id/2016/05/askep-syok-
hipovolemik.html diakses pada sabtu 7 oktober 2017 19.00
LAPORAN PENDAHULUAN
Syok Hipovolemik
DISUSUN OLEH
NURRAHMAYANI
70300112023
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK HIPOVOLEMIK
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara langsung
karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari
plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan).
2. Etiologi
Menurut Toni Ashadi (2006), Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya
a. Kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh
b. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang besar.
c. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma
3. Patofisiologi
Tahap-tahap syok :
Karena sifat-sifat khas dari syok sirkulasi dapat berubah pada berbagai derajat
keseriusan, Menurut Guyton, (1997) syok dibagi dalam tida tahap utama yaitu :
c. Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa sehingga semua
bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong penderita, meskipun pada saat itu,
4. Manifestasi klinik
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan
tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia
lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa
a. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan
b. Takhikardi : peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis penting
asidosis jaringan.
c. Hipotensi : karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan
curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan
tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri
d. Oliguria : produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada
orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi secara
adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi intervensi
b. Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia langsung dapat
gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai terjadi
perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric lavage harus
dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom
Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya
d. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika pasien
hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis harus
segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan
ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.
e. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada
f. Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused
Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak
6. Komplikasi
Jaga jalan napas korban Cegah perdarahan yang berlanjut dengan balut tekan dan
penggian tungkai sekitar 8-12 inchi. Jaga suhu tubuh pasien tetap hangat, lakukan
penanganan cedera pasien secara khusus selam menunggu bantuan medis. Periksa denyut
Penanganan Hospitalisasi
Pastikan jalan napas dan sirkulasi dipertahankan (beri bantuan ventilator tambahan sesuai
kebutuhan). Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat
mempertahankan perfusi jaringan. Mulai infus IV (RL, NaCL), pasang kateter urine tidak
menetap (catat keluaran urine setiap 15-30 menit, volume urine menuujukkan keadekuatan
perfusi ginjal) Pertahankan surveilans keperawatan (TD, denyut jantung, pernapasan, suhu
kulit, warna, cup EKG, hematokrit, Hb, untuk mengkaji respongambaran koagulasi,
elektrolit, keluaran urine urin terhadap tindakan). Tinggikan kaki sedikit untuk memeperbaiki
sirkulasi serebral dan mendorong aliran darah vena kembali ke jantung. Beri obat khusus
yang telah di resepkan (misal: dopamin untuk meningkatkan kerja jantung). Dukung
mekanisme defensif tubuh dengan cara, tenangkan dan nyamankan pasien, hilanhkan nyeri,
pertahankan suhu tubuh (jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah).
b. Pengkajian Primer
1) Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi, serta kaji bunyi
nafas tambahan
2) Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk dada,
3) Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji Capillary Refill Time
(CRT)
4) Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun verbal, motorik dan
1) Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit, dan riwayat
keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa lalu, kemampuan
mengontrol kesehatan, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat
pengobatan sekarang.
2) Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data laboratorium yang
abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis integumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi,
nafsu terhadap makanan yang diberikan selama di RS), Energi (kemampuan beraktivitas
selama dirawat), Factor (penyebab masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan cairan,
jumlah intake dan output, penilaian status cairan (balance cairan), pemeriksaan abdomen.
3) Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola urine, distensi
kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola eliminasi)
pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis,
anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur
ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik,
murmur, peningkatan JVP, adanya nyeri dada, sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
5) Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi, kemampuan
komunikasi
6) Persepsi diri
7) Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain atau
11) Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda infeksi, gangguan
termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring, proses perawatan, jatuh, obat-obat,
penatalaksanaan)
12) Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak nyaman lainnya
2. Diagnosa Keperawatan
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat
edema paru.
ventilasi, perubahan membran kapiler alveoli karena adanya penumpukan cairan di rongga
paru
kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil :
1) Status Gizi : Asupan Gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
2) Selera Makan : Keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
pengobatan
Intervensi :
1) Manajemen Nutrisi : membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
Aktivitas Keperawatan
Rasional : Kandungan nutrisi yang tepat untuk meningkatkan energi klien beraktivitas
Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi secara mandiri
- Kolaborasi dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat
edema paru.
Kriteria Hasil:
Rasional : untuk meningkatkan pernapasan disfragmatik yang tepat, ekspansi sisi, dan
Rasional : Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan frustasi
3) Observasi TTV
Rasional : Posisi tubuh yang tepat dapat membantu ekspansi paru maksimum
Rasional : Aktivitas yang dapat ditoleransi agar tidak memperberat kondisi klien
transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
Kriteria Hasil :
1) Perfusi jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil
Intervensi :
Aktvitas Keperawatan :
- Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer (edema, CFR, warna, suhu, nadi perifer)
Rasional : untuk membantu penegakan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat
ventilasi, perubahan membran kapiler alveoli karena adanya penumpukan cairan di rongga
paru
Kriteria Hasil :
1) Terlihat adekuatnya ventilasi dan oksigenasi dari jaringan dimana dalam batas-batas normal
Intervensi :
4) Atur posisi tidur dengan bagian kepala ditinggikan 200 - 300, semi fowler, beri bantal pada
siku
maksimal
jaringan
kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh, menunjukkan tekhnik yang
memampukan melakukan aktivitas.
Intervensi:
2) Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai
keadaan klien.
karena imobilisasi.
Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan
klien.
konstipasi.
Rasional : Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem-
pertahankan fungsi fisiologis tubuh.
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik
secara individual.
Kriteria Hasil :
1) Ketahanan : Kapasitas untuk menyelesaikan aktivitas
2) Penghematan energi : tindakan individu untuk mengelola energi untuk memulai dan
menyelesaikan aktivitas
Intervensi :
1) Terapi latihan fisik : Mobilitas Sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk
Aktivitas Keperawatan :
Rasional : untuk melihat aktivitas yang dapat ditoleransi oleh dan tidak dapat ditoleransi
- Kolaborasi pengobatan pereda nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu
penyebab
Kriteria hasil :
1) Pengetahuan tentang proses penyakit : Tingkat pemahaman yang ditunjukkan tentang proses
penyakit
Intervensi :
Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri
h. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, ancaman atau perubahan pada status
kesehatan
Kriteria hasil:
1) Ansietas berkurang
Intervensi :
Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus
2) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan
Rasional : membantu pasien menurunkan ansietas dan memberikan kesempatan untuk pasien
dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
4) Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami selama prosedur.
Rasional: memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi, kerjasama
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Grace, Pierce A. & Neil R. Borley. 2006. At A Glance Ilmu Bedah Edisi 3.Jakarta: Erlangga.
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosa