Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GADAR/KRITIS


PADA TN.S (67 TAHUN) DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN : SYOK HIPOVOLEMIK DI RUANGAN
ST. MATHILDA (INSTALASI GAWAT DARURAT)
RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN

OLEH :

kelompok A1
BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Syok adalah suatu syndrome klinis yang terjadi akibat


gangguan hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan
kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital tubuh (Sudoyo & Aru, 2016).

Syok hipovolemik adalah suatu kondisi dimana terjadi


kehilangan volume sirkulasi efektif yang disebabkan oleh
kehilangan cairan eksternal akibat hemoragi dan perpindahan
cairan internal seperti dehidrasi berat, edema atau asites, dan
kehilangan cairan akibat diare atau muntah (Boughman &
Diane, 2016).
LANJUTAN
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2018 kejadian cedera yang terjadi
di provinsi Bali memiliki prevalensi sebesar 8,80% dan
angka kejadian diare memiliki prevalensi sebesar
6,58%. Kota Gianyar menduduki peringkat ke-6
terbanyak yang mengalami cedera yaitu dengan
prevalensi 7,82% dan angka kejadian diare sebesar
6,25% (RISKESDAS, 2018).

Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme


terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok
hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik
(Attitude et al., 2018). Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan
dalam tiga kelompok yaitu Perdarahan terdiri dari perdarahan eksternal
dan perdarahan Internal. Kehilangan plasma seperti, luka bakar luas,
pankreatitis, deskuamasi kulit, sindrom dumping, DHF, peritonitis,
obstruksi Ileus. Kehilangan cairan ekstraseluler seperi muntah (vomitus),
dehidrasi, diare, terapi diuretik yang sangat agresif, diabetes inspidius,
infusiensi adrenal (Kurniati et al., 2008).
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Defenisi

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat


berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi
akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan
perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan
dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.
Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan
disebabkan oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga
dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh
berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang
disertai dengan luka ataupun luka langsung pada pembuluh arteri
utama (Kolecki and Menckhoff, 2016).
2. Etiologi

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat


berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi
akibat perdarahan hebat, trauma yang menyebabkan perpindahan
cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi
berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-
kasus syok hepovolemik yang paling sering ditemukan disebkan
oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga sebagai
syok himoragic. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai
trauma hebat pada organ tubuh atau fraktur yang disertai dengan
luka ataupun luka langsung pada pembuluh darah arteri (Ganesha,
2016).
3. Patofisiologi

Syok hypovolemia maupun syok hypovolemia traumatik menunjukan


tanda terjadinya kehilangan cairan tanpa adanya perdarahan. Syok
hypovolemia dalam arti yang lebih sempit muncul karena adanya kehilangan
cairan baik dari internal maupun eksternal dengan ketidakadekuatan intake
cairan ke tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh hipertermi, muntah atau
diare persisten, masalah pada ginjal.

Syok hypovolemia traumatic terjadi karena luka bakar yang


luas, luka bakar kimiawi, dan luka pada kulit bagian dalam.
Trauma yang terjadi juga mengaktivasi koagulasi dan sistem
imun, dan memungkinkan perburukan pada makro-mikro
sirkulasi. Reaksi peradangan menyebabkan kerusakan pada
endothelium, meningkatkan sindrom kebocoran kapiler, dan
beberapa karena koagulopati (Standl et al., 2018).
4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pada syok hipovolemik meliputi sebagai


berikut (Ramdani, 2016):
1. Takipnea : menyebabkan alkalosis respiratorik, kompensasi
untuk asidosis metabolik, pernapasan tanpa bantuan
2. Takikardia : denyut perifer rendah atau tidak ada, tekanan nadi
sempit, pengisian ulang kapiler lambat, hipotensi
3. Kulit dingin, pucat, kehitam-hitaman, sianotik, terdapat bercak,
diaforetik terutama pada ekstemitas
4. Perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai
sopor)
5. Oligouria.
5. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) pemeriksaan


diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan syok
hipovolemik adalah sebagai berikut:
1. Kultur darah
2. Kimia Serum seperti elektrolit, BUN dan kreatinin
3. DPL dan profil koagulasi
4. AGD (Analisa Gas Darah) dan Oksimetri nadi
5. Pemeriksaan curah jantung
6. Laktat Serum
7. Urinalisis dengan berat jenis, osmoralitas, dan elektrolit urin
8. EKG
9. Tes fungsi ginjal dan hati.
6. Komplikasi

Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi pada


syok meliputi (Kowalak, 2011) :
a. Sindrom distress pernapasan akut
b. Nekrosis tubuler akut
c.Koagulasi intravaskuler diseminata (DIC)
d. Hipoksia serebral
3.Kematian
7. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan


tanda-tanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas
normal. Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar
tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan syok hipovolemik
tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh
atau darah yang hilang (Kolecki and Menckhoff, 2016).

Standl et al. (2018) menyatakan bahwa penanganan syok


hipovolemik terdiri dari resusitasi cairan menggunakan cairan
kristaloid dengan akses vena perifer, dan pada pasien karena
perdarahan, segera kontrol perdarahan (tranfusi). Dalam
mencegah terjadinya hipoksia, disarankan untuk dilakukan
intubasi dengan normal ventilasi. Menurut Kolecki &
Menckhoff (2016) Cairan resusitasi yang digunakan adalah
cairan isotonik NaCl 0,9% atau ringer laktat.
Lanjutan…

Pemberian awal adalah dengan tetesan cepat sekitar 20


ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-2 liter pada orang dewasa.
Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan
pemantauan tanda vital dan hemodinamiknya. Jika terdapat
perbaikan hemodinamik, maka pemberian kristaloid terus
dilanjutkan. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat
perkiraan volume darah yang hilang dalam waktu satu jam,
karena distribusi cairan kristaloid lebih cepat berpindah dari
intravaskuler ke ruang intersisial. Jika tidak terjadi perbaikan
hemodinamik maka pilihannya adalah dengan pemberian
koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera.
8. Penalaksanaan Keperawatan

Monitoring pada pasien syok yang dapat dilakukan yaitu (Simmons and
Ventetuolo, 2017):
1. Monitor tekanan darah Pada pasien dengan syok hemoragik, tekanan darah
sistol dipertahankan >70 mmHg dengan MAP >65 mmHg.
2. Mengukur CVP (Central Venous Pressure) Nilai CVP normal yaitu 5-7
mmHg pada orang dewasa dengan bernapas secara spontan. Nilai CVP <5
mmHg menandakan pasien syok hipovolemik.
3. Passive Leg Raising (PLR)
PLR merupakan pengaturan posisi dengan meninggikan kaki 45 derajat
dengan kepala dan badan sejajar. PLR berfungsi untuk meningkatkan aliran
balik vena dari ekstremitas kembali ke jantung.
Konsep Dasar Keperawatan

1.Pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

3. Intervensi Keperawatan

4. Implementasi Keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB 4
PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian data terdapat kesamaan antara teori dan kasus,
dimana tanda dan gejala pada teori tentang syok hipovolemik menurut
(Hardisman, 2013), ditentukan berdasar stadium yaitu:
a. Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah
hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh
mengkompensai dengan dengan vasokontriksi perifer sehingga terjadi
penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga menjadi sedikit cemas
atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata, frekuensi
nadi dan nafas masih dalam kedaan normal.
b. Stadium-II adalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada stadium ini
vasokontriksi arteri tidak lagi mampu menkompensasi fungsi kardiosirkulasi,
sehingga terjadi takikardi, penurunan tekanan darah terutama sistolik dan
tekanan nadi, refiling kapiler yang melambat, peningkatan frekuensi nafas
dan pasien menjadi lebih cemas.
Lanjutan… Sedangkan tanda dan gejala yang didapatkan dari
pasien waktu pengkajian yaitu :
a. Sesak dengan aktivitas dan menggunakan otot
c. Stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak tambahan, irama tidak teratur, dangkal, napas
30-40%. Gejala-gejala yang muncul pada berbunyi, rokhi
stadium-II menjadi semakin berat. Frekuensi b. AGDA (pH 7,289, PCO2 72,7mmHg, HCO3
12,6mEq/L, BE -14,2, SaO2 78%, TCO2 13,4,
nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali
KGD 172 mg/dl.
permenit, peningkatan frekuensi nafas hingga c. Akral dingin, pucat, CRT > 3 detik pada
diatas 30 kali permenit, tekanan nadi dan tungkai atas
tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling d. Hb 10,9 gr, Ht 31,8fol%, Erytrocyte 3,63%,
kapiler yang sangat lambat. PL 248
d. Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada e. TD 60/40 mmHg, HR 92X/m, RR 28X/m, T
kehilangan darah lebih dari 40%. Pada saat ini 36oC, kadar ureum 139 mg/dl
takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan f. BAB 7x/seminggu, konsistensi cair, warna
hitam, perut kembung, bising usus 13X/m,
pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan
turgor kulit buruk, mukosa kering
gejala-gejala klinis pada stadium-III terus g. Tonus otot buruk, lidah kotor, nyeri perut kiri
memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih atas, mual, muntah, tidak selera makan.
dari 40% menyebabkan terjadinya hipotensi Dari konsep teoritis dan pengkajian dapat
berat, tekanan nadi semakin kecil dan disertai ditarik kesimpulan bahwa klien mengalami syok
dengan penurunan kesadaran atau letargik. hipovolemik sesuai dengan manifestasi klinik
yang dialami oleh pasien.
Diagnosa Keperawatan

Dalam teori diagnosa yang muncul yaitu :


a. Perfusi perifer tidak efektif
b. Hipovolemia

Sedangkan diagnosa yang muncul dari kasus yaitu :


c. Pola napas tidak efektif b.d menurunnya ekspansi paru
d. Gangguan pertukaran gas b.d menurunnya supply O2
e. Intoleransi AKS b.d kelemahan
f. perfusi perifer tidak efektif b.d. penurunan konsentrasi Hb
g. Retensi urin b.d. disfungsi neurologis
h. Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan
Diagnosa yang ada dalam teori ditemukan pada pasien saat
menengakkan diagnosa, tetapi saat diagnosa ditegakkan beberapa
diagnosa lain muncul sesuai dengan data objektif dari perawat.
Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien sesuai dengan SLKI dari
diagnosa pasien.
a. Pola napas tidak efektif b.d menurunnya ekspansi paru dan gangguan
pertukaran gas b.d menurunnya supply O2
(√) Memonitor fungsi pernapasan, frekuensi, irama, kedalaman, bunyi, dan

penggunaan otot-otot Tambahan


(√) Mengatur Posisi Semi Fowler
(√) Mengajarkan Nafas Dalam Dan BatukEfektif
(√) Memonitor Haluaran Pasien
(√) Pantau TTV.
(√) Terapi O2. 10 l/min
(√) Lakukan rotgen thorax
(√) Cek AGDA
b. Gangguan pertukaran gas b.d menurunnya supply O2
Lanjutan…

c.Pemantauan Respirasi
d. Observasi
(√)Monitor frekuensi, irama,kedalaman dan upaya napas.
(√)Monitor pola napas
(√) Monitor kemampuan batuk efektif
(√) Monitor adanya sumbatan jalannapas
(√) Monitor saturasi oksigenTerapeutik
(√) Atur intervensi pemantauanrespirasi sesuai kondisi pasien
e. Intoleransi AKS b.d kelemahan
(√) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
(√) Memonitor kelelahan fisik dan emosional
(√) Memonitor pola dan jam tidur
(√) Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
(√) Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Lanjutan…
f. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan konsentrasi Hb
(√) Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler,
warna, suhu:
(√) Monitor status oksigenasi
(√) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
(√) Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
g. Retensi urine b.d. disfungsi neurologis
(√) Mengidentifkasi tanda dan gejala retensi urine
(√) Memonitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume,
dan warna)
(√) Mencatat waktu-waktu dan haluaran berkemih
h. Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan
(√) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (membran mukosa kering, haus,
lemah)
(√) Berikan cairan oral (misalnya tehmanis, jus, air mineral)
(√) Ajukan memperbanyak asupan cairan oral 8 gelas/hari
(√) Monitor intake dan output
(√) Memonitor asupan makan, monitor berat badan,
Implementasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan
Pada tahap implementasi
dilakukan sesuai intervensi
yang telah disusun perawat
berdasarkan SLKI dan SIKI.
Evaluasi keperawatan
menggunakan SOAP yaitu
subjektif, objektif, analisa
dan planning.
BAB 5 SARAN
a. Bagi RSE Medan
PENUTUP Bimbingan klinik kepada mahasiswa/I
yang diterima hendaknya tetap
dipertahankan keefektifannya dan bila
perlu lebih ditingkatkan lagi karena
KESIMPULAN bentuk bimbingan RSE Medan telah
Setelah penulis melaksanakan sesuai dengan tujuan dari praktek
asuhan keperawatan kegawat lapangan mahasiswa STIKes Santa
daruratan pada Tn. S dengan kasus : Elisabeth Medan.
syok hipovolemik di Instalasi Gawat b. Bagi Institusi
Diharapkan pihak akademik
Darurat, maka penulis
memberikan bimbingan dan sebagai
menyimpulkan bahwa proses pegabdian kepada masyarakat terutama
keperawatan telah dilaksanakan dalam praktik kegawatdaruratan.
dengan baik mulai dari pengkajian c. Bagi Mahasiswa/I
sampai evaluasi, sesuai dengan Diharapkan dapat meningkatkan lagi
ajuran dokter maka pasien di rawat proses asuhan keperawatan gawat
di Intensive Care Unit untuk darurat baik secara teoritis maupun
mendapatkan perawatan yang lebih secara klinik agar proses asuhan
lengkap sehingga diharapkan klien keperawatan dapat berjalan secara
optimal.
dapat berangsur-angsur baik.

Anda mungkin juga menyukai