Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KOMUNITAS

POSYANDU LANSIA DAN POSBINDU PTM

MUHAMMAD LANANG DAMARJATI


2002066

DIII KEPERAWATAN TINGKAT 3B


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. POSYANDU LANSIA
a. Pengertian
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (UU 13 Tahun 1998).
Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan. Menurut Effendy, (1998) posyandu lansia merupakan pusat kegiatan
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
Terdapat beberapa kategori dalam penyelenggaraan posyandu lansia yaitu terdiri dari
pelaksanaan kegiatan dan pengelola posyandu. Pelaksana kegiatan merupakan aggota
masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan
Puskesmas. Sedangkan pengurus posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang
berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di
wilayah tersebut (Tambunan, 2018).

b. Tujuan Penyelenggaraan

Secara garis besar menurut Depkes RI (2006), tujuan pembentukan posyandu lansia sebagai
berikut:
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyrakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat lanjut usia.

c. Pembentukan Posyandu Lansia

Pembentukan posyandu lansia ini dilakukan berdasarkan inisiatif masyarakat,hal ini


membuat program dan layanan yang tersedia bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di
masyarakat tersebut. Manfaat dari posyandu lansia adalahpengetahuan lansia menjadi
meningkat,yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat ataumotivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehinggalebih percaya diri dihari
tuanya.
d. Penyelenggaraan Posyandu Lansia

Bentuk pelayanan posyandu lansia, antara lain meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Sedangkan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan pada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti
aktivitas kegiatan sehari-hari seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil, dll.
1. Pemeriksaan status mental berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan
pedoman metode 2 menit.
2. Pemeriksaan status gizi dilakukan dengan cara penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh(IMT).
3. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
4. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.
5. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
melitus).
6. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
7. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila ada keluhan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butik 1 sampai 7
8. Penyuluhan Kesehatan,
Mekanisme pelayanan posyandu lansia menggunakan 3 meja:
Meja 1 : Pendaftaran lansia, pengukuran tinggi dan badan berat badan.
Meja 2 : Pencatatan BB,nTB, IMT, pelayanan kesehatan dan pengobatan sederhana, serta
rujukan bila ditemukan kelainan.
Meja 3 : Penyuluhan dan konseling
B. POSBINDU PTM
a. PENGERTIAN
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara
terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas
fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti
secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera
merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung
dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan
akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

3. TUJUAN
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini
faktor risiko PTM.

4. SASARAN KEGIATAN
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM
berusia 15 tahun ke atas.

5. WADAH KEGIATAN
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber
masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga
pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu
berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga,
pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian yang
dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang
sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana
dan tenaga yang ada.

6. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada atau
beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang
bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau
difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing
kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain
berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan
Posbindu PTM.
7. SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan Posbindu PTM
adalah sebagai berikut:
1. Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi badan, timbangan
berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter serta buku pintar
kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran
lingkar perut, alat ukur analisa lemak tubuh dan penguku ran tekanan darah
dengan ukuran manset dewasa dan anak, alat uji fungsi paru sederhana
(peakflowmeter) dan media bantu edukasi.
2. Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat ukur kadar
kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan alkohol, tes
amfetamin urin kit, dan IVA kit.
3. Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan ruangan
khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (Dokter ataupun
Bidan di kelompok masyarakat/lembaga/institusi) yang telah terlatih dan
tersertifikasi.
4. Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu PTM diperlukan
kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (KMS FR-PTM)
dan buku pencatatan.
5. Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai, seperti serial buku
pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model makanan (food model) dan
lainnya.

8. SISTEM 5 MEJA PTM


Kegiatan posbindu PTM menggunakan sistem 5 meja. Pelayanan sistem 5 meja terdiri
dari :
1. Meja 1 : Pelayanan registrasi dan administrasi, yaitu kegiatan mencatat data
individu pasien sesuai buku monitoring faktor risiko PTM yang ada. Pada
pelaksanaan monitoring, kondisi faktor risiko PTM harus diketahui oleh yang
diperiksa maupun yang memeriksa.
2. Meja 2 : Wawancara faktor risiko PTM
Hal-hal yang perlu diwawancara berkaitan dengan faktor risiko PTM antara
lain riwayat merokok, kebiasaan minum minuman manis, kopi dan beralkohol,
kegiatan aktifitas fisik/olahraga, kebiasaan makan sayur dan buah, riwayat
tekanan darah tinggi, riwayat penyakit dahulu dan keluarga yang berkaitan
dengan penyakit tidak menular.
3. Meja 3 : Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, IMT, lingkar perut
Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT),
lingkar perut, sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali.
4. Meja 4 : Pemeriksaan, yaitu kegiatan memeriksa tekanan darah, kadar glukosa
darah, kadar kolesterol, kadar trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara
dan fungsi paru sederhana.
5. Meja 5 : Konseling dan Edukasi.
Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan
rutin setiap minggu.
Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 3 bulan) kondisi faktor risiko yang
dimiliki tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk) atau sesuai dengan
kriteria rujukan maka untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik harus dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas atau klinik swasta sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan yang bersangkutan. Meski telah mendapatkan
pengobatan yang diperlukan, para penyandang faktor risiko PTM yang telah dirujuk
tetap dianjurkan untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM secara rutin di
posbindu PTM

9. BENTUK KEGIATAN
Bentuk Kegiatan Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok,
kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam
rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi
masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan
saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT),
lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan
pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan
ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali
bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita
gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak
Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun.
Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang telah terlatih.
4. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok,
kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam
rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi
masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan
saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali. Kegiatan pemeriksaan
gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun sekali
dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang diabetes
melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium
dan lainnya).
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat
disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai fa k tor risi ko PTM
6 bul an seka l i dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah
minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok
masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA
positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan,
jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil
IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan
IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan
dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas .
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya). Kegiatan konseling dan
penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini
penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila
masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan
rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana
dalam penanganan pra-rujukan.

10. PENGELOMPOKAN TIPE POSBINDU


Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut yang dapat
dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dibagi menjadi 2 kelompok Tipe Posbindu
PTM, yaitu;
a. Posbindu PTM Dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana,
yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrumen
untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan
yang telah diderita sebelumnya, perilaku berisiko, potensi terjadinya cedera
dan kekerasan dalam rumah tangga, pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar perut, Indeks massa tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh,
pengukuran tekanan dara, paru sederhana serta penyuluhan mengenai
pemeriksaan payudara sendiri
b. Posbindu PTM Utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM Dasar
ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan trigliserida,
pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam
Asetat), pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin bagi
kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana tenaga kesehatan terlatih
(Dokter, Bidan, perawat kesehatan/tenaga analis laboratorium/lainnya) di
desa/kelurahan, kelompok masyarakat, lembaga/institusi. Untuk
penyelenggaraan Posbindu PTM Utama dapat dipadukan dengan Pos
Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif, maupun di kelompok
masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga kesehatan tersebut sesuai
dengan kompetensinya.
11. KEMITRAAN
Dalam penyelenggaraan Posbindu PTM pada tatanan desa/kelurahan perlu
dilakukan kemitraan dengan forum desa/kelurahan Siaga, industri, dan klinik swasta
untuk mendukung implementasi dan pengembangan kegiatan.
Kemitraan dengan forum desa/kelurahan siaga aktif, pos kesehatan desa/kelurahan
serta klinik swasta bermanfaat bagi Posbindu PTM untuk komunikasi dan koordinasi
dalam mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah.
Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk
menjalankan pola hidup sehat misalnya fasilitas olah raga atau sarana pejalan kaki
yang aman dan sehat. Melalui klinik desa siaga (jika sudah ada) dapat dikembangkan
sistim rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis medis untuk pelayanan kesehatan.
Sebaliknya bagi forum Desa Siaga penyelenggaraan Posbindu PTM merupakan
akselerasi pencapaian Desa/Kelurahan Siaga Aktif.
Kemitraan dengan industri khususnya industri farmasi bermanfaat dalam
pendanaan dan fasilitasi alat. Misalnya pemberian alat glukometer, tensimeter sangat
bermanfaat untuk pelaksanaan Posbindu PTM dengan standar lengkap. Sedangkan
kemitraan dengan klinik swasta, bagi Posbindu PTM bermanfaat untuk memperoleh
bantuan tenaga untuk pelayanan medis atau alat kesehatan lainnya. Bagi klinik
swasta, kontribusinya dalam penyelenggaraan Posbindu PTM dapat meningkatkan
citra dan fungsi sosialnya.

12. JENIS
Jenis Kegiatan Posbindu PTM meliputi :
1. Melakukan wawancara untuk menggali informasif aktorresiko keturunan dan
perilaku
2. Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa
Tubuh termasuk analisa lemak tubuh
3. Melakukan pengukuran tekanan darah
4. Melakukan pemeriksaan gula darah
5. Melakukan pengukuran kadar lemak darah (kolesterol total dan trigliserida)
6. Melakukan pemeriksaan fungsi paru sederhana (Peakflowmeter)
7. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat) oleh tenaga dokter dan bidan
terlatih di puskesmas
8. Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain) dan
penyuluhan kelompok termasuk sarasehan
9. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya
10. Melakukan rujukan kePuskesmas
11. Jadwal sebaiknya diatur berdasarkan kesepakatan bersama dengan
memperhatikan anjuran jangka waktu monitoring yang bermanfaat secara klinis.
C. ILUSTRASI
D. DAFTAR PUSTAKA

Ardini, D. (2017, Mei 12). Latar Belakang Posyandu Lansia . Retrieved Oktober 23, 2022, from Scribd:
https://www.scribd.com/document/349548041/Latar-Belakang-Posyandu-Lansia

Rusmin, M. d. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2015. Posyandu Lansia, 1.

Tambunan, V. (2018, Maret 7). Seputar Posyandu Lansia . Retrieved Oktober 23, 2022, from
Indonesian Public Health: https://www.indonesia-publichealth.com/seputar-posyandu-
lansia/

https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/558/posbindu-ptm
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Petunjuk-Teknis-Pos-Pembinaan-Terpadu-
Penyakit-Tidak-Menular-POSBINDU-PTM.pdf
http://eprints.ums.ac.id/50809/3/04.%20BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai