Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Praktik Profesi Keperawatan Gadar Dan Kritis
(PPKGDK)

DI SUSUN OLEH :

Noor Fuadi Yahya, S.Kep

2314 901210159

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK

A. Konsep Penyakit

1. Definisi
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan
tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Syok adalah suatu sindrom
klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik dengan ditandai
kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi dan oksigenasi yang
adekuat ke organ-organ vital tubuh akibat gangguan hemostasis tubuh yang serius
(Hardisman, 2014).

2. Klasifikasi
a. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravascular. Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit
volume darah ≥ 15%, sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman
oksigen dan nutrisi ke jaringan dan penumpukan sisa-sisa metabolisme sel.
b. Syok Kardiogenik
Gangguan kemampuan pompa jantung (cardiac arrest, aritmia, kelainan katup,
degenerasi miokard, infeksi sistemik obat – obatan).
c. Syok Obstruktif
Digambarakan pada terdapat sumbatan pada aliran darah yang melewati pusat
sirkulasi (vena, jantung, paru-paru).
d. Syok Distributif
1) Syok Neurogenik
2) Syok Anafilaktik
3) Syok Septik
(Fitria, 2010)

3. Etiologi
a. Syok hipovolemik : Perdarahan, trauma, luka bakar, dehidrasi, diare, muntah,
dieresis, diabetes insipidus, peritonitis.
b. Syok kardiogenik : Penyakit jantung iskemik, infark miokard, obat-obatan
yang mendepresi jantung, gangguan irama jantung.

c. Syok obstruktif : pneumotoraks, dan pembedahan pada aorta yang mengalami


aneruisma, emboli paru-paru.
d. Syok distributive
Syok septic : Infeksi bakteri gram negative, malutrisi, luka terbuka.
Syok anafilaktik : Makanan, obat-obatan, gigitan serangga, bahan-bahan kimia
Syok neurogenik : Diakibatkan oleh cedera pada sistem saraf (seperti trauma
kepala, cedera spinal, atau anestesi umum yang dalam), subuh lingkungan
yang terlalu panas, terkejut, takut, atau nyeri yang berlebihan.
(Fitria, 2010, Hardisman, 2014)

4. Tanda dan gejala


a. Kulit dingin, pucat, basah
b. Hipotensi
c. Sianosis
d. Nadi cepat, lemah
e. Nafas cepat dan dalam
f. Oliguria
g. CRT >3 detik
h. Stupor, penurunan kesadaran
(Hardisman, 2014)

5. Patofisiologis
Menurut patofisiologis, syok terbagi atas 3 fase yaitu : (Smeltzer, 2010)
a. Fase kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga
timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan
gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokontriksi
untuk menaikan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan
aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk
menimbulkan vasokontriksi dan menaikan volume darah dengan konservasi
air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adnya penurunan kadar oksigen di
daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak
kontraktilitas otot jantung untuk menaikan curah jantung dan peningkatan
respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal
menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Tetapi jika tekanan darah menurun, maka
filtrasi glomeruler juga menurun.
b. Fase dekompensasi
Mekanisme komposisi mulai gagal, cardac sulfat made kuat perfusi jaringan
memburuk, terjadilah metabolisme anaerob karena asam laktat menumpuk
terjadinya asidif yang bertambah berat dengan terbentuknya asan karbonat
intrasel. Hal ini mengahmbat kontraktilitas jantung yang terlanjur pada
mekanisme enerfi pompo Na+K di tingkat sel. Manisfestasi klinis: TD
menurun, asidosis, nafas kusmaul
c. Fase irrevesibel
Kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat diperbaiki.
Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya irreversibilitas syok. Gagal
sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun,
dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea. Manisfestasi klinis : nadi tak teraba,
TD tak terukur, keasadaran (koma), anuria.

6. Pemeriksaan penunjang

N Jenis Pemeriksaan Nilai pemeriksaan


o

1 Sel Darah Putih Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena


hemokonsentrasi, leukopenia ( penurunan sdp ) terjadi
sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis ( 15.000 –
30.000 ) dengan peningkatan pita ( berpiondah ke kiri ) yang
mempublikasikan produksi sdp tak matur dalam jumlah
besar.

2 Elektrolit serum berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan


menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan
fungsi ginjal.

3 Pemeriksaan Trombosit terjadi penurunan ( trombositopenia ) dapat


pembekuan terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin
memanjang mengindentifikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan iskemia hati / sirkulasi toksin / status
syok.

4 Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.

5 Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan


glukoneogenesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai
respon dari perubahan selulaer dalam metabolisme

6 Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul


protein dan SDM.

7 Sinar X film yang mengindentifikasikan udara bebas didalam abdomen


abdominal dan dapat menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ
dada bagian pelvis.
bawah

8 EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T


dan disritmia yang menyerupai infark miokard.

7. Komplikasi
a. Kegagalan multi organ
b. Gagal ginjal akut
c. Sindrom distress pernapasan
d. Koagulasi intravascular diseminata
e. Kematian

8. Penatalaksanaan Umum
Target utama, pengelolaan syock adalah mencukupi penyediaan oksigen oleh
darah, untuk jantung.
a. Jalan nafas dan oksigenasi adekuat
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
1) Membebaskan jalan nafas
2) Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
3) Kurangi rasa sakit & anxietas.
b. Suport cadiovaskuler system
1) Therapi cairan untuk meningkatkan preload
- Pasang akses vaskuler secepatnya.
- Resusitasi awal volume di berikan 10 – 30 ml/Kg BB cairan kastolord
atau kalois secepatnya (< 20 menit). dapat diulang 2 – 3 kali sampai
tekanan darah dan perfusi perifer baik.
- Menurut konsesus Asia Afrika I (1997) :
- cairan kaloid lebih dianjurkan sebagai therapi intiab yang dianjurkan
kaloid atau kristoloid.
- therapi dopaadv berdasarkan respon klinis, perfusi perifer, cup, mep
sesuai unsur.
2) Obat-obatan inetropik untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas
jantung tanpa menambah konsumsi oksigen miocard.
- Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
- Epinoprin : meningkat tekanan perfusi myocard.
- Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
- Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
- Amiodarone: meningkatkan kontraklitas miocard, luas jantung,
menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik

9. Penatalaksanaan syok berdasarkan jenisnya


a. Penatalaksanaan Syok Anafilaktik
Jika terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat
kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan,
adalah:
1) Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih
tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam
usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
2) Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
- Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas,
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar,
posisi kepala dan leher diatur agar tidak jatuh ke belakang menutupi
jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula
ke depan, dan buka mulut.
- Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak
ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat
mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial.
Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain
ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan
oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera
ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi,
atau trakeotomi.
- Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.

Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan


hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi
jantung paru. Thijs L G. (1996 ; 1 – 4)

- Segera berikan adrenalin 0.3–0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita


dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular.
Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin
2–4 ug/menit.
- Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang
memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB
intravena dosis awal yang diteruskan 0.4–0.9 mg/kgBB/menit dalam
cairan infus.
- Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau
deksametason 5–10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk
mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.
- Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur
intravena untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang
ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik.
Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung
serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan
kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas
keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan
permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan
larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari perkiraan
kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat
diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20– 40% dari volume plasma.
Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan
jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma.
Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau
dextran juga bisa melepaskan histamin.
- Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok
anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam
perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di
tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan
fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh
dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan
kaki lebih tinggi dari jantung.
- Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan,
tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam.
Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari
2–3 kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk
observasi.
b. Penatalaksanaan Syok Hipovolemi
1) Mempertahankan Suhu Tubuh
Suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut pada penderita
untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan panas. Jangan
sekali-kali memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya.

2) Pemberian Cairan
- Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-
mual, muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke
dalam paruu
- Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau
dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
- Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada
indikasi kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita
menjadi mual atau muntah.
- Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan
volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma
atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
- Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang
dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis
cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan,
plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan
hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti
dengan larutan isotonik. Penggantian volume intra vaskuler dengan
cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan
yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid memerlukan
jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah
diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi
dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap.
- Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.
- Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan
oksigenasi darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.
- Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ
majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat
canggih berupa pemasangan CVP, “Swan Ganz” kateter, dan
pemeriksaan analisa gas darah.

c. Penatalaksanaan Syok Neurogenik


Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif
seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan
penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar
darah yang berkumpul ditempat tersebut.
Penatalaksanaannya menurut Wilson R F, ed.. (1981; c:1-42) adalah
1) Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).
2) Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan
menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi
yang berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat
dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal
yang darurat jika terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator
mekanik juga dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan
menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.
3) Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan
yang cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output
untuk menilai respon terhadap terapi.
4) Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan
seperti ruptur lien) : Dopamin, Norepinefrin, Epinefrin. Dobutamin
d. Penatalaksanaan syok kardiogenik
1) Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan
intubasi.
2) Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70-120 mmHg
3) Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada
harus diatasi dengan pemberian morfin.
4) Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa
5) Bila mungkin pasang CVP.
6) Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

B. Asuhan Keperawatan klien dengan syok

1. Pengkajian Keperawatan

Pemeriksaan fisik (Data focus)

a. Gelisah, ansietas, tekanan darah menurun


b. Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (hipotensi)
c. Tekanan ventrikel kiri peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri,peningkatan tekanan atrium kiri, peningkatan tekanan baji arteri pulmonal
(PCWP).
d. Curah jantung 2,2 l/mnt, penurunan fraksi ejeksi, penurunan indeks jantung
e. Peningkatan tekanan vena sentral
f. Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kanan adanya distensi vena jug
ularis,
peningkatan CVP (tekanan > 15 cm H2O, refleks hepatojugular meningkat
g. Takikardia nadi radialis halus, nadi perifer tidak ada atau berkurang
h. Terdengar bunyi gallop S3, S4 atau murmur
i. Distress pernafasan takipnea, ortopnea, hipoksia
j. Perubahan tingkat kesadaran apatis, letargi, semicoma, coma
k. Perubahan kulit pucat, dingin, lembab, sianosis
l. Perubahan suhu tubuh subnormal, meningkat
m. Sangat kehausan
n. Mual, muntah
o. Status ginjal haluaran urine di bawah 20 ml/jam, kreatinin serum
meningkat, nitrogen urea serum meningkat
p. Perubahan EKG perubahan iskemi, disritmia, fibrilasi ventrikel
q. Kenyamanan nyeri dada, nyeri abdominal

1. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (NANDA 00204)
Definisi : penurunan sirkulasi darah Batasan karakteristik:edema, penurunan nadi
keperifer yang dapat mengganggu perifer, perubahan karakteristik kulit,warna kulit
kesehatan pucat saat elevasi, CRT > 3 detik, perubahan
fungsi motorik, perubahan tekanan darah
dieksterimtas, tidak ada nadi perifer.

Faktor yang berhubngan : asupan tinggi Kondisi terkait : diabetes mellitus, prosedur
garam, kurang pengetahuan tentang endovascular, hipertensi, trauma.
proses penyakit, kurang pengetahuan
tentang faktor yang dapat diubah, gaya
hidup kurang gerak, merokok

b. Defisiensi volume cairan (NANDA 00027)


Definisi : penurunan cairan Batasan karakteristik :Perubahan status mental,
intravascular,interstitial atau penurunan turgor kulit, penurunan tekanan darah,
intraseluler ini mengacu pada penurunan tekanan nadi, penurunan volume nadi,
dehidrasi, kehilangan cairan saja penurunan turgor lidah, penurunan haluran urine,
tanpa perubahan kadar natrium penurunan pengisian vena, membrane mukosa kering,
kulit kering, peningkatan suhu tubuh, peningkatan
frekuensi nadi, peningkatan hematokrit, peningkatan
konsentrasi urine, penurunan BB tiba tiba, haus,
kelemahan

Faktor yang berhubungan : Kondisi terkait: kehilangan cairan aktif, gangguan


hambatan mengakses cairan, mekanisme pengaturan, gangguan yang memperngaruhi
asupan cairan kurang, kurang absopsi cairan, gangguan yang mempengaruhi asupan
pengetahuan tentang kebutuhan cairan, kehilangan cairan hebat melalui rute normal,
cairan kehilangan cairan melalui rute abnormal, agens
farmaseutika
c. Ketidakefektifan pola nafas (NANDA 00032)
Definisi : inspirasi/ekspirasi yang Batasan karakteristik : pola napas abnormal,
tidak member ventilasi adekuat perubahan ekskursi dada, bradipnea, penurunan
tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,
penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas
vital, dispnea, peningkatan diameter anterior-
posterior, pernapasan cuping hidung, ortopnea,
ekspirasi memanjang, takipnea, penggunaan otot
bantu napas, penggunaan posisi tiga titik

Faktor yang berhubungan: ansietas, Kondisi terkait : deformitas tulang, deformitas


posisi tubuh yang menghambat dinding dada, sindrom hipoventilasi, gangguan
ekspansi paru, keletihan musculoskeletal, imaturitas neurologis, gangguan
neurologis, disfungsi neuromuscular, cedera medulla
spinalis.

d. Hambatan pertukaran gas


Definisi : kelebihan atau deficit Batasan karakteristik : Gas darah arteri abnormal, Ph
oksigenasi dan/atau eliminasi arteri abnormal, pola pernafasan abnormal, warna kulit
karbon diaoksida pada membrane abnormal, penurunan CO2, dispnea, sakit kpala bangun
alveolar kapiler tidur, hiperkapnia, hipoksemia, hipoksia, nafas cuping
Kondisi terkait : perubahan hidung, gelisah, samnolen, takikardia, gangguan
membrane alveolar-kapiler, penglihatan
ketidakseimbangan ventilasi
perfusi

e. Hambatan eliminasi urine (NANDA 00016)


Definisi : disfungsi eliminasi Batasan karakteristik:disuria, sering berkemih, anyang-
urine anyangan, nokturia, dorongan untuk berkemih,
inkontinensia, retensi urine

Faktor yang berhubungan : Kondisi terkait : Obstruksi anatomic, gangguan sensori


penyebab multiple motorik.

f. Penurunan Curah Jantung (NANDA 00029)


Definisi: Ketidakadekuatan volume darah Batasan karakteristik : perubahan frekuensi
yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi jantung, bradikardi, takikaridia, penurunan
kebutuhan metabolic tubuh. CVP, edema, keletihan, murmur jantung,
peningkatan CVP, perubahan tekanan darah,
Kondisi terkait: perubahan afterload, dispnea, ologuria, perubahan kontraktilitas
perubahan kontraktilitas, perubhan frekuensi
jantung, perubahan irama jantung, perubaham
preload, perubahan volume sekuncup.

2. Rencana Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan (serebral, kardiopulmonal, perifer) berhubung
an dengan penurunan curah jantung
Tujuan : Perfusi jaringan dipertahankan dengan kriteria :
1) Tekanan darah dalam batas normal
2) Haluaran urine normal
3) Kulit hangat dan kering
4) Nadi perifer > 2 kali suhu tubuh
Intervensi :

1) Kaji tanda dan gejala yang menunjukkan gangguan perfusi jaringan


2) Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total) dengan posisi e
kstremitas memudahkan sirkulasi
3) Pertahankan terapi parenteral sesuai dengan program terapi, seperti dara
h lengkap, plasmanat, tambahan volume
4) Ukur intake dan output setiap jam
5) Hubungkan kateter pada sistem drainase gravitasi tertutup dan lapor d
okter bila haluaran urine kurang dari 30 ml/jam
6) Berikan obat obatan
sesuai dengan program terapi dan kaji efek obat serta tanda toksisitas
7) Pertahankan klien hangat dan kering
b. Defisiensi volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : Klien dapat memenuhi keseimbangan kebutuhan cairan tubuh dengan
kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda tanda dehidrasi
2. Tanda vital dalam batas normal
3. Intake output normal
Intervensi :

1) Monitor status hemodinamik


2) Monitor tanda-tanda dehidrasi
3) Monitor asupan dan pengeluaran
4) Berikan cairan Intravena koloid atau ksitaloid
5) Berikan produk darah jika terindikasi
6) Monitor adanya reaksi transfuse darah, lakukan autotransfusi untuk
kehilangan darah.
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload, afte
rload dan kontraktilitas miokard
Tujuan : Klien memperlihatkan peningkatan curah jantung dengan kriteria :
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal
2) Curah jantung dalam batas normal
3) Perbaikan mental
Intervensi :

1) Pertahankan posisi terbaik untuk meningkatkan ventilasi optimal


dengan meninggikan kepala tempat tidur 30 – 60 derajat
2) Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total)
3) Pantau EKG secara kontinue
4) Pertahankan cairan parenteral sesuai dengan program terapi
5) Pantau vital sign setiap jam dan laporkan bila ada perubahan yang drastic
6) Berikan oksigen sesuai dengan terapi
7) Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi
8) Pertahankan klien hangat dan kering
9) Auskultasi bunyi jantung setiap 2 sampai 4 jam sekali
10) Batasi dan rencanakan aktifitas ; berikan waktu istirahat antar prosedur
11) Hindari konstipasi, mengedan atau perangsangan rectal
d. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi, keletihan
Tujuan : Respiratory status: ventilation, airway patency dengan kriteria hasil :
1) Sesak nafas berkurng
2) Tidak ada otot bantu nafas dan suara nafas tambahan
3) TTV dalam batas normal
hasil :
Intervensi :
a. Kaji dan pantau frekuensi pernafasan, kedalaman, irama, dan saturasi
oksigen
b. Tempatkan klien dengan posisi yang nyaman
c. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
d. Kolaborasi pemberian oksigen
e. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kap
iler pulmonal
Tujuan : Klien memperlihatkan peningkatan ventilasi dengan kriteria :
1) Klien bernafas tanpa kesulitan
2) Paru-paru bersih
3) Kadar PO2 dan PCO2 dalam batas normal
Intervensi :

1) Kaji pola pernafasan, perhatikan frekwensi dan kedalaman pernafasan


2) Auskultasi paru-paru setiap 1 – 2 jam sekali
3) Pantau seri AGD
4) Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
5) Lakukan penghisapan lendir bila ada indikasi
6) Bantu dan ajarkan klien batuk efektif dan nafas dalam

DAFTAR PUSTAKA

Fitria Nur Cemy. (2010). Jurnal Syok dan Penanganannya, Vol.7 Hal 593.
Hardisman. (2014). Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Pustaka Baru

Herdman,T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C, Bare, B.G., Hinkle, J.L, Cheever, K.H (2010). Brunner & suddarth’s
Textbook of medical-surgical nursing. 12 th edition. China: Wolters Kluwer
Health, Lippincot Williams & wilkins.

Timby, B. K., Smith. (2010). Introductory medica surgical nursing. 10th edition. China :
Lippincot Williams & Wilkins.
Banjarmasin, Maret 2024
Ners muda,

(Noor Fuadi Yahya, S.kep)

Preseptor Klinik, Preseptor Klinik,

(Sri Andriyani, S.Kep., Ns) (Budiya Rahman, S.Kep.,Ns)

Preseptor Akademik,

(Mira, Ns.,M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai