Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi
Syok atau renjatan adalah keadaan terdapatnya menurunan kemapuan
pengangkutan oksigen yang besar dan luas ke berbagai jaringan sehingga
menimbulkan kerusakan jaringan yang semula reversible kemudian keadaan
syok berlangsung lama menjadi irreversible. Pada tingkat seluler, kondisi
hipoksia akan menyebabkan kegagaln fungsi mitokondria, perubahan pada
membran sel, pelepasan radikal bebas, produksi sitokin, dan mengakibatkan
beberapa reaksi inflamasi.1 Syok hipovolemik merupakan kondisi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan
oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak
adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah
yang cepat (Isselbacher,1999).
B. Etiologi, Patofisiologi, dan Faktor Risiko
Syok hemoragik merupakan syok yang diakibatkan adanya perdarahan akut
dengan adanya cedera jaringan mayor. Respon tubuh pada keadaan kekurangan
atau kehilangan volume intavaskular atau darah akut adalah dengan melakukan
vasokonstriksi pembuluh perifer. Vasokonstriksi bertujuan untuk memusatkan
dan memastikan sel-sel pada organ vital, seperti ginjal, jantung, dan otak,
menerima oksigen adekuat. Sehingga jaringan lain, seperti kulit dan otot
mengalami penurunan pasokan oksigen dan darah. Hal ini menyebabkan
ditemukannya pasien dengan syok hemoragik mengalami peningkatan capillary
refill time dan akral yang dingin. Respon akut lainnya adalah peningkatan dari
heart rate untuk mempertahankan cardiac output. Selain itu, terjadi peningkatan
pelepasan katekolamin endogen yang menyebabkan peningkatan pada
resistensi vaskular perifer. Peningkatan resistensi vaskular perifer kemudian
menyebabkan peningkatan pada tekanan darah diastolik dan penurunan teknana
nadi. Namun, peningkatan tekanan diastolik yang terjadi pada kondisi ini tidak
memiliki dampak yang signifikan pada perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Kondisi syok hemoragik pada tingkat seluler menyebabkan sel kehilangan
substrat esensial untuk menjalankan metabolisme aerobic normal dan produksi
energi. Awalnya sel mampu melakukan kompensasi dengan menjalankan
metabolisme anaerobik, sehingga terbentuk asam laktat dan mulai bermulanya
asidosis metabolik. Bila syok dibiarkan dalam waktu yang lama maka akan
menimbulkan adanya disfungsi organ multiple dan kerusakan organ (ATLS,
2018).

C. Gejala dan Tanda Klinis


1. Gejala
- Lemas
- Agitasi, cemas gelisah
2. Tanda
- Peningkatan capillary refill time >2 detik
- Akral teraba dingin
- Peningkatan nadi / takikardia
- Penurunan tensi / hipotensi

D. Diagnosis dan Diagnosis Banding


Gejala klinis tunggal jarang ditemukan saat diagnosis syok ditegakkan.
Pasien bisa mengeluh lelah, kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang
(gejala pecahnya aneurisma aorta abdominal). Penting diperoleh data rinci
tentang tipe, jumlah, dan lama perdarahan, karena pengambilan keputusan
untuk tes diagnostik dan tatalaksana selanjutnya tergantung jumlah darah yang
hilang dan lamanya perdarahan. Untuk perdarahan pada saluran cerna
sangatlah penting dicari asal darah dari rectum atau dari mulut. Karena cukup
sulit menduga jumlah darah yang hilang dari saluran cerna bagian bawah.
Semua darah segar yang keluar dari rectum harus diduga adanya perdarahan
hebat sampai dibuktikan sebaliknya. Syok umumnya memberi gejala klinis
seperti turunnya tanda vital tubuh: hipotensi, takikardi, penurunan urinoutput,
dan penurunan kesadaran. Kumpulan gejala tersebut merupakan mekanisme
kompensasi tubuh.
Gejala umum lainnya yang bisa timbul adalah kulit kering, pucat, dan
dengan diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi, dan tidak sadar. Pada fase
awal nadi cepat dan dalam dibandingkan denyutnya, tekanan darah sistolik bisa
saja masih dalam batas normal karena kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti
yang terdapat pada anemia kronik. Lakukan inspeksi pada hidung dan faring
untuk melihat kemungkinan adanya darah. Auskultasi dan perkusi dada juga
dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat gejala hemotoraks, suara nafas
akan turun, serta suara perkusi redup di area dekat perdarahan.
Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal. Periksa panggul
apakah ada ekimosis yang mengarah ke perdarahan retroperitoneal. Lakukan
pemeriksaan rectum untuk mengetahui asal darah yang keluar dari rectum.
Pasien dengan riwayat perdarahan vagina dilakukan pemeriksaan pelvis
lengkap dan lakukan tes kehamilan untuk menyingkirkan kemungkinan
kehamilanektopik.
Diagnosis Banding
 Syok hipovolemik
 Syok kardiogenik
 Syok neurogenic
 Syok septik

E. Klasifikasi
F. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis
Pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis syok (Kowalak,
2011) yaitu:
1. Nilai hematokrit dapat menurun pada perdarahan atau meninggi pada jenis
syok lain yang disebabkan hypovolemia.
2. Pemeriksaan koagulasi dapat mendeteksi koagulopati akibat DIC
(Diseminata Intravascular Coagulation).
3. Pemeriksaan laboratorium dapat mengungkapkan kenaikan jumlah sel darah
putih dan laju endap darah yang disebabkan cedera dan inflamasi, kenaikan
kadar ureum dan kreatinin akibat penurunan perfusi renal, peningkatan
serum laktat yang terjadi sekunder karena metabolism anaerob, kenaikan
kadar glukosa serum pada stadium dini syok karena hati melepas cadangan
glikogen sebagai respon terhadap stimulasi saraf simpatik.
4. Analisis gas darah arteri dapat mengungkapkan alkalosis respiratorik pada
syok dalam stadium dini yang berkaitan dengan takipnea, asidosis
respiratorik pada stadium selanjutnya yang berkaitan dengan depresi
pernapasan, dan asidosis metabolik pada stadium selanjutnya yang terjadi
sekunder karena metabolism anaerob.
G. Rencana Tata Kelola sebagai Dokter Umum
Pasien trauma  lakukan primary survey (ABCDE) dan resusitasi segera
Langkah Primary Survey dan ABCDE:
1. Periksa kesadaran cepat : Alertness, Verbal, Pain, Unresponsive
2. Airway and C-Spine : Amankan jalan napas (head tilt-chin lift, jaw thrust;
pipa nasofaring, pipa orofaring) dan pertahankan segmen cervical (collar
neck) terutama pada pasien dengan trauma cervical.
3. Breathing : Pastikan tidak adanya permasalahan pernapasan
4. Circulation and Hemorrhage Control : Amankan perfusi jaringan
menyeluruh dengan melokalisir sumber perdarahan, meminimalisir
perdarahan, dan resusitasi cairan.
5. Disability : Deteksi adanya permasalahan neurologis yang perlu ditangani
segera
6. Exposure / Environment : Evaluasi Kembali seluruh tubuh penderita,
deteksi adanya jejas lain yang dapat berpengaruh terhadap hemodinamik
pasien.
Resusitasi Cairan
Prinsip  Kekurangan 1 bagian darah perlu digantikan dengan 3 bagian cairan.
(1:3)
Co/ Kehilangan 1500cc darah maka perlu segera digantikan dengan 4500cc
cairan (1500x3cc). Dengan pemberin 50% dalam 8 jam pertama, dan 50%
lainnya dalam 16 jam kedua.
Monitor urin output untuk mengevaluasi keberhasilan resusitasi cairan. (0,5
ml/kgbb jam)
Penanganan perdarahan segera.
H. Edukasi untuk Pasien
Edukasi terhadap pasien dan keluarga bahwa syok hemoragik merupakan
suatu kegawatdaruratan medis yang sebagian besar penyebabnya akibat trauma
yang dapat dicegah dengan intervensi medis dan pembedahan dalam
mengontrol perdarahan akut yang terjadi. Selain itu, diperlukan edukasi
mengenai kematian sebagai komplikasi utama dari syok hemoragik serta
kemungkinan kegagalan multi-organ.
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons Comittee on Trauma. Advanced Trauma Life


Support for Doctors (ATLS) Student Course Manual 10 th edition.
Chicago (IL): American College of Surgeons; 2018.
Isselbacher. 1999. Prinsip- prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Udeani J. Hemorrhagic Shock. 2018. https: //emedicine. medscape. Com
/article /432650-overview

Anda mungkin juga menyukai