Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TYPE II
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik klinik KMB 1
Dosen Pembimbing : Ns. Endro Haksara,S.Kep,M.Kep ,FISQua.

Disusun Oleh :
NAMA:ISTI QHOTUS SOFIYAH
NIM : 20101440120052

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO
TA 2022
A. DEFINISI
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai
dengan peningkatan gula darah atau sering disebut dengan kondisi
hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya jumlah insulin dari
pankreas
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis paling umum di
dunia, terjadi ketika produksi insulin pada pankreas tidak mencukupi atau
pada saat insulin tidak dapat digunakan secara efektif oleh tubuh.
Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif. (Kemenkes, 2014)
B. ETIOLOGI
1. Usia
2. aktifitas fisik
3. indeks massa tubuh (IMT)
4. stres
5. gaya hidup
6. adanya riwayat keluarga
7. DM kehamilan
8. riwayat ketidaknormalan glukosa
C. PATHOFISIOLOGI
1. Pankreas Menurut Gongzaga 2010, Prankreas disebut sebagai organ
rangkap, mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan
kelenjer endokrin. Fungsi eksokrin menghasilkan sekret yang
mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan
karbohidrat, sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan
glukagon yang memegang peranan penting pada metabolisme
karbohidrat. Kelenjer prankreas dalam mengatur metabolisme glukosa
dalam tubuh berupa hormon hormon yang disekresikan oleh sel-sel di
pulau langerhans. Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon
yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang
dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Prankreas dibagi menurut bentuk nya :
a. Kepala (kaput) merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah
kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b. Badan (korpus) merupakan bagian utama organ itu letaknya
sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor(kauda) adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang
sebenarnya menyentuh lympa
2. Hormon Insulin
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino satu sama lain dihubungkan
oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan
asam amino yang memegang peran penting. Perangsang adalah
glukosa darah. Kadar glukosa darah 80-90 mg/ml.
Efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat :
a. Manambah kecepatan metabolisme glukosa
b. Mengurangi kosentrasi gula darah
c. Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan
3. Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel sel alfa
pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi berlawanan dengan
insulin fungsi terpenting adalah meningkatkan kosentrasi glukosa
dalam darah. Diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian
kecil dari sel sel beta dari pulau pulau 25 langerhans pada prankreas
yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya kekurangan insulin.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah:
a. Pemecahan glikagon (glikogenolisis)
b. Peningkatan glikogen (glikogenesis)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Meningkatnya frekuensi buang air kecil
2. Rasa haus berlebihan 
3. Penurunan berat badan
4. Kelaparan
5. Kulit jadi bermasalah
6. Penyembuhan lambat
7. Infeksi jamur
8. Pandangan yang kabur
9. Kesemutan atau mati rasa
E. KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes militus terbagi menjadi 2 jenis yaitu jangka pendek
(akut) dan jangka panjang (kronis).
1. Diabetes militus akut terbagi menjadi 3 :
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar
gula darah secara drastis akibat tingginya kadar gula dalam
tubuh,terlalu banyak mengkonsumsi obat penurun gula darah
atau terlambat makan.Gejalanya meliputi penglihatan
kabur,jantung berdetak cepat,tubuh gemetar,keringat
dingin,dan pusing.Kadar gula darah yang terlalu
rendah,bahkan bisa menyebabkan pingsan,kejang,dan koma.
b) Ketosiadosis diabetik (KAD)
Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat
peningkatan kadar gula darah yang terlalu tinggi.Ini adalah
komplikasi diabetus militus yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan
bakar,sehingga tubuh mengelola lemak dan menghasilkan zat
keton sebagai sumber energi.

c) Hypersmolar hyperglycemic state (HHS)


Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis pada
penyakit kencing manis,dengan tingkat kematian mencapai
20%. HHS terjadi akibat adanya lonjakan kadar gula darah
yang sangat tinggi dalam waktu tertentu.Gejala HHS ditandai
dengan haus yang berat,kejang,lemas,gangguan
kesadaran,hingga koma.
2. Diabetes militus kronis dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina.Kondisi ini
disebut retinopatik diabetik dan berpontesi menyebabkan
kebutaan .Pembuluh darah dimata yang rusak karena diabates
juga meningkatkan resiko gangguan penglihatan,seperti
katarak dan glukoma.
b) Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal,bahkan bisa
berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik.Saat
terjadi gagal ginjal,penderita harus melakukan cuci darah
rutin atau transplatasi ginjal.
c) Kerusakan saraf (neurotopi diabetik)
Tingginya kadar gula darah dalam darah dapat merusak
pembuluh darah dan saraf di tubuh,terutama kaki.Kondisi
yang biasa disebut neuropati diabetik ini terjadi ketika saraf
mengalami kerusakan,baik secara lanngsung akibat tingginya
gula darah maupun karena penurunan aliran darah menuju
saraf.Rusaknya saraf akan menyebabkan gangguan sensorik
dengan gejala berupa kesemutan,mati rasa,atau nyeri.
(Kevin 2020)

F. PATHWAY
Intoleransi
aktivitas

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Ketidaks
kebutuhan tabilan
kadar
glukosa
darah

(Andrian 2019)

G. PENGKAJIAN DIABETES MELITUS


1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jaawab
b. Keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
3. Pola Eliminasi
4. Pola Aktivitas dan Latihan
5. Pola Istirahat dan Tidur
6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
7. Pola Peran dan Hubungan
8. Pola seksual reproduksi
9. Pola Persepsi dan Konsep Diri
10. Pola toleransi-koping Stres
11. Pola Nilai dan Keyakinan
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
3. Pemeriksaan Wajah
4. Pemeriksaan kepala, dan leher
5. Pemeriksaan thoraks/dada
6. Pemeriksaan abdomen
7. Pemeriksaan genetalia dan rektal
8. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
9. Pemeriksaan ektremitas/musculoskeletal
10. Pemeriksaan fungsi pendengaran/penghidu/tengorokan
11. Pemeriksan fungsi penglihatan
12. Pemeriksan fungsi neurologis
13. Pemeriksan kulit/integument
14. Pemeriksaan penunjang/diagnostik medic
e. Tindakan dan terapi
1. Operasi
2. Rontgen/USG/BNO dll
3. Laboraturium
4. Obat – obatan

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis ditandai dengan ulkus dm
D.0077
2. Gangguan integritas kulit dan jaringan b.d kurang terpapar informasi
tentang upaya D.0056

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


DX KRITERIA HASIL
1. Setelah dilakukan Manajemen nutrisi  Mengidentifikasi
tindakan keperawatan I.03119 status nutrisi
selama 3x24 jam Observasi  Memonitor asupan
diharapkan masalah  Identifikasi status nutrisi nutrisi
defisit nutrisi teratasi  Monitor asupan nutrisi  Memonitor berat
dengan kriteria hasil:  Monitor berat badan badan
1. Porsi makan Terapeutik  Memfasilitasi
yang  Fasilitasi menentukan pedoman diet
dihabiskan dari pedoman diet (mis. Piramida  Memberikan
skala makanan) makanan tinggi
1(menurun) ke  Berikan makanan tinggi serat kalori dan protein
skala untuk mencegah konstipasi  Memberikan
5(meningkat makanan tinggi serat
 Berikan makanan tinggi kalori
2. Berat badan
 Memberikan
meningkat dari dan protein suplemen makan
skala  Berikan suplemen makanan,  Menganjurkan posisi
5(menurun) ke jika perlu duduk
skala Edukasi
1(meningkat)  Anjurkan posisi duduk, jika
3. Nafsu makan mampi
dari skala  Ajarkan diet yang
1(memburuk) diprogramkan
ke skala  ANTROPOMETRI
5(membaik) BB : 70 kg
TB : 160 cm
LLA : 30 cm
 BIOCHEMICAL
Hb : 10.0
 CLINICAL
Konjungtiva anemis,rambut
pendek agak putih.
 DIIT
Pasien makan 2 kali sehari
dengan setengah porsi.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetic) jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
2. Setelah dilakukan Manajemen Energi  Mengidentifikasi
tindakan keperawatan I.05178 gangguan fungsi
selama 3x24 jam Observasi tubuh yang
diharapkan masalah  Identifikasi gangguan fungsi mengakibatkan
intoleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan kelelahan
teratasi dengan kelelahan  Memonitor
kriteria hasil :  Monitor kelelahan fisik dan kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi emosional emosiona;
dari skala  Monitor pola dan jam tidur  Memonitor pola dan
1(menurun) ke Terapeutik jam tidur
skala  Sediakan lingkungan nyaman  Menyedikan
5(meningkat) dan rendah stimulus (mis. lingkungan nyaman
2. Keluhan lelah Cahaya, suara, kunjungan) dan rendah stimulus
dari skala  Lakukan latihan rentang gerak  Mengajarkan latihan
5(meningkat) pasif dan/atau aktif rentang gerak pasif
ke skala  Fasilitasi duduk di sisi tempat dan/atau aktif
1(menurun) tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan.

DAFTAR PUSTAKA
Andrian 2019.Pathway diabetes melitus type 2. Dilihat pada tanggal 20 Juni
2022 .
Pukul 12.00 WIB .
Kemenkes, 2014. DIABETES MELITUS . Dilihat pada tanggal 20 Juni 2022 ,
pukul
09.00 WIB
Kevin 2020. Komplikasi diabetes melitus type 2.Dilihat pada tanggal 20 Juni 2022
.
Pukul 10.00 WIB .
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai