Disebabkan karena :
a. kehilangan darah, misalnya perdarahan
b. kehilangan plasma, misalnya luka bakar dan
c. dehidrasi: cairan yang masuk kurang (misalnya puasa
lama), cairan keluar yang banyak (misalnya diare,
muntah-muntah,).
d. cairan keluar yang banyak (misalnya điare, muntah-
muntah, fistula, obstruksi usus dengan penumpukan
cairan di lumen usus).
Tanda & Gejala : Pucat, Kulit dingin, Takikardi, Oliguri,
hipotensi
Patofisiologis :
Tubuh manusia berespon terhadap akut dengan cara
mengaktifkan 4 sistem major fisialogi tubuh: sistem
hematologi, sistem kardiovaskular, sistem perdarahan renal
dan sistem neuroendokrin. system hematologi berespon
kepada perdarahan hebat yag terjadi secara akut dengan
mengaktifkan cascade pembekuan darah dan
mengkonstriksikan pembuluh darah dan membentuk
sumbatan immature pada sumber perdarahan. Sistem
kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meninggikan
kontraktilitas myocard, dan mengkonstriksikan pembuluh
darah jantung. System urogenital (ginjal) merespon dengan
stimulasi yang meningkatkan pelepasan rennin dari
apparatus justaglomerular. System neure endokrin merespon
hemoragik syok dengan meningkatkan sekresi ADH.
Penanganannya :
Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no.
18/16.
larutan kristaloid dan koloid sampai vena (v.
jugularis) Infus dengan cepat larutan kristaloid
atau kombinasi yang kolaps terisi.
Sementara, bila diduga syok karena
perdarahan, ambil contoh darah dan mintakan
darah.
Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan
tekanan darah, infus harus dilambatkan.
Bahaya infus yang cepat adalah udem paru,
terutama pasien tua. Perhatian harus ditujukan
agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan
mengetahui adanya tanda-tanda syok dan
dijumpainya adanya penyakit jantung, seperti
infark miokard yang luas, gangguan irama
jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya
emboli paru, tamponade jantung, kelainan
katub atau sekat jantung.
Disebabkan karena :
penyakit jantung iskemik, seperti infark
obat-obat yang mendepresi jantung, dan
gangguan irama jantung,
Tanda & gejala :
1.hipotensi (<90 mmHg)
2.gelisah.
3.pucat,
4.kulit dingin dan basah
5.menurunnya kesadaran
6.nadi : pengisian kurang, cepat 90-110/menit.
Mungkin bradikardi
7.pernapasan : takipnea,
8.produksi urin berkurang (Oliguria: <30
mg/jam)
Patofisiologi
Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah
jantung, yang pada gilirannya menurunkan tekanan
darah arteria ke organ-organ vital. Aliran darah ke
arteri coroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke
jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan
Iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan
jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah
lingkaran setan. Disritmia sering terjadi akibat
penurunan oksigen ke jantung, seperti pada gagal
jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk
mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung
sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan
mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan.
Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang
berkelanjutan menunjukkan bahwa jantung gagal
untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif
Penanganannya
Disebabkan Karena :
infeksi bakteri gram negative
malnutrisi,
luka besar terbuka
iskemia saluran pencernaan
Tanda dan Gejala :
Disebabkan Karena :
makanan,
obat obatan,
bahan-bahan kimia dan
gigitan serangga
Tanda & Gejala :
a. Fase Sensitisasi,
Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan lgE sampai diikatnya oleh reseptor
spesifik pada permukaan mastosit dan basofil.
b. Fase Aktivasi
Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang
dengan antigen yang sama.
c. Fase Efektor
Yaitu waktu terjadinya respon yang kompleks
(anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas
mastosit atau basophil dengan aktivitas
farmakologik pada ergan-organ tertentu.
Penangannya :
1.Segera baringkan penderita pada alas yang
keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala
untuk meningkatkan aliran darah balik vena,
dalam usaha memperbaiki curah jantung
dan menaikan tekanan darah.
2.Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi
jantung paru.
3.Segera berikan adrenalin 0,3-0,5 mg larutan
1 : 1000 untuk penderita dewasa atau 0,01
mk/kg untuk penderita anak-anak,
intramuskular. Pemberian dapat diulang tiap
15 menit sampai keadaan membaik.
4. Dalam terjadi spasme bronkus dimana pemberian
adrenalin kurang memberi respons, dapat
ditambahkan aminofilin 5-6 mg/kgBB intavena dosis
awal yang diteruskan 0,4-0,9 mg/kgBB/menit
dalam cairan infus.
5. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya
hidrokotison 100 mg atau deksametason 5-10 mg
intravena sebagai terapi penunjang untuk
mengatasi efek lanjut dari syok anafllaktik atau
syok yang membandel.
6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan
pemasangan jalur intravena untuk koreksi
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang
ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam
mengatasi syok anafilaktik.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana
bila penderita syok anafilaktik dikirim kerumah
sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan.
Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan
penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi
waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang
dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan
cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus
diawasi/observasi dulu selama kurang lebih 4
jam. Sedangkan penderita yang telah
mendapatkan terapi adrenalin lebih dari 2-3 kali
suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam
untuk observasi.
Derajat Syok Menurut
Kegawatannya
1. Syok Ringan
Kehilangan volume darah <20%
Penurunan perfusi hanya pada jaringan non vital
seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang.
Kesadaran tidak terganggu. Produksi urin normal
atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolic
tidak ada atau ringan.
Tanda klinis: rasa dingin, hipotensi postural,
takikardi, kulit lembab, urine pekat, diuresis
kurang, kesadaran masih normal
2. Syok Sedang
Kehilangan cairan 20%-40% dari volume
darah total
Perfusi ke organ vital selain jantung dan
otak menurun (hati, usus, gìnjal).
Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin
kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis
metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif
masih baik.
Tanda klinis: penurunan kesadaran,
delirium/agitasi, hipotensi, takikardi, nafas
cepat dan dalam, oliguri, asidosis metabolik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak
adekuat. Mekanisme kompensasi syok
beraksi untuk menyediakan aliran
darah ke dua organ vital. Pada syok
lanjut terjadi vasokontriksi di semua
pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan
asidosis berat, gangguan kesadaran
dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG
abnormal, curah jantung menurun).
Penanggulangan Kegawatan
Syok Secara Umum
Tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki
perfusi jaringan; memperbaiki oksegenasi
tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh.
Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab
syok. Diagnosis harus segera ditegakan
sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan
prinsip resusitasi ABC.
( A = air way ) Jalan nafas harus bebas kalau perlu
dengan dengan pemasangan pipa endotrakeal.
(B = breathing) Pernafasan harus terjamin, kalau
perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan
pemberian oksigen 100%.
(C = circution) Defisit volume peredadaran darah
pada syok hipovolemia relatif (syok septik, syok
neurogenetik, dan syok anafiktik) harus diatasi
dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu
pemberian obat-obatan inotropik untuk
mempertahankan fungsi jantung atau obat
vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi
perifer.
Langkah – langkah yang diperlukan sebagai pertolongan
pertama dalam menghadapi syok:
1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka.
Secara umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan
tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
3. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang,
penderita jangan digerakan sampai persiapan transportasi
selesai, kecuali untuk membebaskan jalan napas.
4. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah
muka, atau penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada
salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan
cairan keluar dari rongga mulut
5. Penderita dengan luka di kepala dapat dibaringkan
telentang datar atau kepala atau ditinggikan. Tidak
dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh
lainya.
6. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita,
sebaiknya penderita dibaringkan dengan posisi
telentang datar.
7. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan
penderita telentang dengan kaki ditinggikan 20-30 cm
sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan
tekanan darah menjadi meningkat
8. Pakaian dilonggarkan
9. Beri selimut
10. Tenangkan penderita
11. Pastikan jalan nafas & pernafasan baik
12. Kontrol perdarahan & rawat cedera lainnya
13. Beri oksigen sesuai protokol
14. Jangan beri makan & minum
15. Periksa berkala tanda vital
16. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Asuhan Keperawatan pada Pasien
Syok
1. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a. Airway. Jalan nafas dan pernafasan tetap merupakan
prioritas pertama, untuk mendapatkan oksigenasi
yang cukup
b. Breathing. Frekuensi napas, apakah ada
penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding
dada, adanya sesak napas.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan. Prioritas adalah :
kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang
cukup besar dan nilai perfusi jaringan.
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis. Yang dilakukan
adalah menentukan tingkat kesadaran, pergerakkan
bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik dan
sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak.
2) Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa
diwawancara sehingga riwayat sakit mungkin
hanya didapatkan dari keluarga, atau orang
yang mengetahui kejadiannya.
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas,
mengeluh muntah dan mual, kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
Kulit: suhu raba dingin, warna pucat, dan basah pada fase
lanjut syok.
Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80
mmHg
Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada
fase kompensasi) kemudian menjadi lambat
Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan.
Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma
Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)
Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di
jaringan
Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok
hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik
Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2
menurun
2. Diagnosa keperawatan