Adapun Hak Asasi Anak Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, meliputi:
1. Anak mendapat perlindungan orang tua, masyarakat dan negara (Pasal 62 ayat (1)).
2. Hak melindungi sejak dari dalam kandungan (Pasal 52 ayat (1)).
3. Hak hidup dan meningkatkan taraf kehidupan (Pasal 53 ayat (1)).
4. Hak mendapat nama dan status kewarganegaraan (Pasal 53 ayat (2)).
5. Hak mendapat perawatan, pendidikan, pelatihan dan bantuan khusus anak cacat fisik
atau mental (Pasal 54).
6. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi (Pasal 55).
7. Hak mengetahui, dibesarkan dan diketahui orang tuanya (Pasal 56 ayat (1)).
8. Hak diasuh dan diangkat anak oleh orang lain (Pasal 56 ayat (2)).
9. Hak dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan dan dibimbing orang tua/wali
(Pasal 57 ayat (1)).
10. Hak mendapatkan orang tua angkat atau wali (Pasal 57 ayat (2)).
11. Hak perlindungan hukum (Pasal 58 ayat (1)).
12. Hak pemberatan hukuman bagi orang tua, wali/pengasuh yang menganiaya anak
(fisik, mental, penelantaran, perlakuan buruk dan pelecehan seksual dan pembunuhan
(Pasal 58 ayat (2)).
13. Hak tidak dipisahkan dari orang tua (Pasal 59 ayat (1)).
14. Hak bertemu dengan orang tua (Pasal 59 ayat (2)).
15. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (Pasal 60 ayat (1)).
16. Hak mencari, menerima dan memberikan informasi (Pasal 60 ayat (2)).
17. Hak untuk beristirahat, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi (Pasal 62).
18. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial (Pasal 62).
19. Hak tidak dilibatkan dalam peperangan, sengketa bersenjata, kerusuhan sosial dan
peristiwa kekerasan (Pasal 63).
20. Hak perlindungan hukum dari eksploitasi ekonomi dan pekerjaan yang
membahayakan dirinya (Pasal 64).
21. Hak perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan,
perdagangan anak dan dari penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (Pasal 65).
22. Hak tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman
yang tidak manusiawi (Pasal 66 ayat (1)).
23. Hak tidak dapat dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur hidup (Pasal 66 ayat
(2)).
24. Hak tidak dirampas kemerdekaannya secara melawan hukum (Pasal 66 ayat (3)).
25. Hak penangkapan, penahanan atau pidana penjara hanya sebagai upaya terakhir
(Pasal 66 ayat (4)).
26. Hak perlakuan yang manusiawi bagi anak yang dirampas kemerdekaannya dan
dipisahkan dari orang dewasa (Pasal 66 ayat (5)).
27. Hak bantuan hukum dan bantuan lainnya secara efektif bagi anak yang dirampas
kebebasannya (Pasal 66 ayat (6)).
28. Hak membela diri dan memperoleh keadilan bagi anak yang dirampas kebebasannya
di depan pengadilan yang objektif, tidak memihak dan sidang tertutup untuk umum.
3. Hak Partisipasi
hak partisipasi disini adalah anak harus dilindungi dari situasi-situasi darurat,
menerapkan tentang perlindungan hukum, dan dari apapun yang berkaitan dengan
masa depan si anak.
Hak Anak sebagai Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Tata Hukum di
Indonesia :
Adapun tujuan perlindungan anak adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak,
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
kodrat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan
sejahtera.Dalam realita masyarakat Indonesia masih hidup budaya eksploitasi tehadap
anak seperti : anak yang dieksploitasi sebagai pengemis, anak dipekerjakan, dilacurkan,
diperdagangkan, dan dijadikan alat untuk memenuhi kepentingan orang dewasa.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis besar dikelompokkan
menjadi:
1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh), yaitu kebutuhan akan:
a. Nutrisi yang adekuat dan seimbang. Nutrisi adalah pembangun tubuh yang
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan terutama pada
tahun-
tahun pertama kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat terutama pertumbuhan otak.
b. Perawatan kesehatan dasar, mencakup imunisasi dan upaya deteksi dini pengobatan
dini dan tepat, serta limitasi kecacatan.
c. Pakaian yang layak, bersih dan aman.
d. Perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan
penghuninya.
e. Higiene diri dan sanitasi lingkungan.
f. Kesegaran jasmani: olah raga dan rekreasi.
Dalam Undang-Undang Hukum Pidana memang tidak secara tegas mengatur tentang
batasan seseorang dikatakan dewasa atau masih kategori anak. Akan tetapi dapat kita lihat
pada Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47 tentang pengaturan seseorang yang melakukan tindak
pidana dan belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun mendapat pengurangan ancaman
hukuman disbanding orang dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menurut KUH
Pidana batasan umur seseorang anak telah dikatakan dewasa apabila telah mencapai umur
16 tahun atau 18tahun. jika anak tersebut tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh
memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada kedua orang tuanya, walinya
atau pemeliharanya dengan tidak dikenakan suatu hukuman, atau memerintahkan supaya
diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman.
Bentuk perlindungan yang diberikan kepada anak selama proses peradilan pidana sampai
pada saat anak menjalani masa pidananya memiliki beberapa hak yang harus dilindungi
yang terdapat dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak sebagai berikut :
1. Pasal 3
Adanya pendamping anak selama proses persidangan mengingat karakteristik anak dari segi
sosiologis, psikologis bahwa anak tersebut belum dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
kegiatan latihan fisik bebas sehari-hari di udara terbuka dan anak harus memiliki waktu
tambahan untuk kegiatan hiburan harian, kesenian, atau mengembangkan keterampilan.
Pidana penjara anak hanya dapat dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku
g. tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam
waktu yang paling singkat.
Alasan pengadilan melakukan pemutusan pidana adalah pertama, karena telah terbukti
memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang telah dituntutkan padanya. Kedua, anak telah
ditahan selama proses pengadilan, mulai saat penyidikan, penuntutan sampai pada saat
persidangan, sehingga dengan diputus pidana maka putusan pidana kurungan dapat
dikurangi atau hampir sama dengan masa penahanan yang telah dilakukannya.
h. memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak, dan
dalam sidang yang tertutup untuk umum.
setelah anak menerima vonis atau putusan hakim ia masih memiliki upaya hukum untuk
mencari keadilan.
j. memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya oleh anak.
advokasi sendiri adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk mengubah kebijakan,
kedudukan atas program dari suatu institusi.
Pada anak cacat misalnya diberikan fasilitas seperti pengguna kursi roda.
n. memperoleh pendidikan.
Pendidikan bagi seorang anak tidak akan pernah berhenti walaupun kondisi anak yang tidak
anak menjalani masa pidananya memiliki beberapa hak yang harus dilindungi yang
terdapat dalam
Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
sebagai berikut :
1. Pasal 3
Adanya pendamping anak selama proses persidangan mengingat karakteristik anak dari
segi
misalnya Anak disuruh membuka baju dan lari berkeliling, anak digunduli rambutnya,
anak
diborgol, anak disuruh membersihkan WC, serta anak perampuan disuruh memijat
penyidik laki-
laki.
Pidana penjara anak hanya dapat dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku
Alasan pengadilan melakukan pemutusan pidana adalah pertama, karena telah terbukti
memenuhi
unsur-unsur tindak pidana yang telah dituntutkan padanya. Kedua, anak telah ditahan
selama proses
pengadilan, mulai saat penyidikan, penuntutan sampai pada saat persidangan, sehingga
dengan
diputus pidana maka putusan pidana kurungan dapat dikurangi atau hampir sama dengan
masa
setelah anak menerima vonis atau putusan hakim ia masih memiliki upaya hukum untuk
mencari
keadilan.
i. tidak dipublikasikan identitasnya.
oleh anak.
advokasi sendiri adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk mengubah kebijakan,
kedudukan atas
Pada anak cacat misalnya diberikan fasilitas seperti pengguna kursi roda.
n. memperoleh pendidikan.
Pendidikan bagi seorang anak tidak akan pernah berhenti walaupun kondisi anak yang
tidak
undangan.
b. memperoleh asimilasi;
b. memperoleh asimilasi;
3. Kesejahteraan Anak
Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik secara rohani,
jasmani, maupun social. Kesejahteraan anak di Indonesia dijamin oleh undang-undang
nomor.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Anak yang menyandang permasalahan
kesejahteraan akan mengalami kesulitan untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.
Pemenuhan hak-hak anak menurut Undang-Undang tersebut pada dasarnya menjadi tanggung
jawab orang tua (pasal 9), karena orang tua adalah orang pertama yang dikenal anak dan
orangtua adalah orang pertama yang mempunyai kewajiban bertanggungjawab terhadap masa
depan anak-anaknya.
Perlindungan anak adalah serangkaian kegiatan untuk melindungi anak sejak dalam
kandungan, agar anak dapat terjamin kelangsungan hidupnya,tumbuh dan berkembang serta
terbebas dari perlakukan diskriminasi dan tindak kekerasan baik fisik, mental, rohani maupun
sosial secara wajar sesai dengan harkat dan martabatnya.
Pelindungan anak dalam suatu masyarakat berbangsa dan bernegara merupakan tolak ukur
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara yang bersangkutan, maka
adalah kewajiban kita bersama bagi pemerintahdan setiap anggota masyarakat baik secara
pribadi dan kolektif mengusahakanperlindungan anak sesuai kemampuan demi kepentingan
bersama dan kemanusiaan. (Tukiman, 1984, hal.53).
1. Eksploitasi Ekonomi
Negara mengakui hak anak untuk dilindungi terhadap eksploitasi Ekonomi dan terhadap
pelaksanaan setiap pekerjaan yang mungkin berbahaya atau mengganggu pendidikan, atau
merugikan kesehatan anak atau perkembangan fisik, spiritual, moral, atau sosial anak.
2. Penyalahgunaan Obat
3. Penyalahgunaan Seks
Negara berusaha untuk melindungi anak dari segala bentuk eksploitasi seksual dan
penyalahgunaan seksual. Untuk tujuan ini Negara khususnya akan mengambil langkah-langkah
yang layak bilateral dan multilateral untuk mencegah bujukan atau paksaan agar anak terlibat
dalam kegiatan seksual tidak sah, eksploitasi anak dalam pelacuran, dan eksploitasi anak dalam
pertunjukkan-pertunjukkan dan perbuatan-perbuatan bersifat pornografis.
Negara akan melindungi anak dari semua bentuk lain dari eksploitasi yang merugikan bagi
setiap aspek dari kesejahteraan anak.
5. Mencegah Penculikan, Penjualan atau Jual beli Anak untuk Tujuan atau dalam Bentuk
Apapun
Negara akan mengambil semua langkah yang layak baik secara nasional, bilateral, dan
multilateral untuk mencegah penculikan, penjualan, atau jual beli anak untuk tujuan atau dalam
bentuk apapun.
Berdasarkan Konvensi Hak Anak yang kemudian diadopsi dalam Undang- Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002, ada empat “Prinsip Umum Perlindungan Anak” yang harus menjadi dasar bagi setiap
negara dalam menyelenggarakan perlindungan anak, yaitu
a.Prinsip Nondiskriminasi
Artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam KHA (Konvensi Hak Anak) harus
diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun.Prinsip ini dapat kita baca dalam
Pasal 2 KHA Ayat 1 : “Negara-negara pihak menghormati dan menjamin hak-hak yang
ditetapkan dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada dalam wilayah hukum mereka
tanpa diskriminasi dalam bentuk apa pun, tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan-pandangan lain ,asal usul kebangsaan etnik
atau sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak,kelahiran atau status lainnya baik dari si anak
sendiri atau dari orangtuawalinya yang sah.”
Pesan dari prinsip ini sangat jelas bahwa negara harus memastikan setiap anak akan terjamin
kelangsungan hidupnya karena hak hidup adalah sesuatu yang melekat dalam dirinya, bukan
pemberian dari negara atau orang perorang. Untuk menjamin hak hidup tersebut berarti
negara harus menyediakan lingkungan yang kondusif, sarana dan prasarana hidup yang
memadai, serta akses setiap anak untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan dasar
d. Prinsip Penghargaan terhadap Pendapat Anak (Respect for the Views of the Child)
Poin terpenting dari prinsip ini, anak adalah subjek yang memiliki otonomikepribadian. Oleh
sebab itu, dia tidak bisa hanya dipandang dalam posisilemah, menerima, dan pasif, tetapi
sesungguhnya dia pribadi otonom yangmemiliki pengalaman, keinginan, imajinasi, obsesi, dan
aspirasi yang belumtentu sama dengan orang dewasa.