Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“DIABETES MELLITUS”

DISUSUN OLEH :

RAHMAH AULIA

NIM.

433131420120021

STIKES HORIZON KARAWANG

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

JL. PANGKAL PERJUANGAN KM 1 BYPASS KARAWANG

41316 2022/2023
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau
sama dengan 126 mg/dl (Hestiana, 2017).
Menurut Fatimah (2015) Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai
dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari
kerja dan atau sekresi insulin (Muyasyarah, 2022).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Putri (2020) adalah sebagai berikut:
a. Diabetes melitus (DM) tipe 1 Diabetes Melitus yang terjadi karena kerusakan
atau destruksi sel beta di pancreas kerusakan ini berakibat pada keadaan
defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta
antara lain autoimun dan idiopatik.
b. Diabetes melitus (DM) tipe 2 Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 seperti yang
diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi
tidak dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah
tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada
penderita Diabetes Melitus tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi
defisiensi insulin absolut.
c. Diabetes melitus (DM) tipe lain Penyebab Diabetes Melitus tipe lain sangat
bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta,
efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati
pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain
yang berkaitan dengan Diabetes Melitus.
d. Diabetes melitus Gestasional adalah diabetes yang muncul pada saat hamil.
Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil
yang menyebabkan resistensi insulin.
3. Etiologi
Etiologi dari penyakit diabetes yaitu gabungan antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi atau kerja insulin,
abnormalitas
metabolik yang menganggu sekresi insulin, abnormalitas mitokondria, dan
sekelompok kondisi lain yang menganggu toleransi glukosa. Diabetes mellitus
dapat muncul akibat penyakit eksokrin pankreas ketika terjadi kerusakan pada
mayoritas islet dari pankreas. Hormon yang bekerja sebagai antagonis insulin juga
dapat menyebabkan diabetes (Lestari, Zulkarnain, & Sijid, 2021).
Menurut Muyasyarah (2022) penyebab resistensi insulin pada DM sebenarnya
tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan atara lain:
a. Kelainan genetik. DM dapat menurun menurut silsilah keluarga yang
mengidap DM. Ini terjadi karena DNA pada orang DM akan ikut
diinformasikan kepada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi
insulin.
b. Usia. Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara drastis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan
berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin.
c. Gaya hidup stres. Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan
meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan
kerja pankreas.
d. Pola makanan yang salah. Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama
meningkatkan risiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas,
sedangkan obesitas meningkatkan ganguan kerja atau resistensi insulin.
e. Obesitas. Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi
pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada
penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
f. Infeksi. Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi
pankreas.
4. Patofisiologi
Pankreas (kelenjar ludah perut) adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di
belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti
pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau langerhans yang berisi sel beta
yang mengeluarkan hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar
gula darah. Pada keadaan DM jumlah insulin bisa saja normal, bahkan lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap insulin) di permukaan sel bisa kurang.
Reseptor insulin dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam
sel. Pada
keadaan DM jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptornya) kurang, maka
glukosa yang masuk kedalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat (Wahyono, Handayani, &
Dyan, 2020).
5. Manisfestasi Klinik
Menurut Fitriyanti, Febrianti, & Yanti (2019) manifestasi klinis diabetes melitus
tergantung pada tingkat hiperglikemia yang dialami oleh pasien. Manifestasi klinis
khas yang dapat muncul yaitu:
a. Cepat haus (Polidipsi)
b. Cepat lapar (Polifagia)
c. Sering berkemih (Poliuria)
d. Mengantuk
e. Penurunan berat badan
f. Rasa lelah dan lemah yang tidak biasa
g. Pandangan kabur
h. Pemulihan luka yang lama atau sering infeksi
i. Warna kulit menggelap
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang diabetes mellitus menurut Purwanto (2016) yaitu:
a. Gula darah meningkat:
1) Glukosa darah sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa darah puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.
b. Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolaritas serum: meningkat, < 330 mosm/dl
e. Elektrolit:
1) Natrium: meningkat atau menurun
2) Kalium: (normal) atau meningkat semu (pemindahan seluler) selanjutnya
menurun.
3) Fosfor: lebih sering meningkat
4) Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan Po menurun pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkolosis resperatorik.
5) Trombosit darah: H+ mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis;
hemokonsentrasi merupakan resnion terhadap sitosis atau infeksi.
6) Ureum/kreatinin: meningkat atau normal (dehidrasi/menurun fungsi ginjal).
7) Urine: gula dan aseton (+), berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat.
8) Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pada luka.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes mellitus menurut Muyasyarah (2022) yaitu:
a. Penatalaksaan secara medis sebagai berikut:
1) Obat hiperglikemik oral
2) Insulin
3) Pembedahan pada penderita DM dapat juga dilakukan pembedahan yang
bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat,
tindakannya antara lain:
a) Debridement: pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.
b) Neukrotomi
c) Amputasi
b. Penatalaksanaan secara keperawatan sebagai berikut:
1) Diit. Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
2) Latihan fisik bertahap. Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti
olahraga kecil, jalan-jalan sore, senam diabetik untuk mencegah adanya
ulkus.
3) Pemantauan. Penderita DM mampu mengontrol kadar gula darahnya
secara mandiri dan optimal.
4) Terapi insulin. Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali
sesudah makan dan pada malam hari.
5) Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi penderita
DM supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala komplikasi pada
dirinya dan mampu menghindarinya.
6) Nutrisi. Nutrisi berperan penting untuk penyembuhan luka debridement,
karena asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energi yang
dikeluarkan.
7) Stres mekanik. Untuk meminimalkan berat badan pada DM.
Modifikasinya adalah seperti bedrest, yang mana semua pasien
beraktivitas di tempat tidur jika diperlukan. Komplikasi
8. Komplikasi
Menurut Purwanto (2016) komplikasi diabetes mellitus adalah:
a. Neuropati diabetic
b. Retinopati diabetic (kebutaan)
c. Nefropati diabetic
d. Proteinuria
e. Kelainan coroner
f. Ketoasidosis Diabetik
g. HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama pasien, tanggal lahir, umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
b. Keluhan utama
1) Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak
kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
2) Kondisi hipoglikemi: Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa
lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan
kesadaran.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri
perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit
kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
2) Riwayat Infeksi Saluran Kemih berulang
3) Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan
penoborbital.
4) Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita DM.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Neurosensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan
mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
2) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,
hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK).
3) Pernafasan
Takipnea pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk
dengan tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,
panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR
> 24 x/menit, nafas berbau aseton.
4) Gastrointestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas, wajah
meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
5) Eliminasi
Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare
(bising usus hiper aktif).
6) Reproduksi/sexualitas
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria, dan
sulit orgasme pada wanita
7) Muskuloskeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek
tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
8) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus.
g. Aspek psikososial
1) Stress, anxientas, depresi
2) Peka rangsangan
3) Tergantung pada orang lain
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang diabetes mellitus menurut Purwanto (2016) yaitu:
1) Gula darah meningkat > 200 mg/dl
2) Aseton plasma (aseton): positif secara mencolok
3) Osmolaritas serum: meningkat tapi < 330 m osm/lt
4) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
5) Trombosit darah: mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi menunjukkan respon terhadap stress/infeksi.
6) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi
ginjal.
7) Amilase darah: mungkin meningkat > pankacatitis akut.
8) Insulin darah: mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal
sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
9) Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
10) Urine: gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat.
11) Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pada luka.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
b. Defisit nutrisi
c. Gangguan integritas kulit/jaringan
d. Perfusi perifer tidak efektif
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa keperawatan selama 3 x 24 (I.03115)
darah jam, maka kestabilan kadar Observasi
glukosa darah meningkat - Identifikasi kemungkinan
dengan kriteria hasil: penyebab hiperglikemia
- Koordinasi meningkat - Identifikasi situasi yang
- Kesadaran meningkat menyebabkan kebutuhan
- Mengantuk menurun insulin meningkat (mis:
- Pusing menurun penyakit kambuhan)
- Lelah/ lesu menurun - Monitor kadar glukosa
- Keluhan lapar menurun darah, jika perlu
- Gemetar menurun - Monitor tanda dan gejala
- Berkeringat menurun hiperglikemia (mis:
- Mulut kering menurun polyuria, polydipsia,
- Rasa haus menurun polifagia, kelemahan,
- Perilaku aneh menurun malaise, pandangan
- Kesulitan bicara kabur, sakit kepala)
menurun - Monitor intake dan output
- Kadar glukosa dalam cairan
darah membaik - Monitor keton urin, kadar
- Kadar glukosa dalam Analisa gas darah,
urine membaik elektrolit, tekanan darah
- Palpitasi membaik ortostatik dan frekuensi
- Perilaku membaik nadi
- Jumlah urine membaik Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
- Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urin, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis: penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam, maka status nutrisi - Identifikasi status nutrisi
membaik dengan kriteria - Identifikasi alergi
hasil: dan intoleransi
- Porsi makanan yang makanan
dihabiskan meningkat - Identifikasi makanan yang
- Kekuatan otot disukai
mengunyah meningkat - Identifikasi kebutuhan
- Kekuatan otot menelan kalori dan jenis nutrien
meningkat - Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Serum Albumin - Monitor asupan makanan
meningkat - Monitor berat badan
- Verbalisasi keinginan - Monitor hasil pemeriksaan
untuk meningkatkan laboratorium
nutrisi meningkat Terapeutik
- Pengetahuan tentang - Lakukan oral hygiene
pilihan makanan yang sebelum makan, jika perlu
sehat meningkat - Fasilitasi menentukan
- Pengetahuan tentang pedoman diet (mis:
pilihan minuman yang piramida makanan)
sehat meningkat - Sajikan makanan secara
- Pengetahuan tentang menarik dan suhu yang
standar asupan nutrisi sesuai
yang tepat meningkat - Berikan makanan tinggi
- Penyiapan dan serat untuk mencegah
penyimpanan makanan konstipasi
yang aman meningkat - Berikan makanan tinggi
- Penyiapan dan kalori dan tinggi protein
penyimpana minuman - Berikan suplemen
yang aman meningkat makanan, jika perlu
- Sikap terhadap Edukasi
makanan/ minuman - Ajarkan posisi duduk, jika
sesuai dengan tujuan mampu
kesehatan meningkat - Ajarkan diet
- Nyeri abdomen yang
menurun diprogramkan
- Sariawan menurun Kolaborasi
- Rambut rontok - Kolaborasi pemberian
menurun medikasi sebelum makan
- Diare menurun (mis: Pereda nyeri,
- Berat badan membaik antiemetik), jika perlu
- Indeks masa tubuh - Kolaborasi dengan ahli gizi
(IMT) membaik untuk menentukan jumlah
- Frekuensi makan kalori dan jenis nutrien
membaik yang dibutuhkan, jika perlu
- Nafsu makan membaik
- Bising usus membaik
- Tebal lipatan
kulit trisep
membaik
- Membran
mukosa membaik
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (I.14564)
integritas keperawatan selama 3 x 24 Observasi
kulit/jaringan jam, maka integritas kulit - Monitor karakteristik luka
dan jaringan meningkat (mis: drainase, warna,
dengan kriteria hasil: ukuran , bau)
- Elastisitas meningkat - Monitor tanda-tanda infeksi
- Hidrasi meningkat Terapeutik
- Perfusi jaringan - Lepaskan balutan dan
meningkat plester secara perlahan
- Kerusakan jaringan - Cukur rambut di sekitar
menurun daerah luka, jika perlu
- Kerusakan lapisan kulit - Bersihkan dengan cairan
menurun NaCl atau pembersih
- Nyeri menurun nontoksik, sesuai
- Perdarahan menurun kebutuhan
- Kemerahan menurun - Bersihkan jaringan nekrotik
- Hematoma menurun - Berikan salep yang sesuai
- Pigmentasi abnormal ke kulit/lesi, jika perlu
menurun - Pasang balutan sesuai jenis
- Jaringan parut menurun luka
- Nekrosis menurun - Pertahankan Teknik steril
- Abrasi kornea menurun saat melakukan perawatan
- Suhu kulit membaik luka
- Sensasi membaik - Ganti balutan sesuai jumlah
- Tekstur membaik eksudat dan drainase
- Pertumbuhan - Jadwalkan perubahan
rambut membaik posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
- Berikan diet dengan kalori
30 – 35 kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25 – 1,5
g/kgBB/hari
- Berikan suplemen vitamin
dan mineral (mis: vitamin
A, vitamin C, Zinc, asam
amino), sesuai indikasi
- Berikan terapi
TENS (stimulasi
saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis:
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
4. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 (I.02079)
jam, maka perfusi perifer Observasi
meningkat dengan kriteria - Periksa sirkulasi perifer
hasil: (mis: nadi perifer, edema,
- Denyut nadi perifer pengisian kapiler, warna,
meningkat suhu, ankle-brachial index)
- Penyembuhan luka - Identifikasi faktor risiko
meningkat gangguan sirkulasi (mis:
- Sensasi meningkat diabetes, perokok, orang
- Warna kulit tua, hipertensi, dan kadar
pucat menurun kolesterol tinggi)
- Edema perifer menurun - Monitor panas, kemerahan,
- Nyeri ekstremitas nyeri, atau bengkak pada
menurun ekstremitas
- Paraestesia menurun Terapeutik
- Kelemahan otot - Hindari pemasangan infus,
menurun atau pengambilan darah di
- Kram otot menurun area keterbatasan perfusi
- Bruit femoralis - Hindari pengukuran
menurun tekanan darah pada
- Nekrosis menurun ekstremitas dengan
- Pengisian kapiler keterbatasan perfusi
membaik - Hindari penekanan dan
- Akral membaik pemasangan tourniquet
- Turgor kulit membaik pada area yang cidera
- Tekanan darah - Lakukan pencegahan
sistolik membaik infeksi
- Tekanan darah - Lakukan perawatan
diastolik membaik kaki dan kuku
- Tekanan arteri rata- - Lakukan
rata membaik hidrasi Edukasi
- Indeks ankle - Anjurkan berhenti merokok
brachial membaik - Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
- Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol,
jika perlu
- Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
- Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
- Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis: melembabkan kulit
kering pada kaki)
- Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
- Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
(mis: rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega 3)
- Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis: rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyanti, M. E., Febriawati, H., & Yanti, L. (2019). Pengalaman Penderita Diabetes Mellitus
dalam Pencegahan Ulkus Diabetik. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu,
7(2).

Hestiana, D. W. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam


Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota
Semarang. Jurnal of Health Education, 2(2), 138-145.

Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi, Patofisiologi,
Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara Pencegahan. Journal
Uin Alauddin, 237-241.

Muyasyarah, K. (2022). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Ada Pasien


Diabetes Melitus Tipe Ii Di Ruang Flamboyan RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

Purwanto, H. (2016). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II. Jakarta: Pusdik SDM


Kesehatan.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Wahyono, Handayani, F., & Dyan, N. S. (2020). Pelatihan Perawat Edukator Diabetes
Mellitus. Semarang: KEMENDIKBUD Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai