Anda di halaman 1dari 16

Nama : Ameilia Angela Putri

Kelas : Manajemen A Pagi


Semester : 2
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Nim : 241222035

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA BERDASARKAN


UUD 1945

Pasal 6 Ayat 1
(1) Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden harus seorang warga Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya
sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.
Pasal 6A Ayat 2
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
Pasal 6A Ayat 3
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima
puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh
persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di
Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Pasal 6A Ayat 4
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih,dua pasangan
calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilian umum dipilih
oleh rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Pasal 6A Ayat 5
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undang-undang.
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang.
Pasal 27 Ayat 1
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Pasal 27 Ayat 2
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Pasal 27 Ayat 3
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28B Ayat 1
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
Pasal 28B Ayat 2
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C Ayat 1
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
Pasal 28C Ayat 2
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28E Ayat 1
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Pasal 28E Ayat 2
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
Pasal 28E Ayat 3
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.
Pasal 28G Ayat 1
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Pasal 28G Ayat 2
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
 Undang-undang Mahkamah konstitusi,
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara pelaku kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
yang memegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Kewajiban
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar.
Pelanggaran dimaksud sebagaimana disebutkan dan diatur dalam ketentuan Pasal
7A UUD 1945 yaitu melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela, dan tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara
Republik Indonesia.

Hakim yang berada di Mahkamah Konstitusi [Hakim Konstitusi] berjumlah


maksimal sebanyak 9 orang,dengan sistem 3 orang diajukan oleh DPR, 3 orang diajukan oleh
Presiden,dan 3 orang diajukan oleh MA dengan penetapan presiden. Mahkamah Konstitusi
wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
diduga melakukan pelanggaran (impeachment). Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2015
Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan tambahan Memutus perselisihan hasil pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota selama belum terbentuk peradilan khusus.
Mahkamah Konstitusi mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar
3. Memutus pembubaran partai politik
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
 Pengertian Hukum Perdata dan Contoh Hukum Perdata
Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang selalu berhubungan dengan
manusia lainnya. Tentunya, dalam menjalani kehidupan sosial, menimbulkan suatu hukum
untuk mengatur kehidupan itu. jenis hukum tersebut disebut hukum perdata.
Hukum perdata juga sering disebut hukum sipil, karena kata ‘sipil’ umumnya
merupakan lawan kata dari ‘militer’, maka istilah yang sering digunakan adalah
‘perdata’.Hukum merupakan alat atau seperangkat kaidah. Perdata merupakan pengaturan
hak, harta benda dan sesuatu yang berkaitan antara individu dengan badan hukum.

Hukum perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban


seseorang dalam masyarakat. Istilah hukum perdata ini berasal dari bahasa Belanda
‘Burgerlijk Recht’. Hukum perdata juga sering dikenal dengan sebutan hukum privat atau
hukum sipil. Istilah hukum perdata lebih umum digunakan saat ini.
Menurut Prof Subekti, hukum perdata adalah semua hukum privat materiil berupa
hukum pokok yang mengatur kepentingan individu. Menurut Prof. Sudikno, Hukum perdata
adalah keseluruhan peraturan yang mempelajari tentang hubungan antara individu yang satu
dengan individu lainnya, baik dalam hubungan keluarga atau hubungan masyarakat
luas.Sedangkan menurut Sri Sudewi Masjchoen Sofwan, hukum perdata adalah hukum yang
mengatur kepentingan warga perseorangan yang satu dengan yang lainnya.
Hukum perdata di Indonesia terdiri dari hukum perdata adat. Ketentuan hukum
yang mengatur hubungan individu dalam masyarakat adat yang berkaitan dengan kepentingan
perseorangan. Ketentuan-ketentuan adat ini umumnya tidak tertulis dan berlaku turuntemurun
dalam kehidupan masyarakat adat tersebut. hukum perdata eropa. Ketentuan atau hukum-
hukum yang mengatur hubungan hukum mengenai kepentingan orang-orang Eropa.hukum
perdata nasional. Bidang-bidang hukum sebagai hasil produk nasional. salah satu bagian
hukum perdata nasional adalah hukum perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 dan Hukum Agraria dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960.
Sejarah mencatat bahwa hukum perdata mulanya berasal dari bangsa Romawi,
pada masa pemerintahan Julius Caesar, 50 SM. Hukum perdata ini juga diberlakukan di
Perancis dan bercampur dengan hukum Perancis yang asli. Keadaan ini terus berlangsung
hingga masa pemerintahan Louis XV. Pada masa pemerintahan Louis XV, diadakan usaha
untuk menyatukan kedua hukum tersebut yang diberi nama Code Civil Des Francais pada
tahun 1804. Pada tahun 1807 diundangkan kembali menjadi Code Napoleon. Setelah itu
diubah lagi menjadi Code Civil yang mencampurkan hukum gereja, yang didukung oleh
gereja Roma Katolik. Pada tahun 1811, Belanda dijajah oleh Perancis dan Code Civil
diberlakukan di negeri Belanda. Karena setelah itu Belanda menjajah Indonesia, Code Civil
yang dulunya berlaku di Belanda juga diterapkan di Indonesia sejak Januari 1848.
Berlakunya hukum perdata dari Belanda berhubungan dengan politik hukum
Hindia Belanda yang membagi penduduknya menjadi tiga golongan yaitu; golongan Eropa,
semua orang Belanda, orang yang berasal dari Eropa dan Jepang, orang yang hukum
keluarganya berdasarkan hukum Belanda serta keturunan mereka; Golongan Timur Asing
Tionghoa dan Timur Asing Bukan Tionghoa seperti orang India, Pakistan dan Arab; Orang-
orang yang menyesuaikan hidupnya dengan golongan Bumi Putera.
 Sumber-sumber hukum perdata :
a) Algemene Bepalingen van Wetgeving ketentuan-ketentuan umum pemerintah Hindia
Belanda yang diterapkan di Indonesia (terdiri atas 36 pasal)
b) KUH Perdata ketentuan hukum produk Hindia Belanda yang diterapkan dan
diberlakukan di Indonesia.
c) KUHD atau Wetboek van Kopenhandel
d) KUHD memiliki 754 pasal, meliputi tentang dagang dan hak-hak kewajiban dalam
pelayaran.
e) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Hukum Agraria
f) UU ini diatur tentang hukum pertanahan yang berdasarkan pada hukum adat.
g) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Hukum Perkawinan
h) UU ini membuat ketentuan yang tercantum dalam Buku I KUH Perdata, khususnya
mengenai perkawinan.
i) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah dan
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah
j) UU ini mencabut peraturan berlakunya hipotek dalam Buku II KUH Perdata. tujuan
dari pencabutan ketentuan tersebut adalah karena sudah tidak sesuai dengan kegiatan
perkreditan.
k) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
l) Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang memiliki wujud
atau tidak dan benda tidak bergerak seperti bangunan yang tidak bisa dibebani hak
tanggungan.
m) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004
n) Undang-Undang yang mengatur tentang Lembaga Jaminan Simpanan, adalah
lembaga penjamin simpanan nasabah bank.
o) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 yang berisi tentang Kompilasi Hukum Islam
atau KHI Kompilasi Hukum Islam adalah hukum yang mengatur tentang perkawinan,
hukum waris, perwakafan yang hanya berlaku bagi orang-orang beragama islam.
 PTUN (Pengadilan tata usaha negara)

PTUN adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan terhadap sengketa tata usaha negara yang memiliki tugas dan wewenang untuk
memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 50 Undang-Undang No. 5 tahun 1986 tentang
Peradila Tata Usaha Negara (PTUN).
Salah satu kewenangan PTUN yang paling penting selama proses pemeriksaan
persidangan berlangsung adalah kewenangan untuk mengeluarkan suatu putusan (penetapan)
sementara atau putusan sela atas keputusan pemerintah atau keputusan TUN yang sedang
disengketakan. Begitu gugatan masuk dan didaftarkan di Kepaniteraan PTUN, pada saat itu
juga PTUN dapat menghentikan keputusan pemerintah tersebut untuk tidak dilaksanakan,
selama pemeriksaan proses perkara berlangsung.
Putusan yang demikian disebut putusan penundaan, yang diatur di dalam Pasal 67
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986.11 pada ketentuan Pasal 67 ayat (2) UU No. 5 Th. 1986,
Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara
ditunda selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada
putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.
 Jenis-jenis pengadilan :
1.) Pengadilan umum
Peradilan Umum merupakan lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka, untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Peradilan Umum sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga perlu membentuk
Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum. Dalam Undang-undang diatur tentang, Syarat untuk menjadi hakim dalam
pengadilan di lingkungan peradilan umum; batas umur pengangkatan hakim dan
pemberhentian hakim; pengaturan tata cara pengangkatan dan pemberhentian hakim; dan
pengaturan pengawasan terhadap hakim.
2.) Pengadilan agama
Pengadilan Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam
undang-undang ini. Dengan demikian keberadaan Pengadilan Agama dikhususkan kepada
warga negara Indonesia yang beragama Islam.
3.) Pangadilan tata usaha
Peradilan Tata Usaha Negara atau PERATUN merupakan lingkungan peradilan
dibentuk dengan tanda disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 pada tanggal 29
Desember. Peradilan tata usaha negara menjadi lembaga hukum di bawah Mahkamah Agung
(MA) yang membantu menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara (TUN).
 Tujuan Peradilan Tata Usaha Negara
Berikut ini tujuan dibentuknya peradilan tata usaha negara :
1. Untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram
serta tertib yang dapat menjamin kedudukan warga masyarakat dalam hukum
2. Menjamin terpeliharanya hubungan yang serasi, seimbang, serta selaras antara aparatur
di bidang tata usaha negara dengan para warga masyarakat.
3. Pengadilan darurat, larangan terhadap makar ( melawan negara ).
 Kompetisi Pengadilan Militer

Kompetensi absolut peradilan militer dijelaskan Pasal 9 Undang-Undang Nomor


31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Pada pokoknya menyatakan:
1. Mengadili Tindak Pidana Militer
Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang pada waktu melakukan adalah :
a. Prajurit
b. Yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan prajurit
c. Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap
sebagai prajurit berdasarkan undang-undang
d. Seorang yang tidak termasuk prajurit atau yang berdasarkan undang-undang dipersamakan
dengan prajurit atau anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang
dipersamakan atau dianggap sebagai prajurit ber-dasarkan undang-undang; tetapi atas
keputusan Panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu
Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.
2. Tata Usaha Militer
Memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.
Wewenang ini berada pada Pengadilan Militer Tinggi sebagai pengadilan tingkat pertama dan
Pengadilan Militer Utama sebagai pengadilan tingkat banding.
3. Peradilan militer juga memiliki kompetensi absolut untuk menggabungkan perkara
gugatan ganti rugi dalam perkara pidana bersangkutan atas permintaan dari pihak dirugikan
sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan dan
sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu putusan.
Kompetensi relatif merupakan kewenangan pengadilan sejenis untuk memeriksa
suatu perkara. Menurut Pasal 10 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan
Militer : Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer mengadili tindak pidana yang
dilakukan oleh mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 yang :
a. Tempat kejadiannya berada di daerah hukumnya atau
b. Terdakwanya termasuk suatu kesatuan yang berada di daerah hukumnya.
Pasal 11 menegaskan “Apabila lebih dari 1 (satu) pengadilan berkuasa mengadili
suatu perkara dengan syarat-syarat yang sama kuatnya, pengadilan yang menerima perkara
itu lebih dulu harus mengadili perkara tersebut“.
 Susunan Peradilan Militer
Susunan peradilan dalam lingkungan peradilan militer dijelaskan Pasal 12
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer terdiri dari Pengadilan
Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama dan Pengadilan Militer
Pertempuran.
Kekuasaan Pengadilan Militer dijelaskan dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer :
“Pengadilan Militer memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang
terdakwanya adalah :
a. Prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah;
b. Mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 angka 1 huruf b
dan huruf c yang terdakwanya ‘ termasuk tingkat kepangkatan’ Kapten ke bawah; dan
c. Mereka yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh Pengadilan Militer“.
 Kekuasaan Pengadilan Militer Tinggi diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer :
1. Pengadilan Militer Tinggi pada tingkat pertama
Memeriksa dan memutus perkara pidana yang terdakwanya adalah :
1) Prajurit atau salah satu prajuritnya berpangkat Mayor ke atas;
2) Mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 angka 1 huruf b dan huruf c yang
terdakwanya atau salah satu terdakwanya ‘termasuk tingkat kepangkatan’ Mayor ke atas;
dan
3) Mereka yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh Pengadilan Militer
Tinggi.
2. Memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.
3. Pengadilan Militer Tinggi memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara
pidana yang telah diputus oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang
dimintakan banding.
4. Pengadilan Militer Tinggi memutus pada tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antara Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya “.
Kekuasaan Pengadilan Militer Utama telah diatur dalam Pasal 42 dan Pasal 43
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.
Pasal 42 menjelaskan :
“Pengadilan Militer Utama memutus pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa Tata
Usaha Angkata Bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama oleh Pebngadilan Militer
Tinggi yang diimintakan banding”.
Pengadilan Militer Utama mempunyai fungsi pengawasan yang diatur Pasal 44
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, pada pokoknya :
1. Penyelenggaran peradilan :
a) Pengadilan Militer
b) Pengadilan Militer Tinggi
c) Pengadilan Militer Pertempuran
2. Tingkah laku dan perbuatan berwenang meminta keterangan Militer Utama berwenang
meminta keterangfan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan dari
Pengadilan Militer, Peradilan Militer Tinggi, dan Pengadilan Militer Pertempuran. Kemudian
memberi petunjuk, teguran atau peringatan yang dipandang perlu kepada Pengadilan Militer
Tinggi dan Pengadilan Militer Pertempuran tanpa mengurangi kebebasan hakim dalam
memeriksa dan memutuskan perkara. Selanjutnya, Pengadilan Militer Utama juga berfungsi
untuk meneruskan perkara yang dimohonkan kasasi, peninjauan kembali dan grasi kepada
Mahkamah Agung”.
 Mahkamah internasional,
Mahkamah Internasional adalah salah satu badan perlengkapan PBB yang
berkedudukan di Den Hag (Belanda). Para anggotanya terdiri atas ahli hukum terkemuka,
yakni 15 orang hakim yang dipilih dari 15 negara berdasrkan kecakapannya dalam hokum
dan masa jabatan mereka 9 tahun.
Mahkamah Agung Internasional atau biasa disebut Mahkamah Internasional,
merupakan Mahkamah Pengadilan Tertinggi di seluruh dunia. Pada malam tanggal 17 Juli
1998, sebuah statuta untuk membentuk Mahkamah Pidana Internasional (International
Criminal Court/ICC) akhirnya mencapai tahap penentuan di hadapan Konferensi Diplomatik
PBB di Roma, yang telah berlangsung sejak 15 Juni 1998. Dengan hasil penghitungan suara
dimana 120 diantaranya mendukung, 7 menentang, dan 21 abstain, para peserta menyetujui
statuta yang akan membentuk sebuah.pelaksanaan tugas Mahkamah Internasional sejalan
dengan tujuan PBB yang sudah ditentukan dalam Piagam, yaitu menjaga perdamaian dan
keamanan dunia.

Didirikannya Mahkamah Internasional adalah untuk menggantikan peradilan yang


sebelumnya dibentuk, yaitu Permanent International Court of Justice. Permanent
International Court of Justice pada masa itu diakui sebagai suatu peradilan yang memiliki
peranan penting untuk menyelesaikan masalah sengketa internasional.
Mahkamah Internasional adalah lembaga kehakiman Perserikatan Bangsa-Bangsa
yang berkedudukan di Den Haag Belanda. Lembaga peradilan ini didirikan pada tahun 1945
berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Didirikannya International Court Of
Justice adalah untuk menyelesaikan kasus-kasus persengketaan dengan cara damai dan
dilarang menggunakan cara kekerasan, sehingga Negara-negara yang sedang bersengketa
tidak perlu menyelesaikan sengketa dengan cara kekerasan.
Tugas utama dari International Court Of Justice adalah untuk menyelesaikan
sengketa-sengketa internasional mencakup bukan saja sengketa-sengketa antar Negara saja,
melainkan juga kasus-kasus lain yang berada dalam lingkup pengaturan internasional, Dalam
menyelesaikan sengketa antar Negara, Internasional Court of Justice mempunyai kewena-
ngan / yuridiksi yang meliputi kewenangan untuk memutuskan perkara-perkara para pihak
yang bersengketa dan kewenangan untuk memberikan Opini-opini / Nasihat kepada
Negara-negara yang meminta, selain itu Inter- national Court Of Justice juga dapat
memberikan opini / nasihat yang diminta oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB,
serta badan-badan lain dari PBB selama diijinkan oleh Majelis Umum.
Berkaitan dengan putusan dari International Court Of Justice, putusan hanya
mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak dan hanya berhubungan dengan perkara
khusus dari para pihak tersebut. Putusan International Court Of Justice wajib dilaksanakan
oleh pihak-pihak yang bersengketa, jika ada negara tidak mematuhi keputusan, maka ada
beberapa sanksi yang diterapkan untuk memaksa negara tersebut mematuhinya.
 Pendidikan
Pengertian pendidikan adalah sistematis untuk menciptakan lingkungan
pendidikan dan suatu langkah pembelajaran, dimana siswa memiliki kekuatan mental,
pengontrolan diri, kepribadian dan kecerdasan yang dibutuhkan oleh masyarakat, negara dan
bangsa indonesia untuk berkembang secara aktif.
Menurut bapak pendidikan nasional adalah bahwa pendidikan merupakan hak
wajib untuk hidup seorang anak. Pendidikan mempunyai pengertian sebagai penuntun
kekuatan yang ada pada seorang anak, maka seorang anak dapat menjadi sebagai manusia
dan menjadi masyarakat dapat mencapai kesuksesan dan berguna bagi negara sehingga dapat
menjunjung norma yang setinggi-tingginya.

Hari pendidikan pada tanggal 2 mei sama dengan hari ulang tahun bapak
pendidikan nasional adalah Ki Hadjar Dewantara. Terdapat 3 Jalur pendidikan di Indonesia
yaitu jalur pendidikan formal, pendidikan non-formal, dan pendidikan informal.
 Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan jenjang
pendidikan tingkatan
 SD
 SMP
 SMA
Jalur pendidikan nonformal merupakan jenjang pendidikan diluar dari pendidikan
formal yang diadakan secara rapi dan memiliki tingkatan. Pada pendidikan informal
merupakan jalur pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan tempat tinggal.
 Ciri Ciri Pendidikan Formal :
1. Terdapat kurikulum yang terstruktur
2. Memiliki persyaratan tertentu
3. Materi yang dipakai bersifat akademik
4. Memakan waktu yang lama untuk proses pembelajaran
5. Tenaga pembimbing / guru memenuhi kualifikasi tertentu
6. Tempat pendidikan dari pemerintah atau swasta
7. Harus mengikuti ujian untuk peserta didik
8. Adanya peraturan berseragam
9. Saat selesai menempuh jenjang pendidikan atau melanjutkan ke jenjang berikutnya
membutuhkan ijazah sebagai peranan penting dalam penerimaan peserta didik.
 Ciri Ciri Pendidikan Non Formal :
1. Memiliki tujuan untuk mendapatkan keterampilan.
2. Berfokus pada siswa bagaimana belajar mandiri, dapat mengontrol aktivitas belajar.
3. Waktu pembelajaran tidak mempengaruhi
4. Kurikulum fleksibel dan biasanya peserta didik yang menentukan
5. Ijazah tidak terlalu penting untuk penerimaan siswa
 Contoh Pendidikan non formal :
1. Kelompok Belajar
2. Tempat untuk penitipan anak
3. Tempat Kursus
4. Majelis taklim
5. Lembaga pelatihan khusus

 Asas Pendidikan Nonformal :


1. Asas Prinsip Inovasi
Kebutuhan siswa harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pendidikan
nonformal. Oleh karena itu, dalam mengembangkan inovasi, aspek-aspek seperti norma,
nilai, teknologi, dan metode perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
2. Asas Prinsip-prinsip untuk menetapkan dan mengembangkan visi pendidikan nonformal
Hal ini berkaitan dengan standar minimal yang dicapai siswa, dengan
mempertimbangkan berbagai jenis dan tingkat pengetahuan, sikap serta keterampilan yang
dibutuhkan oleh anggota masyarakat, yaitu tentang menetapkan tujuan.
3. Asas pokok-pokok rencana dan mengembangkan Pendidikan Nonformal sebagai
berikut:
(1) Menyeluruh Artinya program atau kegiatan yang direncanakan harus sejalan dengan
tujuan di atas.
(2) Keterpaduan adalah suatu rencana yang meliputi program pendidikan formal dan informal
yang terkoordinasi sehingga jenis program pendidikannya selaras satu sama lain.
(3) Pertimbangan aspek kuantitatif dan kualitatif Di bidang pendidikan nonformal,
kemampuan belajar dan bekerja perlu ditingkatkan secara kualitatif dan kuantitatif
(4) Sumber pemerintah dan informasi swasta atau pemerintah daerah Tinjauan semua sumber
yang tersedia atau terpercaya dalam bentuk integrasi dan penggunaan semua sumber yang
tersedia dari kedua sumber.
 Ciri Ciri Pendidikan informal
1. Lingkungan keluarga dapat dilakukan khusus untuk pendidikan informal
2. Tidak perlu untuk mengikuti ujian yang diselenggarakan
3. Keluarga dan lingkungan berperan penting dalam proses pendidikan
4. Tidak berlakunya kurikulum
5. Jenjang pendidikan / tingkat pendidikan tidak berlaku dalam pendidikan informal
6. Pendidikan informal dilakukan tanpa adanya batasan waktu dan ruang
7. Guru pada pendidikan informal adalah orang tua
8. Tidak dibutuhkannya ijazah
 Contoh Pendidikan informal
Proses pembelajaran yang berasal dari keluarga dan lingkungan sekitar.

Hak dan kewajiban dalam bela negara yaitu setiap warga negara sudah melakukan
perannya membela negara Indonesia. Adapun dampak positif dari bela negara bagi negara di
antaranya adalah menjaga keutuhan negara Indonesia dan mempertahankan Indonesia dari
berbagai ancaman. Selain itu, menjalankan hak dan kewajiban dalam bela negara juga
berdampak pada pembentukan mental dan fisik warga negara serta membentuk jiwa
kebersamaan warga negara.
Upaya bela negara dapat diimplementasikan melalui pendidikan politik bagi
seluruh komponen bangsa. Pendidikan politik dapat dilakukan melalui program pembinaan
kesadaran bela negara (PKBN), baik di lingkungan pendidikan, pekerjaan dan lingkungan
masyarakat. Pkbn bertujuan untuk menanamkan lima nilai dasar bela negara yang meliputi
cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada pancasila sebagai ideologi negara,
rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan kemampuan awal bela negara.

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Artinya, bela negara ialah hak dan kewajiban seluruh warga negara, sesuai dengan posisi,
peran dan kedudukan masing-masing.
 Aksi gerakan bela negara dalam bidang politik, khususnya pemilu, di antaranya :
1) Sosialisasi gerakan anti kampanye hitam
2) Politik identitas
3) Nasionalisme sempit
4) Pragmatisme
5) Anti praktik politik uang
6) Politisasi sara
Aksi gerakan bela negara tersebut sangat penting dilakukan. Upaya bela negara dalam
penyelenggaraan pemilu serentak sangat penting dilakukan. Mengingat, banyaknya potensi
ancaman yang dapat menimbulkan dampak disintegrasi bangsa. Bentuk ancaman yang kerap
terjadi selama penyelenggaraan pemilu yaitu maraknya berita hoaks, adanya praktik-praktik
politik uang, kampanye hitam, ujaran kebencian dan berbagai ancaman lainnya.

Anda mungkin juga menyukai