ANAK SAKSI
OLEH
B11115565
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak mengandung arti keturunan yang kedua. Pengertian anak tersebut masih
bersifat umum (netral) dan pengertiannya akan berbeda jika ditinjau dari aspek
merupakan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak anak untuk dapat
sekitarnya. Anak merupakan anugerah sekaligus amanah dari Tuhan Yang Maha
Esa yang seharusnya kita jaga dan lindungi. 2 Kejahatan atau tindak pidana pada
dasarnya dapat terjadi pada siapapun dan dapat juga dilakukan oleh siapapun baik
itu pria, wanita maupun anak-anak. Anak sangat rentan atau rawan menjadi
korban tindak pidana kekerasan fisik yang mana anak merupakan manusia yang
sangat lemah dan masih membutuhkan perlindungan dari orang dewasa yang ada
1
Purwadarminta, 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 29.
2
Valeria Rezha Pahlevi, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Tindak
Pidana”, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2016, hlm. 1
3
Abu Huraerah, M.Si, 2012, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung, Penerbit Nuansa Cendekia,
hlm. 21.
1
Kekerasan fisik terhadap anak yang terjadi memang sangat
serius, mengingat akibat dari kekerasan fisik terhadap anak akan menyebabkan
anak mengalami trauma yang berkepanjangan. Trauma yang dialami oleh anak
akan membahayakan perkembangan jiwa sehingga anak tidak dapat tumbuh dan
yang berkembang, yang berjalan dan ditetapkan dalam suatu institusi, pemerintah
bahkan negara. Dinamika yang berjalan dalam satu institusi, pemerintah atau
c. Realitas anak-anak yang berada dalam situasi sulit seperti pekerja anak,
4
Abu Huraerah, Op. Cit., hlm. 30.
5
Muhammad Joni dan Tanamas Zulchaina Z, 2004, Konsep Perlindungan Hak Asasi Anak dalam
Tata Hukum Indonesia, Gramedia, Pustaka Utama, hlm. 23.
2
khusus, karena semakin nyata ditemukan dalam masyarakat dan negara
Indonesia.
Anak berisi ketentuan bahwa: Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
Permasalahan yang dialami oleh anak sangat dramatis dan memilukan, karena
dialami oleh anak yang kemampuan fisik dan mental masih sangat terbatas untuk
melindungi dirinya dari berbagai resiko dan bahaya yang dihadapinya.Anak masih
kekerasan fisik.
Dewasa ini anak bukan hanya sebagai korban maupun pelaku dalam tindak
pidana, namun anak seringkali menjadi saksi dalam perkara pidana. Anak sebagai
saksi kerap mendapatkan tekanan mental dan jiwa atas peristiwa yang dialaminya,
hal ini dikarenakan kondisi anak yang memang masih dalam keadaan tidak stabil.7
6
Sholeh Soeaidy, S.H dan Zulkhair, Drs, 2001, Dasar Hukum Perlindungan Anak, CV. Noviando
Pustaka Mandiri, Jakarta, hlm. 1.
7
Kompas, Saksi Harusnya Dilindungi Hukum, Jakarta, Gramedia, 1996, hlm. 13.
3
Dengan posisi anak sebagai saksi adanya kemungkinan pembalasan oleh pelaku,
sehingga anak sebagai saksi dalam suatu tindak pidana tidak menutup
Anak sebagai korban dan saksi harus diperhatikan dan diawasi selama dalam
proses peradilan, guna menghindarkan anak dari trauma atas tindak pidana.
Perlindungan khusus bagi anak korban dan anak saksi tidaklah terlepas dari
konsep hukum perlindungan anak. Anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan dikriminasi.
Selain itu anak korban dan anak aaksi berhak untuk memperoleh perlindungan
dari lembaga yang menangani perlindungan saksi dan korban atau rumah
maupun sosial.
8
Arif Gosita, Pengembangan Aspek Perlindungan Anak Dalam Undang-Undang Peradilan Anak
Tanggungjawab Bersama, Seminar Hukum Nasional LPPH Golkar, Jakarta, hlm. 13.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Anak (PPA). Apabila pihak P2TP2A atau pihak PPA mendapat laporan dari
masyarakat bahwa anak yang menjadi korban tindak pidana dan korban
perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban tindak pidana adalah
didampingi oleh seorang psikologi karena mental anak korban kekerasan fisik
maka anak yang menjadi korban dapat merasa terlindungi dan merasa aman dari
Anak berisi ketentuan bahwa: Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
6
Perlindungan terhadap anak sudah seharusnya diberikan yang mana telah disebut,
tetapi dalam faktanya masih banyak anak yang menjadi korban tindak pidana.
merasa aman dari tindakan pelaku. Sanksi atau hukuman yang dijatuhkan kepada
pelaku dapat memberikan rasa jera dari pelaku dan demi tertib hukum.
dengan maksimal sehingga masih banyak anak yang menjadi korban tindak
pidana kekerasan fisik karena tidak adanya efek jera atau sanksi yang diberikan
menjadi hal terpenting bagi korban adalah pemulihan dari rasa trauma agar anak
berisi ketentuan bahwa, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
kemudian diatur secara khusus pada Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2014
tindak pidana ialah adanya shelter atau rumah aman yang disediakan untuk tempat
perlindungan bagi anak yang mengalami tindak pidana. Adanya shelter atau
7
rumah aman bertujuan untuk tempat tinggal sementara bagi korban untuk masa
pemulihan atau rehabilitasi dari rasa trauma atau depresi mengingat apa yang
telah korban alami. Tempat atau alamat shelter atau rumah aman dirahasiakan dari
masyarakat luar demi kepentingan korban dan menghindari hal yang tidak
bagi korban selama 14 (empat belas)hari atau bisa lebih dengan tujuan agar anak
dapat kembali bermain dan berekspresi dan tidak trauma dengan apa yang telah
yang dialami oleh para pihak P2TP2A dan PPA mengalami hambatan yang sama
kerjasama baik dari pihak aparat penegak hukum, dinas sosial yang khusus bagi
anak sepert P2TP2A, pemerintah maupun bagi orang tua dan masyarakat
seperti anak yang takut, tidak fokus, trauma dan merasa terancam. Anak yang
takut untuk mengatakan hal yang telah terjadi pada dirinya, anak yang tidak fokus
pada orang yang ada disekelilingnya untuk membantu, anak yang trauma sehingga
tidak terbuka dan sulit untuk berkomunikasi dan anak yang merasa terancam
karena terlebih dahulu sudah diancam oleh pelaku agar tidak melapor pada orang
Menghadapi anak yang menjadi korban tindak pidana pihak P2TP2A tetap
berusaha dan sabar menghadapi dan mendampingi anak yang menjadi korban
tindak pidana kekerasan fisik. Dalam sesi pemeriksaan dan berdiskusi untuk
8
mengetahui apa yang telah terjadi pada dirinya, siapa pelakunya dan di mana
kejadiannya memerlukan waktu yang tidak sebentar yang diberi waktu selama 2
hari tetapi bisa lebih dari hari yang ditentukan karena korban masih merasa
trauma. Adapun tujuan P2TP2A yaitu tujuan umum dan tujuan utama. Tujuan
agar mempunyai kepedulian dan kepekaan terhadap perempuan dan anak korban
Hal ini bahwa korban kekerasan fisik membutuhkan tempat tinggal dan orang-
pengertian bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
9
Valeria Rezha Pahlevi, Loc.Cit, hlm. 5-8
9
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perangkat hukum
2. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak
itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.
dalam beberapa hal jika perlu dengan bantuan polisi pria. Penyidik anak, juga
antropologi, juga harus mencintai anak dan berdedikasi, dapat menyelami anak
10
pemeriksaannya tidak memakan waktu lama, dengan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti, dan dapat mengajak tersangka, saksi dan korban memberikan
penyidikan bersifat sopan dan ramah serta tidak menakuti tersangka, saksi dan
korban. Tujuannya ialah agar pemeriksaan berjalan dengan lancar, karena seorang
anak yang merasa takut sewaktu menghadapi penyidik, anak mengalami kesulitan
paksaan, intimidasi, yang dapat menimbulkan ketakutan atau trauma pada anak.
KUHAP, tahap ini tidak saja merupakan dasar bagi pemeriksaan dimuka
Tentang Hukum Acara Pidana, keterangan saksi yang tidak disumpah ini bukan
merupakan alat bukti namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari
saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang
lain. Sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Konvensi Hak Anak yang telah
diratifikasi oleh Indonesia dengan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 yang
berbunyi:
11
1. Negara-negara Pihak harus menjamin bagi anak yang mampu membentuk
2. Untuk tujuan ini, maka anak terutama harus diberi kesempatan untuk
melalui suatu perwakilan atau badan yang tepat, dalam suatu cara yang
12
a) Hak diperhatikan laporan yang disampaikan dengan suatu tindak lanjut
sebagai saksi.
c) Hak mendapatkan izin dari sekolah untuk menjadi saksi. Sementara hak
10
Nur Afni, Skripsi : “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Saksi Dalam Perkara Pidana
(Studi Kasus Putusan No.327/Pid.B/2008/Pn.Mks)”, (Makassar:UNHAS, 2013, hlm. 55-65
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendampingan korban dapat dilakukan oleh orang tua atau dinas sosial
(PPA) seperti korban yang tidak fokus, takut, trauma, dan merasa
terhadap korban.
untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,
14
kekerasan dan diskriminasi. Perangkat hukum tentang perlindungan dan
ada tekanan atau perasaan tidak enak terhadap terdakwa saksi anak dalam
B. Saran
suasana anak-anak agar anak tidak merasa asing pada saat berada di dalam
2. Perlu adanya suatu perangkat yuridis yang tidak lagi terpisah-pisah yang
15
DAFTAR PUSTAKA
Nur Afni. 2013. Skripsi : “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Saksi
Dalam Perkara Pidana (Studi Kasus Putusan No.327 /Pid.B/ 2008/ Pn.
Mks)” (Makassar:UNHAS)
Purwadarminta, 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Soeaidy, Sholeh dan Zulkhair. 2001, Dasar Hukum Perlindungan Anak. Jakarta:
CV. Noviando Pustaka Mandiri.
16