Anda di halaman 1dari 29

Konsep Pengasuhan Anak Dalam Taman Penitipan Anak (TPA)

Diajukan kepada ILO Indonesia, Nopember 2013

Penyusun :
Hadi Utomo
Ahmad Muhammad
Faisal Cakra Buana
Alamat e-mail : hadiutomo234@yahoo.com ; fcakrabuana@gmail.com ; simkuring65@yahoo.co.id

BAB IV
STANDAR MINIMUM PROGRAM PENGASUHAN ANAK

1. HAK-HAK ANAK
Hak anak tidak bisa dipisahkan dengan HAM, hak anak merupakan bagian dari HAM. Anak
mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus dan memerlukan pengasuhan, bimbingan,
tuntunan dan perlindungan. Anak masih tergantung pada pengasuh / orangtua dan wali.
Setiap anak belum mampu berdiri sendiri, dia masih tergantung pada orangtua, wali atau
pengasuh atau pihak lain yang bertanggungjawab atas pengasuhan anak, oleh karena itu
Negara berkewajiban memperkuat kemampuan orangtua, wali atau pengasuh atau pihak
lain yang bertanggungjawab atas pengasuhan anak agar mereka memiliki kemampuan
untuk mengasuh anak secara benar. Anak berada pada posisi rawan mendapatkan
kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran, maka dari itu anak harus
mendapatkan perhatian khusus dari orangtua, wali atau pengasuh atau pihak lain yang
bertanggungjawab atas pengasuhan anak.
Disamping itu, setiap anak memiliki kapasitas yang selalu berkembang, dan hal itu
menuntut para pengasuh / orangtua dan wali harus selalu meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dalam mengasuh anak.

Hak-hak anak diantaranya, meliputi:


1. hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan secara maksimum
2. Hak pengasuhan:
a. Diasuh orangtua
b. Jika orangtua oleh karena satu dan lain hal tidak mampu menjalankan
tanggungjawab mengasuh dan melindungi anak maka anak berhak diasuh oleh
kerabatnya
c. Jika diantara kerabat tidak ada yang bersedia menjalankan tanggungjawab
mengasuh dan melindungi anak maka anak berhak diasuh oleh keluarga
pengganti seperti keluarga asuh, keluarga angkat
d. Jika keluarga pengganti tidak ditemukan maka anak berhak diasuh oleh
Lembaga Pengasuhan / Panti

Catatan:
 Panti merupakan Lambaga Pengasuhan sebagai alternative terakhir dan
bersifat sementara.
 Selama anak dalam panti, Dinas Sosial / Pekerja Sosial wajib melakukan
asesmen untuk mendapatkan tempat pengasuhan anak yang bersifat
permanen, seperti dikembalikan pada keluarga atau keluarga pengganti
seperti kerabat atau keluarga asuh (tidak sedarah) atau keluarga angkat
(tidak sedarah).
 Ketika anak telah ditempatkan pada pengasuhan atau keluarga pengganti
maka anak berhak atas monitoring terhadap kondisi dirinya, monitoring
tersebut wajib dilakukan oleh Dinas Sosial / Pekerja Sosial.
 Jika hak anak atas pengasuhan tidak didapatkan disemua opsi (pilihan) di
atas maka anak rentan menjadi anak jalanan, terlantar, rentan terjebak
eksploitasi (ekonomi dan seksual), rentan menjadi korban trafiking,
penculikan, penjualan, rentan melakukan pelanggaran hukum.

Hak anak atas akta kelahiran; hak atas nama;


mengetahui orangtua dan silsilah keluarga;
mendapatkan kewarganegaraan dan kebangsaan.

3. Hak atas nama;


4. Hak dicatat oleh Negara ketika lahir (Birth Registration) – berimplikasi pada
kewajiban Negara mencatat segera setiap anak yang lahir di wilayah
yurisdiksinya;
5. Hak mendapatkan akta kelahiran (Birth Certificate);
6. Hak mengetahui orangtua;
7. Hak diasuh orangtua;
8. Hak mengetahui silsilah keluarga;
9. Hak mendapatkan
kewarganegaraan dan
kebangsaan;
10. Hak mendapatkan kembali status
kewarganegaraan ketika haknya
tercabut (seperti dalam kasus
pengungsi antar negara atau
keluarganya tidak memiliki
identitas kependudukan);
11. Hak berpandangan atas suatu
persoalan yang mempengaruhi
kehidupannya sesuai dengan umur dan tingkat kematangan anak dan pandangan
tersebut harus didengarkan dan dipertimbangkan oleh orang dewasa atau
pembuat kebijakan;
12. Hak berekspresi;
13. Hak kebebasan berfikir, berkeyakinan dan beragama (dalam menjalankan ajaran
agamanya);
14. Hak berserikat dan berorganisasi secara damai;
15. Hak privasi;
16. Hak atas informasi yang layak;
17. Hak perlindungan dari Kekerasan, Eksploitasi, Penelantaran dan Perlakuan salah;
18. Hak anak untuk menikmati standard kesehatan yang tertinggi meliputi
pencegahan dan penanganan kesehatan.
Negara wajib :
a. menjamin akses kesehatan tidak tercabut (walaupun anak tersebut
dari keluarga miskin dan tidak memiliki identitas kependudukan),
b. Mengurangi angka kematian bayi dan anak
c. Menjamin bantuan medis dan kesehatan
d. Memerangi penyakit dan malnutrisi (kurang gizi termasuk gizi buruk)
e. Menjamin perawatan kesehatan bagi para ibu ketika sebelum dan
sesudah melahirkan
f. Menjamin pendidikan kesehatan :
o Preventif
o Bimbingan dan
o Pelayanan KB dan orangtua
g. Kerjasama internasional

19. Hak mendapatkan pendidikan dan gratis serta hak mendapat pendidikan yang
menghormati harga diri dan martabat anak termasuk mencapai tujuan pendidikan
yang meliputi:
a. Pengembangan : Kepribadian, Bakat, Mental dan Fisik anak
semaksimal mungkin
b. Pengembangan rasa hormat terhadap HAM (Hak Asasi Manusia) serta
prinsip-prinsip yang tercantum dalam piagam PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa)
c. Pengembangan rasa hormat kepada : Orangtua anak, Identitas
budaya, Bahasa, Nilai-nilai dan Tahapan peradaban yang berbeda
d. Persiapan anak untuk hidup secara bertanggung jawab dalam
masyarakat yang bebas
e. Pengembangan rasa hormat terhadap lingkungan alam

20. Hak bermain, rekreasi dan waktu


luang;
21. Hak Jaminan sosial;
22. Hak Standar hidup yang layak
meliputi: fisik, spiritual, moral,
mental dan sosial;
23. Hak menikmati budaya, agama
atau bahasa (linguistik) bagi anak
dari kelompok minoritas dan suku
pribumi;
24. Hak perlindungan dari kekerasan
fisik, psikis, seksual dan
penelantaran
25. Hak perlindungan dari eksploitasi
ekonomi;
26. Hak perlindungan dari eksploitasi
narkoba;

27. Hak perlindungan dari eksploitasi Anak harus dilindungi dari eksploitasi ekonomi. Anak
yang diajak mencari nafkah di jalan, akan merugikan
seksual dan kekerasan seksual; perkembangan jiwanya dan cenderung kehilangan hak
28. Hak perlindungan dari penjualan, pendidikan maupun kesehatan.
penculikan dan trafiking
(perdagangan);
29. Hak perlindungan dari bentuk-bentuk eksploitasi lainnya seperti : perlindungan
dari pemaksaan nikah di usia dini karena factor budaya dan perlindungan dari
pemberitaan media (massa, elektronik) yang merugikan anak serta eksploitasi
anak untuk keperluan penelitian;
30. Hak perlindungan atas kerahasiaan identitas dirinya dari pemberitaan untuk
konsumsi media ketika menjadi pelaku maupun korban hingga anak dalam proses
rehabilitasi, reintegrasi dan reunifikasi keluarga;
31. Hak mendapatkan bantuan dan perlindungan segera ketika dalam situasi darurat /
bencana / pengungsian;
32. Hak perlindungan dari pelibatan anak dalam konflik bersenjata termasuk
permusuhan dengan pihak lain;
33. Hak perlindungan dari parampasan / pencabutan kebebasan secara tidak sah;
34. Hak perlindungan dari peradilan yang adil;
35. Hak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya selama dalam proses
peradilan;
36. Hak rehabilitasi bagi anak korban kekerasan (seksual, fisik, psikis), korban
eksploitasi (ekonomi, seksual), korban trafiking (seksual dan tenaga kerja);
37. Hak reintegrasi dan reunifikasi bagi anak korban kekerasan (seksual, fisik, psikis),
korban eksploitasi (ekonomi, seksual), korban trafiking (seksual dan tenaga kerja).
38. Hak bagi anak dalam situasi pengungsian, bencana dan situasi konflik bersenjata
dan kerusuhan sosial untuk mendapatkan perlindungan dan bantuan
kemanusiaan.

Persoalan anak bukan hanya persoalan sebuah Negara, tetapi menjadi persoalan dan
perhatian Dunia. Karena itu, PBB membuat ketentuan tentang Hak-hak Anak yang harus
menjadi perhatian tiap Negara. Ketentuan tersebut bernama hukum internasional, salah
satu hukum internasional tersebut adalah Konvensi Hak Anak (KHA). KHA merupakan
hokum international yang mengatur secara menyeluruh dan utuh tentang hak anak-anak
yang mencakup hak-hak ekonomi, sosial budaya, sipil dan politik. Tiap Negara di dunia
memiliki kewajiban untuk memenuhi, menghormati, dan melindungi anak serta mendorong
untuk kemajuan hak-hak tersebut.

Yang dimaksud anak adalah : Setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali
berdasarkan undang-undang yang berlaku, bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa
dicapai lebih awal. (menurut KHA Pasal 1). Sedangkan menurut Undang-undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 (1) Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
KHA menetapkan prinsip-prinsip hak-hak anak yang harus ditaati oleh semua lembaga
Negara, Keluarga, LSM anak, PAUD, Tempat penitipan anak, Pusat-pusat pengasuhan anak,
Lembaga pendidikan anak. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari : Non-diskkriminasi;
Kepentingan terbaik bagi anak; Tumbuh kembang dan Menghargai pandangan anak.
Prinsip-prinsip hak anak tersebut juga dinyatakan dalam Pasal 2 UU No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.

Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 2 dinyatakan bahwa:


Asas perlindungan anak di sini sesuai dengan prinsip-prinsip pokok yang terkandung
dalam Konvensi Hak-Hak Anak.

Yang dimaksud dengan asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah bahwa dalam
semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat,
badan legislatif, dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus
menjadi pertimbangan utama.

Yang dimaksud dengan asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan
adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara,
pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua.

Yang dimaksud dengan asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah


penghormatan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya
dalam pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal-hal yang mempengaruhi
kehidupannya.
Sumber : Penjelasan UU-PA No 23 Tahun 2002.

Konvensi Hak-hak Anak menyatakan bahwa keluarga bertanggung jawab mengasuh,


membesarkan/membimbing dan melindungi anak. Sedangkan Negara bertanggung jawab
dan berkewajiban memperkuat kemampuan keluarga sehingga mampu melaksanakan
tanggung jawabnya.
2. PERLINDUNGAN ANAK
Perlindungan anak merupakan bagian dari hak-hak anak tetapi perlindungan anak
menekankan pada perlindungan dari kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan
salah.
TPA harus melakukan perlindungan terhadap
anak termasuk yang menjadi yatim / piatu atau
terlantar, atau anak yang orangtuanya sibuk
mencari nafkah / berdagang sehingga tidak
memiliki waktu yang cukup untuk melakukan
pengasuhan dan perawatan anak. Rendahnya
kualitas pengasuhan oleh TPA bisa
mengakibatkan dampak yang negative terhadap
anak usia dini, khususnya mereka yang berusia
dibawah 3 tahun. Pengelola harus berusaha
semaksimal mungkin menjadikan pusat
pengasuhan anak dikembangkan menjadi
pengganti sementara dalam mengasuh anak atau
ketika orangtua / keluarga sedang bekerja. Rasa takut, was-was, mudah gelisah, kurang percaya
diri, mudah putus asa yang dialami anak, diakibatkan
oleh anak sering mengalami perlakuan kekerasan,
pengabaian dan penelantaran.

3. PERKEMBANGAN ANAK
Keluarga termasuk keluarga besar, yang diciptakan untuk mengasuh anak usia dini –
merupakan inti bagi kesejahteraan anak. Bayi dan anak usia dini membentuk ikatan dengan
orang tuanya (atau pengasuh utamanya) dan lewat hubungan ini mereka membangun
identitas mereka, mendapatkan perilaku yang bernilai budaya dan merealisasikan hak-
haknya. Menghormati kapasitas yang berkembang dari anak usia dini sangat penting dan
khususnya sangat dibutuhkan selama periode perubahan yang cepat ini. Meningkatnya
kebutuhan anak usia dini untuk bimbingan tidak boleh menggunakan cara otoriter dan tidak
boleh membatasi otonomi serta ekspresi anak.

Tugas orang tua dalam mengasuh bisa berdampak negatif jika orangtua mengalami stress
fisik ataupun psikis, lalai, atau melakukan kekerasan terhadap anak atau tidak konsisten.
Konflik antar orang tua juga dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Perkembangan
anak juga terancam jika anak terpisah dari orangtuanya termasuk rendahnya mutu
pelayanan dalam TPA.
Pengasuhan dalam TPA mengandung unsur pendidikan yang harus diarahkan kepada
penghormatan terhadap harga diri dan martabat anak.

TPA harus memperhatikan hal-hal penting tentang pertumbuhan anak, khususnya bahwa
usia balita :
• mengalami pertumbuhan fisik dan intelektual dan yang sangat cepat;
• meletakkan dasar bagi kesehatan fisik dan mental, identitas budaya dan pribadi serta
mengembangkan kompetensi;
• membentuk ikatan emosional yang kuat terhadap orang tua atau pengasuhnya,
darimana mereka mendapatkan pengasuhan, perlindungan dan bimbingan;
• membentuk hubungan dengan anak-anak lain dimana mereka belajar perilaku sosial.
Pertumbuhan dan perkembangan akan bervariasi sesuai dengan sifat individu anak,
serta jenis kelaminnya, kondisi kehidupan, bentuk perawatan dan system pendidikan
serta sangat terbentuk oleh keyakinan budaya serta peran mereka dalam keluarga dan
masyarakat.

Perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari hak anak untuk hidup dan kelangsungan
hidup (survival). HAM menjamin hak hidup sebagai hak fundamental bagi anak. Setiap anak
memiliki hak kelangsungan hidup
dan perkembangan semaksimum
mungkin. Orangtua
bertanggungjawab untuk
melindungi hak anak tersebut, dan
jika orangtua tidak mampu
menjalankannya maka Negara
wajib membantu orangtua. Dalam
kaitannya dengan TPA, TPA
berperan membantu mangasuh
anak ketika orangtua tidak mampu
menjalankan tanggungjawabnya,
seperti dalam hal ketika orangtua
sedang berdagang atau
menjalankan bisnis. Kerjasama
antara orangtua dengan TPA dapat
menghindarkan penelantaran
terhadap anak dan berdampak
Salah satu bentuk pengabaian ketika pengasuh, pengelola TPA lebih
asik berbincang sendiri dibandingkan memperhatikan anak asuhnya. positif bagi tumbuh kembang
anak.
Konsep perkembangan anak menurut KHA diatur secara holistic, mengatur peranan
orangtua dan keluarga dan peranan Negara dalam memberikan dukungan atau bantuan
kepada orangtua ketika orangtua mengalami kesulitan dalam mengasuh dan melindungi
anak. Konsep perkembangan sangat berkaitan dengan perlindungan anak dari segala bentuk
kekerasan dan eksploitasi, perkembangan anak akan terhambat jika anak mengalami
kekerasan dari orangtua atau keluarga. Dalam kaitannya dengan TPA, TPA akan mengalami
kesulitan dalam mengasuh anak yang sering mendapat kekerasan dari orangtua. Anak
korban kekerasan tidak memiliki kepercayaan terhadap pengasuh, serta merasa tidak
nyaman, tidak bahagia, menderita batin yang menyebabkan anak tersebut cenderung
bereaksi negative terhadap siapapun termasuk pengasuh. Oleh karena itu, pengasuh perlu
bersikap ramah dan menyenangkan terhadap anak tersebut, agar anak secara perlahan
mampu memahami kasih sayang, cinta dan perhatian dari pengasuh yang bersangkutan,
dan secara perlahan anak akan bersikap positif serta membangun kepercayaan terhadap
pengasuhnya.

Jika TPA menemukan kasus kekerasan terhadap anak asuh yang dilakukan oleh orangtua
maka TPA perlu mengajak orangtua untuk membahas jalan keluar terbaik dalam mengasuh
dan melindungi anak. TPA juga dapat bekerjasama dengan tokoh masyarakat dalam
mengatasi persoalan tersebut, sehingga TPA tidak terbebani dengan berbagai persoalan
yang menyangkut pengasuhan anak.
4. IDENTITAS ANAK
Pengasuh dan pengelola TPA harus memastikan setiap anak yang berada dalam
pengasuhannya memliki
identitas.
Dalam kaitan dengan langkah
pemenuhan hak identitas
anak, langkah-langkah yang
dapat dilakukan oleh
pengasuh dan pengelola TPA:
a. Yang berkaitan dengan
hak anak atas akta
kelahiran. Jika terdapat
anak yang masih belum
memiliki identitas, maka
pengasuh dan pengelola
TPA harus memfasilitasi
atau membantu anak
mendapatkan identitas
tersebut. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara
bekerjasama dengan
keluarga, aparat Desa,
bidan atau pihak lain
yang berkompeten di
wilayah tersebut. Hak
identitas dalam hal ini Hak anak atas akta kelahiran, memudahkan anak mengakses hak
akta kelahiran. pendidikan, kesehatan dan terhindar dari segala bentuk eksploitasi
maupun trafiking.
b. Yang berkaitan dengan hak
anak atas mengetahui
orangtua. Jika terdapat anak asuh TPA yang tidak diketahui orangtuanya, maka
pengasuh dan pengelola TPA dapat bekerjasama dengan kerabat anak, aparat desa
untuk mendapatkan informasi tentang status atau keberadaan orang tua anak
c. Pengasuh dan pengelola TPA melakukan sosialisasi tentang pentingnya hak atas
identitas anak kepada orangtua.
5. INTERAKSI SOSIAL ANAK DENGAN ANAK DAN LAINNYA
Bagi anak usia dini
untuk memenuhi dan
berinteraksi dengan
lingkungan yang
berpusat pada anak,
aman, penuh
dukungan,
menstimulasi dan
bebas stress. Interaksi
sosial antara anak
dengan anak lainnya
merupakan salah satu
kebutuhan untuk
tumbuh kembang
anak. Dalam fase ini,
akan ditemukan
banyak konflik antar
anak misalnya anak
berebut mainan,
berebut alat tulis,
berebut perhatian
Interaksi antar anak merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan anak pengasuh atau
dalam bersosialisasi, belajar toleransi, belajar mengenal norma sosial dalam pengelola TPA, berebut
pergaulan.
menggunakan arena
bermain outdoor, saling ejek, anak mendorong anak lainya hingga terjatuh, anak
mengganggu kegiatan anak lainnya, anak mendominasi anak lainnya.

Semua konflik tersebut sesungguhnya merupakan bentuk anak belajar berinteraksi dengan
anak lainnya dan pengasuh atau pengelola TPA menghadapi konflik anak tidak dengan cara
yang kasar atau kekerasan, sebaliknya pengasuh dan pengelola TPA menjadikan kejadian
tersebut untuk mengajarkan kepada anak tentang toleransi, saling menghargai antar anak,
saling bekerjasama. Sikap dan prilaku pangasuh dan pengelola TPA yang penuh kesabaran,
lemah lembut dan kasih sayang dalam menghadapi situasi atau interaksi antar anak akan
menjadi contoh dan tauladan yang bermanfaat bagi perkembangan jiwa anak.
6. PARTISIPASI ANAK.
Partisipasi anak menguntungkan tumbuh kembang anak dan memberikan kebahagiaan para
pengasuh, pengelola TPA dan orangtua. Tidak ada batasan usia minimum partisipasi anak,
tetapi partisipasi anak didasarkan pada penghormatan terhadap pandangan anak dengan
memperhatikan usia dan kematangan anak.

Mengapa Partisipasi Anak Dianggap Penting?


a. Meningkatkan kemampuan pengasuh dan pengelola Tempat Pengasuhan Anak (TPA)
dalam membuat
keputusan yang tepat,
yang berhubungan
dengan kegiatan anak
sehari-hari;
b. Meningkatkan
kemampuan pengasuh
dan pengelola TPA dalam
mendengarkan,
menghormati,
mempertimbangkan
pandangan anak;
c. Untuk kelompok
termiskin atau kelompok
marjinal, kemampuan
mendengarkan
pandangan anak sangat
penting karena umumnya Suasana pengasuhan yang penuh keceriaan dan kegembiraan membantu
tumbuh kembang anak secara sehat.
kelompok masyarakat
tersebut tertinggal
bahkan tersingkir dari kemajuan sosial, ekonomi dan budaya dari kehidupan masyarakat
sekitarnya maupun masyarakat secara luas;
d. Pengasuh atau pengelola TPA mampu menetapkan tujuan program secara lebih tepat
dalam mengasuh, membimbing, melindungi dan memberikan rasa nyaman kepada anak
asuhnya;
e. Anak-anak lebih bersemangat terlibat aktif dalam kegiatan yang disediakan oleh TPA
atau bahkan anak-anak lebih bergairah dalam kehidupan bermain anak sebaya serta
anak-anak tidak memiliki rasa takut untuk berbicara dengan orang dewasa disekitarnya
atau anak-anak berani mengungkapkan pandangannya;
f. Meningkatkan pentingnya persoalan anak dan membantu meningkatkan
pertanggungjawaban pengasuh atau pengelola TPA terhadap segala sesuatu yang
dilakukan anak;
g. KHA mengatur tentang hak anak untuk mengekspresikan dirinya secara bebas terhadap
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap dirinya; mencari dan mendapatkan informasi
yang layak; berkelompok dengan teman sebayanya.

Partisipasi Anak Harus Bermakna


Partisipasi anak harus berkualitas dan bermanfaat bagi anak itu sendiri. Hak tersebut
berlaku bagi anak termiskin maupun anak terkaya. Partisipasi anak berkaitan dengan
menciptakan persepsi dan kemauan pengasuh dan pengelola TPA dalam meningkatkan
kemampuan anak mengungkapkan pandangannya secara bebas; pengasuh dan pengelola
TPA harus menghindarkan sikap dan tindakan mendominasi anak.
Partisipasi yang bermakna mengandung unsur-unsur :
a. Memberi peluang atau kesempatan kepada anak untuk turut membuat keputusan
dalam menentukan kegiatan di TPA;
b. Memberi peluang atau kesempatan kepada anak untuk tidak terlibat dalam TPA tetapi
artinya anak berhak untuk menikmati kesendiriannya tanpa dipaksa untuk diajak dalam
kegiatan;
c. Menjamin dan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan dirinya,
memberikan pandangan dan pendapat secara bebas;
d. Mendorong anak-anak dari kelompok termiskin, marjinal dan terdiskriminasi dapat
menyuarakan pandangannya dan dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh;
e. Proses belajar bersama diantara anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk
menerima informasi baru guna meningkatkan keterampilan hidup anak yang selalu
berkembang serta memahami makna dan memiliki kemampuan merespon sesuatu yang
dialami : mendengar, melihat, melakukan dan menemukan hal baru;
f. Mendukung proses saling membagi pengalaman diantara anak;
g. Cukup fleksibel dalam merespon harapan anak;
h. Meningkatkan kepentingan terbaik bagi anak dan meningkatkan perkembangan
kepribadian tiap anak;
i. Membangun harga diri dan kepercayaan diri anak serta memberi peluang kepada anak
untuk menunjukkan kemampuannya dalam memberikan sumbangan pandangan yang
berharga.
Partisipasi Yang Bermakna Akan Menciptakan Pemenuhan Hak Anak dan Membantu
Perkembangan Anak, dan Hal Itu Membutuhkan Persyaratan Yang Meliputi:
a. Komitmen setiap pengasuh, pengelola TPA termasuk orangtua serta anak untuk saling
menghormati pandangan pihak lain guna mencapai tujuan yang positif;
b. Mengakui dan menghargai tahap-tahap perkembangan dan kematangan anak yang
dapat digunakan untuk mengembangkan metode dan pendekatan yang penuh rasa
hormat terhadap anak;
c. Pengasuh, pengelola dan
orangtua harus sensitive
(peka) dan responsive
(cepat tanggap) terhadap
anak-anak yang keluarganya
sedang menghadapi konflik
yang berpengaruh terhadap
kondisi kejiwaan anak;
d. Mampu menyediakan
tempat pertemuan dan
memfasilitasi kegiatan yang
bertujuan untuk melibatkan
anak semaksimal mungkin;
e. Pengasuh, pengelola dan
orangtua harus memahami
bagaimana membantu atau
mendukung pertumbuhan
dan perkembangan anak;
f. Menyetujui atau
membiarkan anak-anak
Dialog antara anak dengan pengasuh, pengelola TPA berdampak
bekerjasama, bermain pada kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi anak.
bersama berdasarkan inisiatif
dan keinginan anak;
g. Menjamin akses informasi yang relevan, yang ramah anak seperti misalnya bacaan buku
bergambar, berwarna, alat bermain yang bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.

Hambatan Dalam Menjalankan Partisipasi Anak, Diantaranya:


a. Penolakan dari orang dewasa (pengasuh, pengelola dan orangtua)
 Sebagian orang dewasa merasa bahwa partisipasi anak merupakan suatu beban;
 Sebagian lainnya berpandangan bahwa anak belum memiliki kemampuan untuk
berpartisipasi, karena dipandang anak belum mampu memilih;
 Banyak orang dewasa yang menyatakan bahwa partisipasi anak sangat mudah
dimanipulasi dan hanya dimanfaatkan orang dewasa untuk mencapai
kepentingannya;
 Partisipasi anak kadang-kadang sulit untuk dikembangkan karena sebagian orang
dewasa memiliki posisi yang sangat kuat sehingga menghambat partisipasi anak
termasuk menguasai semua pembuatan keputusan tentang aktivitas anak, atau
orang dewasa memandang bahwa partisipasi anak dapat mengurangi kekuasaannya.
b. Rintangan atau Gangguan Terhadap Partisipasi Anak:
 Orang dewasa yang menghambat partisipasi anak, mereka tertutup terhadap
pengembangan partisipasi anak atau Orang dewasa menutup kesempatan anak dan
tidak mengakui hak partisipasi anak. Sebagian orang dewasa menyatakan
mendukung partisipasi anak tetapi dalam kenyataannya atau dalam berinteraksi
dengan anak berupaya untuk menghambat partisipasi anak (misalnya tidak
mendengarkan pandangan anak atau tidak mempertimbangkan usulan, harapan dan
keinginan anak) sehingga berdampak pada anak yaitu anak merasa tidak memiliki
kemampuan untuk berpartisipasi dan cenderung ragu-ragu untuk berpartisipasi.
c. Manipulasi (menyalahgunakan) dan Hiasan:
Orang dewasa memanipulasi anak. Mereka menciptakan scenario dengan menggunakan
anak untuk tujuan pencapaian kepentingannya sendiri. Mereka mendoktrin atau
mempengaruhi anak untuk bersuara atau berpendapat, tetapi sesungguhnya anak
hanya digunakan untuk menyuarakan pemikiran orang dewasa dan seolah-olah
merupakan suara anak. Manipulasi pandangan anak seringkali sangat halus dan tidak
terlihat dengan jelas, orang dewasa selalu menyatakan demi kepentingan terbaik bagi
anak, tetapi sesungguhnya pemikiran demi kepentingan terbaik bagi anak berdasarkan
tafsiran dari pihak orang dewasa, dan bukan berasal dari pemikiran anak. Dengan
demikian anak hanya sebagai hiasan.
d. Selalu merasa telah mewakili anak:
Orang dewasa merasa telah memberi kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi dan
merasa tidak memanipulasi anak, tetapi sesungguhnya orang dewasa tersebut tidak
memberikan kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi.

Contoh-contoh Pelaksanaan Partisipasi Anak:


a. Proses perencanaan:
Orang dewasa bekerja dengan anak dengan sangat serius, memutuskan kebutuhan yang
harus dilaksanakan untuk anak, selalu memberi informasi perkembangan kepada anak
dan mendukung anak secara aktif terlibat dalam aktivitas tetapi tidak melibatkan anak
dalam perencanaan yang lebih luas
b. Konsultasi anak:
Orang dewasa percaya bahwa konsultasi dengan anak sangat diperlukan, memberikan
informasi perkembangan kegiatan kepada anak serta mencari masukan atau pandangan
anak. Mereka selalu mendorong anak merasa memiliki atau mengikuti seluruh proses
kegiatan tetapi kontrol dan supervisi didominasi oleh orang dewasa.
c. Inisiatif dari orang dewasa dan keputusan ditentukan bersama antara anak dan orang
dewasa:
Orang dewasa berinisiatif untuk melakukan sebuah program tetapi secara jelas
mengajak anak dalam proses pembuatan keputusan. Orang dewasa selalu berinteraksi
dan berkolaborasi dengan anak. Walaupun inisiatif datang dari orang dewasa, tetapi
upaya yang dilakukan merupakan kerjasama antara anak dengan orang dewasa secara
baik, terdapat peranan yang berbeda diantara keduanya dengan tetap memperhatikan
penghormatan atas pandangan anak:
d. Inisiatif anak dan keputusan diinformasikan kepada orang dewasa:
Anak menjalankan organisasi dan mengundang orang dewasa untuk bekerjasama. Anak
menjamin bahwa orang dewasa dilibatkan dalam pembuatan keputusan sebagai
masukan atau nasehat. Dalam berkolaborasi anak dan orang dewasa memiliki
perbedaan peran dan peran-peran tersebut didefinisikan dengan keputusan /
kesepakatan bersama.
e. Inisiatif anak dan dijalankan oleh anak:
Kelompok / perkumpulan / organisasi anak sepenuhnya dijalankan oleh anak dan tidak
melibatkan orang dewasa. Anak-anak memutuskan untuk tidak melibatkan orang
dewasa, mereka membuat kerangka kegiatan dan orang dewasa boleh mengikuti
kegiatannya. Anak-anak manjalankan kegiatan, mengontrol dan menjadi pemilik serta
bertanggungjawab atas keseluruhan kegiatan tersebut, termasuk hasilnya.
f. Kerjasama dan kemitraan kegiatan antara anak dan orang dewasa:
Anak dan orang dewasa secara bersama-sama mengembangkan inisiatif program,
proses dan kemitraan. Mereka kerjasama didalam mengembangkan ide, gagasan dan
konsep dan merupakan program milik bersama. Hubungan kerjasama yang baik bisa
dijalankan berdasarkan pada pemberdayaan dan kekuatan bersama untuk mencapai
tujuan kemitraan
7. MAKANAN DAN PAKAIAN
Anak-anak harus dilindungi dari makanan yang tidak sehat, air yang tidak sehat dan polusi
lingkungan.

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan makanan yang cukup dan layak serta bergisi.
Makanan bergisi banyak terdapat di pedesaan, sayur-sayuran dan daun-daunan yang
memiliki protein nabati yang tinggi mudah didapat di kebun-kebun rumah di pedesaan.
Sedangkan protein hewani seperti telor dan daging ayam kampung, bebek juga mudah
didapat karena banyak keluarga di pedesaan yang memeliharanya.

TPA harus memastikan bahwa pedagang makanan disekitar TPA harus memenuhi
persyaratan makanan sehat dan bergisi serta memastikan bahwa makanan tersebut bersih,
tidak basi, bebas dari debu dan kotoran lainnya. Hindarkan makanan siap saji dalam
berbagai macam kemasan. Minuman siap saji hanya dibatasi pada air putih, hindarkan
minuman siap saji jenis lainya seperti yang menggunakan pewarna dan pemanis buatan.
Makanan dan minuman yang
sehat dan halal sangat
berpengaruh terhadap kesehatan
anak dan tumbuh kembang anak.

Untuk mencapai tumbuh


kembang secara optimal, di
dalam Global Strategy for Infant
and Young Child Feeding,
WHO/UNICEF
merekomendasikan empat hal
penting yang harus dilakukan
yaitu; pertama memberikan air
susu ibu kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir, kedua memberikan
hanya air susu ibu (ASI) saja atau
pemberian ASI secara eksklusif
sejak lahir sampai bayi berusia 6
bulan, ketiga memberikan Anak berhak mengakses layanan kesehatan dan menikmati standar
kesehatan yang tertinggi. Ibu perlu konsultasi tentang ASI dan
makanan pendamping air susu makanan pendamping ASI, vaksinasi untuk kepentingan tumbuh
ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 kembang anak.
bulan sampai 24 bulan, dan
keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan. Rekomendasi tersebut
menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang
murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food). (PEDOMAN UMUM
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) LOKAL TAHUN 2006)

Anak membutuhkan gisi.


Para pengasuh dan pengelola harus menjamin bahwa selama anak dalam pengasuhan TPA
anak memperoleh asupan gisi secara mamadai. Jenis makanan bergisi diantaranya: sayuran
berdaun hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, makanan biji-bijian dan produk susu, susu
kalsium membantu pertumbuhan tulang dan gigi anak. Sedangkan daging segar dan ikan
yang mengadung protein akan memperkuat tubuh anak sepanjang hari. Anak-anak butuh
makanan yang mengandung vitamin, karbohidrat, protein, lemak dan mineral untuk
menjaga stamina. Jus buah lebih bermanfaat dibandingkan dengan minuman yang
mengandung soda. Makanan sehat untuk anak akan meningkatkan kekebalan tubuh anak
dan secara otomatis anak tidak mudah sakit.

Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang artinya makanan dan manfaat untuk
kesehatan. Al Gizzai juga dapat diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk untuk
kesehatan. Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan
tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi
tertentu seperti sakit, hamil, menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup,
setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping
itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam
tubuh. Apabila kelompok zat gizi tersebut diuraiakan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45
jenis zat gizi. Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan
kelembahan tertentu. Bebarapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang
vitamin dan mineral. Sedangkan bebarapa makanan lain kaya vitamin C tetapi kurang
vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup
sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam,
kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan
zat gizi jenis makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk
mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis
bahan makanan, melainkan harus terdiridari aneka ragam bahan makanan. (Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) Bina Kesehatan Masyarakat, DEPKES, 2002)
Manfaat Nutrisi Bagi Tubuh:
a. Kalori dan karbohidrat sangat dibutuhkan untuk memberikan energi pada tubuh kita,
misalnya nasi dan jagung
b. Protein sangat penting untuk struktur sel darah merah, agar antibodi bekerja dengan
baik, untuk regulasi enzim dan hormon pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh
misalnya daging, susu, keju, telur
c. Vitamin dan mineral dan air bermanfaat untuk metabolisme tubuh, pertumbuhan sel
baru, kulit sehat, rambut dan jaringan juga mata misalnya sayuran hijau.
d. Kalsium, fosfor dan Vitamin D bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi,
mendorong penyerapan dan penggunaan kalsium serta fosfat untuk kesehatan tulang
dan gigi.misalnya susu dan brokoli
e. Vitamin E melindungi sel darah merah dan mencegah kerusakan vitamin A dan C.
misalnya kedelai an jagung
f. Vitamin K biasanya digunakan untuk penggumpalan darah yang normal dan sintesis
protein pada plasma, tulang dan ginjalmisalnya bayam,kangkung, salada.
g. Vitamin C (ascorbic acid) vitamin antioksidan yangdiperlukan untuk pembentukan
colagen yang dapat mempertahankan keutuhan sel dan untuk kesehatan gigi, gusi,
aliran darah, meningkatkan penyerapan zat besi dan resistansi terhadap pengurangan
infeksi, misalanya jeruk
h. Vitamin B6, asma folat dan vit B12 bermanfaat dalam pembentukan anti sel/ perlu
untuk pertumbuhan sel, DNA/RNA,agar sistem pencernaan bekerja dengan baik; penting
untuk pembentukan sel darah merah, normal dari jaringan saraf, dibutuhkan untuk
membangung dinding protein dalam tubuh, sel darah merah. Contohnya kacang polong
dan buah-buahan
i. Thiamin (B1), niasin, riboflavin diperlukan untuk metabolismekarbohidrat dan sistem
jaringan agar bekerja sesuai fungsinya, energi metabolisme, sistem pencernaan dan
sistem saraf yang sehat, misalnya hati dan ikan salmon.
(http://wikimedya.blogspot.com/2010/11/apakah-manfaat-nutrisi-bagi-tubuh.html)

Pakaian :
Anak-anak harus diajarkan dengan cara yang baik dan sabar agar menggunakan pakaian
yang bersih. Pakaian yang bersih bertujuan untuk menghindari sumber penyakit seperti
kuman dan bakteri, serta penampilan anak tampak menarik. Pakaian seragam bukan
merupakan keharusan, terlebih pada masyarakat marjinal. Anak-anak harus dianjurkan
untuk menghindarkan penggunaan pakaian yang kotor dan lusuh. Termasuk mengajarkan
anak untuk menghindari pakaian kotor yang berdampak pada kesehatannya. Anak-anak
juga harus diajarkan agar menggunakan pakaian yang tidak ketat, karena pakaian ketat
membahayakan kesehatan dirinya.
Diantara bahaya-bahaya tersebut antara lain :

a. Paresthesia
Dr. Malvinder Parmar dari Timmins & District Hospital, Ontario, Kanada, baru-baru ini
menyatakan bahwa celana ketat sepinggul berpeluang menimbulkan penyakit
paresthesia. Istilah paresthesia sendiri, menurut Kamus Kedokteran Dorland, berarti
perasaan sakit atau abnormal seperti kesemutan, rasa panas seperti terbakar dan
sejenisnya.

Menurut dr. Andradi Suryamiharia Sp.S(K), spesialis saraf yang sehari-harinya bertugas
di RSUPN Cipto Mangun Kusumo, Jakarta dan staf pengajar FK-UI itu, sebagai gangguan
saraf, paresthesia gampang dikenali gejalanya berupa kesemutan yang lama-kelamaan
berubah menjadi mati rasa. Kesemutan terjadi lantaran terganggunya saraf tepi, yakni
saraf yang berada di luar jaringan otak di sekujur tubuh. Umumnya karena tertekan,
infeksi, maupun gangguan metabolisme.

b. Ancaman Jamur
Pada dasarnya semua jenis pakaian ketat berpotensi menimbulkan gangguan kulit.

c. Berbekas Hitam
Sesuai namanya, gejala gatal dan beruntusan yang menjadi trade mark sang dermatitis
hanya muncul bila terjadi gesekan antara kulit dengan benda dari luar tubuh. Pakaian
anak jika terlalu ketat menempel di tubuh, atau terbuat dan bahan berkontur kasar juga
dapat memicu luka. Jenis penyakit kulit lain yang biasa menghinggapi pemakai ketat
adalah biduran atau kaligata. Bentuknya bentol-bentol minip bekas gigitan ulat bulu.
Tingkat keparahannya mulai bentol sebesar biji jagung hingga bibir bengkak.

d. Memicu pembekuan pembuluh darah


Penggunaan pakaian ketat juga akan mengganggu gerakan tubuh anak dan dapat
memicu timbulnya pembekuan darah di dalam pembuluh darah
8. AKSES KE PENDIDIKAN DAN KESEHATAN: APA YANG SUDAH ADA DAN APA YANG BELUM
ADA.
Untuk fasilitas kesehatan, TPA harus bekerjasama dengan PUSKESMAS setempat atau
layanan dari lembaga kesehatan
setempat.

Beberapa layanan yang dapat diberikan


oleh PUSKESMAS kepada masyarakat
termasuk TPA berupa kunjungan
POSYANDU, penyuluhan kesehatan dan
gisi anak kepada pengasuh, pengelola
TPA dan orangtua, imunisasi dan
vaksinasi, penimbangan balita guna
mengetahui tumbuh kembang anak
secara fisik, deteksi dini perkembangan
fisik anak dan mental anak termasuk
penyediaan menu makanan bagi anak
Lingkungan WC yang bersih membuat anak nyaman dan asuh melalui konsultasi dengan ahli gisi
berdampak pada anak belajar mencintai kebersihan
PUSKESMAS. TPA perlu mencatat
perkembangan kesehatan anak dari hasil POSYANDU.
TPA sedapat mungkin menyediakan
fasilitas pendidikan dan kesehatan
semaksimum mungkin. Tetapi
penyediaan fasilitas tersebut
disesuaikan dengan kemampuan TPA.
Namun demikian, untuk dapat
menyediakan fasilitas pendidikan TPA
harus bekerjasama dengan tokoh
masyarakat untuk pengadaannya.
Masyarakat harus turut
bertanggungjawab dan memikirkan
langkah-langkah pengadaan fasilitas
pendidikan. Masyarakat merasa terikat
untuk membantu pengadaan peralatan
Pendidikan merupakan hak anak, proses pendidikan harus
menghormati martabat dan harga diri anak serta hak anak atas pendidikan jika masyarakat mengerti
kesetaraan mengakses pendidikan. dan memahami manfaat bagi tumbuh
kembang anak dari fasilitas tersebut.
Beberapa contoh fasilitas pendidikan yang perlu disediakan TPA, dengan
mempertimbangkan kemampuan TPA, diantaranya:

9. HAK PRIVASI ANAK


Hak privasi merupakan hak yang dimiliki anak dan orang dewasa harus menjaga hak
tersebut, karena ketika pengasuh
menghormati hak privasi anak
maka anak merasa dihargai.
Dampak positif dari penghargaan
terhadap privasi anak, bagi anak,
anak belajar menghormati orang
lain. Penerapan penghargaan atas
hak privasi anak harus dilakukan
disemua situasi kehidupan anak
seperti di dalam TPA, keluarga dan
pengasuhan alternative.

Semua data dan informasi tentang


anak di TPA hanya boleh diketahui
oleh pengasuh dan pengelola TPA,
tidak boleh diketahui oleh orang-
orang yang tidak memiliki
kepentingan atas data dan
informasi tersebut. Jika anak asuh
Orangtua menghargai hak privasi anak dan berdampak pada anak TPA menjadi korban kekerasan
belajar menghargai hak privasi orangtuanya.
dari orangtua / keluarganya maka
data dan informasi tersebut hanya boleh diketahui oleh pengasuh dan pengelola TPA atau
pihak lain yang berwenang seperti misalnya kepolisian khususnya ketika anak sebagai
korban kekerasan dan dimintai keterangan sebagai saksi korban.
Salah satu contoh terkait hak privasi anak dalam pengasuhan TPA diantaranya: lemari atau
kotak tempat penyimpanan barang milik anak, untuk mengetahui isi kotak tempat
penyimpanan tersebut harus dengan seijin anak.
10. PENGELOLAAN WAKTU UNTUK ANAK :
Waktu bagi anak sangat berkaitan dengan proses tumbuh kembang. Oleh sebab itu
pengelolaan waktu sangat penting bagi aktivitas anak. Dalam hubungan ini, pengasuh dan
pengelola TPA harus memiliki program pengasuhan yang fleksibel atau disesuaikan dengan
kebutuhan perkembangan anak.
Jadwal kegiatan anak harus bersifat
longgar dan tidak permanen atau
tidak harus mengikuti sesuai dengan
jam-jam yang telah ditentukan.

Langkah-langkah yang harus


dilakukan TPA adalah memberikan
peluang kepada anak untuk:
 Bermain
 Beristirahat
 Waktu luang
 Rekreasi
 Budaya dan seni
Tempat bermain anak harus nyaman dan aman  Berinteraksi / sosialisasi

Waktu untuk bermain, belajar sosialisasi, belajar membaca, menulis dan menghitung dapat
diajarkan tetapi hanya berupa pengenalan dan tidak boleh diberi nilai serta dalam suasana
kegembiraan dan keceriaan.
11. AKTIVITAS UNTUK ANAK DI TPA
Setiap anak memiliki hak untuk
beristirahat (secara fisik dan mental
merasa rileks dan nyaman tidur,
anak menikmati istirahatnya),
memiliki waktu luang (memiliki
waktu dan bebas untuk menentukan
kegiatan), bermain (kegiatan yang
tidak diarahkan oleh orang dewasa
dan tidak memerlukan aturan
seperti anak bernyanyi sambil
menari atau berloncatan), kegiatan
rekreasi (mencakup semua kegiatan
yang dijalankan atas pilihannya Pemenuhan hak bermain bagi anak dapat mempercepat keterampilan
sendiri dan anak dapat personal anak dan anak belajar melakukan hubungan sosial yang
menikmatinya dengan senang dinamis.
seperti olah raga, seni, membuat kerajinan, belajar, kegiatan berkebun) dan berpartisipasi
dalam kehidupan budaya dan seni.

Hak anak untuk bermain seringkali dilupakan oleh orang dewasa karena orang dewasa
menganggap seolah-olah dunia ini adalah dunia orang dewasa sehingga melupakan dunia
anak yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Sesungguhnya anak-anak selalu
menemukan makna dari bermain dan hal tersebut bagian penting dari perkembangan anak.

Anak-anak yang tidak mendapatkan kesempatan bermain, dengan berbagai alasan, anak
tersebut akan lambat dalam mendapatkan keterampilan personal dan hubungan sosial.
Hak anak atas budaya termasuk hak untuk mengakses atau mengikuti kegiatan-kegiatan
yang bersifat budaya dan artistik / seni, oleh karena itu anak asuh harus dibiasakan untuk
belajar dan berprilaku sesuai dengan budaya dan kebiasaan setempat, atau anak-anak
dibiarkan untuk menikmati seni hidup sesuai dengan budaya setempat dan sesuai dengan
umur anak. Misalnya, anak-anak menikmati seni pakaian tradisional yang digunakannya
atau anak-anak menikmati seni suara budaya lokal.

Semua kegiatan di atas


melalui interaksi antar
anak dan antara anak
dengan pengasuh.
Dalam melakukan
interaksinya, anak harus
merasa nyaman, aman
dan dirangsang dalam
lingkungan yang tanpa
tekanan atau stress. Hal
tersebut penting karena
dapat mengembangkan
potensi dan kemampuan
anak semaksimum
mungkin. Jika TPA
Anak harus merasa nyaman, aman dan dirangsang dalam lingkungan yang tanpa terletak di wilayah padat
tekanan atau stress
penduduk, perumahan
yang padat, dipusat kegiatan bisnis yang sangat sibuk, serta di lokasi dekat jalan raya
dengan transportasi yang sibuk dan memiliki tingkat kebisingan serta polusi udara yang
tinggi, maka hak anak untuk bermain akan terganggu. Oleh karena itu, lokasi TPA
diusahakan terhindar dari semua situasi tersebut.
Kebisingan, polusi dan bahaya keamanan sering menjadi hambatan tumbuh kembang
anak; hak anak untuk bermain juga bisa dirusak oleh tugas rumah yang berlebihan atau
oleh TPA yang terlalu banyak memberi tugas kepada anak. TPA yang berusaha kompetitif
dengan TPA lainnya seringkali melupakan fungsi pokok TPA sebagai tempat pengasuhan.
Walaupun TPA juga merupakan tempat yang mengandung unsur pendidikan usia dini,
tetapi sesungguhnya TPA tidak memiliki kewajiban untuk berkompetisi. Dengan demikian
TPA yang mengajarkan membaca, menulis dan berhitung kepada anak, tidak dibenarkan
memiliki target tertentu serta tidak dibenarkan memberi nilai atas prestasi anak. TPA
dalam hal ini dititik beratkan pada tempat pengasuhan dan mengenalkan proses belajar
anak usia dini.

12. PERATURAN, DISIPLIN DAN SANKSI

Anak menonton TV terlalu lama dan ibu dengan lemah lembut dan sopan
memberitahu / menasihati anak tersebut untuk berhenti menonton TV.
Penegakkan disiplin anak dilakukan oleh ibunya secara perlahan dan
bertahap

Peraturan selama anak dalam pengasuhan di TPA dapat dibuat tetapi harus fleksibel. Anak
pada usia dini belum bisa dikanakan peraturan secara ketat. Anak-anak tersebut masih
dalam taraf belajar mentaati peraturan tetapi sesungguhnya belum mampu memahami
makna dari sebuah peraturan.
Disiplin pada anak usia dini
bisa diperkenalkan tetapi
bukan untuk diterapkan
secara tegas. Anak pada usia
dini sedang dalam
pertumbuhan dan belajar
disiplin tetapi sesungguhnya
anak-anak tersebut belum
bisa memahami makna
disiplin.

Sanksi. Anak usia dini tidak


boleh diberi sanksi, apapun
bentuk sanksinya. Anak pada
usia tersebut sedang dalam
taraf belajar mentaati
peraturan, belajar bertindak
Disiplin pada anak usia dini bisa diperkenalkan tetapi bukan untuk diterapkan
disiplin dan tidak memahami secara tegas dan kasar. Perlakuan kasar dalam menagakkan disiplin,
dampak pelanggaran menyebabkan anak merasa mendapatkan kekerasan dan tidak menumbuhkan
kesadaran anak tentang makna penting disiplin.
peraturan maupun
pelanggaran penegakkan disiplin.

Sungguhpun demikian, anak-anak bisa diajarkan mentaati peraturan dan disiplin tanpa
sanksi. Mengajarkan anak mentaati peraturan dan penegakkan disipilin harus
memperhatikan harga diri dan martabat anak, hal ini berhubungan dengan dalam
memperkenalkan peraturan dan disiplin harus dihindarkan dari cara-cara pemaksaan
bahkan kekerasan, seperti membentak anak.

Beberapa contoh memperkenalkan peraturan dan disiplin pada anak usia dini, diantaranya:
- Anak harus datang pada pukul 08.00 pagi
- Anak boleh pulang pada pukul 16.00 sore
- Anak boleh mengambil mainan dan harus mengembalikan mainan tersebut pada
tempatnya

Alat mainan dan bacaan tersusun rapi dalam rak, anak bermain dengan nyaman, ajarkan
kepada anak untuk mengembalikan alat bermain dengan sopan dan lemah lembut.
- Anak boleh bermain di halaman tanpa mengotori halaman tersebut

- Anak boleh
bermain di arena
bermain “outdoor”
tetapi harus secara
bergantian dengan
anak-anak lainnya serta
tidak boleh
menggunakan mainan
tersebut terlalu lama
yang mengakibatkan
anak-anak lainnya tidak
bisa menggunakan
arena bermain outdoor
tersebut
- Anak boleh
menggunakan alat
gambar (crayon, buku
gambar) tetapi bila
temannya ingin
menggunakannya maka
anak tersebut harus
merelakannya atau
anak-anak tidak boleh
saling berebut alat
gambar tersebut
- Anak tidak
boleh memukul anak
Permainan luar yang dilakukan dengan kegembiraan membantu anak lainnya (bullying)
tumbuh dan berkembang dengan baik. - Anak harus
mengikuti jadwal latihan
menari, menyanyi, bermain
- Anak harus mentaati jam untuk istirahat tidur
- Anak ketika makan tidak boleh mengotori meja
- Anak tidak boleh makan sambil bicara
- Anak tidak boleh membeli jajanan sembarangan
Setiap anak sesuai dengan usia dan tingkat kematangannya, sesuai dengan bimbingan dari
pengasuh akan berusaha
mentaati semua
peraturan tersebut tetapi
ketika anak melanggar
peraturan-peraturan
tersebut maka pengasuh
dan pengelola TPA wajib
bersikap bijaksana, tidak
membentak, tidak
bersikap kasar, wajib
toleran dan wajib
memberitahu /
menasehati dan
mengarahkan anak
tersebut dengan lemah
lembut, penuh kesabaran
dan kasih sayang.

Dampak positif sikap dan


perilaku pengasuh dan
pengelola TPA yang
bijaksana adalah anak
merasa nyaman, berusaha pengasuh dan pengelola TPA wajib bersikap bijaksana, tidak membentak,
tidak bersikap kasar, wajib toleran dan wajib memberitahu / menasehati
mengenali peraturan dan mengarahkan anak tersebut dengan lemah lembut, penuh kesabaran
secara bertahap atau dan kasih sayang
secara perlahan sesuai
dengan kapasitas perkembangan anak. Dampak positif lainnya, pengasuh dan pengelola TPA
dapat mengenal anak secara individual dan secara mendalam.

Anda mungkin juga menyukai