Anda di halaman 1dari 6

Berbicara tentang Anak Indonesia

Perjalanan hari ini di lewati dengan sedikit rasa lelah. Di saat panas terik menyinari tiap ruas
jalan,di saat itu pula saya berjalan kaki menemani teman-teman mahasiswa STAI Jamaiyah
Mahmudiyah Tanjung Pura dalam melakukan penggalangan dana untuk seorang anak yang
masih berstatus pelajar Sekolah dasar yang mengalami kelumpuhan sekitar 4 bulan lalu, sebut
saja namanya Unus. Penyebab pasti kelumpuhan belum tahu karena belum di bawa ke dokter
ahlinya. Lagi-lagi ketiadaan dana yang menjadi alasan utama. Alasan klasik yang selalu
terucap untuk keluarga menengah kebawah.

Apakah tidak ada BPJS?, itu pertanyaan saya di awal pada saat melihat kondisi anak yang
ibunya sudah lama meninggal tersebut. Ternyata keluarga Unus dulu pernah buat BPJS
namun karena tunggakan pembayaran yang cukup banyak sehingga keluarga tidak bisa
menebus BPJS nya. Ekonomi keluarga juga memprihatinkan, ayah nya hanya seorang
penyedia jasa kukur kelapa di pasar binjai. Karena lokasi pekerjaan si ayah yang jauh, demi
kebaikan Unus maka dia di titipkan kepada Buk Muslimah, kakak dari sang ayah.

Walaupun hanya sebagai tukang mandikan bayi "Cina" di kota Tanjung Pura, namun Buk
Muslimah berusaha merawat Unus seperti anaknya sendiri serta berupaya memenuhi
kebutuhan dan obatnya. Bersama suami dan kedua anak kandungnya, Buk Muslimah
memperlakukan Unus layaknya keluarga kandung, tanpa membeda-bedakan anak dan
keponakannya. Hal ini di buktikan dengan masuknya Unus di Kartu Keluarga mereka.

Sebenarnya awal muda kelumpuhan Unus ini terjadi pada saat dia bayi. Karena jatuh dari
ayunan membuat dia tidak bisa berjalan sampai umur 4 tahun. Namun karena upaya keras
keluarga dalam mengobatinya secara tradisonal, dari satu tukang obat ke tukang obat lainnya.
Alhamdulillah di usia 4 tahun Unus bisa berjalan seperti anak pada umumnya. Kini Unus dan
keluarga di beri ujian kembali, dari awal bulan November 2020 kemaren Unus mulai sulit
berjalan lagi dan pada akhirnya lumpuh hingga saat ini. Tetapi, walaupun dengan kondisi
ekonomi seadanya, keluarga tidak patah semangat dalam mengobati kelumpuhan Unus agar
dia bisa berjalan dan sekolah kembali seperti anak lainnya

Sebenarnya kisah Unus ini adalah bagian kecil dari sekian banyak kisah-kisah pilu anak
Indonesia yang mengalami kondisi memprihatinkan baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi
kesejahteraan ekonomi. Memang di rasa sangat menyedihkan mengingat Indonesia sudah
merdeka selama 75 tahun, umur kemerdekaan yang cukup dewasa dalam mengelola segala
kebutuhan rakyatnya. Namun kita yakin pemerintah dengan segala upaya tetap berusaha
semaksimal mungkin agar seluruh warga negara tanpa kecuali bisa merasakan manisnya
menjadi bagian dari negara kesatuan Repulik Indonesia yang dicintai ini.

Perhatian pemerintah terhadap anak bisa kita lihat di beberapa regulasi peraturan yang ada
seperti :
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Pada undang-undang ini anak di berikan hak-hak antara lain :
a. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan.
b. Hak atas pelayanan
c. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan.
d. Hak atas perlindungan lingkungan hidup.
e. Hak mendapatkan pertolongan pertama
f. Hak untuk memperoleh asuhan
g. Hak untuk memperoleh bantuan
h. Hak diberi pelayanan dan asuhan
i. Hak untuk memeperoleh pelayanan khusus
j. Hak untuk mendapatkan bantuan dan pelayanan.

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


Hak anak dalam Undang-Undang ini diatur dalam Bab III bagian kesepuluh, pasal 52-
66, yang meliputi:
1) Hak atas perlindungan
2) Hak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
3) Hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.
4) Bagi anak yang cacat fisik dan atau mental hak:
(a) memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus.
(b) untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan,
(c) berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5) Hak untuk beribadah menurut agamanya.
6) Hak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing.
7) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
8) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
9) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
10) Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.

Secara khusus Pasal 66 Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang hak anak-anak yang
dirampas kebebasannya meliputi:
a. Hak untuk tidak dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur hidup.
b. Hak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan dengan memperhatikan
kebutuhan pengembangan pribadi sesuai dengan usianya dan harus dipisahkan dari
orang dewasa, kecuali demi kepentingannya.
c. Hak untuk memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam
setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.
d. Hak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di depan Pengadilan Anak yang
objektif dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk umum.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


Dalam Undang-Undang ini hak anak secara spesifik di jelaskan pada Pasal 4-Pasal 18,
yaitu :
1) Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
2) Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan
3) Hak untuk beribadah menurut agamanya
4) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
5) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran
6) Bagi anak yang menyandang cacat juga hak memperoleh pendidikan luar biasa,
sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga hak mendapatkan pendidikan
khusus
7) Hak menyatakan dan didengar pendapatnya
8) Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang.
9) Bagi anak penyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
10) Bagi anak yang berada dalam pengasuhan orang tua/ wali, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan:
a) diskriminasi;
b) eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c) penelantaran;
d) kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e) ketidakadilan; dan
f) perlakuan salah lainnya.
11) Hak untuk memperoleh perlindungan dari :
a) penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b) pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c) pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d) pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan
e) pelibatan dalam peperangan
12) Hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum
13) Setiap anak yang dirampas kebebasannya hak untuk :
a) mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari
orang dewasa;
b) memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap
tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
c) membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan
tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
14) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang
berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan
15) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum dan bantuan lainnya.

4. Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang perubahan pada undang-undang No. 23


tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yaitu pada :
Pasal 6 Setiap Anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan
berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan Orang
Tua atau Wali.
Pasal 9 ayat 1 Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakat.
Pasal 9 ayat 1a Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan
dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
Pasal 9 ayat 2 Selain mendapatkan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 1a, Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar biasa dan
Anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Pasal 12 Setiap Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi,
bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Pasal 14 ayat 1 Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh Orang Tuanya sendiri, kecuali
jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu
adalah demi kepentingan terbaik bagi Anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
Pasal 14 ayat 2 Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
Anak tetap berhak:
a. bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua Orang
Tuanya;
b. mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan untuk
proses tumbuh kembang dari kedua Orang Tuanya sesuai dengan kemampuan, bakat,
dan minatnya;
c. memperoleh pembiayaan hidup dari kedua Orang Tuanya; dan
d. memperoleh Hak Anak lainnya.
Pasal 15 Setiap Anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur Kekerasan;
e. pelibatan dalam peperangan; dan
f. kejahatan seksual.
Pasal 44 ayat 1 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi Anak agar setiap Anak
memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan.
Pasal 44 ayat 2 Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya kesehatan secara
komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didukung oleh peran serta
Masyarakat.
Pasal 44 ayat 3 Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk
pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.
Pasal 44 ayat 4 Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 diselenggarakan secara cuma-cuma bagi Keluarga yang tidak mampu.
Pasal 44 ayat 5 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sampai
dengan ayat 4 disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 45 ayat 1 Orang Tua dan Keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan Anak
dan merawat Anak sejak dalam kandungan.
Pasal 45 ayat 2 Dalam hal Orang Tua dan Keluarga yang tidak mampu melaksanakan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib memenuhinya.
Pasal 45 ayat 3 Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 2, pelaksanaannya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 53 ayat 1 Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk
memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus
bagi Anak dari Keluarga kurang mampu, Anak Terlantar, dan Anak yang bertempat
tinggal di daerah terpencil.
Pasal 53 ayat 2 Pertanggungjawaban Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 termasuk pula mendorong Masyarakat untuk berperan aktif.
Pasal 71E ayat 1 Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan
dana penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Pasal 71E ayat 2 Pendanaan penyelenggaraan Perlindungan Anak sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
c. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.
Pasal 76A
Setiap orang dilarang:
a. memperlakukan Anak secara diskriminatif yang mengakibatkan Anak mengalami
kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya; atau
b. memperlakukan Anak Penyandang Disabilitas secara diskriminatif.
Pasal 76B Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh
melibatkan Anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran.
Pasal 76C Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak.
Pasal 76D Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan
memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Pasal 76E Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau
membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.
Pasal 76F Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan
Anak.
Pasal 76G Setiap Orang dilarang menghalang-halangi Anak untuk menikmati
budayanya sendiri, mengakui dan melaksanakan ajaran agamanya dan/atau
menggunakan bahasanya sendiri tanpa mengabaikan akses pembangunan Masyarakat
dan budaya.
Pasal 76H Setiap Orang dilarang merekrut atau memperalat Anak untuk kepentingan
militer dan/atau lainnya dan membiarkan Anak tanpa perlindungan jiwa.
Pasal 76I Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual
terhadap Anak.
Pasal 76J ayat 1 Setiap Orang dilarang dengan sengaja menempatkan, membiarkan,
melibatkan, menyuruh melibatkan Anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan
distribusi narkotika dan/atau psikotropika.
Pasal 76J ayat 2 Setiap Orang dilarang dengan sengaja menempatkan, membiarkan,
melibatkan, menyuruh melibatkan Anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan
distribusi alkohol dan zat adiktif lainnya.

5. Perppu No. 1 tahun 2016 mengenai perubahan undang-undang No.23 tahun 2002
yang isinya adalah perubahan pada pasal 81,pasal 82, dan di tambahkan adanya pasal
81A dan 82A sebagai bentuk tambahan hukuman bagi pelaku Penganiayaan dan
Pencabulan terhadap anak.

6. Undang-undang No. 17 tahun 2016 tentang penetapan Perppu No.1 Tahun 2016
tentang perubahan kedua atas undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak menjadi Undang-Undang
Yaitu pada pasal 1 menyebutkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.
1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas undang-undang No.23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak ditetapkan menjadi Undang-undang dan melampirkannya sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari undang-undang ini.

Dengan begitu banyak aturan yang dibuat Pemerintah untuk melindungi tumbuh kembang
anak, kita sangat yakin bahwa pemerintah sangat serius menangani segala permasalahan yang
di alami. Apalagi dengan adanya Komnas PA dan KPAI yang selalu menjadi garda terdepan
mengenai issu anak.

Semoga segala upaya Pemerintah dalam mengatasi kebutuhan anak Indonesia bisa terealisasi
sesuai dengan regulasi peraturan yang telah dibuat. Karena pastinya pada saat aplikasi yang
terjadi di lapangan berbeda dengan uraian undang-undang yang di buat, maka akan semakin
menimbulkan rasa kecewa dan ketidak percayaan rakyat terhadap pemerintah yang ada.

Anda mungkin juga menyukai