Oleh :
Mulia Nasari,
S.Kep
2212501010201
Pembimbing :
Dr. Ns. Cut Husna, MNS
NIP.
197606262003122003
A. Definisi
Diabetes mellitus atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu
penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup
memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai
kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia >120 mg/dl
atau 120 mg% (Suiraoka, 2012). Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksinya secara
sel menurun
berisiko untuk mengalami penyakit tersebut. Hal itu disebabkan oleh lemak
al., 2018).
5. Stres terjadi ketika hormon kortisol meningkat, maka protein dan glukosa
yang terdapat pada hati akan masuk kedalam aliran darah sehingga
al., 2018).
6. Kerusakan beta pankreas dapat disebabkan karena adanya peningkatan asam
Selain terdapat faktor yang dapat dimodifikasi terdapat juga faktor yang
2. Jenis kelamin Antara wanita dan laki-laki, risiko terjadinya diabetes lebih
4. Lahir dengan BBLR Bayi yang lahir dengan berat badan dibawah normal
akan mengalami gangguan fungsi pada setiap organ salah satunya adalah
2017).
C. Patofisiologi
merombak glukosa menjadi energi karena tidak ada atau kurangnya produksi
insulin di dalam tubuh. Insulin adalah suatu hormon pencernaan yang dihasilkan
oleh kelenjar pankreas dan berfungsi untuk memasukkan gula ke dalam sel
tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Pada penderita diabetes mellitus,
insulin yang dihasilkan tidak mencukupi sehingga gula menumpuk dalam darah
Etiologi:
Idiopatik, usia,
Defisiensi insulin
Penurunan BB
Pembatasan diet
Dx: perfusi
Pelepasan O2perifer
Hipoksia jaringan perifer
yaitu :
1. Resistensi insulin
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin
Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel β pankreas
Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih
berat dari pada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel β,
pada DM tipe-2.
D. Manifestasi Klinis
Hinkle dan Cheever (2019) menyebutkan, terdapat lima tanda dan gejala
1. Adanya tanda sering buang air kecil atau dikenal dengan istilah poliuria,
rasa haus berlebihan atau polidipsia dan rasa lapar berlebihan atau polifagia.
2. Terdapat lesi pada kulit yang akan sembuh dalam waktu yang lama
jangka panjang
darah. Alat ini digunakan dalam menegakkan diagnosa secara dasar pada
plasma puasa dengan hasil yaitu ≥126 mg/dl dan sebaiknya dilakukan saat
jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa
senilai 75 gram.
3. Pemeriksaaan kadar gula darah sewaktu dengan nilai ≥200 mg/dl yang
hasil ≥6,5%.
F. Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak dapat
1. Hipoglikemia
2. Koma laktoasidosis
3. Neuropati diabetik
4. Ulkus diabetikum
G. Pemeriksaan Penunjang
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Jika terdapat gejala khas, maka
dapat ditegakkan.
yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan
berguna pada semua tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi
untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM. Pemeriksaan pertama untuk
Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah
abnormal satu kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.
H. Penatalaksanaan
1. Edukasi
dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik.
anjuran makan makanan yang berserat, rendah gula dan lemak. Dalam
3. Latihan fisik
sebanyak tiga sampai lima hari dalam durasi waktu 30-45 15 menit. Hal ini
sensitivitas insulin dan mengontrol kadar gula darah. Latihan fisik yang
dapat dilakukan oleh diabetesi, yaitu berenang, jalan santai dan bersepeda.
4. Terapi farmakologis
golongan :
Glinid
sesudah makan.
- Krisis Hiperglikemia
stroke)
- Kehamilan dengan DM
Jenis dan lama kerja insulin, berdasarkan lama kerja, insulin terbagi
menjadi 5 jenis :
A. Pengkajian
1. Meliputi nama lengkap, TTL, jenis kelamin, status, agama, bahasa yang
tua.
3. Pola Kebiasaan
diuretic (tizaid).
f) Neurosensory. Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas
4. Pemeriksaan Fisik
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
b) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
c) Sistem pernapasan
d) Sistem kardiovaskuler
e) Sistem gastrointestinal
g) Sistem musculoskeletal
h) Sistem neurologis
B. Diagnosa Keperawatan
insulin
melihat)
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
TUJUAN & HASIL
(SDKI) INTERVENSI (SIKI)
KRITERIA HASIL (SLKI
Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
asuhan keperawatan selama Observasi
5x24 diharapkan status 1) Identifikasi status nutrisi
nutrisi membaik dengan 2) Identifikasi kebutuhan
kriteria hasil: kalori dan jenis nutrient
- Porsi makanan yang 3) Monitor asupan makanan
dihabiskan
4) Monitor berat badan
meningkat
5) Monitor hasil pemeriksaan
- Verbalisasi
laboratorium
keinginan untuk
Terapeutik
meningkatkan nutrisi
meningkat 6) Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
- Berat badan membaik konstipasi
- Indeks MassaTubuh 7) Berikan makanan tinggi
(IMT) membaik
kalori dan tinggi
- Nafsu makan membaik protein
- Membran mukosa Edukasi
membaik 8) Ajarkan posisi duduk,
jika mampu
9) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
10) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (seperti Pereda
nyeri)
11) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa darah keperawatan 5x24 jam Observasi :
diharapkan kadar glukosa 1. Identifikasi kemungkinan
darah berada dalam rentang penyebab hiperglikemia
normal, Kriteria hasil : 2. Monitor kadar
- Mengantuk menurun glukosa darah
- Pusing menurun 3. Monitor tanda dan
- Lelah/lesu menurun gejala hiperglikemia
- Keluhan lapar (mis. Polyuria,
menurun polydipsia, polifagia,
kelemahan,
- Membran mukosa pandangan kabur, sakit
mulut kering menurun kepala)
- Kadar glukosa dalam 4. Monitor intake dan
darah menurun output cairan
5. Monitor keton urin,
kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
ortostatik, dan frekuensi
nadi
Terapeutik :
6. Berikan asupan cairan oral
7. Konsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
Edukasi :
8. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar gula
darah lebih dari 250 mg/Dl
9. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
10. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
11. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
12. Ajarkan
pengelolan
diabetes
Kolaborasi :
13. Kolaborasi
pemberian insulin
14. Kolaborasi
pemberian cairan IV
15. Kolaborasi
pemberian kalium,
jika perlu
Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
kulit keperawatan 5x24 jam Observasi
diharapkan gangguan 1. Monitor tanda
integritas kulit teratasi. kerusakan kulit:
Kriteria hasil : area penekanan, lesi
- Kerusakan jaringan dan ruam
menurun 2. Monitor turgor kulit
- Kerusakan lapisan kulit 3. Monitor tandatanda
menurun infeksi pada kulit
- Kemerahan menurun 4. Monitor status nutrisi
- Hematoma menurun Terapeutik
- Pigmentasi abnormal 5. Ubah posisi tiap 2 jam
menurun jika tirah baring
6. Gunakan produk
berbahan petroleum atau
minyak apda kulit
kering
7. Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
8. Hindari produk
berbahan dasar alhokol
pada kulit kering
Edukasi
9. Anjurkan
menggunakan
pelembab
10. Anjurkan minum
air yang cukup
11. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
12. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
13. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Kolaborasi
14. Kolaborasi
pemberian obat
topical dan
pelembab kulit jika
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A., Achdiat, A & Arizal, A. (2013). Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC
Andarmoyo, S (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media
Bararah, T & Jauhar, M (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Brunner & Suddarth ( 2013). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Defronzo, R.A (2014). From the Triumvirate to the Ominous Octet: A New
Paradigm for the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. West Sussex:
John Wiley and Sons, Ltd
Doenges, E. M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Dewi, R.K (2014). Diabetes Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta: Fmedia
Greenstein, B., & Wood, D.F (2013). At a Glance Sistem Endokrin Edisi Kedua.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hadianah (2012). Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak-
Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika
Hinkle, J. L., & Cheever, K. (2019). Clinical Handbook For Brunner &
Suddarth’s Textbook Of Medical Surgical-Nursing South Asian Edition.
India: Wolters Kluwer.
IDF (2017). IDF Diabetes Atlas Fifth Edition: Internasional Diabetes Federation.
Perkeni. (2020). Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Dewasa Di Indonesia 2015. (2015). Pb Perkeni. Global Initiative For
Asthma, 46. Retrieved From Www.Ginasthma.Org.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi I. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi I. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Edisi I. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
World Health, O. (2016). Global Report On Diabetes. Isbn, 978, 6–86. Retrieved
FromHttps://SciHub.Si/Https://Apps.Who.Int/Iris/Handle/10665/204874%
0ahttps:/Apps.Who.Int/Iris/Bitstream/Handle/10665/204874/Who_Nmh_N
vi_16.3_Eng.Pdf?Sequence=1%0ahttp://Www.Who.Int/About/Licensing/
Copyright_Form/Index. Html%0ahttp://Www.Who.Int/About/Licens
PASIEN
KELOLAAN
KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR KEPERAWATAN MEDIKAL BED
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM – BANDA
I. IDENTITAS
Nama : Ny. NA
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gampong Peurada, Banda Aceh
Pekerjaan : PNS
Status : Kawin
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 17 Mei 2023
Diagnosa Medis : DM Tipe 2, Ulkus, Diabetikum STG
III, Oedema Paru
No. CM/Reg : 0-89-77-45
Tanggal pengkajian : 22 Mei 2023
Keluhan Utama (saat ini) : Pasien mengeluh lemas dan mual, memiliki
luka ulkus diabetikum semenjak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit, nafsu makan
menurun, serta susah menggerakkan kaki
sebelah kiri.
Keterangan :
= Laki-laki meninggal
= Perempuan meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
e. Personal hygiene
1) Rambut : Bersih ☐Kotor ☐Bau
2) Mulut : Bersih ☐Kotor ☐Bau
3) Kulit : Bersih ☐Kotor ☐Bau
4) Kuku : Bersih ☐Kotor ☐Pendek ☐Panjang
5) Genetalia : ☐Bersih ☐Kotor ☐Bau
3. Aspek psikologis:
a. Konsep diri :
1) Gambaran diri : Pasien mengatakan susah bergerak
dan memerlukan bantuan dari keluarga
2) Ideal diri : Ingin beraktivitas seperti biasanya
3) Harga diri : Pasien merasa tidak berdaya dengan
kondisi saat ini
4) Fungsi diri : Saat ini pasien tidak mampu menjalankan
fungsi diri secara normal seperti pada saat
keadaan sebelum sakit
5) Identitas diri : Status dalam keluarga sebagai istri
b. Status emosi : Baik (terkontrol)
c. Mekanisme koping : Baik (terkontrol)
d. Harapan terhadap perawatan : Pasien ingin segera sembuh dan
dapat melakukan aktivitasnya kembali dirumah dan beribadah
4. Aspek Spritual :
Kegiatan keagamaan yang dilakukan selama sakit :
a. Shalat : Ya ☐ Tidak
b. Berdoa’ : Ya ☐ Tidak
c. Berdzikir : Ya ☐ Tidak
d. Mengaji : ☐ Ya Tidak
e. Lain-lain :-
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 139 132-146 mmol/L
Kalium (K) 4,40 3,7-5,4 mmol/L
Klorida (CI) 107* 98-106 mmol/L
2. Radiologi: pemeriksaan radiografi THORAX
PA Hasilnya :
- Cor : tampak membesar, kalsifikasi di aortic knob
- Pulmo : tampak infiltrat di parahilar dan kanan kiri dan
paracardial kanan sinus phrenicocostalis kanan
kiri tajam
Kesimpulan: cadiomegali dengan aortosklrerosis dan edema
paru dd/Pneumonia
Gambar terlampir:
3. Radiologi: PEDIS
AP/LAT Hasilnya :
- Tampak fraktur di os metatarsal 2,3,4,5
- Tampak dislokasi talonavicular joint
- Trabeculasi tulang normal
- Celah dan permukaan sendi normal
- Tak tampak soft tissue
sweling Gambar terlampir:
VI. PROGRAM PENGOBATAN
DO :
- K/U : Lemah
- Penggunaan alat bantu
pernafasan: terpasang nasal
kanul (3liter/menit)
- Pola nafas bradipnea
- Batuk berdahak
- TTV :
TD : 170/91 mmhg
HR : 70x/menit
RR : 18x/menit
T : 35,7 ºC
- Terpasang infus NaCL
0,9% (20tpm)
- Pasien tampak gelisah
DO :
- K/U: lemah
- TTV :
TD : 170/91 mmhg
HR : 70x/menit
RR : 18x/menit
T : 35,7 ºC
- GDS : 231 mg/dl
- HbA1c : 6,70%
DO :
- K/U: lemah
- Pasien mengatakan nyeri
pada area sekitar luka
- Luka tampak bengkak dan
terperban
- Terlihat ada bekas luka di
kaki sebelah kanan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
hipoventilasi
insulin
perjalanan penyakit
nafsu makan
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA SLKI SIKI
Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Nafas
efektif keperawatan 5x24 jam Observasi
(D. 0005) diharapkan pola nafas 1) Monitor pola napas
membaik dengan kriteria (frekuensi, kedalaman, usaha
hasil: napas)
- Dyspnea menurun 2) Monitor bunyi napas tambahan
- Penggunaan otot (misalnya: gurgling, mengi,
bantu nafas wheezing, ronchi kering)
menurun 3) Monitor sputum (jumlah, warna,
- Frekuensi nafas aroma)
membaik Terapeutik
- Kedalaman nafas 4) Posisikan semi-fowler atau fowler
membaik 5) Berikan minum hangat
6) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
7) Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
8) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
9) Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa asuhan keperawatan selama Observasi
darah 5x24 diharapkan kadar 1) Monitor kadar glukosa
(D. 0027) glukosa darah dalam 2) Monitor tanda dan gejala
keadaan stabil dengan hiperglikemia (mis. polyuria,
kriteria hasil: polydipsia, polifagia, kelemahan,
- Kesadaran malaise, pandangan kabur, sakit
meningkat kepala)
- Mengantuk menurun 3) Monitor intake dan ouput cairan
- Pusing menurun 4) Monitor keton urin, analisa gas
- Lelah/lesu menurun darah
- Keluhan lapar Terapeutik
menurun 5) Berikan asupan cairan oral
- Rasa haus menurun 6) Konsultasikan dengan dokter
apabila tanda dan gejala
- Kadar glukosa
hiperglikemia ada atau memburuk
dalam darah
membaik Edukasi
7) Anjurkan untuk menghindari
- Jumlah urin
olahraga apabila KGD >250 mg/dl
membaik
8) Anjurkan monitor glukosa darah
secara mandiri
9) Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
10) Anjurkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional
kesehatan)
Kolaborasi
11) Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
12) Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
13) Kolaborasi pemberian kalium,
jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
integritas kulit keperawatan 5x24 jam Observasi
(D. 0129) diharapkan gangguan 1) Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit teratasi. integritas kulit (perubahan
Kriteria hasil : sirkulasi, perubahan status
- Kerusakan nutrisi, penurunan kelembaban)
jaringan menurun Terapeutik
- Kerusakan lapisan 2) Ubah posisi tiap 2 jam
- Kulit kemerahan 3) Gunakan produk berbahan minyak
menurun pada kulit kering
- Hematoma menurun 4) Hindari produk berbahan dasar
- Pigmentasi abnormal alkohol pada kulit kering
menurun Edukasi
5) Anjurkan menggunakan
pelembab (lotion)
6) Anjurkan minum air yang cukup
7) Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Perawatan Luka
Observasi
1) Monitor karakteristik luka
2) Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
3) Lepaskan plester dan balutan
secara perlahan
4) Bersihkan dengan Nacl
5) Pasang balutan sesuai jenis luka
6) Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat atau drainase
Edukasi
7) Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
8) Kolaborasi prosedur debridemen
9) Kolaborasi pemberian antibiotik
CATATAN PERKEMBANGAN HARI PERTAMA
O:
- K/U : Lemah
- Masih terpasang nasal kanul
(3liter/menit)
- Pola nafas bradipnea
- TTV :
TD : 130/60 mmhg
HR : 82x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,1 ºC
- Terpasang infus NaCL
0,9% (20tpm)
- Pasien tampak gelisah
P:
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan
(misalnya: gurgling, mengi,
wheezing, ronchi kering)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen
I:
(08.30) memonitor pola dan bunyi nafas
tambahan → frekuensi nafas : 22x/menit,
bradipnea, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan
(09.00) memposisikan semi fowler dan
memberikan alat bantu pernafasan nasal
kanul
(13.10) menganjurkan pasien untuk
minum air hangat
E:
- Pasien masih sesak jika terlalu
banyak beraktivitas
- Pasien masih mengeluhkan batuk
- Pasien nyaman dengan posisi
semifowler
- RR : 22x/menit dan bradipnea
R:
- Intervensi dilanjutkan
Ketidakstabilan S :
kadar glukosa - Pasien mengatakan sering
darah mengantuk di siang hari
- Pasien mengatakan sering merasa
haus
O:
- K/U: lemah
- TTV :
TD : 130/60 mmhg
HR : 82x/menit
RR : 20x/menit
- GDS : 182 mg/dl
- HbA1c : 6,70%
P:
- Monitor KGD/hari
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
- Anjurkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)
- Kolaborasi pemberian lantus
I:
(08.00) memeriksa KGD→ 182 mg/dl
(10.00) memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia
E:
- Pasien hanya menghabiskan ½
makanan dari porsi yang
disediakan
- Injeksi lantus diberikan di jam
pemberian 22.00 WIB
R:
- Cek KGD/hari
- Lanjutkan terapi gizi: diet
DM 1700 kkal rendah garam
(3x makan utama 2x selingan)
Gangguan S:
integritas kulit - Pasien mengatakan memiliki luka
ulkus diabetikum semenjak 2 bulan
sebelum masuk RS di kaki sebelah
kiri
O:
- K/U: lemah
- Pasien mengatakan nyeri pada area
sekitar luka
- Luka tampak bengkak dan
terperban
- Terlihat ada bekas luka di kaki
sebelah kanan
P:
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Lakukan perawatan luka/GV
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2
jam atau sesuai kondisi pasien
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
I:
(08.45)
- Memonitor karakteristik luka dan
tanda-tanda infeksi
- Menjadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam
(10.00)
- Melakukan perawatan luka/GV
- Kolaborasi pemberian antibiotic
(ampicillin sulbactam IV/6j untuk
injeksi)
E:
- Balutan luka terlihat bersih
- Ampicillin sulbactam diberikan
jam 14.00
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian
Debridement
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KEDUA
O:
- K/U : Lemah
- Masih terpasang nasal kanul
(3liter/menit)
- Pola nafas bradipnea
- TTV :
TD : 150/60 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
T : 37,2 ºC
- Terpasang infus NaCL
0,9% (20tpm)
- Pasien tidak tampak gelisah
P:
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen
I:
(08.30) memonitor pola nafas →
frekuensi nafas : 20x/menit, bradipnea,
(09.00) memposisikan semi fowler
(12.30) menganjurkan pasien untuk
minum air hangat
E:
- Pasien mengatakan sesak nafas
sudah berkurang
- Pasien masih mengeluhkan batuk
- Pasien nyaman dengan posisi
semifowler
- RR : 20x/menit dan bradipnea
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan oksigen bila pasien sesak
Ketidakstabilan S :
kadar glukosa - Pasien mengatakan masih
darah mengantuk di siang hari
- Pasien mengatakan sering merasa
haus
- Pasien tidak nafsu makan
O:
- K/U: lemah
- TTV :
TD : 150/60 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
- GDS : 224 mg/dl
- HbA1c : 6,70%
P:
- Monitor KGD/hari
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
- Lanjutkan terapi gizi: diet
DM 1700 kkal rendah garam
(3x makan utama 2x selingan)
- Kolaborasi pemberian lantus
I:
(08.00) memeriksa KGD→ 224 mg/dl
(10.00) memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia
E:
- Pasien hanya menghabiskan ½
makanan dari porsi yang
disediakan
- Injeksi lantus diberikan di jam
pemberian 22.00 WIB
R:
- Cek KGD/hari
- Lanjutkan terapi diet
Gangguan S:
integritas kulit - Pasien mengatakan kulit disekitar
luka terasa nyeri
O:
- K/U: lemah
- Perban tampak basah
P:
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Lakukan perawatan luka/GV
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2
jam atau sesuai kondisi pasien
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
I:
(08.45)
- Memonitor karakteristik luka dan
tanda-tanda infeksi
- Menjadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam
(10.15)
- Melakukan perawatan luka/GV
- Kolaborasi pemberian antibiotic
(ampicillin sulbactam IV/6j untuk
injeksi)
E:
- Balutan luka terlihat bersih
- Ampicillin sulbactam diberikan
jam 14.00
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Jadwal prosedur debridement
besok (25 Mei 2023)
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KETIGA
O:
- K/U : Sedang
- Tidak terpasang nasal kanul
- Pola nafas normal
- Batuk berdahak
- TTV :
TD : 136/80 mmhg
HR : 84x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,8 ºC
- Terpasang infus NaCL 0,9%
(20tpm)
P:
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen jika sesak
- Ajarkan teknik batuk efektif
I:
(08.45) memonitor pola nafas →
frekuensi nafas : 20x/menit, pola nafas
normal
(09.00) memposisikan semi fowler
(13.15) mengajarkan pasien teknik batuk
efektif→pasien dapat mempraktekkannya
dengan baik
E:
- Pasien mengatakan sesak nafas
sudah berkurang
- Batuk masih ada
- Pasien nyaman dengan posisi
semifowler
- Pola nafas normal
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian
ekspektoran atau mukolitik
Ketidakstabilan S :
kadar glukosa - Pasien mengatakan masih sulit
darah untuk makan dan hanya makan ½
porsi yang disediakan
- Pasien mengatakan pusing, mual
disertai muntah
O:
- K/U: sedang
- TTV :
TD : 136/80 mmhg
HR : 84x/menit
RR : 20x/menit
- GDS : 136 mg/dl
P:
- Monitor KGD/hari
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
- Lanjutkan terapi gizi: diet DM
1700 kkal rendah garam (3x
makan utama 2x selingan)
- Kolaborasi pemberian lantus 0-0-
0-14
I:
(08.00) memeriksa KGD→ 136 mg/dl
(11.00) memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia
E:
- Pasien hanya menghabiskan ½
makanan dari porsi yang
disediakan
- Injeksi lantus diberikan di jam
pemberian 22.00 WIB
- KGD menurun dari 224 ke 136
mg/dl
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian
pantoprazole
Gangguan S:
integritas kulit - Pasien mengatakan nyeri pada area
sekitar luka post debridement
O:
- K/U: sedang
- Perban tampak basah post
debridement
- Pasien tampak meringis
P:
- Monitor karakteristik luka
- Lepaskan plester dan balutan secara
perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat
atau drainase
- Kolaborasi pemberian antibiotic
I:
(08.45)
- Memonitor karakteristik luka
(10.15)
- Mengganti perban post debridement
- Kolaborasi pemberian antibiotic
(ampicillin sulbactam IV/6j untuk
injeksi)
E:
- Balutan luka terlihat bersih
- Ampicillin sulbactam diberikan
jam 14.00
- Skala nyeri pasien: 2 (NRS)
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian analgesic
- Edukasi senam kaki diabetes
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KEEMPAT
O:
- K/U : Sedang
- Tidak terpasang nasal kanul
- Pola nafas normal
- Batuk masih berdahak
- TTV :
TD : 146/70 mmhg
HR : 80x/menit
RR : 18x/menit
T : 36,7 ºC
- Terpasang infus NaCL
0,9% (20tpm)
P:
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan oksigen jika sesak
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi pemberian ekspektoran
atau mukolitik
I:
(09.15)
- memposisikan semi fowler
- mengajarkan pasien teknik batuk
efektif→pasien sudah dapat
mempraktekkannya dengan baik
dan secara mandiri
E:
- Pasien mengatakan batuk sudah
berkurang
- Pasien nyaman dengan posisi
semifowler
- Pola nafas sudah normal
R:
- Intervensi dilanjutkan
Ketidakstabilan S :
kadar glukosa - Pasien mengatakan masih mual dna
darah muntah post debridement
O:
- K/U: sedang
- TTV :
TD : 146/70 mmhg
HR : 80x/menit
RR : 18x/menit
- GDS : 182 mg/dl
P:
- Monitor KGD/hari
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
- Lanjutkan terapi gizi: diet DM
1700 kkal rendah garam (3x
makan utama 2x selingan)
- Kolaborasi pemberian lantus 0-0-
0-14
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
- Kolaborasi pemberian
pantoprazole
I:
(08.00) memeriksa KGD→ 182 mg/dl
(10.00) memberikan obat pantoprazole
peroral
(11.00) memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia
E:
- Pasien hanya menghabiskan ½
makanan dari porsi yang
disediakan
- Pasien makan agar-agar dan buah
- Injeksi lantus diberikan di jam
pemberian 22.00 WIB
- KGD naik dari 136 ke 182 mg/dl
R:
- Intervensi dilanjutkan
Gangguan S:
integritas kulit - Pasien mengatakan masih sedikit
nyeri pada area sekitar luka post
debridement
O:
- K/U: sedang
- Perban tampak basah
- Pasien tampak meringis
P:
- Monitor karakteristik luka
- GV 2 hari sekali
- Kolaborasi pemberian antibiotic
- Kolaborasi pemberian analgesic
- Ajarkan senam kaki diabetes
I:
(08.15)
- Memonitor karakteristik luka
(10.00)
- Kolaborasi pemberian antibiotic
(ampicillin sulbactam IV/6j untuk
injeksi)
- Pemberian obat oral codein
E:
- Balutan luka terlihat sedikit basah
- Ampicillin sulbactam diberikan
jam 14.00
- Skala nyeri pasien: 1
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Edukasi senam kaki diabetes
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KELIMA
P:
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi pemberian ekspektoran
atau mukolitik
I:
(09.15)
- memposisikan semi fowler
- memonitor teknik batuk efektif
pasien
E:
- Pasien mengatakan batuk sesekali
dan sudah berkurang
- Pasien nyaman dengan posisi
semifowler
R:
- Kolaborasi pemberian obat
ekspektoran atau mukolitik untuk
mengencerkan dahak
Ketidakstabilan S :
kadar glukosa - Pasien mengatakan sudah mau
darah makan yang disediakan RS
- Pasien mengatakan masih mual
O:
- K/U: Baik
- TTV :
TD : 140/70 mmhg
HR : 82x/menit
RR : 20x/menit
- GDS : 111 mg/dl
P:
- Monitor KGD/hari
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
- Lanjutkan terapi gizi: diet
DM 1700 kkal rendah garam
(3x makan utama 2x selingan)
- Kolaborasi pemberian lantus 0-0-
0-14
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
- Kolaborasi pemberian
pantoprazole
I:
(08.00) memeriksa KGD→ 111 mg/dl
(10.00) memberikan obat pantoprazole
peroral
(11.00) memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia
E:
- Pasien hanya menghabiskan 1
makanan dari porsi yang
disediakan
- Pasien makan agar-agar dan buah
- Injeksi lantus diberikan di jam
pemberian 22.00 WIB
- KGD turun dari 182 ke 111 mg/dl
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Lanjutkan pemberian obat mual
muntah
Gangguan S:
integritas kulit - Pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang
O:
- K/U: Baik
- Perban tampak basah
- Pasien tidak tampak meringis
P:
- Monitor karakteristik luka
- GV 2 hari sekali
- Kolaborasi pemberian antibiotic
- Kolaborasi pemberian analgesic
- Ajarkan senam kaki diabetes
I:
(08.15)
- Memonitor karakteristik luka
- Melakukan GV/mengganti perban
post debridement
(10.00)
- Kolaborasi pemberian antibiotic
(ampicillin sulbactam IV/6j untuk
injeksi)
- Pemberian obat oral codein
E:
- Balutan luka terlihat bersih
- Skala nyeri pasien: 0
R:
- GV 2 hari sekali
- Edukasi senam kaki diabetes
PASIEN
RESUME
KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR KEPERAWATAN MEDIKAL BED
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM – BANDA
I. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Aceh Utara
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Status : Kawin
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 04 Mei 2023
Diagnosa Medis : Hepatomegali
No. CM/Reg : 1-33-59-03
Tanggal pengkajian : 22 Mei 2023
Keterangan :
= Laki-laki meninggal
= Perempuan meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
2. Pola eliminasi
a. Buang air Besar
1) Frekuensi : 0 kali/hari (selama di RS)
2) Waktu : ☐Pagi ☐Siang ☐Sore ☐Malam
3) Keluhan : ☐Kolostomi Konstipasi ☐Haemoroid
☐ Diare ☐Sakit saat BAB
4) Penggunaan Pencahar : ☐Ada Tidak ada
e. Personal hygiene
1) Rambut : Bersih ☐Kotor ☐Bau
2) Mulut : Bersih ☐Kotor ☐Bau
3) Kulit : Bersih ☐Kotor ☐Bau
4) Kuku : Bersih ☐Kotor ☐Pendek ☐Panjang
5) Genetalia : ☐Bersih ☐Kotor ☐Bau
5. Aspek psikologis:
a. Konsep diri :
1) Gambaran diri : Pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya karena nyeri yang
dirasakan
2) Ideal diri : Ingin beraktivitas seperti biasanya
3) Harga diri : Pasien merasa tidak berdaya dengan
kondisi saat ini
4) Fungsi diri : Saat ini pasien tidak mampu menjalankan
fungsi diri secara normal seperti pada saat
keadaan sebelum sakit
5) Identitas diri : Status dalam keluarga sebagai ibu
b. Status emosi : Baik (terkontrol)
c. Mekanisme koping : Baik (terkontrol)
d. Harapan terhadap perawatan : Pasien ingin segera sembuh
dan dapat melakukan aktivitasnya kembali menjadi seorang
ibu
6. Aspek Spritual :
Kegiatan keagamaan yang dilakukan selama sakit :
a. Shalat : ☐ Ya Tidak
b. Berdoa’ : Ya ☐ Tidak
c. Berdzikir : Ya ☐ Tidak
d. Mengaji : ☐ Ya Tidak
e. Lain-lain :-
DO :
- K/U: baik
- Membran mukosa pucat
- Mata cekung
- TTV :
TD : 123/70 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
- Pasien hanya
menghabiskan makanan ½
porsi/hari
- BB menurun 6 kg
40 𝑘𝑔
- IMT= = 16,64
1,55 𝑚 𝑥 1,55 𝑚
(kategori berat badan kurang)
3. DS : Penurunan Kostipasi
“perut saya terasa kembung” motilitas
“sudah 4 hari saya tidak BAB” gastrointestinal
DO :
- K/U: lemah
- TTV :
TD : 123/70 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
- Distensi abdomen
- Teraba massa di rektal
- Feses keras
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik: post prosedur operasi
untuk makan
INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA SLKI SIKI
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
(D. 0077) keperawatan 5x24 jam Observasi
diharapkan nyeri akut 1) Identifikasi lokasi,
teratasi dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,
- Kemampuan kualitas dan intensitas nyeri.
menuntaskan 2) Identifikasi skala nyeri
aktivitas meningkat 3) Identifikasi respon nyeri non verbal
- Keluhan nyeri 4) Identifikasi faktor yang
menurun (skala memperberat dan
nyeri 0) memperingan nyeri
- Meringis menurun 5) Monitor efek samping
- Gelisah menurun penggunaan analgetik
Terapeutik
- Frekuensi nadi 6) Berikan Teknik
membaik nonfarmakologis untuk
- Pola nafas membaik mengurangi nyeri (terapi pijat,
- Tekanan darah kompres hangat/dingin)
membaik 7) Kontrol lingkungan yang
- Pola tidur membaik memperberat nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
8) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
9) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
10) Jelaskan strategi meredakan nyeri
11) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian analgetik
Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
(D. 0019) asuhan keperawatan selama Observasi
5x24 diharapkan status 1) Identifikasi status nutrisi
nutrisi membaik dengan 2) Identifikasi kebutuhan kalori
kriteria hasil: dan jenis nutrient
- Porsi makanan yang 3) Monitor asupan makanan
dihabiskan
4) Monitor berat badan
meningkat
- Verbalisasi 5) Monitor hasil pemeriksaan
keinginan untuk laboratorium
meningkatkan nutrisi Terapeutik
meningkat 6) Berikan makanan tinggi
- Berat badan membaik serat untuk mencegah
- Indeks MassaTubuh konstipasi
(IMT) membaik 7) Berikan makanan tinggi kalori
- Nafsu makan dan tinggi protein
membaik Edukasi
- Membran mukosa 8) Ajarkan posisi duduk, jika mampu
membaik 9) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
10) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(seperti Pereda nyeri)
11) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu
O:
- K/U: lemah
- Kesadaran: compos mentis
- Tampak meringis
- TTV :
TD : 110/70 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
T : 37,2 ºC
- Karakteristik nyeri:
P : post op
Q : nyeri seperti ditekan
R : abdomen
S : skala nyeri 5
T : Hilang muncul seketika
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Monitor respon nyeri non verbal
- Ajarkan dan berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik
I:
(08.30)
- Memonitor lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
- Mengkaji skala nyeri
- Mengkaji respon nyeri non
verbal (10.30)
- Mengajarkan strategi
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (teknik nafas
dalam)
- Drip tramadol
E:
- Nyeri masih dirasakan
- Ketika nyeri timbul, pasien
melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
R:
- Intervensi dilanjutkan
Defisit S:
nutrisi “selama sakit saya tidak nafsu makan”
O:
- K/U: lemas
- Membran mukosa pucat
- Mata cekung
- TTV :
TD : 110/70 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
- Pasien menghabiskan makanan ½
porsi/hari
- BB sebelum sakit: 46kg
- BB selama sakit: 40kg
A: Defisit nutrisi
P:
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
I:
(08.30)
- Mengidentifikasi status nutrisi
pasien
- Memonitor asupan makanan
(10.00)
- Menimbang berat badan pasien
- Menganjurkan pasien untuk
makan makanan tinggi kalori dan
protein
E:
- Pasien menghabiskan ½ porsi
makanan yang diberikan RS
- BB pasien 40 kg
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (seperti Pereda
nyeri)
Konstipasi S:
“perut saya terasa kembung seperti ingin
BAB”
O:
- K/U: lemah
- Distensi abdomen
- Teraba massa di rektal
- TTV :
TD : 110/70 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
A: Konstipasi
P:
- Periksa tanda dan gejala
konstipasi
- Periksa pergerakan usus
- Identifikasi faktor resiko
konstipasi
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan masase abdomen
I:
(09.00)
- Periksa pergerakan usus→bising
usus tidak terdengar
- Mengedukasikan pasien dan
keluarga untuk menghabiskan
makanan yang telah disediakan
oleh RS dan memperbanyak
mengonsumsi buah
(11.10)
- Melakukan masase
abdomen→pasien mengeluh
nyeri pada abdomen
E:
- Teraba maasa pada abdomen
- Abdomen kembung
R:
Intervensi dilanjutkan
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KEDUA
O:
- K/U: lemah
- Kesadaran: compos mentis
- Tampak meringis
- TTV :
TD : 115/80 mmhg
HR : 86x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7 ºC
- Karakteristik nyeri:
P : post op
Q : nyeri seperti ditekan
R : abdomen
S : skala nyeri 3
T : Hilang muncul seketika
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Ajarkan dan berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik
I:
(08.30)
- Memonitor lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
- Mengkaji skala nyeri
(10.00)
- Mengajarkan strategi
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (teknik nafas
dalam)
- Memberikan drip tramadol dan
injeksi ceftriaxone
E:
- Nyeri masih dirasakan
- Ketika nyeri timbul, pasien
melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Libatkan keluarga dalam teknik
nonfarmakologi
- Rawat luka
Defisit S:
nutrisi “saya belum nafsu makan”
O:
- K/U: sedang
- Membran mukosa pucat
- Mata cekung
- TTV :
TD : 115/80 mmhg
HR : 86x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7 ºC
- Pasien menghabiskan makanan ½
porsi/hari
- BB: 40kg
A: Defisit nutrisi
P:
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (seperti Pereda
nyeri)
I:
(20.15)
- Menganjurkan pasien untuk
makan makanan tinggi kalori dan
protein
(23.00)
Memberikan analgesic sesuai anjuran
dokter → IV ketorolac 1amp/8j
-
E:
- Pasien menghabiskan ½ porsi
makanan yang diberikan RS
- BB pasien masih 40kg
R:
Intervensi dilanjutkan
Konstipasi S:
“perut masih kembung dan mual”
O:
- K/U: lemah
- Distensi abdomen
- TTV :
TD : 115/80 mmhg
HR : 86x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7 ºC
A: Konstipasi
P:
- Periksa tanda dan gejala
konstipasi
- Periksa pergerakan usus
- Identifikasi faktor resiko
konstipasi
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan masase abdomen
I:
(10.00)
- Periksa pergerakan usus→bising
usus tidak terdengar
- Mengedukasikan pasien dan
keluarga untuk menghabiskan
makanan yang telah disediakan
oleh RS dan memperbanyak
mengonsumsi buah
(11.10)
- Melakukan masase
abdomen→pasien mengeluh
nyeri pada abdomen
E:
- Teraba maasa pada abdomen
- Abdomen kembung
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
- Kolaborasi pemberian obat
omeprazole
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KETIGA
O:
- K/U: baik
- Kesadaran: compos mentis
- TTV :
TD : 124/80 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7 ºC
- Karakteristik nyeri:
P : post op
Q : nyeri seperti ditekan
R : abdomen
S : skala nyeri 2
T : sesekali
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Monitor respon nyeri non verbal
- Ajarkan dan berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik
- Libatkan keluarga
- Lakukan perawatan luka
I:
(08.30)
- Memonitor lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
- Mengkaji skala
nyeri (10.30)
- Mengajarkan strategi
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (teknik nafas
dalam)
E:
- Nyeri sudah berkurang
- Ketika nyeri timbul, pasien
melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
- Luka sudah tampak bersih
R:
- Intervensi dilanjutkan
Defisit S:
nutrisi “nafsu makan saya sudah meningkat”
O:
- K/U: baik
- Membran mukosa pucat
- Mata cekung
- TTV :
TD : 124/80 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7 ºC
- Pasien menghabiskan makanan 1
porsi/hari
- BB: 39kg
A: Defisit nutrisi
P:
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
I:
(09.15)
- Menganjurkan pasien untuk
makan makanan tinggi kalori dan
protein seperti
- HB: 8,7 g/dl
(10.00)
Memberikan analgesic sesuai anjuran
dokter
-
E:
- Pasien menghabiskan 1 porsi
makanan yang diberikan RS
- BB 39kg
- Nafsu makan pasien meningkat
R:
Intervensi dilanjutkan
Konstipasi S:
“perut masih kembung dan mual”
O:
- K/U: sedang
- Distensi abdomen
- TTV :
TD : 124/80 mmhg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7 ºC
A: Konstipasi
P:
- Identifikasi faktor resiko
konstipasi
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan masase abdomen
- Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
- Kolaborasi pemberian omeprazole
I:
(09.00)
- Mengedukasikan pasien dan
keluarga untuk menghabiskan
makanan yang telah disediakan
oleh RS dan memperbanyak
mengonsumsi buah
(11.10)
- Melakukan masase
abdomen→pasien mengeluh
sedikit nyeri pada abdomen
- Injeksi intravena obat omeprazole
E:
- Pasien sudah makan buah dan
nafsu makan meningkat
- Teraba maasa pada abdomen
- Abdomen masih kembung
- BAB masih belum bisa
R:
- Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu