahan Perkuliahan
hukuman, dan diyakini pendidikan akan lebih 2006).
berhasil tanpa hukuman. Mahmoud Syaltout, al-Fatawa, (Mesir: Dar al-
Qalam, tth).
Daftar Pustaka Majelis Ulama Indonesia (MUI, Himpunan Fatwa
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, MUI, (Jakarta: Departemen Agama RI,
(Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1993). 2003).
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: Haji
(Jakarta: Akademika Pressindo, 1992). Masagung, 1996).
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, al-Tarbiyah al- Muslim, al-Imam Abi al-Husain Muslim bin al-
Islamiyah wa Falsafatuhu, Alih bahasa Bustami Hajjaj al-Qusyairi, Shahih Muslim, (Beirut:
Abdulghani dan Djohar Bahry, Dasar-dasar Dar al-Fikr, 1401 H).
Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis dan
Bintang, 1980). Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
al-Hamdani, Risalah Nikah, Alih bahasa Agus Salim, 2001).
(Jakarta: Pustaka Amani, 1980). Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 8,9, 10, Alih bahasa M.
Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Thalib, (Bandung: Alma’arif, 1987).
(Jakarta; Bulan Bintang, 1990). Shaleh, Qamaruddin, Asbabun Nuzul, (Bandung:
al-Jamal, Ibrahim Muhammad Fiqh Wanita, Alih Diponegoro, 1999).
bahasa Anshari Umar, (Semarang: Asy- Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Syifa, 1989). Cipta, 1991).
al-Malibary, Syekh Zainuddin bi Abdul Aziz, Fathul UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
Mu’in, Jilid 3, Ali bahasa Aliy As’ad, (Kudus: (Surabaya: Pustaka Tintamas, 1992).
Menara, 1983).
Nurwahidah, Kejahatan terhadap Anak dan Solusinya menurut Hukum Islam 139

UU Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak,


(Jakarta: Sinar Grafia, 2000).
UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
(Jakarta: Sinar Grafia, 2003).
UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan terhadap
UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Media Online.

Anda mungkin juga menyukai