Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KRITIS
ISCHEMIC HEARTH DISEASE (IHD)

OLEH :
DIAN FITRIHANDAYANI
1907014

FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2021/2022
KONSEP DASAR
a. Pengertian
Ischmic Heart Disease (IHD) atau penyakit jantung ischemic adalah
ketidakseimbangan antara kebutuhan perfusi jantung dan pasokan darah teroksigenasi dari
arteri koronaria. Hasilnya bisa berupa iskemia miokard transien (angina) atau ischemia
berkepanjangan yang mengakibatkan kerusakan miosit (sinfrom coroner akut) (Brashers,
2017).
Ischmic Heart Disease (IHD) yaitu penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplay
darah berkurang) daeri otot jantung yang menyebabkan nyeri di bagian tengah dada dengan
intensitas yang beragam dan dapat menjalar ke lengan serta rahang. Lumen pembuluh
darah jantung biasanya menyempit karena plak ateromatosa. Jika pengobatan dengan obat-
obatan vasodilator tidak berhasil, operasi bypass perlu dipertimbangkan.
Ischmic Heart Disease (IHD) adalah suplay darah yang tidak adekuat ke suatu daerah.
Jika mengalami ischemia, jaringan tersebut akan kehilangan suplay oksigen dan zat-zat
makanan yang dibutuhkan. (Price & Wilson, 2015).

b. Etiologi
1. Factor-faktor yang tak dapat dimodifikasi
a) Genetis
b) Usia dan gender
2. Factor-faktor yang dapat dimodifikasi
a) Tekanan darah tinggi (hipertensi)
b) Stress merokok
c) Kolesterol tinggi
d) Obesitas
e) Diabetes Militus (DM)
f) Kebiasaan dan berlebihan mengkonsumsi alcohol
g) Kurang berolahraga

c. Manifestasi Klinis
Menurut Nurhidayat. S (2017), terdapat beberapa tanda an gejala yang terjadi
diantaranya :
1) Nyeri pada dada, sesak nafas, dada berdebar, pingsan
2) Angina pectoris, seperti tertekan, diremas, berat diseertai keringat dingin, cemas
dan sesak napas
3) Angina pectoris stabil, neri yang timbul sesudah melakukan kegiatan
4) Angina varian, terjadi spontan umumnya pada saat beraktivitas secara ringan
bahkan bisa timbul saat istierahat
5) Infark miokard, nyeri yang hebat seperti diremas, ditekan, berat disertai mual
muntah, sesak nafas dan keringat dingin.
d. Patofisiologi
Perubahan awal terjadinya penimbunan plak-plak aterosklerosis. Perubahan
intermediate, plak semakin besar dan terjadi obstruksi dari lumen arteri coroner
epicardium. Hal ini menyebabkan peningkatan sirkulasi darah sebanyak 2-3 kali lipat
akibat olahraga tidak dapat dipenuhi. Keadaan ini disebut iskemia dan manifestasinya
dapat berupa angina atau nyeri pada dada akibat kerja jantung yang meningkat. Perubahan
akhir terjadi rupture pada ‘cap’ atau bagian superficial dari plak sehingga akan terjadi suatu
situasi yang tidak stabil dan berbagai macam manifestasi klinik seeperti angina at rest atau
Infark Miokard. Dengan terpaparnya isi plak dengan darah, akan memicu serangkaian
proses platetel agregasi yang pada akhirnya akan menambah obstruksi dari lumen
pembuluh darah tersebut.
Iskemia miokard, peristiwa ini akan menimbulkan serangkaian perubahan pada fungsi
diastolic, lalu kemudian pada fungsi sistolik. Meyusul dengan perubahan impuls listrik
(gelombang ST-T) dan akhirnya timbullah keadaan infark miokard.
1. Angina stabil : bila obstruksi pada arteri coroner ≥75%
2. Unstable angina : bila terjadi rupture dari plak ateromatosa
3. Angina prinzmetal : bila terjadi vasospasme dari arteri coroner utama
e. Pathway

DM, hipertensi, hiperkolesteromia, obesitas

Rusaknya lapisan endotel pembuluh darah coroner

Manghasilkan cell adhesion

Monosit dan T-limfosit masuk ke permukaan

Migrasi ke sub

Berdiferensiasi, mengambil LDL (Low Dencity Lipoprotein)

Terbentuk sel

Penyempitan penyumbatan / kelainan pembuluh

Iskemik Hearth Disease

Hambatan aliran darah ke otot jantung

Jantung kekurangan darah Kemampuan jantung memompa turun

⌠Nyeri Akut⌡
Suplay O2 ke jaringan Sel tubuh kekurangan

Metabolism Mekanisme

ATP Pengaktifan pusat pernafasan

Lemah & letih Frekuensi nafas

⌠Intoleransi Aktifitas⌡ Sesak nafas

⌠Pola Nafas Tidak Efektif⌡


f. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
1. EKG (Elektrokardiografi)
Adanya gelombang patologik disertai peninggian S-T segmen yang konveks dan diikuti
gelombang T yang negative dan simetrik. Kelainan Q menjadi lebar (lebih dari 0,04
sec) dan dalam (Q/R lebih ¼).
2. Laboratorium
a) Creatinine fosfakinase (CPK). Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi karena
kerusakan otot, maka enzim intra sel dilakukan ke dalam aliran darah. Normal 0-1
mU/mL.
b) SGOT (Serum Gluramic Oxalotransaminase Test). Normal kurang dari 12 mU/uL.
Kadar enzim ini naik pada 12-14 jam setelah serangan.
c) LDH (Lactic De-Hydrogenase). Normal kurang dari 195 mU/uL. Kadar enxim
biasanya baru mulai naik setelah 48 jam.
3. Pemeriksaan lain : ditemukan peninggian LED, Lekositosis ringan, dan kadang
Hipergliami ringan.
4. Kateterisasi : angiografi coroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
5. Radiologi : pembesaran jantung.

g. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medik iskemik miokard dengan angina pectoris adalah untuk
menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara
bedah tujuan ini dicapai melalui revaskulaisasi suplai darah jantung melalui jalan pintas
arteri koronaria atau angioplasty coroner transluminal perkutan (PTCA = Percutaneus
Transluminal Coronary Angioplasty). Biasanya dikombinasikan antara terapi medis dan
pembedahan.
1. Istirahat total
2. Diet makanan lunak/rendah garam
3. Padang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena
4. Diberikan diuretic untuk meningkatkan aliran darah ginjal
5. Diberikan nitrat untuk meningkatkan aliran balik vena dan melemaskan arteri
6. Oksigen 2-4 l/menit
7. Sedative sedang seperti diazepam 3-4x – 2-5mg/hari. Pada insomnia dapat
ditambah fluratepan 15-30mg
8. Anti koagulan
9. Pain managemen : morfin 2,5 5mg atau petidin 25-50mg/m bisa diulang-ulang.
Lain-lain : nitra, antagonis kalsium, dan beta bloker.
10. Resusitasi jantung paru bila terjadi fibrilasi jantung : heparin 20.000-40.000
u/24jam iv tiap 4-6jam/drip iv dilakukan sesuai indikasi. Diteruskan aserta
kumoral/walfin.
KONSEP PROSES KEPERAWATAN
a. Pengertian Primer (Primer Survey : ABCDE)
a) Airway : adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
b) Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/
ngorok, ekspansi dinding dada.
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24x/menit, irama ireguler dangkal
c) Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
- Nadi lemah, tidak teratur
- TD meningkat/manurun
d) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau
sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
- Kesadaran : composmentis
- Pupil : isokor
e) Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkon
ada, jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in ine
harus dikerjakan.

b. Pengkajian Sekuder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat
menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment).
Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkam
pemeriksaan diagnostic yang lebih spesifik seperti pemeriksaan lab, dll).
a) Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
Composmentis, somnolen, apatis, stupor, soporo koma, koma
2) Penampilan
Lemah, pucat, dll
3) Vital sign
a) Suhu Tubuh
b) Tekanan Darah
c) Respirasi (jumlah, irama, kekuatan)
d) Nadi (jumlah, irama, kekuatan)
4) Kepala
Bentuk, rambut: warna, kebersihan, rontok, ketombe, dll
5) Mata
Kemampuan penglihatan, ukuran pupil, reaksi terhadap cahaya, konjungtiva
anemis/tidak, sklera ikterik/tidak, alat bantu, adanya sekret.
6) Hidung
Bagaimana kebersihannya, adakah secret, epistaksis, adakah polip, adakah
nafas cuping hidung, pemakaian oksigen.
7) Telinga
Bentuk, hilang pendengaran, alat bantu dengar, serumen, infeksi, tinnitus
8) Mulut dan Tenggorokan
Kesulitan/ gangguan bicara, pemeriksaan gigi, warna, bau, nyeri, Kesulitan
mengunyah/ menelan, posisi trakea, benjolan di leher, pembesaran tonsil,
bagaimana keadaan vena jugularis.
9) Dada
Jantung : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi Paru- paru : inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi
10) Abdomen
Inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi
11) Genetalia
Kebersihan daerah genital, adanya luka, tanda infeksi, bila terpasang kateter
kaji kebersihan kateter dan adanya tanda infeksi pada area pemasangan kateter,
adanya hemoroid
12) Ektremitas atas dan bawah
a) Inspeksi kuku, kulit (warna, kebersihan, turgor, adanya edema, keutuhan
dll)
b) Capilarry refill
c) Kemampuan berfungsi (mobilitas dan keamanan) untuk semua ekstrimitas
yaitu kekuatan otot, koordinasi gerak dan keseimbangan, penggunaan alat
bantu.
d) Bila terpasang infus : kaji daerah tusukan infus, kaji tanda-tanda infeksi
pada daerah tusukan infus, adanya nyeri tekan yang berlebihan pada daerah
tusukan infus
13) Kulit
Kaji kebersihan, warna, kelembaban, turgor, adanya edema Bila terdapat luka
maka kaji keadaan luka (kebersihan luka, adanya jahitan, ukuran luka, adanya
tanda infeksi pada luka, keadaan balutan luka).

c. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0005) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2. (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. (D.0056) Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keridak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
d. Intervensi
Hari/tgl Dx.Kep Tujuan & KH Intervensi TTD
Senin (D.0005) (L.01004) Pola Napas (I.01012) Menejemen Dian
14-11- Pola nafas Membaik Jalan Nafas
2022 tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan 1x8 jam 1. Monitor frekuensi,
dengan diharapkan : irama, kedalaman, dan
hiperventilasi 1. Tidak ada retraksi upaya nafas
dinding dada 2. Monitor pola nafas
2. Tidak menggunakan otot 3. Monitor kemampuan
bantu pernafasan batuk efektif
3. Bunyi paru veestikuler 4. Monitor adanya
4. Menunjukkan jalan nafas produksi sputum
yang paten RR 16- 5. Monitor adanya
20x/menit sumbatan jalan nafas
6. Palpasi kesimetrian
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi nafas
8. Monitor saturasi
oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray
thorax
Terapeutik :
11. Atur interval waktu
pemantauan reespirasi
sesuai kondisi pasien
Kolaborasi :
12. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
13. Informasikan hasul
pemantauan, jika perlu
(D.0077) (L08063) Kontrol Nyeri (I.08283) Menejemen Dian
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Nyeri
berhubungan keperawatan 1x8 jam Observasi :
dengan agen diharapkan : 1. Identifikasi lokasi,
pencedera 1. Tidak mengeluh nyeri karakteristik, durasi,
fisiologis 2. Tidak meringis frekuensi, kualitas,
3. Tidak gelisah intensitas nyeri
4. Tidak mengalami 2. Identifikasi skala nyeri
kesulitan tidur 3. Identifikasi respons
5. Frekuensi nadi membaik nyeri non verbal
6. Tekanan darah membaik 4. Identifikasi faktor yang
7. Melapoerkan nyeri memperberat dan
terkontrol memperingan nyeri
8. Kemampuan mengenali 5. Identifikasi
penyebab nyeri pengetahuan dan
meningkat keyakinan tentang nyeri
9. Kemampuan 6. Identifikasi pengaruh
menggunakan teknik budaya terhadap respon
non-farmakologi nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
10. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
11. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
13. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
14. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
15. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
16. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
17. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
18. Kolaborasikan
pemberian analgetik
(D.0056) Setelah dilakukan tindakan (I.05178) Menejemen Dian
Intoleransi keperawatan 1x8 jam Energi
Aktifitas diharapkan : Observasi :
berhubungan 1. Keluhan lelah menurun 1. Identifikasi gangguan
dengan fungsi tubuh
ketidak 2. Dispnea saat aktivitas 2. Monitor kelelahan fisik
seimbangan menurun dan emosional
antara suplai 3. Dispnea setelah Terapeutik :
dan aktivitas 3. Lakukan latihan rentang
kebutuhan 4. Perasaan lemah gerak pasif atau aktif
oksigen menurun Edukasi :
5. Frekuensi nadi 4. Anjurkan tirah baring
menurun 5. Anjurkan melakukan
6. Aritmia saat aktivitas aktivitas secara bertahap
menurun 6. Anjurkan menghubungi
7. Aritmia setelah perawat jika tanda dan
aktivitas menurun gejala kelelahan tidak
8. Tekanan darah berkurang
membaik Kolaborasi :
9. EKG iskemia membaik 7. Kolaborasi dengan ahli
10. Sianosis menurun gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Huldani. (2019). Hand Book Of Pathologi. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Jakarta:
Salemba Medika.

PPNI, T. P. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. edisi I cetakan III.

PPNI, T. P. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. edisi I cetakan III.

PPNI, T. P. (2018). Standar Duagnosa Keperawatan Indonesia. edisi I cetakan

III.Price A.S, W. L. (2018). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Setyoko. (2017). Definisi Edema Paru. Jakarta: www.who_pediatrik.com.

Anda mungkin juga menyukai