Anda di halaman 1dari 191

Bahan Ajar

Hukum dan
Perundang-
Undangan Sosial
FA K U LT A S I L M U S O S I A L DA N I L M U P O L I T I K

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I YA H J A K A R T A

MOH. AMIN TOHARI


UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN
ANAK
UU Perlindungan Anak ditetapkan pertama kali UU Nomor 23 tahun 2002
pada tahun 2002 yang kemudian diberi nama tentang perlindungan anak.

Kemudian ada beberapa poin yang direvisi yang kemudian menjadi

UU Nomor 35 Tahun 2014


tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

Terdapat UU turunan tentang Perlindungan Anak. seperti:

PP Pengganti UU RI Nomor 01 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas


UU Nomor 23 Tahun 2002 dan penjelasannya

UU Nomor 17 Tahun 2016 tanggal 09 November 2016 tentang “Penetapan


peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 1 tahun 2016 tentang
perubahan kedua atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak menjadi undang-undang”

PP No. 59 tahun 2019 tentang penyelenggaraan koordinasi perlindungan anak


UU Perlindungan Anak
UU Nomor 23 Tahun 2003 & UU Nomor 35 Tahun 2014

Pengertian-Pengertian

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,


termasuk anak yang masih dalam kandungan

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan


melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi

Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara


wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
lanjutan

Anak Penyandang Disabilitas adalah Anak yang memiliki keterbatasan


fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang
dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat
menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan
efektif berdasarkan kesamaan hak. (UU Nomor 35 Tahun 2014)

Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara,
pemerintah, dan pemerintah daerah. (UU Nomor 35 Tahun 2014)

Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat


timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual,
dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. (UU
Nomor 35 Tahun 2014)
Asas dan Tujuan

Non diskriminasi

Kepentingan yang terbaik bagi anak


Asas prinsip-
prinsip dasar Hak untuk hidup, kelangsungan
Konvensi Hak-Hak hidup, dan perkembangan
Anak meliputi :

Penghargaan terhadap pendapat anak


lanjutan

Tujuan Perlindungan
Anak Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-
hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia, dan sejahtera. (pasal 3 UU 23 Tahun 2002).
Macam-macam Hak Anak

Setiap Anak berhak untuk :

Hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar


Atas suatu nama
Mengetahui orang tuanya dan diasuh oleh orang tuanya
Jika dalam keadaan terlantar berhak diasuh atau diangakat anak asuh oleh
orang lain sesuai dengan ketentuan
Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai kebutuhannya

Memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan


pribadinya
Mendapatkan perlindungan disuatu pendidikan dari kejahatan seksual dan
kekerasan yang dilakukan oleh pihak2 yan barada di lingkup pendidikan
tersebut
Anak dengan disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar biasa
Menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima mencari dan
memberikan informasi sesuai dengan usianya
Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang dengan anak sebaya
Anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi bantuan sosial dan taraf
kesejehteraan sosial
lanjutan
Anak dalam masa pengasuhan berhak mendapat perlakuan dan
perlindungan dari :

Diskriminasi Eksploitasi Penelantaran

Kekejaman, kekerasan, dan Ketidak adilan Perlakuan salah lainya


penganiyaan
lanjutan
Diasuh orangtuanya sendiri, kecuali ada alasan yang bisa diterima untuk
dilakukan pemisahan. Namun anak tetep berhak
❑ Bertemu langsung dan berhubungan pribadi dengan orang tuanya
❑ Mendapat pengasuhan pemeliharaan pendidikan dan perlindungan
untuk proses tumbuh kembangnya
❑ Memperoleh pembiayaan hidup dari kedua orangtuanya
❑ Memperoleh hak anak

Memperoleh perlindungan dari:


❑ Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
❑ Pelibatan dalam sengketa bersenjata;
❑ Pelibatan dalam kerusuhan sosial;
❑ Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan
❑ Pelibatan dalam peperangan.
❑ Kejahatan seksual
lanjutan
Memperoleh perlindungan dari sasaran penganiyaan,peyiksaan, atau
penjatuhnan hukuman yang tidak manusiawi
Memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum
Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara anakdilakukan apabila
sesuai dengan hukum yang berlaku
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk
❑ Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya
dipisahkan dari orang dewasa
❑ Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainya
❑ Membela diri dan memperoleh keadilan didepan pengadilan anak yang
objektif
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang
berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan
Setiap anak yang menjadi korban atau tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum dan bantuan lainnya
Kewajiban Anak
Menghormati orangtua, wali, dan guru

Mencintai orangtua, wali, dan guru

Mencintai tanah air, bangsa, dan negara

Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya

Melaksanakan etika dan ahlak yang mulia

Pasal 19 UU No. 23 Tahun 2002


KEWAJIBAN dan TANGGUNG JAWAB NEGARA,
PEMERINTAH, DAN PEMERINTAH DAERAH

Negara wajib memenuhi, melindungi, dan


Negara, pemerintah, dan pemerintah menghormati hak anak
daerah bertanggung jawab
menghormati pemenuhan hak anak
tanpa membedakan suku agama, ras,
golongan, jenis kelamin, etnik, budaya Pemerintah wajib dan bertanggungjawab
merumuskan dan melaksanakan kebijakan
dan bahasa, status hukum, urutan dibidang penyeleggaraan perlindungan anak

kelahiran, dan kodisi fisik atau mental

Pemerintah daerah berkewajiban dan


bertanggung jawabuntuk melaksanakan
kebijakan di bidang penyelenggaraan
perlindungan anak
KEWAJIBAN &
TANGGUNG JAWAB ORANGTUA

Pasal 26 ayat 1 UU No. 23 tahun 2002

Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak

Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan,


bakat, dan minatnya;

Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak

Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai


budi pekerti pada Anak
KEDUDUKAN ANAK

ANAK DARI
IDENTITAS PERKAWINAN
CAMPURAN
Identitas diri setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya
dan dituangkan dalam akta kelahiran.

Pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat


keterangan dari orang yang menyaksikan dan/atau
IDENTITAS ANAK
membantu proses kelahiran.

Dalam hal anak yang proses kelahirannya tidak diketahui,


dan orang tuanya tidak diketahui keberadaannya,
pembuatan akta kelahiran untuk anak tersebut
didasarkan pada keterangan orang yang menemukannya.
Anak yang Dilahirkan dari
Perkawinan Campuran

Jika terjadi perkawinan campuran antara warga negara Republik Indonesia dan warga
negara asing, anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut berhak memperoleh
kewarganegaraan dari ayah atau ibunya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Dalam hal terjadi perceraian dari perkawinan tersebut anak berhak untuk memilih
atau berdasarkan putusan pengadilan, berada dalam pengasuhan salah satu dari kedua
orang tuanya.

Dalam hal terjadi perceraian, sedangkan anak belum mampu menentukan pilihan dan
ibunya berkewarganegaraan Republik Indonesia, demi kepentingan terbaik anak atau
atas permohonan ibunya, pemerintah berkewajiban mengurus status kewarganegaraan
Republik Indonesia bagi anak tersebut.
kekuasaan Orang Tua untuk mengasuh, mendidik,
memelihara, membina, melindungi, dan
KUASA ASUH menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan agama yang
dianutnya dan sesuai dengan kemampuan, bakat, serta
minatnya.

Dalam hal orang tua yang melalaikan


Tindakan pengawasan terhadap orang tua
kewajibannya, terhadapnya dapat
atau pencabutan kuasa asuh, dilakukan
dilakukan tindakan pengawasan atau kuasa
melalui penetapan pengadilan.
asuh orang tua dapat dicabut.
Lanjutan

Salah satu orang tua, saudara kandung, atau keluarga sampai derajat
ketiga, dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk
mendapatkan penetapan pengadilan tentang pencabutan kuasa asuh
orang tua atau melakukan tindakan pengawasan apabila terdapat alasan
yang kuat untuk itu.

Penetapan pengadilan dapat menunjuk orang


Apabila tidak dapat melaksanakan fungsinya, perseorangan atau lembaga
maka pencabutan kuasa asuh orang tua dapat pemerintah/masyarakat untuk menjadi wali bagi
juga diajukan oleh pejabat yang berwenang atau yang bersangkutan.
lembaga lain yang mempunyai kewenangan Perseorangan yang melaksanakan pengasuhan
untuk itu. anak, harus seagama dengan agama yang dianut
anak yang akan diasuhnya.
Adapun ketetapan pengadilan sekurang-kurangnya
memuat ketentuan :

1. Tidak memutuskan hubungan darah antara anak dan orang


tua kandungnya

2. Tidak menghilangkan kewajiban orang tuanya untuk


membiayai hidup anaknya; dan

3. Batas waktu pencabutan.


PERWALIAN

Wali adalah orang atau badan yang dalam


kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh
sebagai Orang Tua terhadap Anak.

Untuk menjadi wali anak sebagaimana dimaksud


Dalam hal orang tua anak tidak cakap melakukan
dilakukan melalui penetapan pengadilan.
perbuatan hukum, atau tidak diketahui tempat
Wali yang ditunjuk agamanya harus sama dengan
tinggal atau keberadaannya, maka seseorang atau
agama yang dianut anak.
badan hukum yang memenuhi persyaratan dapat
Untuk kepentingan anak, wali sebagaimana dimaksud
ditunjuk sebagai wali dari anak yang bersangkutan.
wajib mengelola harta milik anak yang bersangkutan.

Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penunjukan wali sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Lanjutan

Wali yang ditunjuk berdasarkan penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud, dapat mewakili
anak untuk melakukan perbuatan hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk
kepentingan yang terbaik bagi anak.

Dalam hal anak belum mendapat penetapan


pengadilan mengenai wali, maka harta kekayaan
anak tersebut dapat diurus oleh Balai Harta
Peninggalan atau lembaga lain yang mempunyai
Dalam hal wali yang ditunjuk ternyata di kewenangan untuk itu.
kemudian hari tidak cakap melakukan
perbuatan hukum atau menyalahgunakan
kekuasaannya sebagai wali, maka status
perwaliannya dicabut dan ditunjuk orang lain Dalam hal wali meninggal dunia, ditunjuk
sebagai wali melalui penetapan pengadilan. orang lain sebagai wali melalui penetapan
pengadilan.
PENGASUHAN DAN PENGANGKATAN ANAK

Pengasuhan Anak

Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh
kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud, dilakukan oleh lembaga yang mempunyai
kewenangan untuk itu.

Jika dalam hal lembaga sebagaimana dimaksud di atas berlandaskan agama, anak yang diasuh harus yang
seagama dengan agama yang menjadi landasan lembaga yang bersangkutan.
Pengasuhan Anak

Dalam hal pengasuhan anak dilakukan oleh


lembaga yang tidak berlandaskan agama,
maka pelaksanaan pengasuhan anak harus
memperhatikan agama yang dianut anak
yang bersangkutan.

Pengasuhan anak oleh lembaga dapat


dilakukan di dalam atau di luar Panti Sosial.
Pengasuhan Anak

Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam slide


sebelumnya, dilaksanakan tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya
dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran
anak, dan kondisi fisik dan/atau mental.

Pengasuhan anak diselenggarakan melalui kegiatan


bimbingan, pemeliharaan, perawatan, dan
pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan
memberikan bantuan biaya dan/atau fasilitas lain,
untuk menjamin tumbuh kembang anak secara
optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial,
tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak.
Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk


kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan
berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dan tidak memutuskan hubungan darah antara anak
yang diangkat dan orang tua kandungnya
Pengangkatan Anak

Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang


dianut oleh calon anak angkat.

Pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya dapat


dilakukan sebagai upaya terakhir.

Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak
disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat.
Pengangkatan Anak

Pemerintah dan masyarakat


Orang tua angkat wajib
melakukan bimbingan dan
memberitahukan kepada
pengawasan terhadap
anak angkatnya mengenai
pelaksanaan pengangkatan
asal usulnya dan orang tua
anak.
kandungnya.
Ketentuan mengenai
Dan dilakukan dengan
bimbingan dan pengawasan
memperhatikan kesiapan
diatur dengan Peraturan
anak yang bersangkutan.
Pemerintah.
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
Bagian kesatu, Agama Bagian Kedua, Kesehatan
Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyeleng-garakan upaya kesehatan yang
komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak
Setiap anak mendapat perlindungan untuk dalam kandungan.
beribadah menurut agamanya. Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya kesehatan secara komprehensif sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) didukung oleh peran serta masyarakat.
Sebelum anak dapat menentukan pilihannya, Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi upaya
agama yang dipeluk anak mengikuti agama promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk pelayanan kesehatan dasar maupun
orang tuanya. rujukan.

Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan
Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, secara cuma-cuma bagi keluarga yang tidak mampu.
orang tua, wali, dan lembaga sosial Pelaksanaan ketentuan diatas disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
menjamin perlindungan anak dalam yang berlaku.

memeluk agamanya. Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak
dalam kandungan.
Perlindungan anak dalam memeluk Dalam hal orang tua dan keluarga yang tidak mampu melaksanakan tanggung jawab
agamanya sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pemerintah wajib memenuhinya.

ayat (1) meliputi pembinaan,


pembimbingan, dan pengamalan ajaran
agama bagi anak.
Lanjut...
Bagian Keempat, Sosial
Bagian Ketiga, Pendidikan
Pemerintah wajib menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga.
Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9
Penyelenggaraan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh lembaga masyarakat.
(sembilan) tahun untuk semua anak.
Untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat, sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat mengadakan kerja sama
dengan berbagai pihak yang terkait.
Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan

Dalam hal penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), pengawasannya dilakukan oleh Menteri Sosial.
kesempat_an yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh

Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak dapat : 1. berpartisipasi; 2. bebas menyatakan pendapat dan berpikir
pendidikan. sesuai dengan hati nurani dan agamanya; 3bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak; 4. bebas berserikat dan berkumpul; 5. bebas
beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan berkarya seni budaya; dan 6. memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.

Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 diarahkan pada :

1. pengembangan sikap dan kemam_puan kepribadian anak, bakat,

kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang

optimal;

2. pengembangan penghormatan atas hak asasi manusia dan kebebasan

asasi;

3. pengembangan rasa hormat terha_dap orang tua, identitas budaya,

bahasa dan nilai-nilainya sendiri, nilai-nilai nasional di mana anak

bertempat tinggal, dari mana anak berasal, dan peradaban-peradaban

yang berbeda-beda dari peradaban sendiri;

4. persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab; dan

5. pengembangan rasa hormat dan cinta terhadap lingkungan hidup.

Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.

Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibilitas

untuk memperoleh pendidikan khusus.


Bagian Kelima, Perlindungan Khusus
Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak
dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara
ekonomi dan/atauseksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau
mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.
Anak dalam situasi darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 terdiri atas :
1. anak yang menjadi pengungsi;
2. anak korban kerusuhan;
3. anak korban bencana alam; dan
4. anak dalam situasi konflik bersenjata.
Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi pengungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf a dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan hukum humaniter.
Perlindungan khusus bagi anak korban kerusuhan, korban bencana, dan anak dalam situasi konflik bersenjata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 huruf b, huruf c, dan huruf d, dilaksanakan melalui : 1. pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan,
sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan; dan 2. pemenuhan
kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial.
Setiap orang dilarang merekrut atau memperalat anak untuk kepentingan militer dan/atau lainnya dan membiarkan anak tanpa
perlindungan jiwa.
Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi anak yang berkonflik
PERAN MASYARAKAT

Masyarakat berhak memperoleh kesempatan


seluas-luasnya untuk
berperan dalam perlindungan anak.

Peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan,
Peran masyarakat dilaksanakan sesuai dengan
lembaga perlindungan anak, lembaga sosial
ketentuan peraturan
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,
perundang-undangan yang berlaku.
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, badan
usaha, dan media massa.
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
oDalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan perlindungananak, dengan undang-undang ini dibentuk Komisi
Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen.
oKeanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang
sekretaris, dan 5 (lima) orang anggota.
oKeanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat,
organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan kelompok
masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak.
oKeanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah
mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun, dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
oKetentuan lebih lanjut mengenai kelengkapan organisasi, mekanisme kerja, dan pembiayaan ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
oKomisi Perlindungan Anak Indonesia bertugas :
o1. melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak,
mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak;
o2. memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka perlindungan anak.
KETENTUAN PIDANA
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan :
1. diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalamikerugian, baik materiil maupun moril
sehingga menghambat fungsi sosialnya; atau
2. penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik,
mental, maupun sosial,
3. dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak dalam situasi darurat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak
yang tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan,
anak korban perdagangan, atau anak korban kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, padahal anak
tersebut memerlukan pertolongan dan harus dibantu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
LANJUTAN..
❑Setiap orang yang melakukan pengangkatan anak yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
❑Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp
72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
❑Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
❑Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
❑ Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila
yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.
❑Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan
paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
❑Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja
melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya
atau dengan orang lain.
LANJUTAN..

❖Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah).
❖Setiap orang yang memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
❖Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak untuk
pihak lain dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
❖Setiap orang yang melakukan jual beli organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
❖Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan pengambilan organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak
tanpa memperhatikan kesehatan anak, atau penelitian kesehatan yang menggunakan anak ebagai objek penelitian
tanpa seizin orang tua atau tidak mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
LANJUTAN..
➢Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, atau membujuk anak
untuk memilih agama lain bukan atas kemauannya sendiri, padahal diketahui atau patut diduga bahwa anak
tersebut belum berakal dan belum bertanggung jawab sesuai dengan agama yang dianutnya dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
➢Setiap orang yang secara melawan hukum merekrut atau memperalat anak untuK kepentingan militer
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 atau penyalahgunaan dalam kegiatan politik atau pelibatan dalam sengketa
bersenjata atau pelibatan dalam kerusuhan sosial atau pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur
kekerasan atau pelibatan dalampeperangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
➢Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
➢Setiap orang yang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam
penyalahgunaan, produksi atau distribusi narkotika dan/atau psikotropika dipidana dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
➢Setiap orang yang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam
penyalahgunaan, produksi, atau distribusi alkohol dan zat adiktif lainnya dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan paling singkat 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan denda paling sedikit Rp 20.000.000,00(dua puluh juta rupiah).
Catatan Kecil:
Terkait UU No.23 Th2002, TTG
PERLINDUNGAN ANAK, BAB XII
KETENTUAN PIDANA, a l :
1. ps80 a1, ttg pelaku kekerasan dn penganiayaan terhd anak pidana 3.5 th /denda72jt
saja? (a2 mengakibatkan luka berat baru 5tn/denda100jt), (a3 mengakibatkan mati
10th_15th di UU No35), (a4 tambah ⅓jk dilakukan o/ ortunya), sedangkan ps78 org yg
yg mengetajui dn melakukan pembiaran saja pidana5th/denda100jt.
2. ps84 ada teks "secara melawan hukum melakukan transplantasi organ...." apa arti dari
secara sah melawan hukum..? (jg dips85 a2, dn ps87)
3. Adakah kawan yang bersedia menjelaskan maksud antara:"secara sah melawan
hukum..." dn"secara melawan hukum..“ Terimakasih!
UNDANG-UNDANG PEKSOS
Penjelasan Umum UU Pekerja Sosial

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan bagian integral dari pembangunan nasional sebagai
perwujudan dari upaya tujuan bangsa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan perwujudan nilai Pancasila. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial salah satunya
ditujukan untuk mengatasi masalah kesejahteraan sosial yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat agar meningkatkan kualitas dan standar kehidupannya secara adil dan merata.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dilakukan selama ini Pemerintah belum sepenuhnya mampu
mengatasi permasalahan sosial di masyarakat. Selain itu, adanya perubahan sosial di masyarakat berdampak
pada meningkatnya masalah sosial dengan munculnya masalah sosial baru. Masalah sosial yang dialami
atau dihadapi selama ini oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat belum diberikan pelayanan
yang sesuai dengan standar Praktik Pekerjaan Sosial serta ketersediaan Pekerja Sosial yang tidak sebanding
dengan jumlah Klien.
UU PEKSOS

UU pekerja sosial mengatur pekerja sosial sebagai pedoman legalitas bagi pekerja sosial dalam melaksanakan
praktiknya. Selain itu, pekerja sosial sebagai suatu komponen utama penyelenggara kesejahteraan sosial kepada
masyarakat dengan peranan penting sehingga perlu mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum.
Ada masalah sosial yang dialami masyarakat bisa terjadi melalui individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
belum diberikan pelayanan yang sesuai dengan standar praktik pekerja sosial juga banyaknya pekerja sosial
tidak sebanding dengan jumlah klien yang membutuhkan.
Pekerja Sosial menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2019 tentang Pekerja Sosial adalah seseorang yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta mendapatkan 'sertifikat
kompetensi. Praktik Pekerjaan Sosial dalam UU 14 tahun 2019 tentang Pekerja Sosial adalah penyelenggaraan
pertolongan profesional yang terencana, terpadu, berkesinambungan dan tersupervisi untuk mencegah
disfungsi sosial, juga memulihkan dan meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Pelayanan Praktik Pekerjaan Sosial
bertujuan:

Memulihkan dan Meningkatkan ketahanan


Mencegah terjadinya disfungsi
meningkatkan Keberfungsian sosial masyarakat dalam
sosial individu, keluarga,
Sosial individu, keluarga, menghadapi masalah
kelompok, dan masyarakat
kelompok, dan masyarakat kesejahteraan sosial

Meningkatkan kualitas
Meningkatkan kemampuan
manajemen penyelenggaraan
dan kepedulian masyarakat
kesejahteraan sosial dalam
dalam penyelenggaraan
rangka mencapai kemandirian
kesejahteraan sosial secara
individu, keluarga, kelompok,
melembaga dan berkelanjutan.
dan masyarakat
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2019 tentang
Pekerja Sosial didalamnya mengatur tentang:

A. Praktik Pekerjaan Sosial, cakupan kegiatan Praktik Pekerjaan Sosial bentuk kegiatan yang dapat dilakukan
B. standar Praktik Pekerjaan Sosial yang berisi standar harus dipenuhi dalam melakukan pelayanan Praktik Pekerjaan Sosial dan standar itu ditentukan oleh
Menteri
C. Registrasi dan izin praktik mengatur kewajiban memiliki STR dan SIPPS, Pekerja Sosial lulusan luar negeri, dan Pekerja Sosial warga negara asing
D. Registrasi dan izin praktik yang mengatur mengenai kewajiban memiliki STR dan SIPPS, Pekerja Sosial lulusan luar negeri, dan Pekerja Sosial warga
negara asing
E. Hak dan kewajiban pekerja sosial dan klien
F. Organisasi pekerja sosial sebagai wadah aspirasi pekerja sosial
G. Dewan kehormatan kode etik yang dibentuk oleh organisasi pekerja sosial
H. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah daerah untuk menjamin mutu, perlindungan masyarakat penerima layanan praktik pekerjaan sosial
I. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan praktik pekerja sosial
Pasal 1, 5, dan 9 Dalam Undang-Undang
PASAL 1

AYAT 1 Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatkan 'sertifikat
kompetensi.AYAT 2 Praktik Pekerjaan Sosial adalah penyelenggaraan pertolongan profesional yang terencana, terpadu, berkesinambungan dan tersupervisi untuk
mencegah disfungsi sosial, serta memulihkan dan meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

AYAT 2 Praktik Pekerjaan Sosial adalah penyelenggaraan pertolongan profesional yang terencana, terpadu, berkesinambungan dan tersupervisi untuk mencegah
disfungsi sosial, serta memulihkan dan meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

PASAL 5

Praktik Pekerjaan Sosial harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana pelayanan sesuai dengan standar pelayanan dan standar operasional prosedur.

PASAL 7

AYAT 1 Pelindungan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b merupakan intervensi pekerjaan sosial yang ditujukan untuk mencegah dan menangani
risiko dari guncangan dan kerentanan sosial individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
dasar minimal.

Pelindungan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:bantuan sosial;advokasi sosial; dan/ataupemberian akses bantuan hukum.
Undang-undang Penyalahgunaan
NAPZA
Pengertian
NAPZA/Narkoba
NAPZA singkatan dari Narkotika, Alkohol,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya yang
merupakan istilah yang dipakai oleh kalangan
medis atau istilah lain yang sering dipakai oleh
banyak orang yaitu Narkoba.

Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat


alamiah, sintetis, maupun semi sintetis yang
menimbulkan efek penurunan kesadaran,
halusinasi, serta daya rangsang.
Golongan-golongan
NAPZA/Narkotika
Dalam UU Narkotika, narkotika digolongkan menjadi tiga golongan. Melihat ketentuan Pasal 6
ayat (1) UU Narkotika DAN LAMPIRAN Permenkes 9/2022, berikut ini 3 golongan narkotika :

3
2 Narkotika
Golongan III
1 Narkotika
Golongan II
Narkotika
Golongan I
Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan;
Contoh :
Opium mentah, Tanaman koka, Daun koka, Kokain mentah, Heroina,
Metamfetamina/Sabu, Tanaman ganja, Ganja sintetis/Tembakau sintetis,
LSD/Acid, Ekstasi, dan Magic Mushroom.
Narkotika Golongan II
Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan
Contoh :
ekgonina, morfin metobromida, dan morfina.
Narkotika Golongan III
Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh :
etilmorfina, kodeina, polkodina, dan propiram.
Peraturan Perundang-
undangan yang Mengatur
Tentang NAPZA
Hukum terkait NAPZA ini diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan disebutkan bahwa narkotika
merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Tertuang dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, berikut ini
kutipan pasal diantaranya yaitu :

Kepemilikan
Orang yang memiliki tanaman ganja dipenjara 4 s.d 12 tahun (Pasal 111 ayat (1)),
sementara jika memiliki tanaman ganja lebih dari 1 kg atau 5 batang dipenjara5 s.d 20
tahun (Pasal 111 ayat (2)).
Orang yang memiliki narkoba jenis inex, ekstasi, sabu, putau, heroin, kokain dipenjara 4
s.d 12 tahun (Pasal 112 ayat (1)), sementara jika memiliki lebih dari 5 gram dipenjara 5
s.d 20 tahun (Pasal 112 ayat (2)).

Produsen
Orang yang membuat narkoba dipenjara 5 s.d 15 tahun (Pasal 113 ayat (1)), sementara jika
orang membuat narkoba lebih dari 1 kg ganja atau 5 gram jenis ineks, ekstasi, sabu, putau,
heroin, kokain dipenjara 5 s.d 20 tahun (Pasal 113 ayat (2)).
Pengedar
Orang yang mengedarkan narkoba dipenjara 5 s.d 20 tahun (Pasal 114 ayat (1)), sementara
jika melebihi 1 kg atau 5 batang ganja dan melebihi 5 gram jenis ineks, ekstasi, sabu, putau,
heroin, kokain dihukum mati (Pasal 114 ayat (2)).
Kurir
Orang yang menjadi kurir narkoba dipenjara 4 s.d. 12 tahun (Pasal 115 ayat (1)), sementara
sementara jika melebihi 1 kg atau 5 batang ganja dan melebihi 5 gram jenis ineks, ekstasi,
sabu, putau, heroin, kokain dihukum mati (Pasal 115 ayat (2)).
Pemakai
• Orang yang memakai narkoba dipenjara 1 s.d 4 tahun (Pasal 127 ayat (1)).
• Wajib Lapor
• Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial (Pasal 54).
• Orang tua dari pencandu dewasa dan anak wajib lapor ke Puskesmas/Rumah
Sakit/Lembaga Rehabilitasi (Pasal 55 ayat (1) dan (2)) sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/615/2016 tentang Institusi Penerima Wajib Lapor.
• Orang tua atau wali dari pecandu dewasa dan anak yang tidak lapor dikenai sanksi
kurungan 6 bulan (Pasal 128 ayat (1)).
• Bagi pecandu dewasa wajib lapor ke Puskesmas/Rumah Sakit/Lembaga Rehabilitasi
(Pasal 55 ayat (2)) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/
615/2016 tentang Institusi Penerima Wajib Lapor.
• Bagi pecandu dewasa yang tidak lapor dikenai sanksi kurungan 6 bulan (Pasal 134 ayat
(1)).
TANAMAN KONTROVERSI
(GANJA)
TAK KENAL MAKA TAK TAHU HUKUM
Ganja atau mariyuana adalah psikotropika mengandung tetrahidrokanabinol sebagai
senyawa kimia utama yang membuat penggunanya mengalami euforia.[1] Selain
tetrahidrokanabinol, ganja juga menghasilkan kanabidiol dan kanabinol. Selain 3
kanabinoid tersebut, masih ada 80 hingga 100 kanabinoid lainnya yang terkandung dalam
tumbuhan ini.

Ganja juga dikenal dengan sebutan marijuana, grass, weed, pot, tea, mary jane dan
produknya hemp, hashish, charas, bhang, ganja, dagga dan sinsemilla (Camellia, 2010).

Ada tiga jenis ganja yaitu cannabis sativa, cannabis indica, dan cannabis ruderalis.
Ketiga jenis ganja ini memiliki kandungan tetrahidrokanabinol (THC) dan cannabidiol
(CBD) berbeda-beda.
HUKUM TANAMAN GANJA
Indonesia memiliki aturan perundang-undangan tentang narkotika yaitu Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika yang merupakan revisi dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Selain
narkotika, UU tersebut juga mengatur tentang prekusor narkotika yang merupakan zat/bahan pemula/bahan kimia
yang digunakan dalam pembuatan narkotika.

Dalam lampiran undang-undang tersebut, ganja dan senyawa turunnya masuk ke dalam golongan I, antara lain:
1. Tanaman ganja, semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami,
hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis
2. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.
3. Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya
KONTROVERSI
Pada awal Desember 2020 lalu, Komisi Narkotika PBB (CND) mengumumkan
mencabut ganja dan turunannya dari Daftar IV Konvensi Tunggal Narkotika 1961.
Ganja secara resmi keluar dari daftar narkoba berbahaya dan adiktif versi PBB.
Keputusan Komisi Narkotika PBB itu keluar setelah CND mempertimbangankan
rekomendasi WHO. Dari 53 negara anggota CND yang mengikuti pemungutan
suara, 27 mendukung pencabutan ganja dari Daftar IV Konvensi Tunggal
Narkotika 1961, 25 menolak, dan satu lainnya abstain. Keputusan CND membuka
peluang penelitian potensi ganja sebagai obat medis dan terapi, tetapi tetap
melarang pemakaiannya buat tujuan rekreasi. Dengan begitu, CND mendukung
keberlanjutan riset untuk mempelajari khasiat tanaman ganja dan negara yang
melegalkannya untuk keperluan medis.
Badan Narkotika Nasional melalui Humas serta Deputi Hukum dan Kerjasama, menyatakan bahwa
pemerintah Indonesia tetap menolak ganja dilegalkan baik untuk kepentingan medis maupun rekreasional.
Sikap tegas yang diambil oleh BNN sebagai leading sector penanganan permasalahan Narkoba di Indonesia
menyatakan bahwa dengan situasi dan kondisi pernyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika khusunya
ganja yang sangat tinggi di Indonesia, maka upaya tindakan melegalisasi ganja adalah perbuatan melawan
hukum yang dapat dikenakan sanksi sesuai UU Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 (Humas BNN, 2021)

Kebijakan pemerintah yang menolak rekomendasi dari ECDD WHO tentang pemanfaatan ganja untuk
kepentingan medis memiliki beberapa alasan yang mendasari, antara lain bahwa dari hasil penelitian
kandungan ganja yang ada di Indonesia memiliki THC (kandungan dalam tanaman ganja yang sangat
berbahaya karena bersifat psikoaktif) yang tinggi yakni 18% dibanding dengan CBD yang hanya sebesar
1%. Alasan berikutnya adalah ganja yang dijadikan terapi pengobatan adalah ganja dari hasil budidaya
rekayasa genetik yang dapat menghasilkan kandungan CBD tinggi dan kandungan THC rendah.
Pemerintah tetap kekeuh dengan Undang-Undang yang sudah dibuat, hal itu pun menjadikan ada
sekelompok masyarakat Indonesia yang ingin Undang-Undang tersebut agar segera direvisi oleh
pemerintah yaitu LGN/YSN (Liga Ganja Nusantara/Yayasan Sativa Nusantara) untuk melegalisasi
ganja yang ada di Indonesia. Dikarenakan ganja sangat membantu untuk keperluan medis.

Adalagi Kasus yang sempat viral menimpa saudara kita dikalimantan yaitu Fidelis Arie Sudewarto
yang ditangkap karena menanam 39 batang pohon ganja dirumahnya karena ia harus merawat
istrinya yang sedang mengidap syringomyelia atau tumbuhnya kista berisi cairan atau syrinx dalam
sumsum tulang belakang. Sejumlah pengobatan diupayakan Fidelis untuk kesembuhan istrinya,
mulai dari obat medis, obat herbal, bahkan orang pintar. Namun, upaya itu tak mampu
mengembalikan kondisi fisik Yeni. Kondisi istrinya perlahan mulai membaik ketika dirawat oleh
suaminya dengan mengekstrak ganja tersebut yang dia dapatkan ilmunya dari literatur-literatur luar
negeri. Singkat cerita isterinya meninggal tepat 32 hari ketika fidelis ditangkap.
JAMINAN SOSIAL
Pengantar
Pada hakekatnya kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian;
Ketidakpastian secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu ;
1. Ketidak pastian spekulatif, dapat mendatangkan keuntungan, dikehendaki oleh yang
bersangkutan, misalnya berbagai bentuk perjudian
2. Ketidak pastian murni, sering mengakibatkan kerugian, umumnya menusia berusaha untuk
mengurangi atau menghilangkannya. Ketidak pastian murni inilah yang dikenal sebagai
resiko.
Resiko terdapat disegala bidang, dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu :
1. Resiko fundamental, bersifat makro kolektif, serta dirasakan oleh seluruh atau sebagian besar
masyarakat :
a. Resiko politis, seperti kenaikan suhu politik pada waktu mendekati Pemilu
b. Resiko ekonomis, seperti tekanan inflasi akibat suatu kebijakan moneter,
c. resiko sosial, seperti keresahan masyarakat yang diakibatkan meningkatnya tindak kejahatan,
d. Resiko pertahanan keamanan, seperti ancaman serangan bersenjata dari negara lain.
Lanjutan

e. Resiko internasional, seperti kegagalan diplomasi dalam memperjuangkan tujuan


tertentu, dsb.
2. Resiko khusus, bersifat makro individual, dan dirasakan oleh perorangan atau unit usaha
seperti pada ;
a. Resiko terhadap diri pribadi, misalnya berupa ancaman terhadap kesehatan atau jiwa
seseorang.
b. Resiko terhadap harta benda yang bisa menyangkut kerusakan atas kekayaan.
c. Resiko usaha yang berupa kegagalan usaha suatu perusahaan, dsb
PENGERTIAN
1. Arti Luas; jaminan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan mengatasi keterbelakangan,
ketergantungan, keterlantaran, serta kemiskinan. Dalam arti luas ini kegiatan jaminan sosial
digolongkan dalam empat kegiatan usaha :
a. Social services
b. Social assistance
c. Social infra structure
d. Social insurance
2. Arti sempit; jaminan sosial hanya meliputi bantuan sosial dan asuransi sosial.
3. Arti murni; jaminan sosial hanya meliputi asuransi sosial saja. Dalam lingkup ini,
jaminan sosial diartikan sebagai perlindungan terhadap resiko-resiko sosial
ekonomi yg mengakibatkan hilangnya penghasilan karena hari tua, cacat, kematian
atau pengangguran, dan kebutuhan tambahan biaya hidup untuk perawatan waktu
sakit atau mengalami kecelakaan.
4. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (UU No. 11 Tahun
2009)
PERISTIWA-PERISTIWA YG DIJAMIN OLEH JAMINAN SOSIAL

1. Kebutuhan akan pelayanan medis


2. Tertundanya, hilangnya, atau turunnya sebagian besar penghasilan yg disebabkan karena : sakit,
hamil, kecelakaan kerja & penyakit jabatan, hari tua, cacat, kematian pencari nafkah,
pengangguran.
3. Tanggung jawab utk keluarga & anak-anak
Meskipun jaminan sosial menanggulangi resiko ganda (ekonomi & sosial), tapi
aspek ekonomisnya lebih menonjol, dan banyak masalah sosial yang dapat
diselesaikan secara ekonomis. Karena itu, jaminan sosial lebih merupakan jaminan
ekonomis baik bagi masyarakat maupun perorangan.
SEBAB-SEBAB TIMBULNYA RESIKO EKONOMIS

1. Tidak mampu memperoleh pengahasilan


2. Tidak cukupnya penghasilan
3. Kelesuan perekonomian
4. Pengurasan sumber daya alam
5. Rendahnya produktivitas karena terbatasnya keterampilan & keahlian
6. Kenaikan harga
CARA MENGHADAPI RESIKO EKONOMIS

1. Bantuan sosial dan asuransi sosial


2. Asuransi komersial dan asuransi sosial
3. Peranggaran dan pendanaan
BANTUAN SOSIAL DAN ASURANSI SOSIAL
Kedua program ini biasanya selalu dilaksanakan secara paralel dalam sistem jaminan . Perbedaan
bantuan sosial & asuransi sosial :
1. Aspek timbulnya hak;
Bantuan sosial (ban sos) : ditentukan dengan tes kebutuhan, bahwa yang bersangkutan memang
memerlukan hak tsb.
Asuransi sosial (as sos) : jaminan diterima sebagai hak peserta jika persyaratannya telah dipenuhi.
2. Aspek pembiayaan
Ban sos : dibiayai dari pajak sebagai bagian dari anggaran pemerintah.
As sos : dibiayai dari iuran peserta dan majikannya
3. Aspek besarnya hak
Ban sos : penentuan besarnya hak ditentukan sendiri oleh pejabat yg berwenang.
As sos : besarnya hak telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
4. Aspek perencanaan
Ban sos : sulit di rencanakan karena terjadinya resiko sulit diperkirakan
As sos : bisa diperhitungkan sampai batas tertentu.

Program ban sos biasanya diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu &
terkena malapetaka seperti bencana alam, wabah kelaparan, dll
ASURANSI KOMERSIAL DAN ASURANSI SOSIAL

Penanggulanagan resiko ekonomis, selain dilakukan oleh pemerintah, juga dapat melalui usaha swasta,
termasuk program-program keasejahteraan karyawan yg diadakan oleh perusahaan masing-masing,
baik yg dikelola seindiri maupun yg diserahkan pada perusahaan asuransi. Perbedaan asuransi
komersial (As kom) & As Sos sbb:
1. Aspek kepesertaan
As kom : sukarela bagi setiap orang atau unit organisasi
As sos : wajib secara nasional bagi mereka yg ditentukan
2. Aspek besarnya hak
As kom : perlindungan sesuai kebutuhan & kemampuan tertanggung yg
ditentukan dlm perjanjian (polis)
As sos : hanya memberikan perlindungan dasar yg ditentukan dlm peraturan
perundang-undangan
3. Aspek perhitungan
As kom : besarnya pertanggungan sesuai dg pembayaran premi krn
menitikberatkan “individu al equality”
As sos : menekankan kecukupan jaminan sehingga jumlahnya tdk selalu
proporsional dg iuran krn menitikberatkan “social adequacy”.
3. Aspek penyelenggara
As kom : dilakukan oleh berbagai perusahaan yg saling bersaingan
As sos : dilakukan oleh aparat pemerintah secara monopoli
4. Aspek seleksi peserta
As kom : biasanya dilakukan pembedaan & seleksi terutama yg menyangkut
kesehatan & umur.
As sos : tidak diadakan pembedaan & seleksi

As kom mengandung semangat gotong royong


As sos mengandung semangat gotong royong & pemerataan penghasilan
PERANGGARAN DAN PENDANAAN
Penyelenggaraan program jaminan sosial bisa dilakukan dg melalui anggaran(pay as you go) atau
memakai cara pemupukan dana (funded), perbedaan keduanya adalah
1. Aspek sumber
Perangaran : pembiayaan & jaminan disediakan langsung dari anggaran pihak yg meminjamkan,
yaitu unit organisasi atau pemerintah.
Pendanaan : sumber berasal dari iuran tenaga kerja, pengusaha, dan mungkin bantuan dr
pemerintah.
2. Aspek pemupukan
Peranggaran : penyediaan anggaran disediakan dg jumlah yg diperlukan saja,
tidak ada dana yg terkumpul.
Pendanaan : dana terpupuk dari iuran yg belum dipergunakan.
3. Aspek investasi
Peranggaran : tidak ada kegiatan investasi
Pendanaan : dana yg terpupuk harus diinvestasikan
4. Aspek resiko investasi
Peranggaran : tidak ada resiko investasi
Pendanaan : ada resiko investasi baik merupakan kegagalan usaha investasi atau
penurunan nilai dana.
5. Aspek kemampuan program
Peranggaran : terutama tergantung dari kemampuan pihak yang menyediakan
anggaran
Pendanaan : terutama tergantung dari pihak lembaga penyelenggara jaminan
sosial.

Catatan :
Program bantuan sosial biasanya dilaksanakan melalui anggaran, sedang program
asuransi sosial & asuransi komersial, umumnya memakai cara pendanaan.
SISTEM JAMINAN SOSIAL
DI INDONESIA
SISTEM JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA
➢ Dengan menggunakan pengertian jaminan sosial yang meliputi bantuan sosial &
asuransi sosial, kedua-duanya telah dilaksanakan oleh pemerintah secara simultan dan
saling melengkapi.
➢ Program bantuan sosial meliputi segala bentuk bantuan dan pembinaan bagi mereka
yang menjadi korban bencana alam & sosial, seperti gempa bumi, banjir, huru-hara,
dan pergolakan sosial, maupun yg terganggu kemampuannya utk mempertahankan
hidup, seperti cacat tubuh, jompo, yatim piatu, fakir miskin & korban narkotika.
Usaha-usaha ini bagian pokok dari Kemensos, sehingga pembiayaannya berasal dari
APBN.
➢Program asuransi sosial di Indonesia bisa dibedakan antara Pegawai Negeri Sipil,
anggota ABRI & karyawan Swasta.
➢Ketentuan pokok bagi pegawai negeri (Sipil & anggota ABRI) diatur dalam UU No.
8/1974 ttg Pemberian Pensiun. Dalam penjelasannya menetapkan bahwa “setiap
pegawai negeri sipil wajib menjadi peserta asuransi sosial”.

➢Bagi karyawan swasta & perusahaan negara, ketentuan pokoknya diatur dalam UU
No. 3/1969, dalam pasal 15 dan penjelasannya ditetapkan bahwa “pemerintah
mengatur penyelenggaraan asuransi sosial yg pembiayaannya dipikul oleh semua pihak
yg berkepentingan”. Kemudian dirubah berdasarkan UU No. 3/1992 tentang
JAMSOSTEK.
ASURANSI SOSIAL BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL
Program asuransi sosial untuk pegawai negeri diatur dalam PP No. 26/1981 tentang
TASPEN dan PP No. 69/1991 tentang ASKES, yang bersifat wajib bagi
PNS/Penerima Pensiun/Perintis Kemerdekaan/ Veteran dan anggota keluarganya.
Adapun jenis program & besarnya iuran sbb:
1. Pensiun, sebesar 4,75 % penghasilan
Program pensiun sepenuhnya dibiayai APBN. Pada dasarnya seorang pegawai telah
berhak atas pensiun bila telah mencapai umur minimal 50 th + masa kerja minimal
20 th, sedang umur pensiun wajib adalah 58 th.
Pengurusan program pensiun dilakukan oleh BKN bekerjasama dg kementrian, sdg
pembayaran pensiun dilakukan melalui kas Negara (kantor Perbendaharaan negara).
2. Tabungan hari tua & Perumahan
Taspen dibiayai sepenuhnya dari iuran peserta sebesar 3,25 % penghasilan.
Program Taspen merupakan suatu bentuk asuransi Dwiguna yg memberikan
jumlah pembayaran sekaligus saat pensiun, meninggal dunia atau keluar sebelum
pensiun.
Selain itu, program ini memberikan asuransi kematian bagi peserta sendiri, istri &
anaknya, besarnya ditentukan atas masa iuran, umur & penghasilan terakhir.
3. Pemeliharan kesehatan
Program ini dibiayai dari iuran peserta sebesar 2 % penghasilan.
Program ini memberikan pelayanan medis & bantuan penggantian pembelian obat-
obatan.
Pelayanan medis dilakukan oleh instansi kesehatan pemerintah (Puskesmas, Balai
Pengobatan, RSU) atau fasilitas swasta yg ditunjuk.
Jenis pelayanan medis berupa; pemeriksaan, pengobatan, imunisasi, perawatan,
persalinan, perawatan gigi & laboratorium, sedangkan penggantian yg diberikan berupa
pembelian obat & kaca mata.
ASURANSI SOSIAL BAGI ANGGOTA ABRI
Program asuransi sosial bagi anggota ABRI pada dasarnya sama dg PNS. Besarnya iuran peserta juga
sama yaitu sebesar 10 % penghasilan dg alokasi program yg sama pula.
Jaminan pensiun bagi anggota ABRI dibedakan 3 jenis yaitu :
1.Pensiun, yg diberikan utk selama hidup kpd mereka yg telah memenuhi syarat utk menerima
pensiun. Apabila ybs meninggal dunia, maka istri/suami & anaknya berhak menerima pensiun
Warakawuri + tunjangan anak yatim/piatu.
2. Tunjangan bersifat pensiun, yg diberikan utk selama hidup kpd mereka yg belum
memenuhi syarat pensiun. Bila meninggal dunia maka istri/suami & anaknya
berhak menerima pensiun.
3. Tunjangan, yg diberikan hanya utk selama jumlah masa kerja yg dimiliki, kepada
mereka yg tidak memenuhi syarat pensiun atau tunjangan bersifat pensiun.
➢ Program ASABRI mirip TASPEN yaitu mengelola iuran 3,25 % penghasilan,
hanya saja bentuk jaminannya lebih terbatas pada asuransi hari tua tanpa asuransi
kematian, sebagai gantinya diberikan biaya penguburan.
Program ini dikelola oleh Perum ASABRI sesuai dengan PP No. 67/1991 yang
merupakan perubahan atas PP No. 44/1971 jo UU No.19/1960
➢ Pemeliharaan kesehatan bagi anggota ABRI sama dg yg berlaku bagi PNS. Demi
kelancaran pelaksanaannya, maka Menhankam/Pangab menetapkan bhw
“pemeliharaan kesehatan bagi anggota ABRI diselenggarakan oleh Pusat
Keselamatan ABRI + Direktorat Kesehatan dr masing-2 angkatan.
ASURANSI SOSIAL BAGI KARYAWAN SWASTA
Program asuransi bagi karyawan Badan Usaha Milik Swasta & Milik Negara diatur dalam PP No.
14/1992 jo UU No. 3/1992 yg menetapkan jenis program & besarnya iuran sbb :
1. Asuransi kecelakaan kerja, memberikan jaminan utk kecelakaan kerja termasuk penyakit jabatan.
Iurannya ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha & dibagi berdasarkan resiko kelompok jenis
usaha, berkisar antara 0,24 % s/d 1,74 upah sebulan.
2. Jaminan hari Tua, sebesar 5,70% dari upah sebulan. Iuran tersebut 3,70%
ditanggung oleh pengusaha & sebesar 2% ditanggung oleh tenaga kerja.
3. Jaminan kematian, sebesar 0,30% dari upah sebulan, iurannya sepenuhnya
ditanggung oleh pengusaha.
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan, sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga yg
sudah menikah, dan 3% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yg belum menikah.
Iurannya sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha.
UU BPJS
BPJS Kesehatan
BPJS Ketenagakerjaan
Peran PEKERJAAN SOSIAL
dalam implementasi
perundang undangan sosial
Pendahuluan
Pekerja sosial merupakan profesi utk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi masalah dan keberfungsian sosial.
Pekerja sosial mempunyai sejumlah peran terkait dg tugasnya khususnya dalam implementasi
perundangan-undangan sosial
Peran Peksos
▪Enabler, membantu individu, kelompok, masy agar dpt mengartikulasikan
kebutuhan mereka, mengidentifikasi masalah mereka, dan mengembangkan
kapasitas mereka agar dpt menangani masalah yg mereka hadapi secara efektif
▪Broker, membantu menyediakan pelayanan sosial kepada klien
▪Mediator atau ‘match maker’, menghubungkan klien dg beragai sumber
pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat
▪Public Educator, memberikan dan menyebar-luaskan informasi mengenai
masalah dan peleyanan-pelayanan sosial yang tersedia.
Lanjutan

▪Advocate, membela klien dalam memperjuangkan hak-haknya dlm memperoleh


pelayanan atau menjadi penyambung lidah klien agar lembaga lebih responsif
memenuhi kebutuhan klien.
▪Outreach, Pekerja Sosial menjangkau atau mendatangi klien yang karena sesuatu
sebab tidak dapat menjangkau pelayanan. Peranan ini dimainkan manakala klien
tidak dapat memperoleh pelayanan dikarenakan birokrasi dan struktur
menghambat proses pelayanan sosial
Lanjutan

Behavioral Specialist, menjadi ahli yang dapat


melakukan berbagai strategi dan teknik pengubahan
perilaku.
Konsultan, memberi saran dan nasehat profesional
kepada klien mengenai berbagai cara pemenuhan
kebutuhan dan pemecahan masalah.
Konselor, memberikan pelayanan konseling kepada
klien.
Social Planner, sebagai perencana sosial
Experts , dll
Peran Peksos dlm penanganan anak dg Disabilitas
1. Pendampingan sosial, dg aktifitas;
a. pendidikan pengasuhan anak dg disabilitas (parenting skill)
b. Membantu anak disabilitas pada pendidikan, kesehatan, bermain dan rekreasi
c. Konseling keluarga
d. Pengajaran activity daily living
e. Mengidentifikasi dan membantu akses utk pengembangan potensi, bakat dan minat anak
f. Peningkatan kemampuan orang tua ttg masalah kedisabilitasan, hak dan keperluan anak disabiitas
g. Membantu akses keluarga thd pelayanan yg dibutuhkan keluarga dan anak
lanjutan
2. Motivator; membangkitkan semangat, motivasi, menstimulasi, dan membangun komitemen klp
sasaran
3. Organisator; menggorganisasikan klp sasaran dan sistem sumber utk terlibat dlm kegiatan,
4. Mediator; menghubungkan kelompok sasaran dg sistem sumber (Dinas Pendidikan, Dinas Sosial,
dll)
PERUNDANG-UNDANGAN SOSIAL
DAN
PEKERJAAN SOSIAL
Hubungan Pakerjaan Sosial dengan Perundang-undangan
Sosial

▪Pekerjaan sosial adalah bantuan profesional yang ditujukan untuk memberikan pertolongan
profesional kpd individu, kelompok dan masyarakat.
▪Pekerjaan sosial bertujuan menyelesaikan masalah dan isu-isu yg berkaitan dgn kesenjangan
struktural, kemiskinan massal, ketidakadilan sosial-ekonomi dan kekurangan.
▪Tugas utama pekerja sosial adalah mempromosikan perubahan sosial dengan memberdayakan
masyarakat
Lanjutan
Tugas pekerja sosial tdk hanya terbatas pada praktek individu, melainkan juga pekerjaan kelompok,
pekerjaan masyarakat, pembangunan sosial, tindakan sosial, pengembangan kebijakan, penelitian,
pekerjaan sosial pendidikan dan pengawasan manajerial.
Undang-undang sosial dapat digunakan oleh pekerja sosial sebagai alat untuk advokasi sosial,
pemberdayaan untuk memastikan dasar hak asasi manusia, martabat dan lingkungan yg kondusif.
Undang-undang sosial → sbg alat untuk reformasi sosial, kesejahteraan sosial, pembangunan dan
perubahan.
Perlunya Peksos belajar Per-UU-an Sosial

Peksos adl bagian dari warga negara yg memilik hak dan kewajiban utk terlibat dlm usaha
kesejahtraan sosial
Peksos adl profesi yg diakui masyarakat dan pemerintah melalui produk undang-undang yg relevan
dgn bidang kesejahteraan sosial
Peksos dalam tugasnya dpt berperan sbg advokat yg perlu memahami aspek-aspek legal
Peksos bisa berperan dan terlibat dlm kegiatan perencanaan sosial
Peksos dpt berperan dan terlibat dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, baik di tingkat
pusat (undang-undang) maupun di tingkat daerah (peraturan daerah)
Kegiatan yg perlu dilakukan peksos
Peduli thd pentingnya peraturan sbg bentuk tanggung jawab profesional
Memahami dan mengikuti aturan hukum
Memahami proses penyusunan undang-undang
Memahami perbedaan urutan dalam tata perundang-undangan
Memahami dampak dari peraturan yg diterapkan (Hardy dalam Pudjileksono, 2014 : 169)
PERUNDANG-UNDANGAN
SOSIAL
TUJUAN
1. Memepelajari & memahami kerangka pemikiran tentang perundang-undangan sosial secara umum.
2. Memepelajari & memahami kerangka pemikiran tentang perundang-undangan sosial di Indonesia
sebagai dasar kebijakan sosial dalam mencapai masyarakat adil & makmur.
MATERI
1. Konsep negara kesejahteraan (Welfare State), latar belakang pemikirannya serta usaha-usaha
dalam mencapai negara kesejahteraan.
2. Perundang-undangan sosial sebagai dasar pelaksanaan kebijakan sosial
3. Sejarah perkembangan perundang-undangan sosial di Indonesia
4. Luas lingkup perundang-undangan sosial di Indonesia & usaha pelaksanaannya
Pengertian
1. Perundang-undangan sosial adl hukum yg berusaha utk mempromosikan kebaikan bersama,
umumnya dg melindungi dan membantu anggota masyarakat yg lemah.
Undang-undang tsb meliputi hukum dalam membantu pengangguran, orang miskin, lemah, cacat,
dan orang tua/lansia.
2. Perundang-undangan sosial sebagai tindakan apapun yg disahkan oleh legislatif atau keputusan yg
dikeluarkan oleh pemerintah utk menghilangkan kejahatan sosial tertentu atau utk perbaikan
kondisi sosial atau dg tujuan utk mewujudkan reformasi sosial ( Saxena)
Lanjutan
3. perundang-undangan sosial adalah hukum yg dirancang utk meningkatkan dan melindungi ekonomi
dan sosial posisi kelompok-kelompok dlm masyarakat yg karena usia, jenis kelamin, ras, cacat fisik
atau mental atau kurangnya kekuatan ekonomi tdk dapat mencapai kesehatan dan kehidupan yg layak
utk diri mereka sendiri.
Simpulan
Perundang-undangan sosial dibutuhkan utk :
Memastikan keadilan sosial
Membawa reformasi sosial
Mempromosikan kesejahteraan sosial
Membawa perubahan sosial yg diinginkan
Melindungi dan mempromosikan hak-hak sosial-ekonomi kelompok yg kurang beruntung.
Ruang lingkup
Kebutuhan dasar masyarakat, al; kesehatan, (UU Kesehatan), pendidikan (UU Sistem Pendidikan),
perumahan dan permukiman (UU Perumahan)
Ketenagakerjaan dan jaminan sosial, al; masalah perburuhan (UU Perburuhan/Ketenagakerjaan,
jaminan sosial tenaga kerja, jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja (UU Sistem Jaminan Sosial
Nasional)
Perlindungan kelompok rentan, anak-anak (UU Kesejahteraan anak), disabilitas (UU Kesejahteraan
Disabilitas), lanjut usia (UU Lanjut Usia), perlindungan pada anak dan perempuan (UU penghapusan
dlm Rumah tangga), tenaga kerja migrant (UU Pekerja Migrant)
Tujuan
Menurut Sehgal, tujuan perundang-undangan sosial :
Penghapusan diskriminasi atas dasar jenis kelamin, agama, kasta, kelas dll dan promosi kesetaraan utk
semua.
Melindungi hak-hak kelompok masyarakat lemah, seperti; perempuan, anak-anak, lansia, janda,
miskin dll
Pemberantasan praktik tradisi yg salah dan kejahatan sosial yg tdk tersentuh, seperti; pernikahan
anak, pembunuhan bayi perempuan
Penyediaan jaminan sosial
Lanjutan
Secara singkat tujuan perundang-undangan sosial adalah;
➢ utk merubah dan mereorganisasi masyarakat dg meningkatkan kondisi sosial ekonomi.
➢ untuk mengatasi masalah sosial melalui legislatif, dan inisiasi proses reformasi sosial dan
perubahan sosial berdasarkan aturan-aturan sosial.
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
(UU NO. 40 TH 2004)
Pengertian
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial.
Asas SJSN
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan SJSN
Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi
setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Prinsip penyelenggaraan
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip
a. Prinsip kegotong-royongan; Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong royong dari peserta
yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh
rakyat; peserta yang berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat
membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan ini, jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lanjutan
b. Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan untuk mencari laba
(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama
penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya, dan surplus anggaran
akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
c. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Prinsip-
prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
d. Prinsip kehati-hatian
e. Prinsip akuntabilitas → dapat dipertanggung jawabkan kepada peserta
Lanjutan

f. Prinsip portabilitas. Jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan


yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
g. Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh
rakyat menjadi peserta shg dpt terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib
bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
rakyat dan Pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan
pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor
informal dpt mjd peserta secara suka rela, shg dpt mencakup petani, nelayan, dan
mereka yang bekerja secara mandiri, shg pd akhirnya SJSN dpt mencakup seluruh
rakyat.
h. Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan
kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
i. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
Badan Penyelengga Jaminan sosial
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial :
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ASABRI);
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES).
Kepersertaan & Iuran
1. Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta
kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti.
(Pasal 13 ayat 1),
2. Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada Badan
Penyelenggara jaminan sosial (Pasal 14 ayat 1) .
3. Penerima bantuan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fakir miskin dan orang tidak
mampu (pasal 14 ayat 2).
4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan nomor identitas tunggal kepada setiap
peserta dan anggota keluarganya Pasal 15 ayat 1).
5. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan informasi tentang hak dan kewajiban
kepada peserta untuk mengikuti ketentuan yang berlaku (Pasal 15 ayat 2).
Lanjutan

Pasal 17
(1) Setiap peserta wajib membayar iuran yang besar-nya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah
atau suatu jumlah nominal tertentu.
(2) Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi
kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial secara
berkala.
(3) Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan untuk setiap jenis
program secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi dan kebutuhan dasar hidup yang
layak.
(4) Iuran program jaminan sosial bagi fakir mis-kin dan orang yang tidak mampu dibayar oleh
Pemerintah.
(5) Pada tahap pertama, iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibayar oleh Peme-rintah untuk
program jaminan kesehatan.
Program Jaminan Sosial
Jenis program jaminan sosial meliputi:
a. jaminan kesehatan;
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan hari tua;
d. jaminan pensiun; dan
e. jaminan kematian.
Tugas kelompok (berkisar 5 klp)
Melihat implementasi perundang-undangan sosial
struktur :
1. Latar belakang
2. Sasaran program
3. Program
4. Mekanisme pelaksanaan program
5. Kendala/hambatan
6. Analisis
7. Kesimpulan / rekomendasi
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2009
TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2009


TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pengertian
Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga
dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan
berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan
sosial.
Asas dan Tujuan
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan berdasarkan asas:
kesetiakawanan;
keadilan;
kemanfaatan;
keterpaduan;
kemitraan;
keterbukaan;
akuntabilitas;
partisipasi;
profesionalitas; dan
keberlanjutan.
Lanjutan

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan:


meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup;
memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian;
meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah
kesejahteraan sosial;
meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;
meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; dan
meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Penyelenggaraan Kesos
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada:
perseorangan;
keluarga;
kelompok; dan/atau
masyarakat.
Lanjutan

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang
tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial:
kemiskinan;
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial
ketelantaran;
meliputi:
kecacatan;
rehabilitasi sosial;
keterpencilan;
jaminan sosial;
ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku;
pemberdayaan sosial; dan
korban bencana; dan/atau
perlindungan sosial
korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Kegiatan PKS meliputi :
Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar.
Rehabilitasi sosial sebagaimana diberikan dalam bentuk; motivasi dan diagnosis
psikososial; perawatan dan pengasuhan; pelatihan vokasional dan pembinaan
kewirausahaan; bimbingan mental spiritual; bimbingan fisik; bimbingan sosial dan
konseling psikososial; pelayanan aksesibilitas; bantuan dan asistensi sosial;
bimbingan resosialisasi; bimbingan lanjut; dan/atau rujukan.
Lanjutan

Jaminan sosial dimaksudkan untuk menjamin ;


a) fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang
cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit
kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi agar
kebutuhan dasarnya terpenuhi. Jaminan sosial diberikan dalam bentuk
asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan.
b) menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas
jasa-jasanya. Jaminan sosial tersebut diberikan dalam bentuk tunjangan
berkelanjutan.
Lanjutan

Pemberdayaan sosial dimaksudkan untuk memberdayakan seseorang,


keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan
sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
Di samping itu untuk meningkatkan peran serta lembaga dan/atau
perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
Pemberdayaan sosial tersebut dilakukan melalui; peningkatan kemauan
dan kemampuan; penggalian potensi dan sumber daya; penggalian nilai-
nilai dasar; pemberian akses; dan/atau pemberian bantuan usaha.
Lanjutan
◦ Pemberdayaan sosial untuk memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat
yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara
mandiri, dilakukan dlm bentuk;

◦ diagnosis dan pemberian motivasi;


◦ pelatihan keterampilan;
◦ pendampingan;
◦ pemberian stimulan modal, peralatan usaha, dan tempat
usaha;
◦ peningkatan akses pemasaran hasil usaha;
◦ supervisi dan advokasi sosial;
◦ penguatan keserasian sosial;
◦ penataan lingkungan; dan/atau
◦ bimbingan lanjut.
Lanjutan

◦ Pemberdayaan sosial untuk meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai
potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, dilakukan dlm bentuk;
◦ diagnosis dan pemberian motivasi;
◦ penguatan kelembagaan masyarakat;
◦ kemitraan dan penggalangan dana; dan/atau
◦ pemberian stimulan.

Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan
kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan
hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. Perlindungan sosial
dilaksanakan melalui bantuan sosial, advokasi sosial, dan bantuan hukum.
Bantuan Sosial
◦ Bantuan sosial dimaksudkan agar seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial dapat tetap
hidup secara wajar.
◦ Bantuan sosial dapat bersifat sementara dan/atau berkelanjutan dalam
bentuk:
bantuan langsung;
penyediaan aksesibilitas; dan/atau
penguatan kelembagaan.
Advokasi Sosial
◦ Advokasi sosial dimaksudkan untuk melindungi dan membela
seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dilanggar
haknya.
◦ Advokasi sosial tersebut diberikan dalam bentuk penyadaran hak dan
kewajiban, pembelaan, dan pemenuhan hak.
Bantuan Hukum
Bantuan hukum diselenggarakan untuk mewakili kepentingan warga negara yang menghadapi
masalah hukum dalam pembelaan atas hak, baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Bantuan hukum tersebut diberikan dalam bentuk pembelaan dan konsultasi hukum.
UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011
TENTANG
badan penyelenggara jaminan sosial
Pengertian
➢Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
➢Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Asas
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan berdasarkan asas:
▪ kemanusiaan;
manfaat; dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan
BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.
Prinsip
BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip:
a. kegotongroyongan;
b. nirlaba;
c. keterbukaan;
d. kehati-hatian;
e. akuntabilitas;
f. portabilitas;
g. kepesertaan bersifat wajib;
h. dana amanat; dan
i. hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan
Peserta.
Ruang Lingkup
BPJS Kesehatan, menyelenggarakan program jaminan kesehatan
BPJS Ketenagakerjaan, menyelenggarakan program:
a. jaminan kecelakaan kerja;
b. jaminan hari tua;
c. jaminan pensiun; dan
d. jaminan kematian.
Tugas
▪melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;
memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;
menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;
mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;
Lanjutan
▪mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;
membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program
Jaminan Sosial; dan
memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada Peserta dan
masyarakat.
Wewenang
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, BPJS berwenang untuk:
a. menagih pembayaran Iuran;
b. menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang
memadai;
c. melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan Pemberi Kerja dalam
memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial
nasional;
Wewenang
d. membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan
yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
e. membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
f. mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang tidak memenuhi
kewajibannya;
Wewenang

melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam
membayar Iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program Jaminan Sosial.
Kewajiban
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, BPJS berkewajiban untuk:

memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;


mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan
Peserta;
memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi
keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya;
Lanjutan

memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional;
memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang
berlaku;
memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan memenuhi
kewajibannya;
Lanjutan

memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan pengembangannya 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum;
Lanjutan

melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam penyelenggaraan
Jaminan Sosial; dan
melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan
sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.
Pendaftaran Peserta
Pasal 14
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib
menjadi Peserta program Jaminan Sosial.
Lanjutan
Pasal 15
(1) Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta kepada
BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.
(2) Pemberi Kerja, dalam melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
memberikan data dirinya dan Pekerjanya berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar
kepada BPJS.
lanjutan
Pasal 16
(1) Setiap orang, selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan penerima Bantuan Iuran, yang memenuhi
persyaratan kepesertaan dalam program Jaminan Sosial wajib mendaftarkan dirinya dan anggota
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS, sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.
Pentahapan Kepesertaan
PerPres RI Nomor : 111 Tahun 2013 pasal 6 :
Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat WAJIB
Jaminan Kesehatan
dan mencakup SELURUH penduduk Indonesia
2019 1 Januari 2019
2016 Universal Coverage

Paling lambat 1 Januari 2016

2015 Usaha mikro


Paling lambat 1 Januari 2015
1. BUMN
2. Usaha besar
3. Usaha menengah
2014 4. Usaha kecil
Mulai 1 Januari 2014
1. PBI
2. TNI/POLRI
3. Eks Askes
4. Eks Jamsostek
5. Lain-lain
157
Pembayaran Iuran

Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari Pekerjanya dan
menyetorkannya kepada BPJS.
(2) Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada
BPJS.
Lanjutan

Peserta yang bukan Pekerja dan bukan penerima Bantuan Iuran wajib membayar dan menyetor Iuran
yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.
(4) Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk Penerima Bantuan Iuran kepada BPJS.
Iuran BPJS Kesehatan
Pekerja penerima upah: (Pegawai pemerintah, PNS, Polri ,TNI dan pegawai pemerintah non PNS,
pemberi kerja 3% pekerja 2%, pegawai swasta Pemberi kerja 4% pekerja 0.5%).
Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja: Kelas I Rp 59.500,- Kelas II Rp 42.500,- Kelas III
Rp Rp 25.000,-
Penerima bantuan iuran (PBI) Kelas III Rp 19.225.
Besaran iuran adalah iuran per jiwa per bulan.
Lanjutan
Pembayaran BPJS dapat dilakukan di Bank Mandiri, BRI dan BNI.
Setiap peserta BPJS Kesehatan berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat
pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang
diperlukan
PePelayanan Kesehatan yg Dijamin
Kesehatan Yang Dijamin

Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama Pelayanan Kesehatan Rujukan
(RJTP dan RITP) Tingkat Lanjutan
(RJTL dan RITL)
a. Administrasi pelayanan;
b. Pelayanan promotif dan preventif; a. Administrasi pelayanan;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
konsultasi medis; spesialistik; Pelayanan Kesehatan Lain
d. Tindakan medis non spesialistik, baik
operatif maupun non operatif;
c. Tindakan medis spesialistik baik bedah yang ditetapkan oleh Menteri
maupun non bedah;
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
pakai; e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan;
f. Transfusi darah sesuai dengan f. Rehabilitasi medis;
kebutuhan medis; g. pelayanan darah;
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik h. pelayanan kedokteran forensik klinik;
laboratorium tingkat pratama; i. pelayanan jenazah pada pasien yang
h. rawat inap tingkat pertama sesuai meninggal di Fasilitas Kesehatan
dengan indikasi medis j. Perawatan inap non intensif;
k. Perawatan inap di ruang intensif;
Undang-undang
PERLINDUNGAN ANAK
Pengertian Anak
Anak adalah “seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum menikah (UU No.
4 Th 1979 ttg Kesej. Anak)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, anak adalah “orang
yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai
umur 18 tahun dan belum pernah kawin”.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud
dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.
Hak Anak (UU No. 4 Th 1979)
Pasal 2

Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih
sayang baik dalam keluarga maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan
berkembang secara wajar.
Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan
sosialnya, sesuai dengan Negara yang baik dan berguna.
Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan
maupun sesudah dilahirkan
Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan
atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
Hak dan Kewajiban Anak (UU No.
23 Th 2002
Pasal 4, “ Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, kembang dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”
Pasal 7, “(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh
oleh orang tuanya sendiri. (2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat
menjamin tumbuh kebang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut
berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Lanjutan
Pasal 8, “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.”
Pasal 9, “(1)Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya. (2) Selain hak anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak
mendapatkan pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak
mendapatkan pendidikan khusus.”
Lanjutan
Pasal 10, “Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan tingkat usianya demi pengembangan
dirinya sesuai nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.”
Pasal 11, “Setiap anak berhak untuk istirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman-
teman sebaya, bermain, berekreasi,dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
kecerdasannya demi pengembangan diri.”
Lanjutan
Pasal 12, “Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.”
Pasal 13, “(1) Setiap anak selama dalam kepengasuhan orang tua, wali atau pihak lain manapun yang
bertanggung jawab atas kepengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan: a.
diskriminasi; b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran; d. kekejaman, kekerasan
dan penganiayaan; e. ketidakadilan; dan f. perlakuan salah lainnya.
Lanjutan
Pasal 16, “(1)Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan,
atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. (2) Setiap anak berhak untuk memperoleh
kebebasan sesuai dengan hukum. (3) Penagkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya
dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya
terakhir.”
Lanjutan
Pasal 18, “Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak
mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.”
Pasal 19, “Setiap anak berkewajiban untuk: a. menghormati orang tua, wali dan guru;
b. mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman; c. Mencintai tanah air,
Bangsa dan Negara; d. menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan e.
melaksanakan etika dan akhlak mulia.”
WELFARE STATE
WELFARE STATE
Usaha-usaha ke arah Welfare State dimulai sejak masa industrialisasi, namun baru berkembang sejak
akhir PD II (skitar th 1940-an) di Inggris.
Pemikiran yg mendasari Welfare State;
- Dari revolusi Perancis → pemikiran ttg kemerdekaan, pemerataan & persaudaraan
- Falsah manfaat (unilitarian philosophy) dari Bentham : The greattest happines of the greatest
number (kebahagiaan terbesar untuk bagian terbesar dari warga masyarakat.
Lanjutan

- Dari Bismarck & Beveridge, mengenai konsep asuransi sosial dan jaminan
sosial,
- Dari Fabian Socialist, tentang prinsip kepemilikan umum industri-industri
yang mendasar dan pelayanan pokok yang diperlukan,
- Dari Webbs, mengenai usulan menghapuskan penyebab kemiskinan &
membersihkan the base of society
•Welfare State → berasal dari kapitalisme, merupakan negara yang timbul karena
kegagalan dari kapitalisme.
Ciri Kapitalisme; freedom (individualime), semua diatur mekanisme pasar, campur
tangan pemerintah tidak ada
lanjutan

Masalah : 1) tidak semua orang terlibat pada proses produksi (lansia, balita, cacat
dll), 2) bagi mereka yang terlibat produksi/bekerja penuh dg resiko.
Sistem kapitalisme → 1) pemilik modal (borjouis), dan 2) pekerja (proletar),
keduanya mempunyai kepentingan yg berbeda; borjouis orientasi keuntungan,
sementara proletar penghidupan yg layak → terjadi konflik.
Lanjutan

Konfik membawa kekacauan/keresahan dalam masyarakat, di samping itu


merugikan negara karena pajak tidak masuk → muncul intervensi pemerintah
Intervensi pemerintah ;
1. Bidang ketenagakerjaan → tertua Poor Law (1601) di Inggris, isinya;
a. Orang miskin mampu bekerja diberi pelayanan; dilatih keterampilan, diberi
pekerjaan. Tujuan; mencegah orang meminta bantuan
Lanjutan

b. Orang miskin tdk mampu bekerja (lansia, cacat, balita) diberi pelayanan; tetap
tinggal di keluarga & mendapat bantuan atau pel. Panti.
c. Anak kecil belum mandiri → pelayanan panti atau orang tua angkat.
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Waktu senggang
5. Perumahan dll
Pengertian Welfare State
Midgley → welfare state digunakan untuk menyatakan suatu negara yang pemerintahannya
menyediakan pelayanan-pelayanan sosial yang luas kepada warga negaranya.
Wilensky → inti negara kesejahteraan adl standar minimum pendapatan, nutrisi, kesehatan,
perumahan dan pendidikan yang dilindungi pemerintah, yang dijamin bagi setiap warga sebagai suatu
hak politik bukan sebagai amal
Tujuan Welfare State

Mengurangi ketidak adilan, dan mengurangi kemiskinan dan penderitaan


Ciri- karakteristik WS
Individualisme → mempertimbangkan hak mutlak individu untuk memperoleh kesejahteraan
Kolektivisme → menitikberatkan pada kewajiban pemrintah untuk memperhatikan dan melindungi
seluruh masyarakat
Mempergunakan kekuasaan pemerintah utk mengubah reproduksi kekuatan buruh &
mempertahankan penduduk yg tidak bekerja
UNDANG-UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 2016
TENTANG PENYANDANG DISABILITAS
Apa itu Penyandang Disabilitas?
Penyandang Disabilitas menurut UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas adalah setiap
orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka
waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan
untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Latar belakang pengesahan uu no. 8 Tahun 2016
tentang penyandang disabilitas
Pertimbangan yang menjadi latar belakang pengesahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas adalah:

bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kelangsungan hidup setiap warga negara, termasuk para penyandang
disabilitas yang mempunyai kedudukan hukum dan memiliki hak asasi manusia yang sama sebagai Warga Negara Indonesia
dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari warga negara dan masyarakat Indonesia merupakan amanah dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa, untuk hidup maju dan berkembang secara adil dan bermartabat;

bahwa sebagian besar penyandang disabilitas di Indonesia hidup dalam kondisi rentan, terbelakang, dan/atau miskin
disebabkan masih adanya pembatasan, hambatan, kesulitan, dan pengurangan atau penghilangan hak penyandang disabilitas;

bahwa untuk mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan bagi penyandang disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera,
mandiri, dan tanpa diskriminasi diperlukan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya;

bahwa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, sudah tidak sesuai lagi dengan paradigma
kebutuhan penyandang disabilitas sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu membentuk Undang-
Undang tentang Penyandang Disabilitas;
Ragam Penyandang Disabilitas
1. Penyandang Disabilitas fisik; terganggunya fungsi gerak antara lain lumpuh layu atau kaku,
paraplegi, cerebral palsy (CP), akibat amputasi, stroke, kusta, dan lain-lain

2. Penyandang Disabilitas intelektual; penyandang gangguan perkembangan mental yang secara


prinsip ditandai oleh deteriorasi fungsi konkrit di setiap tahap perkembangan dan berkontribusi pada
seluruh tingkat intelegensi (kecerdasan).

3. Penyandang Disabilitas mental terganggunya fungsi pikir, emosi, dan perilaku antara
lain: psikososial, misalnya skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas, gangguan kepribadian. disabilitas
perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan interaksi sosial, misalnya autis dan hiperaktif.

4. Penyandang Disabilitas sensorik. terganggunya salah satu fungsi dari panca indera antara lain
disabilitas netra, rungu dan atau wicara.
Dasar Hukum UU No. 8 Tahun 2016
Landasan hukum Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas adalah Pasal 20,
Pasal 21, Pasal 28H ayat (2), Pasal 28I
ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan
Pasal 28J Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Asas-asas Pelaksanaan dan Pemenuhan hak Penyandang
a.Disabilitas menurut
Penghormatan terhadap martabat; UU No. 8 Tahun 2016
b. otonomi individu;

c. tanpa Diskriminasi;

d. partisipasi penuh;

e. keragaman manusia dan kemanusiaan;

f. Kesamaan Kesempatan;

g. kesetaraan;

h. Aksesibilitas;

i. kapasitas yang terus berkembang dan


identitas anak;

j. inklusif; dan

k. perlakuan khusus dan Pelindungan


lebih.
Hak-hak Penyandang Disabilitas
a. hidup
b. bebas dari stigma
c. privasi
d. keadilan dan perlindungan hukum
e. pendidikan
f. pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi
g. kesehatan
h. politik
i. keagamaan
j. keolahragaan
k. kebudayaan dan pariwisata
Kesimpulan
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 menunjukkan komitmen dan kesungguhan Pemerintah Indonesia untuk
menghormati, melindungi, dan memenuhi hak Penyandang Disabilitas yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
Penyandang Disabilitas. Dengan demikian, Penyandang Disabilitas berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak
manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas dari eksploitasi, kekerasan dan perlakuan semena-mena, serta berhak untuk mendapatkan
Penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang lain.

Namun, hak penyandang disabilitas masih belum terpenuh. Hal itu terjadi dikarenakan berbagai alasan. Padahal hak tersebut telah diatur dalam
undang-undang. Selain itu perlindungan terhadap hak-hak penyandang disabilitas telah tercantum dalam Nawacita Pemerintahan Jokowi – JK dan
telah diatur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Jadi sudah jelas penyandang disabilitas wajib dihargai dan
diperlakukan dengan selayakanya serta dilindungi segala hak-haknya. Memang banyak sekali peraturan pemerintah untuk melindungi hak-hak bagi
penyandang disabilitas. Namun semua itu tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari semua pihak, agar terciptanya masyarakat
inklusif berkesinambungan untuk pemberdayaan penyandang disabilitas menuju Indonesia yang lebih baik.
Sumber
https://www.gerakinklusi.id/politik/uu-8-2016-penyandang-disabilitas
https://indonesiabaik.id/infografis/hak-penyandang-disabilitas-diatur-undang-undang-1
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/10/etika-berinteraksi-dengan-penyandang-disabilitas
https://infopublik.id/kategori/nasional-sosial-budaya/562476/kemen-pppa-semua-wajib-penuhi-hak-pendidikan-
anak-penyandang-disabilitas

Anda mungkin juga menyukai