Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK SEBAGAI HAK ASASI MANUSIA

DALAM PERSPEKTIF SISTEM HUKUM KELUARGA DI INDONESIA

1. Hak asasi anak


Hak anak adalah hak dasar yang wajib diberikan dan didapatkan oleh anak . Hak anak
ini berlaku baik anak yang mempunyai orang tua ataupun sudah tidak mempunyai orang
tua, dan juga anak-anak terlantar.Hak anak menjadi sesuatu yang sudah selayaknya
didapatkan oleh anak.

Adapun Hak Asasi Anak Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, meliputi:
1. Anak mendapat perlindungan orang tua, masyarakat dan negara (Pasal 62 ayat (1)).
2. Hak melindungi sejak dari dalam kandungan (Pasal 52 ayat (1)).
3. Hak hidup dan meningkatkan taraf kehidupan (Pasal 53 ayat (1)).
4. Hak mendapat nama dan status kewarganegaraan (Pasal 53 ayat (2)).
5. Hak mendapat perawatan, pendidikan, pelatihan dan bantuan khusus anak cacat fisik
atau mental (Pasal 54).
6. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi (Pasal 55).
7. Hak mengetahui, dibesarkan dan diketahui orang tuanya (Pasal 56 ayat (1)).
8. Hak diasuh dan diangkat anak oleh orang lain (Pasal 56 ayat (2)).
9. Hak dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan dan dibimbing orang tua/wali
(Pasal 57 ayat (1)).
10. Hak mendapatkan orang tua angkat atau wali (Pasal 57 ayat (2)).
11. Hak perlindungan hukum (Pasal 58 ayat (1)).
12. Hak pemberatan hukuman bagi orang tua, wali/pengasuh yang menganiaya anak
(fisik, mental, penelantaran, perlakuan buruk dan pelecehan seksual dan pembunuhan
(Pasal 58 ayat (2)).
13. Hak tidak dipisahkan dari orang tua (Pasal 59 ayat (1)).
14. Hak bertemu dengan orang tua (Pasal 59 ayat (2)).
15. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (Pasal 60 ayat (1)).
16. Hak mencari, menerima dan memberikan informasi (Pasal 60 ayat (2)).
17. Hak untuk beristirahat, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi (Pasal 62).
18. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial (Pasal 62).
19. Hak tidak dilibatkan dalam peperangan, sengketa bersenjata, kerusuhan sosial dan
peristiwa kekerasan (Pasal 63).
20. Hak perlindungan hukum dari eksploitasi ekonomi dan pekerjaan yang
membahayakan dirinya (Pasal 64).
21. Hak perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan,
perdagangan anak dan dari penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (Pasal 65).
22. Hak tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman
yang tidak manusiawi (Pasal 66 ayat (1)).
23. Hak tidak dapat dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur hidup (Pasal 66 ayat
(2)).
24. Hak tidak dirampas kemerdekaannya secara melawan hukum (Pasal 66 ayat (3)).
25. Hak penangkapan, penahanan atau pidana penjara hanya sebagai upaya terakhir
(Pasal 66 ayat (4)).
26. Hak perlakuan yang manusiawi bagi anak yang dirampas kemerdekaannya dan
dipisahkan dari orang dewasa (Pasal 66 ayat (5)).
27. Hak bantuan hukum dan bantuan lainnya secara efektif bagi anak yang dirampas
kebebasannya (Pasal 66 ayat (6)).
28. Hak membela diri dan memperoleh keadilan bagi anak yang dirampas kebebasannya
di depan pengadilan yang objektif, tidak memihak dan sidang tertutup untuk umum.

hak dasar anak, terdapat 4 hak dasar anak, yaitu :


1. Hak Hidup
Hak hidup ini berlaku dari semenjak anak itu masih dalam kandungan, yang
termasuk kedalam hak hidup adalah seperti memberikan gizi dan rangsangan-
rangsangan ketika anak masih dalam kandungan, periksa kandungan, dan lain- lain.

2. Hak Tumbuh Kembang Dalam kehidupan anak


anak harus diberikan kesempatan sebaik-baiknya untuk tumbuh dan berkembang,
seperti mendapatan pengasuhan, pendidikan yang baik, jika sakit diobati atau
dibawa kedokter, diberi ASI,di imunisasi, dibawa ke posyandu.Selain itu
perkembangan Psikisnya pun diperhatikan, seperti memberikan rasa aman dan rasa
nyaman, membuat lingkungan kondusif, menjauhkan anak dari hal-hal yang
berbahaya, tidak memberikan makanan yang berbahaya bagi perkembangannya.

3. Hak Partisipasi
hak partisipasi disini adalah anak harus dilindungi dari situasi-situasi darurat,
menerapkan tentang perlindungan hukum, dan dari apapun yang berkaitan dengan
masa depan si anak.

4. Hak Perlindungan Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dan


menentukan pilihan untuk hidupnya.Anak dalam keluarga harus dibiasakan
berbicara, agar anak mempunyai hak suara dan mulai berani menentukan hal-hal
yang diinginkan.Contohnya adalah ingin saat anak memiliki keinginan yang berbeda
dengan keinginan orangtuanya, maka dicarikan titik temu.Hal ini perlu diperhatikan
karena apa yang ditentukan oleh orang dewasa itu belum tentu baik pula bagi si
anak, sehingga anak juga diperlakukan sebagai insan yang dimanusiakan.
Jika anak telah merasa bahwa kebutuhan dirinya terpenuhi, anak akan merasa
sejahtera. Karena tingkat kesejahteraan anak dapat diukur dari seberapa besarnya
kebutuhannya terpenuhi.

Hak Anak sebagai Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Tata Hukum di
Indonesia :

a. Undang-Undang Dasar 1945


Di dalam ketentuan Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa:
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi“, Ketentuan tersebut telah
memberikan landasan yang kuat bahwa anak berhak untuk hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak untuk memperoleh perlindungan dari kekerasan, eksploitasi
dan diskriminasi.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan


Berdasarkan Penjelasan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan ditegaskan bahwa membentuk keluarga yang bahagia erat hubungannya
dengan keturunan, yang juga merupakan tujuan perkawinan. Pemeliharaan dan
pendidikan anak menjadi hak dan kewajiban orang tua. Menjadi orang tua memiliki
tanggung jawab yang sah dan tanggung jawab moral. Orangtua bertanggung jawab
untuk memberi makan, tempat tinggal, mendidik dan kesehatan kepada anaknya.

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Adapun tujuan perlindungan anak adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak,
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
kodrat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan
sejahtera.Dalam realita masyarakat Indonesia masih hidup budaya eksploitasi tehadap
anak seperti : anak yang dieksploitasi sebagai pengemis, anak dipekerjakan, dilacurkan,
diperdagangkan, dan dijadikan alat untuk memenuhi kepentingan orang dewasa.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis besar dikelompokkan
menjadi:
1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh), yaitu kebutuhan akan:
a. Nutrisi yang adekuat dan seimbang. Nutrisi adalah pembangun tubuh yang
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan terutama pada
tahun-
tahun pertama kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat terutama pertumbuhan otak.
b. Perawatan kesehatan dasar, mencakup imunisasi dan upaya deteksi dini pengobatan
dini dan tepat, serta limitasi kecacatan.
c. Pakaian yang layak, bersih dan aman.
d. Perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan
penghuninya.
e. Higiene diri dan sanitasi lingkungan.
f. Kesegaran jasmani: olah raga dan rekreasi.

2. Kebutuhan akan kasih sayang, emosi (asih), mencakup:


a. Kasih sayang orang tua
b. Rasa aman
c. Harga diri
d. Kebutuhan akan sukses
e. Mandiri
f. Dorongan
g. Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman
h. Rasa memiliki

2. Kebutuhan latihan/rangsangan/bermain (asah), merupakan cikal bakal proses


pembelajaran anak: pendidikan dan pelatihan.

Undang-Undang Hukum Pidana untuk anak

Perlindungan Terhadap Anak Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang


Sistem Peradilan Pidana Anak

Dalam Undang-Undang Hukum Pidana memang tidak secara tegas mengatur tentang
batasan seseorang dikatakan dewasa atau masih kategori anak. Akan tetapi dapat kita lihat
pada Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47 tentang pengaturan seseorang yang melakukan tindak
pidana dan belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun mendapat pengurangan ancaman
hukuman disbanding orang dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menurut KUH
Pidana batasan umur seseorang anak telah dikatakan dewasa apabila telah mencapai umur
16 tahun atau 18tahun. jika anak tersebut tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh
memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada kedua orang tuanya, walinya
atau pemeliharanya dengan tidak dikenakan suatu hukuman, atau memerintahkan supaya
diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman.

Bentuk perlindungan yang diberikan kepada anak selama proses peradilan pidana sampai
pada saat anak menjalani masa pidananya memiliki beberapa hak yang harus dilindungi
yang terdapat dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak sebagai berikut :

1. Pasal 3

Setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak :

a. diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan

sesuai dengan umurnya.

meliputi, melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, mendapat


kunjungan dari keluarga dan/atau pendamping, mendapat perawatan rohani dan jasmani,
mendapat pendidikan dan pengajaran, mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang
layak.

b. dipisahkan dari orang dewasa.

selama proses persidangan maupun dalam menjalankan masa tahanan mengingat


karakteristik anak yang berbeda dengan orang dewasa.

c. memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif.adanya kehadiran


Penasihat Hukum dalam sidang perkara anak.

Adanya pendamping anak selama proses persidangan mengingat karakteristik anak dari segi
sosiologis, psikologis bahwa anak tersebut belum dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya.

d. melakukan kegiatan rekreasional.

kegiatan latihan fisik bebas sehari-hari di udara terbuka dan anak harus memiliki waktu
tambahan untuk kegiatan hiburan harian, kesenian, atau mengembangkan keterampilan.

e. bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain yang kejam,tidak


manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya.
misalnya Anak disuruh membuka baju dan lari berkeliling, anak digunduli rambutnya, anak
diborgol, anak disuruh membersihkan WC, serta anak perampuan disuruh memijat penyidik
laki-laki.

f. tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup.

Pidana penjara anak hanya dapat dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku

g. tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam
waktu yang paling singkat.

Alasan pengadilan melakukan pemutusan pidana adalah pertama, karena telah terbukti
memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang telah dituntutkan padanya. Kedua, anak telah
ditahan selama proses pengadilan, mulai saat penyidikan, penuntutan sampai pada saat
persidangan, sehingga dengan diputus pidana maka putusan pidana kurungan dapat
dikurangi atau hampir sama dengan masa penahanan yang telah dilakukannya.

h. memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak, dan
dalam sidang yang tertutup untuk umum.

setelah anak menerima vonis atau putusan hakim ia masih memiliki upaya hukum untuk
mencari keadilan.

i. tidak dipublikasikan identitasnya.

j. memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya oleh anak.

k. memperoleh advokasi social

advokasi sendiri adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk mengubah kebijakan,
kedudukan atas program dari suatu institusi.

l. memperoleh kehidupan pribadi.

anak diperbolehkan membawa barang atau perlengkapan pribadinya, seperti mainan.

m. memperoleh aksebilitas, terutama bagi anak cacat.

Pada anak cacat misalnya diberikan fasilitas seperti pengguna kursi roda.

n. memperoleh pendidikan.

Pendidikan bagi seorang anak tidak akan pernah berhenti walaupun kondisi anak yang tidak

memungkinkan sebagai terdakwa.

o. memperoleh pelayanan kesehatan.


p. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perunBentuk perlindungan
yang diberikan kepada anak selama proses peradilan pidana sampai pada saat

anak menjalani masa pidananya memiliki beberapa hak yang harus dilindungi yang
terdapat dalam

Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak

sebagai berikut :

1. Pasal 3

Setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak :

a. diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan

sesuai dengan umurnya.

meliputi, melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, mendapat


kunjungan dari

keluarga dan/atau pendamping, mendapat perawatan rohani dan jasmani, mendapat


pendidikan dan

pengajaran, mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

b. dipisahkan dari orang dewasa.

selama proses persidangan maupun dalam menjalankan masa tahanan mengingat


karakteristik anak

yang berbeda dengan orang dewasa.

c. memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif.adanya kehadiran


Penasihat

Hukum dalam sidang perkara anak.

Adanya pendamping anak selama proses persidangan mengingat karakteristik anak dari
segi

sosiologis, psikologis bahwa anak tersebut belum dapat mempertanggungjawabkan


perbuatannya.

d. melakukan kegiatan rekreasional.


kegiatan latihan fisik bebas sehari-hari di udara terbuka dan anak harus memiliki waktu
tambahan

untuk kegiatan hiburan harian, kesenian, atau mengembangkan keterampilan.

e. bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain yang kejam,

tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya.

misalnya Anak disuruh membuka baju dan lari berkeliling, anak digunduli rambutnya,
anak

diborgol, anak disuruh membersihkan WC, serta anak perampuan disuruh memijat
penyidik laki-

laki.

f. tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup.

Pidana penjara anak hanya dapat dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku

g. tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya

terakhir dan dalam waktu yang paling singkat.

Alasan pengadilan melakukan pemutusan pidana adalah pertama, karena telah terbukti
memenuhi

unsur-unsur tindak pidana yang telah dituntutkan padanya. Kedua, anak telah ditahan
selama proses

pengadilan, mulai saat penyidikan, penuntutan sampai pada saat persidangan, sehingga
dengan

diputus pidana maka putusan pidana kurungan dapat dikurangi atau hampir sama dengan
masa

penahanan yang telah dilakukannya.

h. memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang objektif, tidak

memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum.

setelah anak menerima vonis atau putusan hakim ia masih memiliki upaya hukum untuk
mencari

keadilan.
i. tidak dipublikasikan identitasnya.

j. memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya

oleh anak.

k. memperoleh advokasi social

advokasi sendiri adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk mengubah kebijakan,
kedudukan atas

program dari suatu institusi.

l. memperoleh kehidupan pribadi.

anak diperbolehkan membawa barang atau perlengkapan pribadinya, seperti mainan.

m. memperoleh aksebilitas, terutama bagi anak cacat.

Pada anak cacat misalnya diberikan fasilitas seperti pengguna kursi roda.

n. memperoleh pendidikan.

Pendidikan bagi seorang anak tidak akan pernah berhenti walaupun kondisi anak yang
tidak

memungkinkan sebagai terdakwa.

o. memperoleh pelayanan kesehatan.

p. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

undangan.

2. Pasal 4 ayat (1)

(1) Anak yang sedang menjalani masa pidana berhak :

a. mendapat pengurangan masa pidana;

b. memperoleh asimilasi;

c. memperoleh cuti mengunjungi keluarga;

d. memperoleh pembebasan bersyarat;

e. memperoleh cuti menjelang bebas;

f. memperoleh cuti bersyaratdang


undangan.

2. Pasal 4 ayat (1)

(1) Anak yang sedang menjalani masa pidana berhak :

a. mendapat pengurangan masa pidana;

b. memperoleh asimilasi;

c. memperoleh cuti mengunjungi keluarga;

d. memperoleh pembebasan bersyarat;

e. memperoleh cuti menjelang bebas;

f. memperoleh cuti bersyarat

3. Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik secara rohani,
jasmani, maupun social. Kesejahteraan anak di Indonesia dijamin oleh undang-undang
nomor.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Anak yang menyandang permasalahan
kesejahteraan akan mengalami kesulitan untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.

Pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak ditujukan untuk membantu memperbaiki


kondisi anak dan keluarga untuk memperkuat kembali, melengkapi,atau mengganti
fungsi orangtua yang tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya
dengan merubah institusi-institusi sosial yang ada atau membentuk institusi baru
(Johnson&Schwartz,1991)

Disebutkan bahwa usaha-usaha perlindungan anak yang dijamin Undang-


Undang Nomor. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak itu ditujukan untuk

melindungi hak-hak anak, seperti yang tercantum dalam pasal 2 Undang-Undang


Nomor 4 tahun 1979, yaitu :
(1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan
kasih sayang baik di dalam keluarganya maupundalam asuhan khusus untuk tumbuh
dan berkembang dengan wajar.
(2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan
sosialnya, sesuai dengan negara yang baik dan berguna.
(3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan
maupun sesudah dilahirkan.
(4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan nya dengan wajar.

Pemenuhan hak-hak anak menurut Undang-Undang tersebut pada dasarnya menjadi tanggung
jawab orang tua (pasal 9), karena orang tua adalah orang pertama yang dikenal anak dan
orangtua adalah orang pertama yang mempunyai kewajiban bertanggungjawab terhadap masa
depan anak-anaknya.

4. Perlindungan anak dalam hukum

Perlindungan anak adalah serangkaian kegiatan untuk melindungi anak sejak dalam
kandungan, agar anak dapat terjamin kelangsungan hidupnya,tumbuh dan berkembang serta
terbebas dari perlakukan diskriminasi dan tindak kekerasan baik fisik, mental, rohani maupun
sosial secara wajar sesai dengan harkat dan martabatnya.

Pelindungan anak dalam suatu masyarakat berbangsa dan bernegara merupakan tolak ukur
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara yang bersangkutan, maka
adalah kewajiban kita bersama bagi pemerintahdan setiap anggota masyarakat baik secara
pribadi dan kolektif mengusahakanperlindungan anak sesuai kemampuan demi kepentingan
bersama dan kemanusiaan. (Tukiman, 1984, hal.53).

Departemen Sosial RI dijelaskan mengenai upaya-upaya perlindungan khusus


yang meliputi : Anak dalam situasi eksploitasi

1. Eksploitasi Ekonomi

Negara mengakui hak anak untuk dilindungi terhadap eksploitasi Ekonomi dan terhadap
pelaksanaan setiap pekerjaan yang mungkin berbahaya atau mengganggu pendidikan, atau
merugikan kesehatan anak atau perkembangan fisik, spiritual, moral, atau sosial anak.

2. Penyalahgunaan Obat

Negara akan mengambil langkah-langkah yang layak termasuk langka-langkah legislatif


administratif sosial dan pendidikan guna melindungi anak dari pemakaian obat-obat narkotika
dan zat-zat psikotropis yang ditetapkan dalam perjanjian-perjanjian yang relevan untuk
mencegah penggunaan anak dalam pembuatan dan pengedaran secara gelap zat-zat tersebut.

3. Penyalahgunaan Seks

Negara berusaha untuk melindungi anak dari segala bentuk eksploitasi seksual dan
penyalahgunaan seksual. Untuk tujuan ini Negara khususnya akan mengambil langkah-langkah
yang layak bilateral dan multilateral untuk mencegah bujukan atau paksaan agar anak terlibat
dalam kegiatan seksual tidak sah, eksploitasi anak dalam pelacuran, dan eksploitasi anak dalam
pertunjukkan-pertunjukkan dan perbuatan-perbuatan bersifat pornografis.

4. Bentuk-bentuk Eksploitasi Lain

Negara akan melindungi anak dari semua bentuk lain dari eksploitasi yang merugikan bagi
setiap aspek dari kesejahteraan anak.

5. Mencegah Penculikan, Penjualan atau Jual beli Anak untuk Tujuan atau dalam Bentuk
Apapun

Negara akan mengambil semua langkah yang layak baik secara nasional, bilateral, dan
multilateral untuk mencegah penculikan, penjualan, atau jual beli anak untuk tujuan atau dalam
bentuk apapun.

PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Berdasarkan Konvensi Hak Anak yang kemudian diadopsi dalam Undang- Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002, ada empat “Prinsip Umum Perlindungan Anak” yang harus menjadi dasar bagi setiap
negara dalam menyelenggarakan perlindungan anak, yaitu

a.Prinsip Nondiskriminasi

Artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam KHA (Konvensi Hak Anak) harus
diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun.Prinsip ini dapat kita baca dalam
Pasal 2 KHA Ayat 1 : “Negara-negara pihak menghormati dan menjamin hak-hak yang
ditetapkan dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada dalam wilayah hukum mereka
tanpa diskriminasi dalam bentuk apa pun, tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan-pandangan lain ,asal usul kebangsaan etnik
atau sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak,kelahiran atau status lainnya baik dari si anak
sendiri atau dari orangtuawalinya yang sah.”

b. Prinsip Kepentingan Terbaik bagi Anak (Best Interest of the Child)

Prinsip ini mengingatkan kepada semua penyelenggara perlindungan anak bahwa


pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan keputusan menyangkut masa depan anak,
bukan dengan ukuran orang dewasa, apalagi berpusat kepada kepentingan orang dewasa. Apa
yang menurut orang dewasa baik, belum tentu baik pula menurut kepentingan anak

c. Prinsip Hak Hidup, Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (the Right to

Life, Survival and Development)

Pesan dari prinsip ini sangat jelas bahwa negara harus memastikan setiap anak akan terjamin
kelangsungan hidupnya karena hak hidup adalah sesuatu yang melekat dalam dirinya, bukan
pemberian dari negara atau orang perorang. Untuk menjamin hak hidup tersebut berarti
negara harus menyediakan lingkungan yang kondusif, sarana dan prasarana hidup yang
memadai, serta akses setiap anak untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan dasar

d. Prinsip Penghargaan terhadap Pendapat Anak (Respect for the Views of the Child)

Poin terpenting dari prinsip ini, anak adalah subjek yang memiliki otonomikepribadian. Oleh
sebab itu, dia tidak bisa hanya dipandang dalam posisilemah, menerima, dan pasif, tetapi
sesungguhnya dia pribadi otonom yangmemiliki pengalaman, keinginan, imajinasi, obsesi, dan
aspirasi yang belumtentu sama dengan orang dewasa.

Anda mungkin juga menyukai