DISUSUN OLEH :
IYAM MARIAM
433131420120012
2022/2023
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak
adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang diakibatkan oleh
gangguan hemodinamik. Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan
tahanan vaskuler sitemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (Hardisman, 2021).
Hypovolemic shock atau syok hipovolemik yaitu berkurangnya volume sirkulasi
darah dibandingkan dengan kapasitas pembuluh darah total yang disebabkan oleh
kehilangan cairan intravascular yang umumnya berupa darah atau plasma
(Fachrurrazi et al., 2022).
Stadium syok dibagi berdasarkan persentase kehilangan darah sama halnya
dengan perhitungan skor tenis lapangan, yaitu Stadium I (<15), Stadium II (15-30),
Stadium III (30-40), dan Stadium IV ( >40%) (Hardisman, 2021). Syok hipovolemik
dibagi menjadi empat subkelompok, yaitu:
Syok hemoragik akibat perdarahan akut tanpa kerusakan jaringan yang
signifikan
Syok traumatis-hemoragik akibat perdarahan akut dengan kerusakan jaringan
dan pelepasan tambahan aktivator sistem kekebalan
Syok hipovolemik dalam arti sempit sebagai akibat dari penurunan kritis
volume sirkulasi plasma tanpa perdarahan akut
Syok traumatis-hipovolemik akibat penurunan kritis volume plasma yang
bersirkulasi tanpa perdarahan akut akibat kerusakan jaringan dan pelepasan
mediator (Standl et al., 2018).
2. Etiologi
Etiologi terjadinya syok hipovolemik menurut (Fachrurrazi et al., 2022) antara lain:
1) Perdarahan:
a. Hematom subkapsular hati
b. Aneurisma aorta pecah
c. Pendarahan gastrointestinal
d. Trauma
2) Kehilangan plasma:
a. Luka bakar yang luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
3) Kehilangan cairan ekstraselular:
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi diuretik yang sangat agresif
e. Diabetes insipidus
f. Insufisiensi adrenal
4. Patofisiologi
Syok hypovolemia maupun syok hypovolemia traumatik menunjukan tanda
terjadinya kehilangan cairan tanpa adanya perdarahan. Syok hypovolemia dalam arti
yang lebih sempit muncul karena adanya kehilangan cairan baik dari internal maupun
eksternal dengan ketidakadekuatan intake cairan ke tubuh. Hal ini dapat disebabkan
oleh hipertermi, muntah atau diare persisten, masalah pada ginjal. Penyerapan
sejumlah besar cairan ke dalam abdomen dapat menjadi penyebab utama
berkurangnya sirkulasi volume plasma. Secara patologis peningkatan hematokrit,
leukosit dan trombosit dapat merusak sifat reologi darah dan dapat merusak organ
secara persisten walaupun pasien telah mendapatkan terapi untuk syok (Standl et al.,
2018).
Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik
berasal dari penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan penurunan
cardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Kemudian jaringan yang anoxia
mendorong perubahan metabolisme dalam sel berubah dari aerob menjadi anaerob.
Hal ini menyebabkan akumulasi asam laktat yang menyebabkan asidosis metabolic.
Ketika mekanisme kompensasi gagal, syok hipovolemik terjadi pada rangkaian
keadaan di bawah ini:
1) Penurunan volume cairan intravascular
2) Pengurangan venous return, yang menyebabkan penurunan preload dan stroke
volume
3) Penurunan cardiac output
4) Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)
5) Kerusakan perfusi jaringan
6) Penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi ke sel
7) Kegagalan multisistem organ (Dewi & Rahayu, 2020).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Amaliyah, 2021) :
1) Kultur darah
2) Kimia serum, termasuk elektrolit, BUN, dan Kreatinin
a. Nitrogen Urea en Urea Darah (BUN) ah (BUN): mungkin meningkat karena
dehidrasi, penurun perfusi ginjal, atau penurunan fungsi ginjal.
b. Hematokrit: peningkatan pada dehidrasi, penurunan perdarahan. Ingatlah
bahwa hematokrit akan tetap normal segera setelah hemoragi akut tetapi
setelah periode beberapa jam akan ada perpindahan cairan CIS ke plasma
dan hematokrit akan turun.
c. Elektrolit serum: bervariasi, tergantung pada jenis kehilangan cairan.
3) DPL dan profil koagulasi
Pemeriksaan koagulasi dapat mendeteksi koagulopati akibat DIC (Diseminata
Intravascular Coagulation) (Andre, 2019).
4) AGD dan oksimetri nadi
Mengungkapkan alkalosis respiratorik pada syok dalam stadium dini yang
berkaitan dengan takipnea, asidosis respiratorik pada stadium selanjutnya yang
berkaitan dengan depresi pernapasan, dan asidosis metabolik pada stadium
selanjutnya 11 yang terjadi sekunder karena metabolism anaerob (Andre, 2019).
5) Pemeriksaan curah jantung
6) Laktat serum
7) Urinalisis dengan berat jenis, osmolaritas, dan elektrolit urin
8) Elektrokardiogram (EKG), Foto toraks, Ultrasonografi jantung
9) Tes fungsi ginjal dan hati
6. Pathway
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
A : Airway
Kaji apakah sumbatan (Total/parsial)
Kaji suara tambahan
Pertahankan kepatenan jalan nafas
B : Breathing
Kaji pergerakan dinding thorax
Kaji frekuensi nafas (takipnea, bradipnea, ataupun upnea)
Kaji irama nafas
Kaji saturasi oksigen
Kaji penggunaan otot bantu nafas
C : Circulation
Kaji tekanan darah
Kaji kekuatan dan frekuensi nadi
Kaji capillary refill time
Kaji suhu
Kaji akral (hangat/dingin)
Kaji edema
Kaji outpute urine
Kaji keadaan kulit apakah pucat, sianosis
Berikan posisi syok (telendenburg)
D : Disability
Kaji penilaian kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif
E : Exposure
Kaji secara observasi (keseluruhan) Keadaan kulit, seperti turgor / kelainan
pada kulit dan keadaan ketidaknyamanan (nyeri) dengan pengkajian (nyeri)
dengan pengkajian PQRST
Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemi, antara
lain:
1) Memaksimalkan pengantaran oksigen dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat,
peningkatan saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah.
2) Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut
3) Resusitasi cairan
2. Pengkajian Sekunder
a. KOMPAK
K : Keluhan terkait kesehatan
O : Obat yang dikonsumsi
M : Makanan terakhir
P : Penyakit yang diderita
A : Alergi (obat dan makanan)
K : Kejadian penyebab cedera (Kurniati, et al., 2020)
b. Pemeriksaan Fisik
Breathing (B1)
- Inspeksi : Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung darah, terjadi
pendarahan spontan pada hidung
- Palpasi : Kemungkinan vokal premitus menurun akibat kualitas
pemapasan buruk karena pendarahan pada saluran respires
- Perkusi: Suara paru sonor atau pekak
- Auskultasi: Adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi yang
muncul akibat dari komplikasi gejala lain.
Blood (B2)
- Inspeksi: Adanya hipertensi, hemoraghi subkutan, hematoma dan Sianosis.
Adanya ptekie atau ekimosis pada kulit, purpura.
- Palpasi: Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama dan kualitas
denyut nadi, denyut nadi perifer melemah, hampir tidak teraba. Takikardi,
adanya petekie pada permukaan kulit. Palpitasi (sebagai bentuk takikardia
kompensasi).
- Perkusi: Kemungkinan adanya pergeseran batas jantung
- Auskultasi: Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi peningkatan
sistolik, namun normal pada diastolik.
Brain (B3)
- Inspeksi : Biasanya mengalami penurunan kesadaran, sakit kepala,
perubahan tingkat kesadaran, gelisah dan ketidakstabilan vasomotor
Bladder (B4)
- Inspeksi: Adanya hematuria (kondisi di mana urin mengandung darah atau
sel-sel darah merah) dan pengeluaran urine menurun. Keberadaan darah
dalam urin biasanya akibat perdarahan di suatu tempat disepanjang saluran
kemih.
- Palpasi: Kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih karena
distensi sebagai bentuk komplikasi.
Bowel (B5)
- Inspeksi: Klien biasanya mengalami mual muntah penurunan nafsu
makan, dan peningkatan lingkar abdomen akibat pembesaran limpa.
Adanya hematemesis dan melena.
- Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan pada
saluran cerna
- Perkusi: Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah dalam
abdomen
- Auskultasi: Terdengar bising usus menurun (normal 5-12x/menit).
Bone (B6)
- Inspeksi: Kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan punggung, aktivitas
mandiri terhambat, atau mobilitas dibantu sebagian akibat kelemahan.
3. Diagnosis Keperawatan
1) Hipovolemia
2) Penurunan curah jantung
3) Gangguan Mobilitas Fisik
4. Intervensi Keperawatan
menurun Terapeutik
menurun perlu
Amaliyah, N. (2021). Asuhan Keperawatan Risiko Syok Hipovolemik Pada Ibu dengan
Perdarahan Postpartum di RSU. Anwar Medika Krian Sidoarjo. 1–38.
Andre, G. (2019). Konsep Dasar Syok Hipovolemik. Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 5–24.
Dewi, E., & Rahayu, S. (2020). Kegawatdaruratan syok hipovolemik. Berita Ilmu Keperawatan,
2(2), 93–96. https://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/download/3799/2459
Fachrurrazi, F., Nashirah, A., & Awaludin, L. R. P. (2022). Pengelolaan Pasien Syok karena
Perdarahan. GALENICAL : Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh,
1(3), 42. https://doi.org/10.29103/jkkmm.v1i3.8923
Hardisman, H. (2021). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik: Update
dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3), 178. https://doi.org/10.25077/jka.v2i3.167
Standl, T., Annecke, T., Cascorbi, I., Heller, A. R., Sabashnikov, A., & Teske, W. (2018).
Nomenklatur, Definition und Differenzierung der Schockformen. Deutsches Arzteblatt
International, 115(45), 757–767. https://doi.org/10.3238/arztebl.2018.0757
Kurniati, A., Riyanto, W., Mulyadi, B., Suharyanto, T., Pemila, U., Simatupang, R. B., &
Hertati, E. (2020). Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS). Jakarta: DPP HIPGABI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.