Penyusun :
Hadi Utomo
Ahmad Muhammad
Faisal Cakra Buana
Alamat e-mail : hadiutomo234@yahoo.com ; fcakrabuana@gmail.com ; simkuring65@yahoo.co.id
BAB IV
STANDAR MINIMUM PROGRAM PENGASUHAN ANAK
1. HAK-HAK ANAK
Hak anak tidak bisa dipisahkan dengan HAM, hak anak merupakan bagian dari HAM. Anak
mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus dan memerlukan pengasuhan, bimbingan,
tuntunan dan perlindungan. Anak masih tergantung pada pengasuh / orangtua dan wali.
Setiap anak belum mampu berdiri sendiri, dia masih tergantung pada orangtua, wali atau
pengasuh atau pihak lain yang bertanggungjawab atas pengasuhan anak, oleh karena itu
Negara berkewajiban memperkuat kemampuan orangtua, wali atau pengasuh atau pihak
lain yang bertanggungjawab atas pengasuhan anak agar mereka memiliki kemampuan
untuk mengasuh anak secara benar. Anak berada pada posisi rawan mendapatkan
kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran, maka dari itu anak harus
mendapatkan perhatian khusus dari orangtua, wali atau pengasuh atau pihak lain yang
bertanggungjawab atas pengasuhan anak.
Disamping itu, setiap anak memiliki kapasitas yang selalu berkembang, dan hal itu
menuntut para pengasuh / orangtua dan wali harus selalu meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dalam mengasuh anak.
Catatan:
Panti merupakan Lambaga Pengasuhan sebagai alternative terakhir dan
bersifat sementara.
Selama anak dalam panti, Dinas Sosial / Pekerja Sosial wajib melakukan
asesmen untuk mendapatkan tempat pengasuhan anak yang bersifat
permanen, seperti dikembalikan pada keluarga atau keluarga pengganti
seperti kerabat atau keluarga asuh (tidak sedarah) atau keluarga angkat
(tidak sedarah).
Ketika anak telah ditempatkan pada pengasuhan atau keluarga pengganti
maka anak berhak atas monitoring terhadap kondisi dirinya, monitoring
tersebut wajib dilakukan oleh Dinas Sosial / Pekerja Sosial.
Jika hak anak atas pengasuhan tidak didapatkan disemua opsi (pilihan) di
atas maka anak rentan menjadi anak jalanan, terlantar, rentan terjebak
eksploitasi (ekonomi dan seksual), rentan menjadi korban trafiking,
penculikan, penjualan, rentan melakukan pelanggaran hukum.
19. Hak mendapatkan pendidikan dan gratis serta hak mendapat pendidikan yang
menghormati harga diri dan martabat anak termasuk mencapai tujuan pendidikan
yang meliputi:
a. Pengembangan : Kepribadian, Bakat, Mental dan Fisik anak
semaksimal mungkin
b. Pengembangan rasa hormat terhadap HAM (Hak Asasi Manusia) serta
prinsip-prinsip yang tercantum dalam piagam PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa)
c. Pengembangan rasa hormat kepada : Orangtua anak, Identitas
budaya, Bahasa, Nilai-nilai dan Tahapan peradaban yang berbeda
d. Persiapan anak untuk hidup secara bertanggung jawab dalam
masyarakat yang bebas
e. Pengembangan rasa hormat terhadap lingkungan alam
27. Hak perlindungan dari eksploitasi Anak harus dilindungi dari eksploitasi ekonomi. Anak
yang diajak mencari nafkah di jalan, akan merugikan
seksual dan kekerasan seksual; perkembangan jiwanya dan cenderung kehilangan hak
28. Hak perlindungan dari penjualan, pendidikan maupun kesehatan.
penculikan dan trafiking
(perdagangan);
29. Hak perlindungan dari bentuk-bentuk eksploitasi lainnya seperti : perlindungan
dari pemaksaan nikah di usia dini karena factor budaya dan perlindungan dari
pemberitaan media (massa, elektronik) yang merugikan anak serta eksploitasi
anak untuk keperluan penelitian;
30. Hak perlindungan atas kerahasiaan identitas dirinya dari pemberitaan untuk
konsumsi media ketika menjadi pelaku maupun korban hingga anak dalam proses
rehabilitasi, reintegrasi dan reunifikasi keluarga;
31. Hak mendapatkan bantuan dan perlindungan segera ketika dalam situasi darurat /
bencana / pengungsian;
32. Hak perlindungan dari pelibatan anak dalam konflik bersenjata termasuk
permusuhan dengan pihak lain;
33. Hak perlindungan dari parampasan / pencabutan kebebasan secara tidak sah;
34. Hak perlindungan dari peradilan yang adil;
35. Hak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya selama dalam proses
peradilan;
36. Hak rehabilitasi bagi anak korban kekerasan (seksual, fisik, psikis), korban
eksploitasi (ekonomi, seksual), korban trafiking (seksual dan tenaga kerja);
37. Hak reintegrasi dan reunifikasi bagi anak korban kekerasan (seksual, fisik, psikis),
korban eksploitasi (ekonomi, seksual), korban trafiking (seksual dan tenaga kerja).
38. Hak bagi anak dalam situasi pengungsian, bencana dan situasi konflik bersenjata
dan kerusuhan sosial untuk mendapatkan perlindungan dan bantuan
kemanusiaan.
Persoalan anak bukan hanya persoalan sebuah Negara, tetapi menjadi persoalan dan
perhatian Dunia. Karena itu, PBB membuat ketentuan tentang Hak-hak Anak yang harus
menjadi perhatian tiap Negara. Ketentuan tersebut bernama hukum internasional, salah
satu hukum internasional tersebut adalah Konvensi Hak Anak (KHA). KHA merupakan
hokum international yang mengatur secara menyeluruh dan utuh tentang hak anak-anak
yang mencakup hak-hak ekonomi, sosial budaya, sipil dan politik. Tiap Negara di dunia
memiliki kewajiban untuk memenuhi, menghormati, dan melindungi anak serta mendorong
untuk kemajuan hak-hak tersebut.
Yang dimaksud anak adalah : Setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali
berdasarkan undang-undang yang berlaku, bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa
dicapai lebih awal. (menurut KHA Pasal 1). Sedangkan menurut Undang-undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 (1) Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
KHA menetapkan prinsip-prinsip hak-hak anak yang harus ditaati oleh semua lembaga
Negara, Keluarga, LSM anak, PAUD, Tempat penitipan anak, Pusat-pusat pengasuhan anak,
Lembaga pendidikan anak. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari : Non-diskkriminasi;
Kepentingan terbaik bagi anak; Tumbuh kembang dan Menghargai pandangan anak.
Prinsip-prinsip hak anak tersebut juga dinyatakan dalam Pasal 2 UU No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.
Yang dimaksud dengan asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah bahwa dalam
semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat,
badan legislatif, dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus
menjadi pertimbangan utama.
Yang dimaksud dengan asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan
adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara,
pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua.
3. PERKEMBANGAN ANAK
Keluarga termasuk keluarga besar, yang diciptakan untuk mengasuh anak usia dini –
merupakan inti bagi kesejahteraan anak. Bayi dan anak usia dini membentuk ikatan dengan
orang tuanya (atau pengasuh utamanya) dan lewat hubungan ini mereka membangun
identitas mereka, mendapatkan perilaku yang bernilai budaya dan merealisasikan hak-
haknya. Menghormati kapasitas yang berkembang dari anak usia dini sangat penting dan
khususnya sangat dibutuhkan selama periode perubahan yang cepat ini. Meningkatnya
kebutuhan anak usia dini untuk bimbingan tidak boleh menggunakan cara otoriter dan tidak
boleh membatasi otonomi serta ekspresi anak.
Tugas orang tua dalam mengasuh bisa berdampak negatif jika orangtua mengalami stress
fisik ataupun psikis, lalai, atau melakukan kekerasan terhadap anak atau tidak konsisten.
Konflik antar orang tua juga dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Perkembangan
anak juga terancam jika anak terpisah dari orangtuanya termasuk rendahnya mutu
pelayanan dalam TPA.
Pengasuhan dalam TPA mengandung unsur pendidikan yang harus diarahkan kepada
penghormatan terhadap harga diri dan martabat anak.
TPA harus memperhatikan hal-hal penting tentang pertumbuhan anak, khususnya bahwa
usia balita :
• mengalami pertumbuhan fisik dan intelektual dan yang sangat cepat;
• meletakkan dasar bagi kesehatan fisik dan mental, identitas budaya dan pribadi serta
mengembangkan kompetensi;
• membentuk ikatan emosional yang kuat terhadap orang tua atau pengasuhnya,
darimana mereka mendapatkan pengasuhan, perlindungan dan bimbingan;
• membentuk hubungan dengan anak-anak lain dimana mereka belajar perilaku sosial.
Pertumbuhan dan perkembangan akan bervariasi sesuai dengan sifat individu anak,
serta jenis kelaminnya, kondisi kehidupan, bentuk perawatan dan system pendidikan
serta sangat terbentuk oleh keyakinan budaya serta peran mereka dalam keluarga dan
masyarakat.
Perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari hak anak untuk hidup dan kelangsungan
hidup (survival). HAM menjamin hak hidup sebagai hak fundamental bagi anak. Setiap anak
memiliki hak kelangsungan hidup
dan perkembangan semaksimum
mungkin. Orangtua
bertanggungjawab untuk
melindungi hak anak tersebut, dan
jika orangtua tidak mampu
menjalankannya maka Negara
wajib membantu orangtua. Dalam
kaitannya dengan TPA, TPA
berperan membantu mangasuh
anak ketika orangtua tidak mampu
menjalankan tanggungjawabnya,
seperti dalam hal ketika orangtua
sedang berdagang atau
menjalankan bisnis. Kerjasama
antara orangtua dengan TPA dapat
menghindarkan penelantaran
terhadap anak dan berdampak
Salah satu bentuk pengabaian ketika pengasuh, pengelola TPA lebih
asik berbincang sendiri dibandingkan memperhatikan anak asuhnya. positif bagi tumbuh kembang
anak.
Konsep perkembangan anak menurut KHA diatur secara holistic, mengatur peranan
orangtua dan keluarga dan peranan Negara dalam memberikan dukungan atau bantuan
kepada orangtua ketika orangtua mengalami kesulitan dalam mengasuh dan melindungi
anak. Konsep perkembangan sangat berkaitan dengan perlindungan anak dari segala bentuk
kekerasan dan eksploitasi, perkembangan anak akan terhambat jika anak mengalami
kekerasan dari orangtua atau keluarga. Dalam kaitannya dengan TPA, TPA akan mengalami
kesulitan dalam mengasuh anak yang sering mendapat kekerasan dari orangtua. Anak
korban kekerasan tidak memiliki kepercayaan terhadap pengasuh, serta merasa tidak
nyaman, tidak bahagia, menderita batin yang menyebabkan anak tersebut cenderung
bereaksi negative terhadap siapapun termasuk pengasuh. Oleh karena itu, pengasuh perlu
bersikap ramah dan menyenangkan terhadap anak tersebut, agar anak secara perlahan
mampu memahami kasih sayang, cinta dan perhatian dari pengasuh yang bersangkutan,
dan secara perlahan anak akan bersikap positif serta membangun kepercayaan terhadap
pengasuhnya.
Jika TPA menemukan kasus kekerasan terhadap anak asuh yang dilakukan oleh orangtua
maka TPA perlu mengajak orangtua untuk membahas jalan keluar terbaik dalam mengasuh
dan melindungi anak. TPA juga dapat bekerjasama dengan tokoh masyarakat dalam
mengatasi persoalan tersebut, sehingga TPA tidak terbebani dengan berbagai persoalan
yang menyangkut pengasuhan anak.
4. IDENTITAS ANAK
Pengasuh dan pengelola TPA harus memastikan setiap anak yang berada dalam
pengasuhannya memliki
identitas.
Dalam kaitan dengan langkah
pemenuhan hak identitas
anak, langkah-langkah yang
dapat dilakukan oleh
pengasuh dan pengelola TPA:
a. Yang berkaitan dengan
hak anak atas akta
kelahiran. Jika terdapat
anak yang masih belum
memiliki identitas, maka
pengasuh dan pengelola
TPA harus memfasilitasi
atau membantu anak
mendapatkan identitas
tersebut. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara
bekerjasama dengan
keluarga, aparat Desa,
bidan atau pihak lain
yang berkompeten di
wilayah tersebut. Hak
identitas dalam hal ini Hak anak atas akta kelahiran, memudahkan anak mengakses hak
akta kelahiran. pendidikan, kesehatan dan terhindar dari segala bentuk eksploitasi
maupun trafiking.
b. Yang berkaitan dengan hak
anak atas mengetahui
orangtua. Jika terdapat anak asuh TPA yang tidak diketahui orangtuanya, maka
pengasuh dan pengelola TPA dapat bekerjasama dengan kerabat anak, aparat desa
untuk mendapatkan informasi tentang status atau keberadaan orang tua anak
c. Pengasuh dan pengelola TPA melakukan sosialisasi tentang pentingnya hak atas
identitas anak kepada orangtua.
5. INTERAKSI SOSIAL ANAK DENGAN ANAK DAN LAINNYA
Bagi anak usia dini
untuk memenuhi dan
berinteraksi dengan
lingkungan yang
berpusat pada anak,
aman, penuh
dukungan,
menstimulasi dan
bebas stress. Interaksi
sosial antara anak
dengan anak lainnya
merupakan salah satu
kebutuhan untuk
tumbuh kembang
anak. Dalam fase ini,
akan ditemukan
banyak konflik antar
anak misalnya anak
berebut mainan,
berebut alat tulis,
berebut perhatian
Interaksi antar anak merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan anak pengasuh atau
dalam bersosialisasi, belajar toleransi, belajar mengenal norma sosial dalam pengelola TPA, berebut
pergaulan.
menggunakan arena
bermain outdoor, saling ejek, anak mendorong anak lainya hingga terjatuh, anak
mengganggu kegiatan anak lainnya, anak mendominasi anak lainnya.
Semua konflik tersebut sesungguhnya merupakan bentuk anak belajar berinteraksi dengan
anak lainnya dan pengasuh atau pengelola TPA menghadapi konflik anak tidak dengan cara
yang kasar atau kekerasan, sebaliknya pengasuh dan pengelola TPA menjadikan kejadian
tersebut untuk mengajarkan kepada anak tentang toleransi, saling menghargai antar anak,
saling bekerjasama. Sikap dan prilaku pangasuh dan pengelola TPA yang penuh kesabaran,
lemah lembut dan kasih sayang dalam menghadapi situasi atau interaksi antar anak akan
menjadi contoh dan tauladan yang bermanfaat bagi perkembangan jiwa anak.
6. PARTISIPASI ANAK.
Partisipasi anak menguntungkan tumbuh kembang anak dan memberikan kebahagiaan para
pengasuh, pengelola TPA dan orangtua. Tidak ada batasan usia minimum partisipasi anak,
tetapi partisipasi anak didasarkan pada penghormatan terhadap pandangan anak dengan
memperhatikan usia dan kematangan anak.
Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan makanan yang cukup dan layak serta bergisi.
Makanan bergisi banyak terdapat di pedesaan, sayur-sayuran dan daun-daunan yang
memiliki protein nabati yang tinggi mudah didapat di kebun-kebun rumah di pedesaan.
Sedangkan protein hewani seperti telor dan daging ayam kampung, bebek juga mudah
didapat karena banyak keluarga di pedesaan yang memeliharanya.
TPA harus memastikan bahwa pedagang makanan disekitar TPA harus memenuhi
persyaratan makanan sehat dan bergisi serta memastikan bahwa makanan tersebut bersih,
tidak basi, bebas dari debu dan kotoran lainnya. Hindarkan makanan siap saji dalam
berbagai macam kemasan. Minuman siap saji hanya dibatasi pada air putih, hindarkan
minuman siap saji jenis lainya seperti yang menggunakan pewarna dan pemanis buatan.
Makanan dan minuman yang
sehat dan halal sangat
berpengaruh terhadap kesehatan
anak dan tumbuh kembang anak.
Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang artinya makanan dan manfaat untuk
kesehatan. Al Gizzai juga dapat diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk untuk
kesehatan. Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan
tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi
tertentu seperti sakit, hamil, menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup,
setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping
itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam
tubuh. Apabila kelompok zat gizi tersebut diuraiakan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45
jenis zat gizi. Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan
kelembahan tertentu. Bebarapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang
vitamin dan mineral. Sedangkan bebarapa makanan lain kaya vitamin C tetapi kurang
vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup
sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam,
kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan
zat gizi jenis makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk
mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis
bahan makanan, melainkan harus terdiridari aneka ragam bahan makanan. (Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) Bina Kesehatan Masyarakat, DEPKES, 2002)
Manfaat Nutrisi Bagi Tubuh:
a. Kalori dan karbohidrat sangat dibutuhkan untuk memberikan energi pada tubuh kita,
misalnya nasi dan jagung
b. Protein sangat penting untuk struktur sel darah merah, agar antibodi bekerja dengan
baik, untuk regulasi enzim dan hormon pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh
misalnya daging, susu, keju, telur
c. Vitamin dan mineral dan air bermanfaat untuk metabolisme tubuh, pertumbuhan sel
baru, kulit sehat, rambut dan jaringan juga mata misalnya sayuran hijau.
d. Kalsium, fosfor dan Vitamin D bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi,
mendorong penyerapan dan penggunaan kalsium serta fosfat untuk kesehatan tulang
dan gigi.misalnya susu dan brokoli
e. Vitamin E melindungi sel darah merah dan mencegah kerusakan vitamin A dan C.
misalnya kedelai an jagung
f. Vitamin K biasanya digunakan untuk penggumpalan darah yang normal dan sintesis
protein pada plasma, tulang dan ginjalmisalnya bayam,kangkung, salada.
g. Vitamin C (ascorbic acid) vitamin antioksidan yangdiperlukan untuk pembentukan
colagen yang dapat mempertahankan keutuhan sel dan untuk kesehatan gigi, gusi,
aliran darah, meningkatkan penyerapan zat besi dan resistansi terhadap pengurangan
infeksi, misalanya jeruk
h. Vitamin B6, asma folat dan vit B12 bermanfaat dalam pembentukan anti sel/ perlu
untuk pertumbuhan sel, DNA/RNA,agar sistem pencernaan bekerja dengan baik; penting
untuk pembentukan sel darah merah, normal dari jaringan saraf, dibutuhkan untuk
membangung dinding protein dalam tubuh, sel darah merah. Contohnya kacang polong
dan buah-buahan
i. Thiamin (B1), niasin, riboflavin diperlukan untuk metabolismekarbohidrat dan sistem
jaringan agar bekerja sesuai fungsinya, energi metabolisme, sistem pencernaan dan
sistem saraf yang sehat, misalnya hati dan ikan salmon.
(http://wikimedya.blogspot.com/2010/11/apakah-manfaat-nutrisi-bagi-tubuh.html)
Pakaian :
Anak-anak harus diajarkan dengan cara yang baik dan sabar agar menggunakan pakaian
yang bersih. Pakaian yang bersih bertujuan untuk menghindari sumber penyakit seperti
kuman dan bakteri, serta penampilan anak tampak menarik. Pakaian seragam bukan
merupakan keharusan, terlebih pada masyarakat marjinal. Anak-anak harus dianjurkan
untuk menghindarkan penggunaan pakaian yang kotor dan lusuh. Termasuk mengajarkan
anak untuk menghindari pakaian kotor yang berdampak pada kesehatannya. Anak-anak
juga harus diajarkan agar menggunakan pakaian yang tidak ketat, karena pakaian ketat
membahayakan kesehatan dirinya.
Diantara bahaya-bahaya tersebut antara lain :
a. Paresthesia
Dr. Malvinder Parmar dari Timmins & District Hospital, Ontario, Kanada, baru-baru ini
menyatakan bahwa celana ketat sepinggul berpeluang menimbulkan penyakit
paresthesia. Istilah paresthesia sendiri, menurut Kamus Kedokteran Dorland, berarti
perasaan sakit atau abnormal seperti kesemutan, rasa panas seperti terbakar dan
sejenisnya.
Menurut dr. Andradi Suryamiharia Sp.S(K), spesialis saraf yang sehari-harinya bertugas
di RSUPN Cipto Mangun Kusumo, Jakarta dan staf pengajar FK-UI itu, sebagai gangguan
saraf, paresthesia gampang dikenali gejalanya berupa kesemutan yang lama-kelamaan
berubah menjadi mati rasa. Kesemutan terjadi lantaran terganggunya saraf tepi, yakni
saraf yang berada di luar jaringan otak di sekujur tubuh. Umumnya karena tertekan,
infeksi, maupun gangguan metabolisme.
b. Ancaman Jamur
Pada dasarnya semua jenis pakaian ketat berpotensi menimbulkan gangguan kulit.
c. Berbekas Hitam
Sesuai namanya, gejala gatal dan beruntusan yang menjadi trade mark sang dermatitis
hanya muncul bila terjadi gesekan antara kulit dengan benda dari luar tubuh. Pakaian
anak jika terlalu ketat menempel di tubuh, atau terbuat dan bahan berkontur kasar juga
dapat memicu luka. Jenis penyakit kulit lain yang biasa menghinggapi pemakai ketat
adalah biduran atau kaligata. Bentuknya bentol-bentol minip bekas gigitan ulat bulu.
Tingkat keparahannya mulai bentol sebesar biji jagung hingga bibir bengkak.
Waktu untuk bermain, belajar sosialisasi, belajar membaca, menulis dan menghitung dapat
diajarkan tetapi hanya berupa pengenalan dan tidak boleh diberi nilai serta dalam suasana
kegembiraan dan keceriaan.
11. AKTIVITAS UNTUK ANAK DI TPA
Setiap anak memiliki hak untuk
beristirahat (secara fisik dan mental
merasa rileks dan nyaman tidur,
anak menikmati istirahatnya),
memiliki waktu luang (memiliki
waktu dan bebas untuk menentukan
kegiatan), bermain (kegiatan yang
tidak diarahkan oleh orang dewasa
dan tidak memerlukan aturan
seperti anak bernyanyi sambil
menari atau berloncatan), kegiatan
rekreasi (mencakup semua kegiatan
yang dijalankan atas pilihannya Pemenuhan hak bermain bagi anak dapat mempercepat keterampilan
sendiri dan anak dapat personal anak dan anak belajar melakukan hubungan sosial yang
menikmatinya dengan senang dinamis.
seperti olah raga, seni, membuat kerajinan, belajar, kegiatan berkebun) dan berpartisipasi
dalam kehidupan budaya dan seni.
Hak anak untuk bermain seringkali dilupakan oleh orang dewasa karena orang dewasa
menganggap seolah-olah dunia ini adalah dunia orang dewasa sehingga melupakan dunia
anak yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Sesungguhnya anak-anak selalu
menemukan makna dari bermain dan hal tersebut bagian penting dari perkembangan anak.
Anak-anak yang tidak mendapatkan kesempatan bermain, dengan berbagai alasan, anak
tersebut akan lambat dalam mendapatkan keterampilan personal dan hubungan sosial.
Hak anak atas budaya termasuk hak untuk mengakses atau mengikuti kegiatan-kegiatan
yang bersifat budaya dan artistik / seni, oleh karena itu anak asuh harus dibiasakan untuk
belajar dan berprilaku sesuai dengan budaya dan kebiasaan setempat, atau anak-anak
dibiarkan untuk menikmati seni hidup sesuai dengan budaya setempat dan sesuai dengan
umur anak. Misalnya, anak-anak menikmati seni pakaian tradisional yang digunakannya
atau anak-anak menikmati seni suara budaya lokal.
Anak menonton TV terlalu lama dan ibu dengan lemah lembut dan sopan
memberitahu / menasihati anak tersebut untuk berhenti menonton TV.
Penegakkan disiplin anak dilakukan oleh ibunya secara perlahan dan
bertahap
Peraturan selama anak dalam pengasuhan di TPA dapat dibuat tetapi harus fleksibel. Anak
pada usia dini belum bisa dikanakan peraturan secara ketat. Anak-anak tersebut masih
dalam taraf belajar mentaati peraturan tetapi sesungguhnya belum mampu memahami
makna dari sebuah peraturan.
Disiplin pada anak usia dini
bisa diperkenalkan tetapi
bukan untuk diterapkan
secara tegas. Anak pada usia
dini sedang dalam
pertumbuhan dan belajar
disiplin tetapi sesungguhnya
anak-anak tersebut belum
bisa memahami makna
disiplin.
Sungguhpun demikian, anak-anak bisa diajarkan mentaati peraturan dan disiplin tanpa
sanksi. Mengajarkan anak mentaati peraturan dan penegakkan disipilin harus
memperhatikan harga diri dan martabat anak, hal ini berhubungan dengan dalam
memperkenalkan peraturan dan disiplin harus dihindarkan dari cara-cara pemaksaan
bahkan kekerasan, seperti membentak anak.
Beberapa contoh memperkenalkan peraturan dan disiplin pada anak usia dini, diantaranya:
- Anak harus datang pada pukul 08.00 pagi
- Anak boleh pulang pada pukul 16.00 sore
- Anak boleh mengambil mainan dan harus mengembalikan mainan tersebut pada
tempatnya
Alat mainan dan bacaan tersusun rapi dalam rak, anak bermain dengan nyaman, ajarkan
kepada anak untuk mengembalikan alat bermain dengan sopan dan lemah lembut.
- Anak boleh bermain di halaman tanpa mengotori halaman tersebut
- Anak boleh
bermain di arena
bermain “outdoor”
tetapi harus secara
bergantian dengan
anak-anak lainnya serta
tidak boleh
menggunakan mainan
tersebut terlalu lama
yang mengakibatkan
anak-anak lainnya tidak
bisa menggunakan
arena bermain outdoor
tersebut
- Anak boleh
menggunakan alat
gambar (crayon, buku
gambar) tetapi bila
temannya ingin
menggunakannya maka
anak tersebut harus
merelakannya atau
anak-anak tidak boleh
saling berebut alat
gambar tersebut
- Anak tidak
boleh memukul anak
Permainan luar yang dilakukan dengan kegembiraan membantu anak lainnya (bullying)
tumbuh dan berkembang dengan baik. - Anak harus
mengikuti jadwal latihan
menari, menyanyi, bermain
- Anak harus mentaati jam untuk istirahat tidur
- Anak ketika makan tidak boleh mengotori meja
- Anak tidak boleh makan sambil bicara
- Anak tidak boleh membeli jajanan sembarangan
Setiap anak sesuai dengan usia dan tingkat kematangannya, sesuai dengan bimbingan dari
pengasuh akan berusaha
mentaati semua
peraturan tersebut tetapi
ketika anak melanggar
peraturan-peraturan
tersebut maka pengasuh
dan pengelola TPA wajib
bersikap bijaksana, tidak
membentak, tidak
bersikap kasar, wajib
toleran dan wajib
memberitahu /
menasehati dan
mengarahkan anak
tersebut dengan lemah
lembut, penuh kesabaran
dan kasih sayang.