Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ST ELEVASI MIOKARD INFARK (STEMI)

DISUSUN OLEH:

EFITA EKA AWALLIYAH

NIM.92022040218

STASE KMB

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2022/2023
A. DEFINISI
STEMI merupakan sindroma klinis yang didefinisikan dengan tanda gejala dan
karakteristik iskemi miokard dan berhubungan dengan persisten ST elevasi dan
pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac troponin merupakan biomarker
yang digunakan untuk diagnosis infark miokard (AHA, 2015).
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun
dipengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai nyeri dada, peningkatan enzim jantung
dan ST Elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah
koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot
jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati. Selain itu STEMI
merupakan infark yang terjadi diseluruh dinding miokard, dari endocardium ke
epicardium dengan lokasi di anterior, inferior, maupun lateral. Karakteristiknya antara
lain terdapat elevasi gelombang ST dan Q pada ECG, adanya isoenzime CK-MB 3-6 jam
setelah onset dan terus meningkat hingga 12-24 jam (Huswar, 2016).

B. ETIOLOGI
a. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :
- Merokok
- Konsumsi alkohol
- Infeksi
- Hipertensi sistemik
- Obesitas
- Kurang olahraga
- Penyakit DM
b. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
- Usia
- Jenis kelamin
- Riwayat keluarga
- RAS, georafi
- Tipe kepribadian, kelas sosial
c. Faktor penyebab :
- Suplai O2 ke miokard berkurang
- Curah jantung yang meningkat
- Stress psikologis
(Kasron, 2015)

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terusmenerus tidak
mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas.
2. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
3. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat
atau nitrogliserin.
5. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual muntah.
7. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor.
(Kasron, 2015)

D. PATHOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis
arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu
STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian
besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi
dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus
mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology
menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap
yang tipis dan intinya kaya lipid ( lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga hanya
mengenai daerah subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit
terjadinya sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium, dan bila berlanjut
terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari
endokardium ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun
nekrosis miokard sudah komplit,proses remodeling miokard yang mengalami injury terus
berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah
non infark mengalami dilatasi.
(Suyono, 2017)
E. PATHWAY

Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah ke jantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nekrosis

Suplai dan kebutuhan O2 ke jantung tidak seimbang

Suplai O2 ke miokard menurun

Resiko penurunan
Metabolisme anaerob Seluler hipoksia
curah jantung
Gangguan
pertukaran Timbunan asam Integritas
laktat meningkat Nyeri
gas membrane sel
berubah

Gangguan pola Kualitas tidur


Kontraktilitas
tidur menurun
menurun

COP menurun Kegagalan


pompa jantung

Gangguan perfusi Gagal jantung


jaringan

Resiko kelebihan
volume cairan
ekstravaskuler

(Nurarif, 2017)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu
- Lead II, III, aVF : Infark inferior
- Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
- Lead V2-V4 : Infark anterior
- Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
- Lead I, aVL : Infark high lateral
- Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
- Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.

2. Ekokardiogram
Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung khususnya fungsi
vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasoouns
3. Laboratorium
Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah serangan puncaknya 10-30 gram dan
normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH setelah serangan puncaknya 48-172 jam
dan kembali normal 7-14 hari- Leukosit meningkat 10.000 – 20.000 kolesterol atau
trigliserid meningkat sebagai akibat aterosklerosis
4. Foto thorax roentgen
Tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada bendungan paru
berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi Ventrikel
5. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)
Pemasangan kateter jantung dengan menggunakan zat kontras dan memonitor x-ray
yang mengetahui sumbatan pada arteri koroner
6. Tes Treadmill
Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap aktivitas
(Nurarif, 2017)
G. PENGKAJIAN

Pengkajian primer (mencakup pola A,B,C,D)


1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles

2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
4. Dissability
Kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya gangguan verbal, motorik dan
sensorik serta reflek pupil.

Pengkajian sekunder
1. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Aktifitas
Gejala : Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur, Pola hidup menetap, Jadwal
olah raga tidak teratur
Tanda : Takikardi, Dispnea pada istirahat atau aktifitas.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
- Tekanan darah
- Dapat normal / naik / turun
- Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
- Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
- Bunyi jantung :Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan
3) Integritas ego
Gejala :
menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga.
Tanda :
menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
6 ) Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk /istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke
tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
Kualitas :“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
· Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
9) Pernafasan:
Gejala :
 dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
 dispnea nokturnal
 batuk dengan atau tanpa produksi sputum
 riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
 peningkatan frekuensi pernafasan
 nafas sesak / kuat
 pucat, sianosis
 bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10 ) Interaksi sosial
Gejala :Stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,
perawatan di RS
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut ) Menarik diri
(Suyono, 2017)
H. DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (iskemia)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

I. INTERVENSI

No. SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


agens cedera keperawatan diharapkan a. Identifikasi lokasi,
fisiologis tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
(iskemia) dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
(L.08063) intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi respon non
- Sikap protektif verbal
menurun c. Berikan teknik non
- Gelisah menurun farmakologis untuk
- Kesulitan tidur mengurangi nyeri
menurun d. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
e. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
f. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur:
tidur b.d nyeri keperawatan diharapkan
a. Identifikasi pola aktivitas
kualitas tidur membaik
dan tidur
dengan kriteria hasil:
b. Identifikasi faktor
L. 05045 pengganggu tidur (fisik
- Keluhan sulit tidur atau psikologis)
menurun c. Modifikasi lingkungan
- Keluhan istirahat tidak d. Lakukan prosedur untuk
cukup menurun meningkatkan
kenyamanan
e. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
REFERENSI

Nurarif. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan

Suyono. 2017. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan). Alih

Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung

Kasron. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler Edisi Pertama. Jakarta: Bidang Diklat

Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita

Huswar. 2016. Seri Skema Diagnosis Dan Penatalaksanaan Gawat Darurat Medis: Binarupa

Aksara. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai