Pasal 6 Ayat 1
(1) Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden harus seorang warga Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya
sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.
Pasal 6A Ayat 2
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
Pasal 6A Ayat 3
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima
puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh
persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di
Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Pasal 6A Ayat 4
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih,dua pasangan
calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilian umum dipilih
oleh rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Pasal 6A Ayat 5
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undang-undang.
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang.
Pasal 27 Ayat 1
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Pasal 27 Ayat 2
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Pasal 27 Ayat 3
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28B Ayat 1
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
Pasal 28B Ayat 2
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C Ayat 1
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
Pasal 28C Ayat 2
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28E Ayat 1
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Pasal 28E Ayat 2
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
Pasal 28E Ayat 3
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.
Pasal 28G Ayat 1
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Pasal 28G Ayat 2
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Undang-undang Mahkamah konstitusi,
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara pelaku kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
yang memegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Kewajiban
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar.
Pelanggaran dimaksud sebagaimana disebutkan dan diatur dalam ketentuan Pasal
7A UUD 1945 yaitu melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela, dan tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara
Republik Indonesia.
PTUN adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan terhadap sengketa tata usaha negara yang memiliki tugas dan wewenang untuk
memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 50 Undang-Undang No. 5 tahun 1986 tentang
Peradila Tata Usaha Negara (PTUN).
Salah satu kewenangan PTUN yang paling penting selama proses pemeriksaan
persidangan berlangsung adalah kewenangan untuk mengeluarkan suatu putusan (penetapan)
sementara atau putusan sela atas keputusan pemerintah atau keputusan TUN yang sedang
disengketakan. Begitu gugatan masuk dan didaftarkan di Kepaniteraan PTUN, pada saat itu
juga PTUN dapat menghentikan keputusan pemerintah tersebut untuk tidak dilaksanakan,
selama pemeriksaan proses perkara berlangsung.
Putusan yang demikian disebut putusan penundaan, yang diatur di dalam Pasal 67
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986.11 pada ketentuan Pasal 67 ayat (2) UU No. 5 Th. 1986,
Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara
ditunda selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada
putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.
Jenis-jenis pengadilan :
1.) Pengadilan umum
Peradilan Umum merupakan lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka, untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Peradilan Umum sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga perlu membentuk
Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum. Dalam Undang-undang diatur tentang, Syarat untuk menjadi hakim dalam
pengadilan di lingkungan peradilan umum; batas umur pengangkatan hakim dan
pemberhentian hakim; pengaturan tata cara pengangkatan dan pemberhentian hakim; dan
pengaturan pengawasan terhadap hakim.
2.) Pengadilan agama
Pengadilan Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam
undang-undang ini. Dengan demikian keberadaan Pengadilan Agama dikhususkan kepada
warga negara Indonesia yang beragama Islam.
3.) Pangadilan tata usaha
Peradilan Tata Usaha Negara atau PERATUN merupakan lingkungan peradilan
dibentuk dengan tanda disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 pada tanggal 29
Desember. Peradilan tata usaha negara menjadi lembaga hukum di bawah Mahkamah Agung
(MA) yang membantu menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara (TUN).
Tujuan Peradilan Tata Usaha Negara
Berikut ini tujuan dibentuknya peradilan tata usaha negara :
1. Untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram
serta tertib yang dapat menjamin kedudukan warga masyarakat dalam hukum
2. Menjamin terpeliharanya hubungan yang serasi, seimbang, serta selaras antara aparatur
di bidang tata usaha negara dengan para warga masyarakat.
3. Pengadilan darurat, larangan terhadap makar ( melawan negara ).
Kompetisi Pengadilan Militer
Hari pendidikan pada tanggal 2 mei sama dengan hari ulang tahun bapak
pendidikan nasional adalah Ki Hadjar Dewantara. Terdapat 3 Jalur pendidikan di Indonesia
yaitu jalur pendidikan formal, pendidikan non-formal, dan pendidikan informal.
Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan jenjang
pendidikan tingkatan
SD
SMP
SMA
Jalur pendidikan nonformal merupakan jenjang pendidikan diluar dari pendidikan
formal yang diadakan secara rapi dan memiliki tingkatan. Pada pendidikan informal
merupakan jalur pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan tempat tinggal.
Ciri Ciri Pendidikan Formal :
1. Terdapat kurikulum yang terstruktur
2. Memiliki persyaratan tertentu
3. Materi yang dipakai bersifat akademik
4. Memakan waktu yang lama untuk proses pembelajaran
5. Tenaga pembimbing / guru memenuhi kualifikasi tertentu
6. Tempat pendidikan dari pemerintah atau swasta
7. Harus mengikuti ujian untuk peserta didik
8. Adanya peraturan berseragam
9. Saat selesai menempuh jenjang pendidikan atau melanjutkan ke jenjang berikutnya
membutuhkan ijazah sebagai peranan penting dalam penerimaan peserta didik.
Ciri Ciri Pendidikan Non Formal :
1. Memiliki tujuan untuk mendapatkan keterampilan.
2. Berfokus pada siswa bagaimana belajar mandiri, dapat mengontrol aktivitas belajar.
3. Waktu pembelajaran tidak mempengaruhi
4. Kurikulum fleksibel dan biasanya peserta didik yang menentukan
5. Ijazah tidak terlalu penting untuk penerimaan siswa
Contoh Pendidikan non formal :
1. Kelompok Belajar
2. Tempat untuk penitipan anak
3. Tempat Kursus
4. Majelis taklim
5. Lembaga pelatihan khusus
Hak dan kewajiban dalam bela negara yaitu setiap warga negara sudah melakukan
perannya membela negara Indonesia. Adapun dampak positif dari bela negara bagi negara di
antaranya adalah menjaga keutuhan negara Indonesia dan mempertahankan Indonesia dari
berbagai ancaman. Selain itu, menjalankan hak dan kewajiban dalam bela negara juga
berdampak pada pembentukan mental dan fisik warga negara serta membentuk jiwa
kebersamaan warga negara.
Upaya bela negara dapat diimplementasikan melalui pendidikan politik bagi
seluruh komponen bangsa. Pendidikan politik dapat dilakukan melalui program pembinaan
kesadaran bela negara (PKBN), baik di lingkungan pendidikan, pekerjaan dan lingkungan
masyarakat. Pkbn bertujuan untuk menanamkan lima nilai dasar bela negara yang meliputi
cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada pancasila sebagai ideologi negara,
rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan kemampuan awal bela negara.
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Artinya, bela negara ialah hak dan kewajiban seluruh warga negara, sesuai dengan posisi,
peran dan kedudukan masing-masing.
Aksi gerakan bela negara dalam bidang politik, khususnya pemilu, di antaranya :
1) Sosialisasi gerakan anti kampanye hitam
2) Politik identitas
3) Nasionalisme sempit
4) Pragmatisme
5) Anti praktik politik uang
6) Politisasi sara
Aksi gerakan bela negara tersebut sangat penting dilakukan. Upaya bela negara dalam
penyelenggaraan pemilu serentak sangat penting dilakukan. Mengingat, banyaknya potensi
ancaman yang dapat menimbulkan dampak disintegrasi bangsa. Bentuk ancaman yang kerap
terjadi selama penyelenggaraan pemilu yaitu maraknya berita hoaks, adanya praktik-praktik
politik uang, kampanye hitam, ujaran kebencian dan berbagai ancaman lainnya.