Anda di halaman 1dari 19

PERLINDUNGAN ANAK

BY HADI WIJAYA, S.Pd


Pengertian Anak
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, Anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Anak dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa,
sehinga negara berkewajiban memenuhi hak setiap anak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang,
berpartisipasi, perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi. Selain pemerintah masyarakat, keluarga, dan
khususnya orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Pengertian Perlindungan Anak
Pengertian Perlindungan Anak di dalam
Pasal 1 angka 2 UU N0.23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak diartikan
sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Tujuan
untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia
yang berkualitas, berakhlak mulia dan
sejahtera.
Dasar hukum
Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berbunyi : “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.”
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
Hak-Hak Anak, antara lain :
a.  Hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemausiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
b.  Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan
c.  Hak untuk beribadah menurut agamanya,  berpikir, dan berekspresi sesuai
dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bidang bimbingan orang tua
d. Hak mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya
sendiri
e. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh
kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut
diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
f. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial
g. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan bakatnya
h. Hak memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak yang
menyandang cacat dan hak mendapatkan pendidikan khusus bagi
anak yang memiliki keunggulan
i. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya,
menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya
sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
j.  Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang,bergaul
dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi
sesuai dengan minat bakat dan tingkat kecerdasannya demi
pengembangan diri.
k. Hak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan
taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat.
l. Anak juga berhak untuk mendapatkan identitas atau pengakuan
dari sejak dilahirkan yang tertuang dalam  bentuk akta kelahiran.
Kewajiban Anak
a. Menghormati orang tua,wali dan guru.
b. Mencintai keluarga, masyarakat dan teman.
c. Mencintai tanah air, bangsa dan negara.
d.Menuaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.
e.Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Tanggung jawab Pemerintah,Masyarakat,
Keluarga dalam Menjamin Hak Anak
1.Bentuk tanggung jawab pemerintah :

a)  Menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membeda-bedakan.


Seluruh anak indonesia baik mereka yang menderita cacat secara fisik maupun
mental pemerintah wajib menjamin hak mereka seperti hak untuk
hidup,memperoleh pendidikan.
b) Memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana dalam penyelenggaraaan
perlindungan anak. Seperti sarana pendidikan bagi semua anak yang termasuk usia
pelajar, sekolah luar biasa (bagi penyandang cacat), buku-buku elektronik.
c) Menjamin kesejahteraan anak melalui peran serta orang tua yang mengasuh anak
tersebut. Pemerintah wajib mengetahui apakah  anak mendapatkan hak-haknya dari
orangtuanya, dengan demikian apabila hak anak tidak terealisasi maka pemerintah
wajib memberikan tindakan kepada orang tua tersebut.
d) Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat
sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak. Dalam hal ini anak tidak dibatasi
dalam menyampaikan aspirasinya baik kepada orang tua maupun orang
disekitarnya.
2. Bentuk tanggung jawab masyarakat :
Berperan dalam perlindungan hak anak, seperti memberi
dukungan, motivasi, melakukan pengawasan dan pendampingan.

3.  Bentuk tanggung jawab orang Tua :


a) Mengasuh, mendidik, melindungi anak.
b)Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan dan
minat. Orang Tua tidak boleh memaksakan kehendaknya
kepada anak.
c) Mencegah terjadinya perkawinan dini pada anak. Anak masih
menjadi tanggung jawab Orang tua jadi anak sangat dilarang
keras untuk menyelenggarakan perkawinan.
BEBERAPA FAKTA
 Hasil survei yang dilakukan oleh lembaga nasional di Inggris
mengungkap,memiliki anak tidak semerta-merta membuat seseorang
bahagia atau lebih puas akan kehidupan, tetapi memberi arti mereka
sebuah alasan untuk berjuang hidup.

 Studi yang melibatkan 80 ribu orang menanyakan 4 pertanyaan; seberapa


puas mereka dengan kehidupan, apa yang membuat hidup mereka terasa
lebih berguna, seberapa bahagia mereka kemarin, dan seberapa besar
khawatir yang dirasa kemarin. Para responden diminta untuk menjawab
dengan skala 1-10. Hasil penelitian menegaskan, meski kehadiran seorang
anak tidak mengubah kepuasan hidup atau meningkatkan emosi harian,
namun bisa menambah arti dan tujuan kehidupan.
 Kepuasan hidup pasangan yang menikah berada pada angka 7,7 dari 10.
Pasangan yang tinggal bersama tanpa menikah berada di titik 7,5. Orang
yang melajang tingkat kepuasan hidupnya berada di 7,3, sementara orang
yang bercerai atau pisah ranjang ada di titik 6,6.
Para riset juga mendapati untuk kali pertama, bahwa pasangan
yang menikah jauh lebih bahagia ketimbang orang yang
melajang, dan orang yang menjanda atau menduda merasa
paling tidak bahagia.

"Meski kehadiran seorang anak tidak akan mengubah kepuasan


hidup seseorang atau meningkatkan emosi harian, namun bisa
memberikan arti dan tujuan untuk kehidupan seseorang," begitu
laporan yang dituliskan oleh Office for National Statistics
mengenai studi yang diminta oleh Perdana Menteri Inggris
David Cameron.
Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar
hukum yang dilakukan anak disebabkan oleh beberapa
faktor yang antara lain:

1. Adanya dampak negatif dari perkembangan


pembangunan yang cepat
2 Arus globalisasi di bidang informasi dan
komunikasi
3. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi
4. Perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang
tua
Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat ia berhadapan dengan hukum, yaitu:

a. Status Offender adalah perilaku kenakalan anak yang


apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap
sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos
sekolah atau kabur dari rumah;
b. Juvenile Delinquency adalah  suatu perbuatan yang
melanggar norma, aturan atau hukum dalam
masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau
transisi masa anak-anak dan dewasa.
ASAS PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK

Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan


Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-
prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi:
Non diskriminasi;
Kepentingan yang terbaik bagi anak;
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan; dan
Penghargaan terhadap pendapat anak.
Ketentuan Pidana
Pasal 81 UU Perlindungan Anak tentang perkosaan berbunyi
sebagai berikut:
 
“(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku
pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.”
Pasal 82 UU Perlindungan Anak tentang pencabulan
berbunyi sebagai berikut:

 “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan


atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh
juta rupiah).”
 
Pasal 80 ayat (1) UU Perlindungan Anak tentang
penganiayaan berbunyi sebagai berikut :

“Setiap orang melakukan kekejaman, kekerasan atau


ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).”
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai