DISUSUN OLEH:
2002066
2023
1. PENGERTIAN
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan menurunnya kemampuan
miokardium dan trutama memepengaruhi ventrikel kiri. Penyebab yang aling sering
adalah penyakit jantung koroner (Silbernagl, 2019).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh
atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa
darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan
air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ
tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
bengkak (congestive) (Udjianti, 2019).
2. ETIOLOGI
a) Penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak berfungsinya
miokardium (kardiomiopati iskemik) karena terganggunya aliran darah keotot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan as. Laktat. Infark
miokard biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
b) Kelainan otot jantung menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung. Hal yg
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup atero sclerosis koroner,
hipertensi arterial dan degeneratif atau inflamasi.
c) Hipertensi Sistemik / pulmonal (peningkatan afterload), meningkatka beban kerja
jantung mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertropi
miokard) dianggap sebagai kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas
jantung, karena alas an yg tidak jelas hipertropi otot jantung dapat berfungsi
secara normal, akhirnya terjadi gagal jantung.
d) Perubahan Irama Jantung atau Urutan Hantaran: Tenang (standstill), Fibrilasi,
Takikardia atau bradikardia ekstrim, Asinkronitas listrik, gangguan konduksi.
e) Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif b/d gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
f) Penyakit jantung lain. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan
aliran darah melalui jantung (mis; stenosis katup semilunair), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (mis; tamponade pericardium, perikarditis
konstriktif, atau stenosis katup AV), atau pengosongan jantung abnormal (mis;
insuf katup AV). Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan
darah sistemik (hipertensi Maligna) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun
tidak ada hipertropi miokardial.
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Pemeriksaan laboratorium: Hb, HMT, Trombosit, Tes fungsi ginjal, elektrolit: Na,
K, Mg. Tes fungsi hepar: SGOT, SGPT. Tes fungsi tiroid pada pasien usia lanjut
harus dinilai untuk mendeteksi tirotoksikosis atau mieksedema tersembunyi.
b) EKG adanya ST.Elevasi.
c) Rotgen toraks: kardiomegali, efusi pleura.
d) ECHO: memberikan gambaran tentang bentuk, ukuran, gerakkan otot jantung, dan
katup-katup.
e) Katerisasi jantung: mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru,
mengetahui saturasi oksigen dijantung.
f) Radionuklir: mengevaluasi fungsi ventrikel kiri.
5. PENATALAKSANAAN
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen
b) Tirah baring
c) Batasi cairan
d) Mengurangi BB
e) Menghindari alcohol
f) Diet dan aktivitas, pasien sebaiknya membatasi garam (2 gr natrium atau 5 gr
garam). Pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktifitas, tetapi bila pasien
stabil dianjurkan peningkatan aktifitas secara teratur
g) Terapi diuretic, beta blocker, glikosida digitalis, vasodilator, Obat inotropik positif
generasi baru, penghambat kanal kalsium, atikoagulan, antiaritmia
h) Penggunaan penghambat sistem rennin angiotensin aldosterone
i) Revaskularisasi coroner
j) Transplantasi jantung
k) Dialysis
6. KOMPLIKASI
a) Kematian
b) Gagal ginjal (GGK)
c) Gagal Organ
d) Syok
e) Asidosis
7. PATHWAY
8. PROSES KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
1. Kaji Keluhan
a. Dada terasa berat
b. Palpitasi atau bedebar debar
c. Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND) sesak nafas saat beraktivitas, batuk,
tidur harus pakai bantal lebih dari 2
d. Tidak nafsu makan, mual, muntah
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
f. Kaki bengkak
g. Insomnia
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak
2. Kaji
a. Riwayat diet : intake gula, garam, lemak, kafein, cairan alcohol
b. Riwayat penyakit : renal, angina, infark miokard kronis, diabetes mellitus,
bedah jantung, dan disritmia
c. Riwayat pengobatan : toleransi obat obatan , obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per IV, alergi terhadao obat tertentu
d. Pola eelminasi urine : oliguria, nokturia
e. Merokok : perokok, jumlah batang perhari, jangka waktu
f. Postur, kegelisahan , kecemasan
g. Factor predisposisi atau prespitasi , obesitas, asma atau COPD yang
merupakan factor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat
perkembangan CHF.
3. Pemeriksaan fisik
a. Pernapasan
Dispneu, RR > 22 x, penggunaan otot bantu napas, penggunaan oksigen,
napas dangkal, batuk, sputum, bunyi napas ronchi, krekel terjdi oleh
gerakan udara melalui cairan dan menunjukkan terjadinya kongesti paru.
Frekuensi dan dalamnya pernapasan juga harus dicatat dan dilaporkan.
Paroksimal nocturnal dispneu.
b. Kardiovaskuler
Hipotensi/hipertensi, takikardi/bradikardi, sianosis, Distensi Vena Jugular.
Jantung diauskultasi mengenai adanya bunyi jantung S3 atau S4. Adanya
tanda tersebut berarti bahwa pompa mulai mengalami kegagalan dan pada
setiap denyutan, darah yang tersisa di dalam ventrikel makin banyak. c.
c. Pencernaan
Anoreksia, mual muntah, BB meningkat, asites, konstipasi/diare, gangguan
menelan, gangguan reabsorbsi usus, penurunan peritaltik usus. d.
d. Perkemihan
Penurunan berkemih, warna urin gelap, nokturia, retensi urun, Pasien bisa
mengalami oliguria (berkurangknya haluaran urin kurang dari 100 dan 400
ml/24 jam) atau anuria (haluaran urin kurang dari 100ml/24 jam). e.
e. Penginderaan atau Tingkat Kesadaran, Ektermitas
Kelemahan, letargi, peningkatan episode pingsan, peruabahan perilaku,
nyeri dada, gelisah dan cemas. Otak tidak dapat bertoleransi terhadap
kekurangan oksigen dan pasien mengalami konfusi. Bagian bawah tubuh
pasien harus dikaji akan adanya edema. Pada kasus gagal jantung, pasien
dapat mengalami edema peritibial dimana kelopak mata tertutup karena
bengkak.
f. Musculoskeletal
Kelemahan dengan atau tanpa aktivitas, kekuatan otot menurun, aktivitas
dibantu, tirah baring, edema ekstremitas, penurunan fungsi anggota gerak
g. Integument
Akral dingin dan berkeringan hingga basah, sianosis, turgor jelek, ada
edema (pitting/ non pitting), edema.
h. Endokrin
Penutunan fungsi kelenjar tiroid, gangguan sekresi insulin,
hiperglikemi/hiperglikemia.
i. Imunologi
Infeksi daerah tertentu, leukositosis
j. Sendori persepsi
Penurunan daya penglihatan, pandangan kabur dan tidak jelas, bicara
tidak jelas.
c. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Silbernagl, S. And Lang F. 2019. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta :
EGC.