Anda di halaman 1dari 22

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP 1)

A. Identititas
Sekolah : SMA /Wachid Hasyim 2 Taman
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Alokasi Waktu : 12 Jam Pelajaran

B. 1. Kompetensi Int

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : Menghayati, mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

2. Kompetensi Dasar dan Indikator


1.1 Menyaji hasil análisiskasus pelanggaran HAM dalam rangka perlindungan, pemajuan dan
pemenuhan HAM sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
1.2 Mengamalkan isi pasal 28E dan 29 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik
IndonesiaTahun 1945dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dianutnya
2.1.Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
2.2 Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

3. Indikator Pencapaian Kompetensi


3.1 Menganalisis kasus pelanggaran HAM dalam rangka perlindungan, pemajuan dan
pemenuhan HAM sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
4.1 Menyaji hasil análisis kasus pelanggaran HAM dalam rangka perlindungan, pemajuan
dan pemenuhan HAM sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
3.2 Mengemukakan pendapat tentang perlindungan HAM di Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara
4.2 Menganalisis Upaya pemajuan HAM di Indonesia

C. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan kasus pelanggaran HAM di Indonesia dan cara penanganannya
2. Menjabarkan perlindungan Ham di Indonesia sesuai dengan pemajuan dan pemenuhan
HAM sesuai Pancasila
3. Mengemukakan pendapat tentang perlindungan HAM di Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara
4. Menganalisis Upaya pemajuan HAM di Indonesia
5. Mengumpulkan informasi tentang kasus-kasus pelanggaran HAM
6. Mengidentifikasi pasal-pasal dan undang-undang pelindungan HAM dan cara pemajuan serta
pemenuhan HAM sesuai dengan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
7. Memutar film contoh kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia
8. Menyajikan hasil analisis kasus pelanggaran HAM di Indonesia

D. Materi Pembelajaran Memahami pengertian HAM


1. Fakta
Contoh kasus pelanggaran HAM

2. Konsep
HAK ASASI MANUSIA
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh.Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas
terutama dalam era reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam
era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan
hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai
kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan.Hak
asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang
bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh
manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau
pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia
lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak asasi
manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya
berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini
dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga
digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama
manusia.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi manusia, ada juga
kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan demi terlaksana atau
tegaknya hak asasi manusia (HAM). Dalam menggunakan Hak Asasi Manusia, kita wajib
untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh
orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia, harga diri, harkat dan martabat kemanusiaannya, diawali
sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak-hak kemanusiaan yang sudah
ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang melekat pada diri
manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu usaha untuk
menegakkan hak asasi manusia.

Definisi konseptual tentang HAM


Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Sifat HAM adalah universal, artinya berlaku untuk semua manusia tanpa membeda-bedakan
suku, ras, agama, dan bangsa (etnis). HAM harus ditegakkan demi menjamin martabat
manusia seutuhnya di seluruh dunia. Hal itu tercermin dalam Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (DUHAM) atau “Universal Declaration of Human Rights”.

Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM


Pengertian
1. HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
2. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM
adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia.
3. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
4. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”

Ciri Pokok Hakikat HAM


Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri
pokok hakikat HAM yaitu:
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).

Perkembangan Pemikiran HAM


Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
1. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang
hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan
politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya
keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum
yang baru.
2. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak
sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan
perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua,
hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak
sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
3. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum
dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam
pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami
ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti
pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan
sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang
dilanggar.
4. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak
negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program
pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan
melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan
deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia People
and Government.

Ciri Khusus Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan hak-hak yang lain.
Ciri khusus hak asasi manusia sebagai berikut :
1. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak
sipil dan politik atau hak ekonomi, social, dan budaya.
3. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah ada
sejak lahir.
4. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang
status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya. Persamaan adalah salah satu dari
ide-ide hak asasi manusia yang mendasar.

Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia


Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij
adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak
kemerdekaan.
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4
periode, yaitu:
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik
Indonesia Serikat
3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional


Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat
aturan tentang HAM.Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara).Kedua, dalam ketetapan
MPR (TAP MPR).Ketiga, dalam Undang-undang.
Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan
pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena
perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di
Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen
dan referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya
memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang
masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang
dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami
perubahan.

Macam-macam Hak Asasi Manusia (HAM)


Dalam Piagam PBB atau Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan Sedunia
tentang Hak Asasi Manusia) yang terdiri atas 30 pasal, termuat pengakuan dan jaminan atas
hak asasi manusia. Pasal 1 deklarasi tersebut dengan tegas menyatakan bahwa sekalian
orang dilahirkan merdeka, mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.
Tiap orang dikaruniai akal dan budi, serta kehendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.
Hak Asasi Manusia menurut Piagam PBB adalah hak berpikir dan mengeluarkan pendapat,
hak untuk memperoleh nama baik, hak untuk kemerdekaan hidup, hak untuk memperoleh
pekerjaan, hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran, hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum, hak untuk hidup, hak menganut aliran kepercayaan atau agama
tertentu, dan hak memiliki sesuatu.
Cakupan HAM amat luas, seluas kehidupan manusia. Kovenan Intemasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik (The International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR) dan
Kovenan Intemasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (The International
Covenant on Economics, Social, and Cultural Rights/ICESCR) menyebutkan adanya dua
macam HAM, yaitu :
a. Hak ekonomi, sosial, dan budaya, meliputi:
1. hak untuk membentuk serikat pekerja,
2. hak atas pendidikan,
3. hak atas pekerjaan
4. hak atas pensiun, dan
5. hak atas hidup yang layak.

b. Hak sipil dan politik, meliputi:


1. hak mempunyai pendapat tanpa mengalami gangguan;
2. hak untuk hidup;
3. hak untuk berserikat;
4. hak atas kebebasan dan persamaan;
5. hak atas berpikir, mempunyai konsiensi, dan beragama;
6. hak atas kesamaan di muka badan badan peradilan;
7. hak kebebasan berkumpul secara damai.

Secara umum, hak asasi asasi manusia terdiri atas lima macam, yaitu :
a. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
(procedural rights)
b. Hak asasi politik (political rights)
c. Hak asasi pribadi (personal rights)
d. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(rights of legal equality)
e. Hak asasi ekonomi (proverty rights).

Dalam HAM, terkandung pula kewajiban-kewajiban dasar manusia sebagai berikut :


a. Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain, moral, etika, dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Setiap orang yang ada di wilayah negara RI wajib patuh pada peraturan perundang-
undangan, hukum tidak tertulis, dan hukum internasional (mengenai hak asasi manusia
yang telah diterima oleh negara RI).
c. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada batasan
yang ditetapkan oleh undang-undang.
d. Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
e. Setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik.

Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM


Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan
HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran
HAM berat itu.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota
kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan
yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa
anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan
HAM).
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut tujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan,
perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan
atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas)
ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual,
pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan
terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik,
ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui
secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan
orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan
aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).Karena itu penindakan
terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi
juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara.Penindakan terhadap
pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap
pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan.Pengadilan HAM
merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum. Penaggung
jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion), perlindungan (protection) dan
pemenuhan (fulfill) HAM.
Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja dibebankan
kepada negara, melainkan juga kepada individu warga negara.Artinya negara dan individu
sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM.Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh negara kepada
rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan pelanggaran
HAM secara horizontal.

Penanganan pelanggaran HAM di Indonesia


Berbagai kasus pelanggaran HAM pernah terjadi di Indonesia. Beberapa kasus sudah
dipersidangkan, namun ada pula yang belum tuntas bahkan luput dari perhatian. Berikut
beberapa contoh peristiwa atau kasus pelanggaran HAM di Indonesia serta upaya-upaya
penanganannya.

1) Kasus Tanjung Priok (1984)


Pada tanggal 12 September 1984 terjadi Kasus Tanjung Priok. Korban yang jatuh menurut
catatan media massa sebanyak 79 orang. Korban tersebut terdiri atas 24 orang meninggal
dan 54 orang mengalami luka-luka. Dalam kasus Tanjung Priok menurut laporan Komnas
HAM, telah terjadi pelanggaran HAM berat berupa pembunuhan secara kilat, penangkapan
dan penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, dan penghilangan orang secara paksa. Proses
persidangan sudah dilangsungkan, namun hingga kini para pelaku masih bebas.

2) Kasus Marsinah (1993)


Marsinah adalah karyawati PT CPS. la adalah seorang aktivis buruh. Tanggal 9 Mei 1993,
mayat Marsinah ditemukan di Dusun Jegong, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk,
Jawa Timur. Diduga keras, ia tewas dibunuh akibat keterlibatannya dalam demonstrasi
buruh di PT CPS tanggal 3 dan 4 Mei 1993 Dibentuk Tim Terpadu tanggal 30 September
1993 untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Dalam
pembunuhan Marsinah, tim tersebut menangkap, memeriksa, dan mengajukan 10 orang
yang diduga terlibat. Persidangan berlangsung sejak persidangan tingkat pertama, banding,
dan kasasi. Semua terdakwa ternyata dibebaskan dari segala dakwaan alias bebas murni
dalam persidangan kasasi di Mahkamah Agung. Putusan tersebut menimbulkan
ketidakpuasan meluas di kalangan masyarakat.

3) Kasus Semanggi I dan II (1998)


Kasus ini diawali peristiwa meninggalnya empat orang mahasiswa yang sedang berunjuk
rasa menentang pelaksanaan Sidang Istimewa MPR 1998. Ribuan mahasiswa bersama
masyarakat menuju kompleks Gedung MPR/DPR pada 18 November 1998. Suasana makin
tegang sejak petang hari sampai malam karena aparat kepolisian dan militer berhadapan
dengan mahasiswa. Aksi keributan dan pertentangan pun terjadi di kawasan Semanggi.
Dalam keributan tersebut empat orang mahasiswa tertembak.

4) Kasus kerusuhan Timor Timur pasca jajak pendapat (referendum) 1999


Pada bulan Agustus 1999, Timor Leste (dahulu Timor Timur) akhirnya resmi berpisah
dengan Negara Kesatuan Republik lndonesia setelah hasil jajak pendapat dimenangkan oleh
kelompok yang menolak otonomi khusus. Hasil itu menimbulkan reaksi keras dari
masyarakat yang prointegrasi sehingga terjadi kerusuhan massal dan pembakaran besar-
besaran di wilayah tersebut. Dalam kasus Timor Timur telah terjadi pelanggaran HAM berat
meliputi penganiayaan dan penyiksaan, pembunuhan massal dan sistematis, kekerasan
berdasarkan gender, penghilangan paksa, pemindahan penduduk secara paksa, dan
pembumihangusan. Pengadilan HAM telah menerima pengajuan sejumlah tersangka kasus
Timor Timur, tetapi proses hukum dan hukuman yang dijatuhkan teryata tidak
mencerminkan rasa keadilan bagi masyarakat.

5) Kasus pembunuhan Theys Hiyo Eluay (2001)


Theys Hiyo Eluay adalah Ketua Umum Presidium Dewan Papua (PDP). Pada tanggal 11
November 2001 setelah menghadiri peringatan acara Sumpah Pemuda, Theys ditemukan
meninggal dalam mobil yang ditumpanginya. Sopir mobil itu dikabarkan melarikan diri.
Saat itu, Theys tengah menghadapi proses pengadilan sehubungan dengan tuduhan tindak
pidana makar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan mendirikan Negara
Papua Merdeka. Meninggalnya Theys dikabarkan oleh berita-berita berkaitan dengan
kegiatan politik yang dilakukannya.

6) Kasus pembunuhan Munir (2004)


Munir (39 thn), seorang aktivis HAM pendiri Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan) dan Imparsial, meninggal di atas pesawat Garuda dengan nomor
GA-974 ketika sedang menuju Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pascasarjana (7
September 2004). Pemerintah Belanda melakukan otopsi atas jenazah almarhum sesuai
dengan hukum nasionalnya. Informasi dari media Belanda diperoleh pihak keluarga
almarhum bahwa hasil otopsi Munir oleh Institut Forensik Belanda (NFI) membuktikan
bahwa beliau meninggal akibat racun arsenik dalam jumlah dosis yang fatal. Kasus yang
diduga berkaitan dengan aktivitas Munir selama hidupnya itu masih belum tuntas hingga
sekarang.

Hambatan dan tantangan penegakan HAM di Indonesia


Banyak sekali hambatan dalam menegakkan pelaksanaan HAM di tanah air. Hambatan-
hambatan tersebut dapat datang dari luar atau dalam negeri.

a. Hambatan dari luar negeri


Paham atau ideologi politik yang berbeda-beda antara negara yang satu dengan yang lain
ternyata membawa dampak pada pemahaman tentang hak asasi manusia yang berbeda-beda
pula. Contohnya pada dua paham atau ideologi paling berseberangan di muka bumi berikut
ini :
Pandangan paham liberalisme terhadap HAM
Liberalisme berasal dari kata liberal yang berarti berpendirian bebas. Paham ini melihat
manusia sebagai makhluk bebas, artinya manusia memiliki kemauan bebas dan merdeka
serta harus diberikan kesempatan untuk memajukan diri sendiri dengan merdeka pula. Kaum
liberal menghendaki pembatasan hak negara dalam urusan ekonomi, kebudayaan, agama,
dan sebagainya. Tuntutan mereka meliputi hak kemerdekaan menulis, menyampaikan
pikiran, memeluk agama, menentang rasialisme, perdagangan bebas, dan persamaan hak
bagi wanita.
Paham liberalisme dianut oleh negara-negara di Eropa Barat, Amerika Serikat, dan beberapa
negara di Asia. Paham ini menghendaki hal-hal berikut.
1. Lebih mengutamakan pemungutan suara mayoritas dalam mengambil keputusan. Oleh
karena itu, pendapat kelompok kecil atau minoritas tidak akan dipertimbangkan dalam
pengambilan putusan. Sikap ini memberi dampak negatif dapat menimbulkan rasa
frustrasi.
2. Kekuasaan mutlak mayoritas atas minoritas sehingga dapat terjadi diktator. Kebebasan
individu atau partai sangat ditonjolkan dalam bidang politik sehingga dikenal adanya
partai oposisi dan mosi tidak percaya kepada pemerintah yang sedang berkuasa.
Pemerintah yang berkuasa akan jatuh apabila hak itu digunakan untuk memenuhi batas
minimum pemerintah di parlemen. Dampak negatifnya adalah pemerintahan menjadi
tidak stabil dan program pembangunan tidak berjalan sehingga upaya untuk
meningkatkan kemakmuran rakyat akan terhambat.
3. Bagi Indonesia, paham liberalisme dapat membawa dampak-dampak berikut yang juga
berpengaruh pada pelaksanaan perlindungan HAM di dalam negeri.
4. Di bidang ekonomi, persaingan bebas akan mematikan golongan ekonomi lemah.
Akibatnya, jurang pemisah akan semakin lebar. Paham liberal akan melahirkan manusia
egois-individualis yang jauh dari sifat kekeluargaan dan gotong royong.
5. Kebebasan yang tidak terkendali, seperti pelaksanaan demonstrasi secara bebas di jalan-
jalan umum, dapat mengganggu jalannya pemerintahan dan aktivitas kehidupan
masyarakat sehari-hari
6. Golongan besar dan kuat akan dapat memaksakan kehendaknya kepada golongan
minoritas.

b. Pandangan paham komunisme terhadap HAM


Komunisme berawal dari teori historis materialism yang diajarkan oleh Karl Marx.
Menurutnya, semenjak dunia berkembang, masyarakat manusia merupakan perjuangan kelas
melawan kelas. Perjuangan kelas antara kaum borjuis (kaya) melawan kaum proletar
(melarat) ini pada akhirnya akan dimenangkan oleh kaum proletar.Ciri yang menonjol dalam
ajaran komunisme sebagai berikut :
1. Di bidang politik, pemerintahan dipegang oleh kaum proletar yang menjalankan
pemerintahan secara diktator dalam rangka menuju masyarakat komunis yang sama rasa
sama rata sehingga disebut diktator proletariat. Atas nama kaum proletar, penguasa dapat
bertindak apa saja dan menyingkirkan siapa saja yang dianggap menghambat tercapainya
tujuan. Hanya ada satu partai di dalam satu negara, yaitu partai komunis, sedangkan
partai yang lain tidak dibenarkan hidup. Rakyat hanya dijadikan objek politik belaka
karena kebebasan politik tidak ada.
2. Di bidang agama, negara yang menganut paham komunisme umumnya melarang
rakyatnya memeluk agama karena dianggap sebagai racun masyarakat yang dapat
menghambat kemajuan.
3. Di bidang ekonomi, secara totaliter negara memegang seluruh aktivitas ekonomi. Hak
milik perorangan terhadap alat produksi tidak diakui. Rakyat menjadi pasif atau tidak
berekonomi karena semuanya sudah ditentukan oleh pusat (sentralisasi). Akibatnya,
kemakmuran rakyat sulit ditingkatkan.Oleh karena sifatnya yang demikian, ajaran
komunis mempunyai minimal empat kecenderungan dan dampak yang kurang kondusif
bagi tegaknya hak asasi manusia, yaitu :
4. Awal terbentuknya masyarakat didahului oleh tegaknya system diktator proletariat
sehingga menciptakan sistem otoriter. Kekuasaan negara dapat jatuh ke tangan partai,
bahkan ke tangan pribadi. Rakyat menjalani kehidupan yang ketat dan tertutup yang pada
hakikatnya merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
5. Timbulnya berbagai tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabat manusia di
luar batas kemanusiaan atau disebut dengan proses dehumanisasi. Penyebabnya adalah
sikap menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang menjadi populer di
lingkungan masyarakat komunis.
6. Gerakan komunis cenderung menciptakan berbagai konflik dan kontradiksi dalam
kehidupan masyarakat untuk tujuan merebut kekuasaan yang menyebabkan timbulnya
suasana tegang dan resah

c. Hambatan dari dalam negeri


Ada empat macam faktor pendorong terjadinya pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia
menurut Prof. Baharuddin Lopa, S.H., yaitu
1. adanya kebiasaan dari pihak yang memiliki wewenang dan kekuasaan untuk
menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan tersebut;
2. masih kentalnya budaya ewuh pekewuh yang membuka peluang terjadinya pelanggaran
hak asasi manusia sehingga penegakannya (enforcement) terganggu;
3. law enforcement masih lemah dan seringkali bersifat diskriminatif;
4. adanya kecenderungan pada pihak-pihak tertentu, terutama yang memiliki kewenangan
dan kekuasaan, tidak mampu saling mengekang.

Kecenderungan-kecenderungan tersebut diperburuk oleh faktor-faktor perintang atau


hambatan dari dalam negeri berikut :
1. Keadaan geografis Indonesia yang luas dan jumlah penduduknya yang banyak
menimbulkan kendala dalam komunikasi dan sosialisasi produk hukum dan perundang-
undangan. Sosialisasi dalam waktu yang relatif lama diperlukan oleh suatu produk hukum
tertentu yang berskala nasional.
2. Budaya hukum dan hak asasi manusia yang belum terpadu. Dalam kasus hukum tertentu,
perbedaan persepsi masih sering mewarnai kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan
oleh penyebaran tingkat kualitas pendidikan dan kemajuan sosial budaya di Indonesia
sangat bervariasi. Contohnya, perbedaan pandangan mengenai pengertian zina menurut
KUHP dan hukum Islam. Dalam KUHP, hukum atas perbuatan zina hanya dikenakan
pada laki-laki dan perempuan yang telah menikah yang melakukan perselingkuhan.
Sementara, hokum Islam menghendaki hukum yang sama berlaku pula pada pelaku, laki-
laki dan perempuan, yang belum menikah.
3. Kualitas peraturan perundang-undangan belum sesuai dengan harapan masyarakat. Ini
disebabkan oleh sifat pemerintahan padamasa diberlakukannya undang-undang tertentu
(misalnya, pemberlakuan UU No. 11 PNPS/1963 tentang Subversi oleh pemerintahan
masa Orde Lama) dan sistem tata hukum nasional yang masih memberlakukan hukum
peninggalan atau warisan hokum kolonial.
4. Penegakan hukum yang kurang atau tidak bijaksana karena bertentangan dengan aspirasi
masyarakat. Misalnya, hak atas penggunaan tanah yang kepemilikannya diatur dengan
undang-undang dibuktikan dengan sertifikat kepemilikan tanah. Namun, hak yang
semestinya masih tetap berfungsi sosial ini digunakan untuk hal-hal yang tidak selaras
dengan perasaan hukum dan keadilan masyarakat.
5. Rendahnya penguasaan hukum dari sebagian aparat penegak hukum, baik dalam teori
maupun pelaksanaan. Tingkat keseriusan dalam menangani perkara akan rendah apabila
kualitas aparat penegak hukumnya rendah dan cara yang dipakai sering bertentangan
dengan
6. hukum itu sendiri. Contohnya, penangkapan aktivis keagamaan yang dilakukan dengan
cara kasar dan tidak menghargai hak asasi manusia, padahal bertentangan dengan aturan
dan etika.
7. Kesadaran hukum yang masih rendah sebagai akibat rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Masih rendahnya taraf pengetahuan dan kesadaran hukum sebagian warga
masyarakat menghasilkan ketidakpedulian dan berbagai bentuk pelanggaran terhadap hak
asasi orang lain. Contohnya, ketika terjadi kecelakaan lalu lintas di mana seorang
pengendara sepeda kayuh karena kurang waspada menabrak mobil yang sedang parkir di
pinggir jalan. Sepedanya rusak berat dan kondisi pengendara sepeda luka parah. Pemilik
mobil selalu dianggap sebagai pihak yang salah dalam pikiran orang awam sehingga
wajib menyantuni korban, walau sesungguhnya ia dalam posisi benar. Begitu pula
perilaku main hakim sendiri (eigenrichting), dianggap suatu perbuatan yang wajar dan
semata-mata keroyok massa, bukan pelanggaran hukum apalagi hak asasi manusia.
8. Mekanisme lembaga penegak hukum yang fragmentaris sehingga sering menimbulkan
disparitas penegak hukum dalam kasus yang sama. Sistem penegakan hukum dan upaya
mencari keadilan di Indonesia mengenal tingkatan peradilan yang belum sepenuhnya
dipahami masyarakat. Misalnya, suatu perkara yang diputus dengan vonis hukuman berat
di tingkat pertama (pengadilan negeri) ternyata divonis dengan hukuman seringan-
ringannya di tingkat banding (pengadilan tinggi), bahkan mungkin dibebaskan.
Masyarakat awam sangat sulit memahami hal ini. Kenyataannya, hukum pidana material
(KUHP) di Indonesia memberlakukan sistem hukuman maksimal. Oleh sebab itu, dalam
perkara yang sama dimungkinkan terjadinya perbedaan bobot hukuman oleh hakim dari
tingkat peradilan yang berbeda

3. Prinsip
instrumen HAM

E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model Pembelajaran : inkuiri learning
3. Metode : Ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


Alat/media : LCD projektor, media massa

G. Sumber Belajar
1. Buku Peserta didik dan Buku Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas
XI..2014. Kemendikbud. Jakarta.
2. www.youtube.com. www.elsam.or.id

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan 1
1. Kegiatan Awal ( 15 menit) :
 Guru mengucapkan assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
 Guru mengajak siswa untuk berdoa awal belajar dan membaca QS : Al Fatihah dengan
mengeraskan bacaan
 Guru mengecek kehadiran siswa dan 9K (Kebersihan, Keamanan, Ketertiban,
Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan, Kesehatan, Keterbukaan, Keteladanan)
 Guru melakukan Apersepsi yaitu mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pembelajaran sebelumnya
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini

2. Kegiatan Inti ( 60 menit) :


Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah
 Meminta peserta didik membaca wacana tentang “kasus pelanggaran HAM” (Literacy
culture)
 Meminta peserta didik mencatat hal-hal yang penting dan yang tidak diketahui dalam
wacana tersebut, seperti istilah/kata, fakta, konsep, dan hubungan antar konsep
Fase 2 : mengorganisasikan siswa belajar (mencermati)
 Menanamkan sikap teliti dan cermat dalam membaca wacana
 Mengamati keterampilan peserta didik dalam mengamati atau membaca wacana.
Fase 3 : membimbing penyelidikan individu atau kelompok (mencoba)
 Membagi peserta didik dalam menjadi 8 kelompok beranggotakan 4 – 5 orang
 Peserta didik diminta untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan gambar anak
terlantar secara bergantian dengan pertanyaan yang berbeda
 Peserta didik di minta untuk menjawab pertanyaan dari temannya sehingga terjadi
komunikasi dibimbing oleh guru.
 Peserta didik kemudian diminta untuk mengumpulkan berbagai informasi untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan melalui berbagai macam sumber yang relevan.
 Peserta didik mencari informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan penegakkan HAM
yang berkaitan dengan UUD 1945
 Siswa kemudian mendiskusikan. Mendiskusikan pelanggaran HAM yang terjadi
dikaitkan dengan UUD 1945 khususnya pasal 28 A sampai 28 J
Fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil karya
 Siswa kemudian membuat kesimpulan dari hasil identifikasi tentang pelanggaran HAM.
 Peserta didik secara bergantian melaporkan hasil kajiannya dan peserta didik lainnya
menanggapi hasil pekerjaan temannya

3. Kegiatan Akhir ( 15 menit ) :


Fase 5 : mengevaluasi proses pemecahan masalah
 Membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya jawab
secara klasikal
 Memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil laporan individu
 Mengorganisasi siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan refleksi,
dan/atau memberikan umpan balik terhadap proses dan/atau hasil pembelajaran
 Melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang telah
dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan “kasus
pelanggaran HAM”
 Memberikan tugas peserta didik untuk menjawab atau melengkapi tugas yang
terdapat dalam buku, tentang “kasus pelanggaran HAM” .
 Menjelaskan rencana kegiatan pertemuan berikutnya bahwa setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil telaah di depan kelas

Pertemuan II
1. Kegiatan Awal ( 15 menit) :
 Guru mengucapkan assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
 Guru mengajak siswa untuk berdoa awal belajar dan membaca QS : Al Fatihah dengan
mengeraskan bacaan
 Guru mengecek kehadiran siswa dan 9K (Kebersihan, Keamanan, Ketertiban,
Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan, Kesehatan, Keterbukaan, Keteladanan)
 Guru melakukan Apersepsi yaitu mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pembelajaran sebelumnya
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini

2. Kegiatan Inti ( 60 menit) :


Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah
 Meminta peserta didik membaca wacana tentang “ Penegakkan HAM di Indonesia”
(Literacy culture)
 Meminta peserta didik mencatat hal-hal yang penting dan yang tidak diketahui dalam
wacana tersebut, seperti istilah/kata, fakta, konsep, dan hubungan antar konsep
Fase 2 : mengorganisasikan siswa belajar (mencermati)
 Menanamkan sikap teliti dan cermat dalam membaca wacana
 Mengamati keterampilan peserta didik dalam mengamati atau membaca wacana.
Fase 3 : membimbing penyelidikan individu atau kelompok (mencoba)
 Membagi peserta didik dalam menjadi 10 kelompok beranggotakan 2-4 orang
 Peserta didik diminta untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan gambar anak
terlantar secara bergantian dengan pertanyaan yang berbeda
 Peserta didik di minta untuk menjawab pertanyaan dari temannya sehingga terjadi
komunikasi dibimbing oleh guru.
 Peserta didik kemudian diminta untuk mengumpulkan berbagai informasi untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan melalui berbagai macam sumber yang relevan.
 Peserta didik mencari informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan penegakkan HAM
yang berkaitan dengan UUD 1945
 Siswa kemudian mendiskusikan. Mendiskusikan pelanggaran HAM yang terjadi
dikaitkan dengan UUD 1945 khususnya pasal 28 A sampai 28 J
Fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil karya
 Siswa kemudian membuat kesimpulan dari hasil identifikasi tentang pelanggaran HAM.
 Peserta didik secara bergantian melaporkan hasil kajiannya dan peserta didik lainnya
menanggapi hasil pekerjaan temannya

3. Kegiatan Akhir ( 15 menit ) :


Fase 5 : mengevaluasi proses pemecahan masalah
 Membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya jawab
secara klasikal
 Memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil laporan individu
 Mengorganisasi siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan refleksi,
dan/atau memberikan umpan balik terhadap proses dan/atau hasil pembelajaran
 Melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang telah
dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan “
Penegakkan HAM di Indonesia”
 Memberikan tugas peserta didik untuk menjawab atau melengkapi tugas yang
terdapat dalam buku, tentang “ Penegakkan HAM di Indonesia” .
 Menjelaskan rencana kegiatan pertemuan berikutnya bahwa setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil telaah di depan kelas

Pertemuan III
1. Kegiatan Awal ( 15 menit) :
 Guru mengucapkan assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
 Guru mengajak siswa untuk berdoa awal belajar dan membaca QS : Al Fatihah dengan
mengeraskan bacaan
 Guru mengecek kehadiran siswa dan 9K (Kebersihan, Keamanan, Ketertiban,
Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan, Kesehatan, Keterbukaan, Keteladanan)
 Guru melakukan Apersepsi yaitu mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pembelajaran sebelumnya
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini

2. Kegiatan Inti ( 60 menit) :


Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah
 Meminta peserta didik membaca wacana tentang Landasan Hukum HAM (Literacy
culture)
 Meminta peserta didik mencatat hal-hal yang penting dan yang tidak diketahui dalam
wacana tersebut, seperti istilah/kata, fakta, konsep, dan hubungan antar konsep
Fase 2 : mengorganisasikan siswa belajar (mencermati)
 Menanamkan sikap teliti dan cermat dalam membaca wacana
 Mengamati keterampilan peserta didik dalam mengamati atau membaca wacana.
Fase 3 : membimbing penyelidikan individu atau kelompok (mencoba)
 Membagi peserta didik dalam menjadi 8 kelompok beranggotakan 4 – 5 orang
 Peserta didik diminta untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan gambar anak
terlantar secara bergantian dengan pertanyaan yang berbeda
 Peserta didik di minta untuk menjawab pertanyaan dari temannya sehingga terjadi
komunikasi dibimbing oleh guru.
 Peserta didik kemudian diminta untuk mengumpulkan berbagai informasi untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan melalui berbagai macam sumber yang relevan.
 Peserta didik mencari informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan penegakkan HAM
yang berkaitan dengan UUD 1945
 Siswa kemudian mendiskusikan. Mendiskusikan pelanggaran HAM yang terjadi
dikaitkan dengan UUD 1945 khususnya pasal 28 A sampai 28 J
Fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil karya
 Siswa kemudian membuat kesimpulan dari hasil identifikasi tentang pelanggaran HAM.
 Peserta didik secara bergantian melaporkan hasil kajiannya dan peserta didik lainnya
menanggapi hasil pekerjaan temannya

3. Kegiatan Akhir ( 15 menit ) :


Fase 5 : mengevaluasi proses pemecahan masalah
 Membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya jawab
secara klasikal
 Memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil laporan individu
 Mengorganisasi siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan refleksi,
dan/atau memberikan umpan balik terhadap proses dan/atau hasil pembelajaran
 Melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang telah
dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan Landasan
Hukum HAM
 Memberikan tugas peserta didik untuk menjawab atau melengkapi tugas yang
terdapat dalam buku, tentang Landasan Hukum HAM .
 Menjelaskan rencana kegiatan pertemuan berikutnya bahwa setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil telaah di depan kelas

Pertemuan IV
1. Kegiatan Awal ( 15 menit) :
 Guru mengucapkan assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
 Guru mengajak siswa untuk berdoa awal belajar dan membaca QS : Al Fatihah dengan
mengeraskan bacaan
 Guru mengecek kehadiran siswa dan 9K (Kebersihan, Keamanan, Ketertiban,
Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan, Kesehatan, Keterbukaan, Keteladanan)
 Guru melakukan Apersepsi yaitu mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pembelajaran sebelumnya
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini

2. Kegiatan Inti ( 60 menit) :


Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah
 Meminta peserta didik membaca wacana tentang contoh pelanggaran HAM dalam
kehidupan sehari-hari (Literacy culture)
 Meminta peserta didik mencatat hal-hal yang penting dan yang tidak diketahui dalam
wacana tersebut, seperti istilah/kata, fakta, konsep, dan hubungan antar konsep
Fase 2 : mengorganisasikan siswa belajar (mencermati)
 Menanamkan sikap teliti dan cermat dalam membaca wacana
 Mengamati keterampilan peserta didik dalam mengamati atau membaca wacana.
Fase 3 : membimbing penyelidikan individu atau kelompok (mencoba)
 Membagi peserta didik dalam menjadi 8 kelompok beranggotakan 4 – 5 orang
 Peserta didik diminta untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan gambar anak
terlantar secara bergantian dengan pertanyaan yang berbeda
 Peserta didik di minta untuk menjawab pertanyaan dari temannya sehingga terjadi
komunikasi dibimbing oleh guru.
 Peserta didik kemudian diminta untuk mengumpulkan berbagai informasi untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan melalui berbagai macam sumber yang relevan.
 Peserta didik mencari informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan penegakkan HAM
yang berkaitan dengan UUD 1945
 Siswa kemudian mendiskusikan. Mendiskusikan pelanggaran HAM yang terjadi
dikaitkan dengan UUD 1945 khususnya pasal 28 A sampai 28 J
Fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil karya
 Siswa kemudian membuat kesimpulan dari hasil identifikasi tentang pelanggaran HAM.
 Peserta didik secara bergantian melaporkan hasil kajiannya dan peserta didik lainnya
menanggapi hasil pekerjaan temannya

3. Kegiatan Akhir ( 15 menit ) :


Fase 5 : mengevaluasi proses pemecahan masalah
 Membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya jawab
secara klasikal
 Memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil laporan individu
 Mengorganisasi siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan refleksi,
dan/atau memberikan umpan balik terhadap proses dan/atau hasil pembelajaran
 Melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang telah
dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan contoh
pelanggagaran HAM dalam kehidupan sehari-hari
 Memberikan tugas peserta didik untuk menjawab atau melengkapi tugas yang
terdapat dalam buku, tentang contoh pelanggaran HAM dalam kehidupan sehari-hari
 Menjelaskan rencana kegiatan pertemuan berikutnya bahwa setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil telaah di depan kelas

Pertemuan V
1. Kegiatan Awal ( 15 menit) :
 Guru mengucapkan assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
 Guru mengajak siswa untuk berdoa awal belajar dan membaca QS : Al Fatihah dengan
mengeraskan bacaan
 Guru mengecek kehadiran siswa dan 9K (Kebersihan, Keamanan, Ketertiban,
Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan, Kesehatan, Keterbukaan, Keteladanan)
 Guru melakukan Apersepsi yaitu mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pembelajaran sebelumnya
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini

2. Kegiatan Inti ( 60 menit) :


Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah
 Meminta peserta didik membaca wacana tentang sejarah HAM Internasional
 Meminta peserta didik mencatat hal-hal yang penting dan yang tidak diketahui dalam
wacana tersebut, seperti istilah/kata, fakta, konsep, dan hubungan antar konsep
Fase 2 : mengorganisasikan siswa belajar (mencermati)
 Menanamkan sikap teliti dan cermat dalam membaca wacana
 Mengamati keterampilan peserta didik dalam mengamati atau membaca wacana.
Fase 3 : membimbing penyelidikan individu atau kelompok (mencoba)
 Membagi peserta didik dalam menjadi 8 kelompok beranggotakan 4 – 5 orang
 Peserta didik diminta untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan gambar anak
terlantar secara bergantian dengan pertanyaan yang berbeda
 Peserta didik di minta untuk menjawab pertanyaan dari temannya sehingga terjadi
komunikasi dibimbing oleh guru.
 Peserta didik kemudian diminta untuk mengumpulkan berbagai informasi untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan melalui berbagai macam sumber yang relevan.
 Peserta didik mencari informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan penegakkan HAM
yang berkaitan dengan UUD 1945
 Siswa kemudian mendiskusikan. Mendiskusikan pelanggaran HAM yang terjadi
dikaitkan dengan UUD 1945 khususnya pasal 28 A sampai 28 J
Fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil karya
 Siswa kemudian membuat kesimpulan dari hasil identifikasi tentang pelanggaran HAM.
 Peserta didik secara bergantian melaporkan hasil kajiannya dan peserta didik lainnya
menanggapi hasil pekerjaan temannya

3. Kegiatan Akhir ( 15 menit ) :


Fase 5 : mengevaluasi proses pemecahan masalah
 Membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya jawab
secara klasikal
 Memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil laporan individu
 Mengorganisasi siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan refleksi,
dan/atau memberikan umpan balik terhadap proses dan/atau hasil pembelajaran
 Melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang telah
dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan sejarah
HAM Internasional
 Memberikan tugas peserta didik untuk menjawab atau melengkapi tugas yang
terdapat dalam buku, tentang sejarah HAM Internasional.
 Menjelaskan rencana kegiatan pertemuan berikutnya bahwa setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil telaah di depan kelas

I. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


1. Teknik penilaian
Jenis Penilaian Indikator Soal

Observasi Siswa dapat mencari informasi tentang “kasus pelanggaran


HAM” yang ada di media massa (koran, majalah, internet dan
televisi)

Tes Tulis Siswa dapat menyebutkan kasus-kasu pelanggaran HAM yang


ada di sekitarnya dengan contoh konkrit.

Produk Siswa dapat membuat skema tentang penegakkkan HAM di


Indonesia
2. Instrumen penilaian
2.1. Penilaian Sikap
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : X /2
Tahun Pelajaran : 2017-2018
Indikator perkembangan sikap: ketelitian, jujur, disiplin, mandiri, rasa ingin tahu, dan
tanggung
Jawab
a. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
b. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
c. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
d. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten
Berikan nilai 1, 2, 3, atau 4 pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
Sikap
Rasa
No Nama Tanggung
Ketelitian Jujur Disiplin Mandiri Ingin
jawab
tahu
1
2
dst
Keterangan
1 = kurang 3 = baik
2 = sedang 4 = sangat bagus

LEMBAR PENILAIAN DIRI


Satuan Pendidikan : SMA Wachid Hasyim 2 Taman
Mata Pelajaran : Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Kelas/Semester : XI / 1
Tahun Pelajaran : 2017-2018
Kompetensi dasar: Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Indikator :
1. Memiliki motivasi internal selama proses pembelajaran
2. bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok
3. menunjukkan sikap konsisten dalam menerapkan aturan
4. menunjukkan sikap disiplin dalam menyelesaikan tugas individu maupun kelompok
5. menunjukkan rasa percaya diri dalam mengemukakan gagasan, bertanya, atau menyajikan hasil
diskusi
PENILAIAN DIRI
Nama : …………………………….…………...
Kelompok : …………………………………………
Untuk pertanyaan 1 sampai dengan 6, tulis masing-masing huruf sesuai dengan
pendapatmu!
 A = Selalu
 B = Sering
 C = Jarang
 D = Tidak pernah
1 saya memiliki motivasi dalam diri saya sendiri selama proses
pembelajaran
2 Saya bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok
3 Saya menunjukkan sikap konsisten dalam menerapkan aturan
4 Saya menunjukkan sikap disiplin dalam menyelesaikan tugas
individu maupun kelompok
5. Selama kegiatan pembelajaran, tugas apa yang kamu lakukan ?

Skor 4, jika A = Selalu Skor 2, jika C = Jarang


Skor 3, jika B = Sering Skor 1, jika D = Tidak pernah

Skor Perolehan = X 100 = ................

LEMBAR PENILAIAN SIKAP ANTAR PESERTA DIDIK (TEMAN)


Satuan Pendidikan : SMA Wachid Hasyim 2 Taman.
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewaraganegraan (PPKn)
Kelas
Petunjuk: : XI /1

Berilah tanda (X) pada pilihan yang paling menggambarkan kondisi teman kamu dalam kurun waktu 1
Kompetensi
(satu) mingguDasar
terakhir.
Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Nama Teman yang Dinilai : ..........................................
Indikator:
1. Peserta didik tidak meniru (menyontek) hasil kerja teman ketika mengerjakanTidak
tugasPernah
individu materi memaknai Jarang
2. Peserta didik tangguh dalam menyelesaikan masalah terkait Harmonisasi antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Sering
3. Peserta didik menunjukkan sikap kritis dalam diskusi kelompok maupun klasikal
Selalu
4. No.
Harmonisasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Aspek Penilaian Daerah
4 3 2 1
1. Peserta didik tidak bertanya kepada teman ketika mengerjakan tugas individu
Instrumen
2. Penilaian
Peserta Teman
didik tidak Sejawat:
meniru/menyontek pekerjaan teman pada saat ulangan
3. Peserta didik tidak mengeluh ketika menyelesaikan tugas individu atau kelompok
4. Peserta didik menuntaskan tugas yang diberikan guru
5. Peserta didik bertanya kepada guru atau teman ketika proses pembelajaran
berlangsung
6. Peserta didik mengumpulkan tugas tepat waktu
Jumlah
Total Skor
Keterangan:

 Tidak Pernah (intensitas sikap yang diamati tidak muncul)


 Jarang (intensitasnya sikap yang diamati sebagian kecil muncul)
 Sering (intensitasnya sikap yang diamati sebagian besar muncul)
 Selalu (intensitasnya sikap yang diamati selalu muncul)

Nilai =
2.2. Penilaian Pengetahuan
Jawablah pertanyaan dibawah ini !
1. Apakah yang dimaksud dengan pelanggaran HAM ?
2. Mengapa terjadi pelanggaran HAM ?
3. Mengapa penegakan HAM itu penting dilakukan di Indonesia ?
4. Jelaskan cara anda untuk berpartisipasi dalam menegakkan HAM ?
5. Jelaskan upaya pemerintah dalam menegakkan HAM ?
Kunci Jawaban

No. Jawaban Skor

1 Sesuatu hal yang melanggar hak –hak seseorang terhadap 20


orang ain

2 Karena terjadi benturan hak seseorang dengan hak orang 20


lain

3 Karena setiap orang di dunia wajib dan berhak mendapatkan 20


jaminan perlindungan hak asasi manusia terutama di
Indonesia.

4 Menghormati hak asasi manusia yang lain 20

5 Membuat undang-undang perlindungan HAM 20

1.1. Penilaian Ketrampilan

Praktik Belajar Kewarganegaraan


Mengamati kejadian dilingkungan peserta didik

Petunjuk :
1. Amatilah kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal anda
2. Lakukan identifikasi mengenai pelanggaran HAM yang terjadi di sekitar
tempat tinggal anda khususnya pelanggaran HAM pada penelantaan anak
3. Uraiakanlah hasil pengamatan anda ke dalam format dibawah.

Kategori Pelanggaran HAM : Berat/Ringan


Uraian singkat tentang kronologi kejadian

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Penyebab terjadinya pelanggaran HAM tersebut
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Pembelajaran remedial dan pengayaan
3.1. Remidial, bagi siswa yang memperoleh nilai KD < KKM
 Mengikuti program pembelajaran kembali dengan memberikan pembahasan soal-
soal uji kompetensi ( menjelaskan kembali penyelesaian soal-soal )
 Memberikan tugas yang berkaitan dengan indikator atau kompetensi dasar yang
belum tuntas
 Melakukan uji pemahaman ulang ( Ujian Perbaikan ) sesuai dengan indikator atau
kompetensi dasar yang belum tuntas

3.2. Pengayaan, bagi siswa yang memperoleh nilai KD ≥ KKM


Memberikan program pembelajaran tambahan berupa pembahasan soal-soal yang
bervariasi.
a. Remidial
Nama Sekolah : SMA Wachid Hasyim 2 Taman
Nama Guru : Ike Nurwulansari, S.Pd.
Mata Pelajaran : PKN
Kelas/Semester : XI/1
Nama-nama siswa yang mengikuti remidi
Nama Indikator Yang Nilai Nilai Nama Tgl.
No Kelas Lama Baru Pelaksanaan
Siswa Belum Dikuasai Guru

Catatan :
Siswa yang telah mengikuti pembelajaran ulang (teaching siswa) akan diuji kembali pada:
Hari, tanggal :
Pukul :
Tempat:

b. Pengayaan
Nama Sekolah : SMA Wachid Hasyim 2 Taman
Nama Guru : Ike Nurwulansari,S.Pd.
Mata Pelajaran : PKN
Kelas/Semester : XI/1
Nama-nama siswa yang mengikut pengayaan:
Nama Indikator Nilai Tgl. Pelaksanaan
No Kelas Nama Guru
Siswa pengayaan

Mengetahui, Taman, Juli 2017


Kepala SMA Wachid Hasyim 2 Guru Mata Pelajaran PPKn

Dra.Hj. Nur Djannah Ike Nurwulansari, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai