Disusun Oleh :
Lukita Ayu Fitriani
20101440120056
2B
Selanjutnya, peran masyarakat dan unsur masyarakat dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 dijelaskan menjadi lebih terperinci yang meliputi organisasi kemasyarakatan,
akademisi, dan pemerhati anak. Keluarga dan orang tua (Pasal 26) juga memiliki kewajiban
dan tanggung jawab dalam memberikan perlindungan terhadap anak, termasuk mencegah
terjadinya perkawinan pada usia anak. Persoalan tentang identitas anak dan pengangkatan
anak juga mengalami penambahan di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 melalui
Pasal 27, 28, 33, 38, dan 39—41.
Di antara Pasal 76 dan Paal 77 dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 telah
disisipkan 10 Pasal (Pasal 76A-76J) yang berisi larangan tentang memperlakukan anak secara
diskriminatif; menempatkan atau membiarkan anak did alam situasi kekerasan; perlakuan
salah dan penelantaran; eksploitasi; melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul; menempatkan,membiarkan,melakukan,menyuruh, melakukan, atau turut serta dalam
perdagangan anak; dilarang menghalang halangi anak untuk menikmati budayanya sendiri’
dilarang merekrut atau memperalat anak untuk kepentingan militer; dilarang melakukan
eksploitasi secara ekonomi dan/atau terhadap anak; dilaranng dengan sengaja melibatkan
anak dalam penyalahgunaan serta produksi dan distribusi narkotika dan/atau psikotropika.
Pelanggaran atas larangan dalam pasal-pasal tersebut di atas akan dikenai sanksi. Apabila
melakukan diskriminasi (Pasal 76A), akan dikenai hukuman penjara paling lama 5 tahun
dan/atau denda 100 juta rupiah (Pasal 77).
Dengan persetujuan :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
DAFTAR PUSTAKA
Saraswati, R. (2015). Hukum perlindungan anak di Indonesia (No. 2). PT. Citra Aditya Bakti.
https://jdihn.go.id/files/4/2002uu023