OLEH :
kelompok A1
BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
1. Defenisi
Monitoring pada pasien syok yang dapat dilakukan yaitu (Simmons and
Ventetuolo, 2017):
1. Monitor tekanan darah Pada pasien dengan syok hemoragik, tekanan darah
sistol dipertahankan >70 mmHg dengan MAP >65 mmHg.
2. Mengukur CVP (Central Venous Pressure) Nilai CVP normal yaitu 5-7
mmHg pada orang dewasa dengan bernapas secara spontan. Nilai CVP <5
mmHg menandakan pasien syok hipovolemik.
3. Passive Leg Raising (PLR)
PLR merupakan pengaturan posisi dengan meninggikan kaki 45 derajat
dengan kepala dan badan sejajar. PLR berfungsi untuk meningkatkan aliran
balik vena dari ekstremitas kembali ke jantung.
Konsep Dasar Keperawatan
1.Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB 4
PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian data terdapat kesamaan antara teori dan kasus,
dimana tanda dan gejala pada teori tentang syok hipovolemik menurut
(Hardisman, 2013), ditentukan berdasar stadium yaitu:
a. Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah
hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh
mengkompensai dengan dengan vasokontriksi perifer sehingga terjadi
penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga menjadi sedikit cemas
atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata, frekuensi
nadi dan nafas masih dalam kedaan normal.
b. Stadium-II adalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada stadium ini
vasokontriksi arteri tidak lagi mampu menkompensasi fungsi kardiosirkulasi,
sehingga terjadi takikardi, penurunan tekanan darah terutama sistolik dan
tekanan nadi, refiling kapiler yang melambat, peningkatan frekuensi nafas
dan pasien menjadi lebih cemas.
Lanjutan… Sedangkan tanda dan gejala yang didapatkan dari
pasien waktu pengkajian yaitu :
a. Sesak dengan aktivitas dan menggunakan otot
c. Stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak tambahan, irama tidak teratur, dangkal, napas
30-40%. Gejala-gejala yang muncul pada berbunyi, rokhi
stadium-II menjadi semakin berat. Frekuensi b. AGDA (pH 7,289, PCO2 72,7mmHg, HCO3
12,6mEq/L, BE -14,2, SaO2 78%, TCO2 13,4,
nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali
KGD 172 mg/dl.
permenit, peningkatan frekuensi nafas hingga c. Akral dingin, pucat, CRT > 3 detik pada
diatas 30 kali permenit, tekanan nadi dan tungkai atas
tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling d. Hb 10,9 gr, Ht 31,8fol%, Erytrocyte 3,63%,
kapiler yang sangat lambat. PL 248
d. Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada e. TD 60/40 mmHg, HR 92X/m, RR 28X/m, T
kehilangan darah lebih dari 40%. Pada saat ini 36oC, kadar ureum 139 mg/dl
takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan f. BAB 7x/seminggu, konsistensi cair, warna
hitam, perut kembung, bising usus 13X/m,
pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan
turgor kulit buruk, mukosa kering
gejala-gejala klinis pada stadium-III terus g. Tonus otot buruk, lidah kotor, nyeri perut kiri
memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih atas, mual, muntah, tidak selera makan.
dari 40% menyebabkan terjadinya hipotensi Dari konsep teoritis dan pengkajian dapat
berat, tekanan nadi semakin kecil dan disertai ditarik kesimpulan bahwa klien mengalami syok
dengan penurunan kesadaran atau letargik. hipovolemik sesuai dengan manifestasi klinik
yang dialami oleh pasien.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien sesuai dengan SLKI dari
diagnosa pasien.
a. Pola napas tidak efektif b.d menurunnya ekspansi paru dan gangguan
pertukaran gas b.d menurunnya supply O2
(√) Memonitor fungsi pernapasan, frekuensi, irama, kedalaman, bunyi, dan
c.Pemantauan Respirasi
d. Observasi
(√)Monitor frekuensi, irama,kedalaman dan upaya napas.
(√)Monitor pola napas
(√) Monitor kemampuan batuk efektif
(√) Monitor adanya sumbatan jalannapas
(√) Monitor saturasi oksigenTerapeutik
(√) Atur intervensi pemantauanrespirasi sesuai kondisi pasien
e. Intoleransi AKS b.d kelemahan
(√) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
(√) Memonitor kelelahan fisik dan emosional
(√) Memonitor pola dan jam tidur
(√) Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
(√) Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Lanjutan…
f. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan konsentrasi Hb
(√) Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler,
warna, suhu:
(√) Monitor status oksigenasi
(√) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
(√) Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
g. Retensi urine b.d. disfungsi neurologis
(√) Mengidentifkasi tanda dan gejala retensi urine
(√) Memonitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume,
dan warna)
(√) Mencatat waktu-waktu dan haluaran berkemih
h. Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan
(√) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (membran mukosa kering, haus,
lemah)
(√) Berikan cairan oral (misalnya tehmanis, jus, air mineral)
(√) Ajukan memperbanyak asupan cairan oral 8 gelas/hari
(√) Monitor intake dan output
(√) Memonitor asupan makan, monitor berat badan,
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Pada tahap implementasi
dilakukan sesuai intervensi
yang telah disusun perawat
berdasarkan SLKI dan SIKI.
Evaluasi keperawatan
menggunakan SOAP yaitu
subjektif, objektif, analisa
dan planning.
BAB 5 SARAN
a. Bagi RSE Medan
PENUTUP Bimbingan klinik kepada mahasiswa/I
yang diterima hendaknya tetap
dipertahankan keefektifannya dan bila
perlu lebih ditingkatkan lagi karena
KESIMPULAN bentuk bimbingan RSE Medan telah
Setelah penulis melaksanakan sesuai dengan tujuan dari praktek
asuhan keperawatan kegawat lapangan mahasiswa STIKes Santa
daruratan pada Tn. S dengan kasus : Elisabeth Medan.
syok hipovolemik di Instalasi Gawat b. Bagi Institusi
Diharapkan pihak akademik
Darurat, maka penulis
memberikan bimbingan dan sebagai
menyimpulkan bahwa proses pegabdian kepada masyarakat terutama
keperawatan telah dilaksanakan dalam praktik kegawatdaruratan.
dengan baik mulai dari pengkajian c. Bagi Mahasiswa/I
sampai evaluasi, sesuai dengan Diharapkan dapat meningkatkan lagi
ajuran dokter maka pasien di rawat proses asuhan keperawatan gawat
di Intensive Care Unit untuk darurat baik secara teoritis maupun
mendapatkan perawatan yang lebih secara klinik agar proses asuhan
lengkap sehingga diharapkan klien keperawatan dapat berjalan secara
optimal.
dapat berangsur-angsur baik.