Anda di halaman 1dari 53

SEMINAR KASUS

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.E DENGAN KASUSCHRONIC KIDNEY


DISEASE (CKD) DI RUANG INTERNE RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR (RSAM)
BUKITTINGGI TAHUN 2021”

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Cici Yuliana Vitri (2130282062)


2. Gani Mutiara (21302820)
3. Siti Nurkhasanah (21302820)
4. Nopria Yedi (21302820)
5. Veviola Fitri (21302820)

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHTAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra,2014). Chronic Kidney
Disease (CKD) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan
merupakan penyakit yang sudah familiar di kalangan masyarakat Indonesia sebagai penyakit
yang tidak dapat disembuhkan (Wahyuningsih, 2020).
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini merupakan masalah
kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat,
pengobatan pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita gagal ginjal merupakan
pengobatan yang sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita
gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga di sebut sebagai terapi pengganti karena
berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang sering di lakukan adalah
hemodialisis dan peritonealialisa. Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama dan
metode perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisis (Arliza dalam
Nita Permanasari, 2018)
Penyakit gagal ginjal kronis berkontribusi pada beban penyakit dunia dengan angka
kematian sebesar 850.000 jiwa per tahun (World Health Organization (2017) dalam
Pongsibidang, 2016) . World Health Organization (2017) melaporkan bahwa pasien yang
menderita gagal 2 ginjal kronis meningkat 50% dari tahun sebelumnya, secara global kejadian
gagal ginjal kronis lebih dari 500 juta orang dan yang harus menjalani hidup dengan bergantung
pada cuci darah (hemodialisis) adalah 1,5 juta orang. Gagal ginjal kronis termasuk 12 penyebab
kematian umum di dunia, terhitung 1,1 juta kematian akibat gagal ginjal kronis yang telah
meningkat sebanyak 31,7% sejak tahun 2010 hingga 2015 (Wahyuningsih, 2020). Berdasarkan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukan bahwa penderita penyakit
gagal ginjal di Indonesia sebesar 3,8 % naik dari 2.0% pada tahun 2013 (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018)
Penderita CKD memerlukan penanganan secara optimal untuk mempertahankan kualitas
hidup guna meminimalkan komplikasi lebih lanjut. Peran perawat menjadi faktor yang sangat
penting dalam mengatasi masalah kesehatan ini. Perawat dapat berperan sebagai care provider
yaitu memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif. Selain itu perawat juga
bisa berperan sebagai edukator yaitu memberikan edukasi kesehatan atau penyuluhan kesehatan
kepada klien tentang pengaturan diet bagi pasien CKD seperti diet rendah protein dan tinggi
karbohidrat. Selanjutnya dalam penatalaksnaan CKD, perawat juga bisa berperan sebagai
konsultan, kolaborator, advokat (pembela) dan pendidik (Potter & Perry, 2009).
Penyakit CKD dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap sistem tubuh diantaranya
gangguan terhadap sistem kardiovaskuler yakni meningkatkan tekanan darah. CKD juga dapat
mengakibatkan vasokonstriksi sehingga mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin (anemia)
akibat dari kurangnya kemampuan ginjal untuk menghasilkan hormon eritopoetin yang
berfungsi untuk merangsang sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah (Joachim and
Lingappa,2010). Selain itu CKD dapat menimbulkan gangguan pada sistem pernapasan, sistem
persyarafan, sistem urogenital, sistem pencernaan dan sistem integumen. Selain menimbulkan
gangguan pada aspek fisik, CKD dapat juga menimbulkan gangguan psikologis, diantaranya
depresi yang memperburuk keadaan pasien.
Oleh karena itu sangat diperlukan upaya penatalaksanaan yang adekuat dan optimal.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus CKD diantaranya dialisis dan transplantasi
ginjal. Dialisis dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius. Penatalaksanaan
lain meliputi transplantasi ginjal atau pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal
kronik. Berbagai penatalaksanaan ini dapat mencapai hasil yang optimal jika terdapat kerjasama
yang baik diantara tenaga kesehatan atau pemberi pelayananan kesehatan, salah satunya
perawat. Dalam perawatan pasien CKD, perawat dapat berperan sebagai pemberi asuhan
keperawatan (care giver) kepada pasien, sebagai pendidik (edukator) dan sebagai fasilitator
dalam menangani permasalahan yang dihadapi pasien. Perawat harus memahami dengan benar
perawatan dan pengobatan yang tepat pada pasien CKD. Perawatan pasien dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai
evaluasi keperawatan. Tindakan mandiri perawat dan kolaborasi sangat diperlukan dalam
perawatan pasien untuk mencapai asuhan keperawatan yang berkualitas.
Dari uraian diatas maka penulis berusaha untuk memahami dan lebih mendalami kasus
Chronic Kidney Disease (CKD) sebagai tindakan lanjutan ujian praktek, sehingga dapat
menerapkan asuhan keperawatan secara optimal dan mengangkat laporan akhir dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. E dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di Ruang Interne
Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2021”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimanakah “Asuhan Keperawatan Pada Ny. E
dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di Ruang Interne Rumah Sakit Achmad Mochtar
(RSAM) Bukittinggi Tahun 2021”.
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memahami “Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Chronic Kidney Disease
(CKD di Ruang interne Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2021”.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Asuhan Keperawatan Padam Ny. E dengan
Chronic Kidney Disease (CKD)di Ruang Interne Rumah Sakit Achmad Mochtar
(RSAM) Bukittinggi Tahun 2021.
b. Mampu menegakkan dan memprioritaskan diagnose keperawatan pada Ny. E dengan
Chronic Kidney Disease (CKD) di Ruang Interne Rumah Sakit Achmad Mochtar
(RSAM) Bukittinggi Tahun 2021.
c. Mampu membuat rencana tindakan pada Ny. E dengan masalah pasien Chronic
Kidney Disease (CKD)di Ruang Interne Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM)
Bukittinggi Tahun 2021.
d. Mampu melakukan inplementasi pada Ny. E denganChronic Kidney Disease (CKD)di
Ruang Interne Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2021.
e. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. E dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di
Ruang Interne Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2021.
f. Mampu melakukan pendokumentasian pada Ny. E dengan Chronic Kidney Disease
(CKD)di Ruang Interne Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun
2021.
1.4 Manfaat penulisan
1. Bagi RSAM Bukittinggi
Laporan asuhan keperawatan Chronic Kidney Disease (CKD) ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi rumah sakit dan pelayanan kesehatan untuk peningkatan dan mengoptimalkan asuhan
keperawatan diruangan
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penanganan kasus Chronic Kidney Disease (CKD) serta meningkatkan perannya dalam
meningkatkan pemahaman mahasiswa Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi
pendidikan dalam pengembangan dan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
3. BagiMahasiswa
Sebagai masukan dan informasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang berhubungan
dengan gambaran secara umum dan mampu membuat rencana asuhan keperawatan
penanganan kasus Chronic Kidney Disease (CKD)di Ruang Interne Rumah Sakit Achmad
Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2021.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR CHRONIC KIDNEY DISEASE(CKD)

1. PENGERTIAN

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan


etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible,
pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis
atau transplantasi ginjal. (Suwitra,2014)
Secara definisi, gagal ginjal kronis (GGK) disebut juga sebagai Chronic
Kidney Disease (CKD). Gagal ginjal kronis atau penyakit gagal ginjal stadium
akhir adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemapuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan serta elektrolit sehingga menyebabkan uremia yaitu retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer & Bare,2013).
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) . (Nuari dan Widayati,2017)

2. ANATOMI FISIOLOGI

a. Anatomi

Ginjal adalah dua buah organ berbentuk menyerupai kacang merah yang berada di
kedua sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya dibawah tulang rusuk manusia.
Ginjal sering disebut bawah pinggang. Bentuknya seperti kacang dan letaknya di
sebelah belakang rongga perut, kanan kiri dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya
lebih tinggi dari ginjal kanan,berwarna merah keunguan.Setiap ginjal panjangnya
12-13 cm dan tebalnya 1,5-2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 140 gram.
Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilus (sisi dalam). Di
atas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenalis (Irianto, 2013).
Struktur ginjal dilengkapi selaput membungkusnya dan membentuk
pembungkus yang halus.Di dalamnya terdapat struktur-struktur ginjal.Terdiri7
atas bagian korteks dari sebelah luar dan bagian medula di sebelah dalam. Bagian
medula ini tersusun atas 15 sampai 16 massa berbentuk piramida yang disebut
piramis ginjał. Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilus dan berakhir di
kalises. Kalises ini menghubungkannya dengan pelvis ginjal (Irianto,2013).
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan mengkilat yang disebut
kapsula fibrosa (true capsule) ginjal melekat pada parenkim ginjal. Di luar kapsul
fibrosa terdapat jaringan lemak yang bagian luarnya dibatasi oleh fasia gerota.
Diantara kapsula fibrosa ginjal dengan kapsul gerota terdapat rongga perirenal. Di
sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal atau
disebut juga kelenjar suprarenal yang berwarna kuning. Di sebelah posterior,
ginjal dilindungi oleh berbagai otot punggung yang tebal serta tulang rusuk ke XI
dan XII, sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh organ intraperitoneal.
Ginjal kanan dikelilingi oleh hati, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal kiri
dikelilingi oleh limpa, lambung, pankreas, jejenum, dan kolon (Basuki,2011).
b. Fisiologi

Mekanisme utama nefron adalah untuk membersihkan atau menjernihkan


plasma darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki tubuh melalui
penyaringan/difiltrasi di glomerulus dan zat-zat yang dikehendaki tubuh
direabsropsi di tubulus.Sedangkan mekanisme kedua nefron adalah dengan
sekresi (prostaglandin oleh sel dinding duktus koligentes dan prostasiklin oleh
arteriol dan glomerulus). Beberapa fungsi ginjal adalah sebagai berikut
(Syaifuddin,2011):
1) Mengatur volume air (cairan) dalamtubuh

Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urin
yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan keringat)
menyebabkan urin yang diekskresikan jumlahnya berkurang dan konsentrasinya
lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan
relatif normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbanganion

Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan pengeluaran
yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam yang berlebihan atau
penyakit perdarahan, diare, dan muntah-muntah, ginjal akan meningkatkan
ekskresi ion-ion yang penting misalnya Na, K, Cl, Ca, dan fosfat.
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairantubuh

Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makan (mixed diet) akan
menghasilkan urin yang bersifat agak asam, pH kurang dari enam. Hal ini
disebabkan oleh hasil akhir metabolisme protein. Apabila banyak makan sayur-
sayuran, urin akan bersifat basa, pH urin bervariasi antara 4,8 sampai 8,2. Ginjal
mengekskresikan urin sesuai dengan perubahan pH darah.
4) Ekskresi sisa-sisa hasil metabolisme (ureum, kreatinin, dan asamurat)

Nitrogen nonprotein meliputi urea, kreatinin, dan asam urat. Nitrogen dan
urea dalam darah merupakan hasil metabolisme protein.Jumlah ureum yang
difiltrasi tergantung pada asupan protein. Kreatinin merupakan hasil akhir
metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Peningkatan
kadar ureum dan kreatinin yang meningkat disebut azotemia (zat nitrogen dalam
darah). Sekitar 75% asam urat diekskresikan oleh ginjal, sehingga jika terjadi
peningkatan konsentrasi asam urat serum akan membentuk kristal-kristal
penyumbat pada ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut atau kronik.
5) Fungsi hormonal danmetabolisme

Ginjal mengekskresikan hormon renin yang mempunyai peranan


penting dalam mengatur tekanan darah (system rennin-angiotensis-
aldesteron), yaitu untuk memproses pembentukan sel darah merah
(eritropoesis). Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi
kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di
usus
6) Pengeluaran zatberacun

Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan,


atau zat kimia asing lain daritubuh.

3. ETIOLOGI

Menurut Prabowo (2014) Gagal Ginjal kronis sering menjadi penyakit kompliksi
dari penyakit lainya, sehingga merupakan penyakit sekunder atau secondary illness.
Penyebab yang sering ditemukan adalah hipertensi dan diabetes militus. Selain itu, ada
beberapa penyebab lain gagal ginjal kronis seperti :
a. Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)

b. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis,tuberculosis)

c. Kelainan kongenital (polikistikginjal)

d. Peyakit vaskuler (renalnephrosclerosis)

e. Obstruksi saluran kemih(nephrolithiasis)

f. Penyakit kolagen (systemic lupuserythematosus)

g. Obat-obatan nefrotik(aminoglikosida)
4. PATOFISIOLOGI

Kondisi gagal ginjal disebabkan oleh 3 faktor pemicu yaitu pre renal, renal
dan post renal. Pre renal berkaitan dengan kondisi dimana aliran darah ke ginjal
mengalami penurunan. Kondisis ini dipicu oleh hypovolemia, vasokontriksi dan
penurunan cardiac output. Dengan adanya kondisi ini maka GRF (Glomerular
Filtation Rate) akan mengalami penurunan dan meningkatnya reabsorbsi tubular.
Untuk faktor renal berkaitan dengan adanya kerusakan pada jaringan parenkin
ginjal.Kerusakan ini dipicu oleh trauma maupun penyakit-penyakit pada ginjal itu
sendiri. Sedangkan faktor post renal berkaitan dengan adanya obstruksi pada
saluran kemih, sehingga akan timbul stagnasi bahkan adanya refluks urine flow
pada ginjal. Dengan demikian beban tahanan/resistensi ginjal akan meningkat dan
akhir mengalami kegagalan (Prabowo & Pranata,2014).
Gagal ginjal terjadi setelah berbagi macam penyakit yang merusak massa
nefron ginjal yang mengakibatkan laju filtrasi glomelurus/Glomerular Filtration ate
(GFR) menurun. Dimana perjalanan klinis gagal ginjal kronik dibagi dalam
tiga stadium. Pertama, menurunnya cadangan ginjal, Glomerular Filtration Rate
(GRF) dapat menurun hingga 25% dari normal. Kedua, insufisiensi ginjal, pada
keadaan ini pasien mengalami poliuria dan nokturia, GFR 10% sampai 25% dari
normal, kadar keratin serum dan BUN sedikit meningkat di atas normal. Ketiga,
penyakit ginjal stadium akhir/End Stage Renal Disease (ESRD) atau sindrom
uremik, yang ditandai dengan GFR kurang dari 5 atau 10 ml/menit, kadar serum
keratin dan BUN meningka tajam. Terjadi kompleks perubahan biokimia dan gejala-
gejala yang dinamakan sindrom uremik memengaruhi setiap sistem dalam tubuh
(Price & Wilson,2015).

5. KLASIFIKASI

Menurut Suwitra (2006) dan Kydney Organizazion (2007) tahapan CKD dapat
ditunjukan dari laju filtrasi glomerulus (LFG), adalah sebagai berikut :
a. Tahap I adalah kerusakan ginjal dengan LFG normal atatu meningkat

>90ml/menit/1,73 m2

b. Tahap II adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan yaitu 60-89
ml/menit/1,73 m2
c. Tahap III adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang yaitu 30-59
ml/menit/1,73 m2
d. Tahap IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat yaitu 15-l/menit/1,73
m2.
e. Tahap V adalah gagal ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m2.

6. MANIFESTASI KLINIS

Adapun manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada penyakit ginjal kronik :

a. Gangguan cairan danelektrolit

Sementara massa nefron dan fungsi ginjal berkurang, ginjal menjadi tidak mampu
mengatur cairan, elektrolit dan sekresi hormon, sehingga dapat terjadi hipernatremia
dan hiponatremia, hiperkalemia dan hipokalemia, asidosis metabolik, hiperfosfatemia
dan hipokalsemia.
b. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan yang amat memberatkan pada seseorang yang


mengalami penyakit ginjal kronik. Hipertensi mengakibatkan peningkatan morbiditas
dan mortalitas kardiovaskular, selain juga progresivitas penurunan fungsi ginjal yang
terus berlangsung. Sering ditemukan dan dapat diakibatkan oleh meningkatnya
produksi renin dan angiotensin, atau akibat kelebihan volume yang disebabkan oleh
retensi garam dan air. Keadaan ini dapat mencetuskan gagal jantung dan
mempercepat kemerosotan GFR bila tidak dikendalikan dengan baik.
c. KelainanKardiopulmoner

Gagal jantung kongestif dan edema paru-paru terjadi akibat kelebihan volume.
Aritmia janung dapat terjadi akibat hiperkalemia. Perikarditis uremia mungkin terjadi
pada penderita uremia dan juga dapat muncul pada pasien yang sudah mendapat
dialisis.
d. Anemia

Anemia terutama terjadi akibat menurunnya sintesis eritropoietin pada ginjal.


Sediaan apus darah tepi mengungkapan anemia normokromik, normositik. Selain itu
waktu hidup eritrosit memendek pada penderita gagal ginjal.
e. KelainanHematologi.
Selain anemia, pasien pada gagal ginjal memiliki waktu perdarahan yang lebih
lama dan kecenderungan untuk berdarah, meskipun waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial, dan hitung trombosit normal. Mukosa gastrointestinal adalah
tempat yang paling lazim untuk perdarahan uremia.
f. Efekgastrointestinal

Anoreksia, mual, dan muntah terjadi pada uremia. Perdarahan gastrointestinal


sering ditemukan dan dapat diakibatkan oleh gastritis erosif dan angiodisplasia.
Kadar amilase serum dapat meningkat sampai tiga kali kadar normal karena
menurunnya bersihan ginjal.
g. Osteodistrofiginjal

Hiperparatiroidisme menyebabkan osteitis fibrosa kistika dengan pola radiologik


yang klasik berupa resorpsi tulang subperiosteal (yang paling mudah dilihat pada
falangs distal dan falangs pertengahan jari kedua dan ketiga), osteomalasia dan
kadang-kadang osteoporosis.
h. Efekneuromuskular

Neuropati uremia terutama melibatkan tungkai bawah dan dapat menyebabkan


gejala “restless leg”, mati rasa, kejang dan foot drop bila berat. Penurunan status
jiwa, hiperefleksia, klonus, asteriksis, koma, dan kejang mungkin terjadi pada uremia
yang telahparah.
i. Efekimunologis

Pasien dengan gagal ginjal dapat sering mengalami infeksi bakterial yang berat
karena menurunnya fungsi limfosit dan granulosit akibat beredarnya toksin uremia
yang tidak dikenal.
j. Obat

Banyak obat nefrotoksik dapat memperburuk fungsi ginjal dan harus dihindari
(NSAID, aminoglikosida). Dosis obat-obat mungkin terpaksa diatur pada pasien
dengan gagal ginjal.
7. PEMERIKSAANL ABORATORIUM

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),


Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein danimmunoglobulin)
2) Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP,TKK/CCT
b. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi,hipokalsemia
c. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih sertaprostat
d. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polosabdomen

8. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Restriksi konsumsi cairan, protein, danfosfat.

b. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk


terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang
dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadianemia.
c. Dialisis

d. Transplantasiginjal

9. KOMPLIKASI

Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diitberlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunaneritropoitin.

e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan
kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ionanorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalamtubuh.

g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yangberlebihan.

h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.

i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, danHiperfosfatemia


10. Pathway

Penurunan fungsi ginjal secara progresif

ab
oleh
lainnya
komplikasi
sepertidari
penyakit
penyakit
glomerulus
lain seperti
kronis
hipertensi
Infeksi atau
kronis,
diabetes
kelainan
melitus
kongenital, penyakit vaskuler, obstruksi saluran kemih

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Tahap 1: Kerusakan ginjal dengan


TahapLFG
2: Kerusakan
Tahapginjal dengan penurunan
3: Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang 30-59 ml/m
normal/meningkat ˃90 ml/menit/1,73
LFG ringan
m2 yaitu 60- 89 ml/menit/1,73 m2

Tahap
Tahap 4: Kerusakan ginjal 5: Gagal ginjal dengan penurunanLFG˂15 ml/menit/1,73m2
denganpenurunan
LFG berat yaitu 15-29 ml/menit/1,73m2

Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan labor, pemeriksaan EKG, US, Radiologi,

talaksanaan: Retriksi konsumsi cairan, obat-obatan,


Komplikasi:
dialisis,
Hiperkalemi,
dan transplantasiginjal
Perikarditis,Hipertensi,
Anemia, Penyakit tulang, Uremia,Gagal jantung, Malnutrisi,Hiperparatiroid

Hipervolemia Intoleransi Aktivitas Ganguan Integritas Kulit

A. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. PENGKAJIAN

a. Biodata
1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose
medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan
denganpasien)
b. Riwayatkesehatan

1) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat


dilakukanpengkajian.
2) Riwayat kesehatansekarang

Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit pasien dari
sebelum dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan perawatan di bangsal.
3) Riwayat kesehatandahulu

Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh pasien


tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di RS
berapakali.
4) Riwayat kesehatankeluarga

Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dari pasien yang


menderita penyakit CKD.
c. Pola FungsionalGordon

1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi pasien


dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggotakeluarganya.
2) Pola nutrisi dan cairan: pola makan dan minum sehari–hari, jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi, jenis makanan dan minuman,
waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan
yang disukai, penurunan beratbadan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit ,
mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari, konstipasi,beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat
dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas,
kemampuan pasien dalam aktivitas secaramandiri.
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur
siang, gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak,nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan
mengetahui tentangpenyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karenasakitnya.
8) Pola reproduksi danseksual

9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,


kecemasan yang muncul tanpa alasan yangjelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,
komunikasi, carberkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan
beribadah selama sakit, ketaatan dalam berdo’a danberibadah.
d. Pemeriksaanfisik

1) Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit,


WBC,RBC)

2) Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia,


peningkatankalium.

3) Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.

4) Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg,


penurunan HCO
5) Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan
menurun, nausea, ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena,
gadtritis,haus.
6) Metabolik : Urea berlebihan, creatininmeningkat.

7) Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan


kesadaran, perubahan fungsimotoric
8) Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan
9) Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido.

10) Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmau

11) Lain-lain : Penurunan beratbadan


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupancairan

b. Intoleransi aktivitas berhubunan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen
c. Gangguan integritas kulit b.d kekurangan atau kelebihan volumecairan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO SDKI SLKI SIKI
Hypervolemiaberhubung Setelah dilakukan Manajemen hypervolemia:
an dengan kelebihan tindakan keperawatan O:
asupan cairan selama 2x24 jam maka - Periksa tanda dan gejala
keseimbangan cairan hypervolemia.
meningkat dengan - Identifikasi penyebab
kriteria hasil diharapkan: hypervolemia.
- Asupan cairan - Monitor status
meningkat. hemodinamik.
- Kelembapan membran - Monitor intake dan
mukosameningkat. outputcairan.
- Asupan makanan - Monitor tanda
meningkat. hemokonsentrasi.
- Edemamenurun. - Monitor tanda peningkatan
- Dehidrasimenurun. tekanan onkotik plasma.
- Asitesmenurun. - Monitor kecepatan infus
- Tekanan darah secaraketat.
membaik. - Monitor efek samping
- Membrane mukosa diuretic.
membaik
T:
- Mata cekungmenurun. - Timbang berat badan setiap
- Turgor kulitmembaik. hari dengan waktu
- Berat badanmembaik. yangsama.
- Batasi asupan cairan dan
garam.
- Tinggikan kepala tempat
tidur 30-40⁰

E:
- Anjurkan melapor jika
haluan urin <0,5 ml/kg/jam
selama 6 jam.
- Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg
dalamsehari.
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan
haluancairan.
- Ajarkan cara membatasi
cairan.

K:
- Kolaborasi pemberian
diuretic
- Kolaborasipenggantiankehil
angan kalium akibat
diuretic.
- Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy, jika
perlu.
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi : O:
berhubunan dengan tindakan keperawatan - Identifikasi gangguan
ketidakseimbangan selama 2x24 jam maka fungsi tubuh yang
antara suplai dan toleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan.
kebutuhan oksigen meningkat dengan - Monitor kelelahan fisik
kriteria hasil diharapkan: danemosional.
- Frekuensi nadi - Monitor pola dan jam tidur.
meningkat. - Monitor lokasi dan
- Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktivitas.
sehari-hari
T:
meningkat.
- Sediakan lingkungan
- Keluhan lelah
nyaman dan rendah
menurun.
stimulus (mis. Cahaya,
- Dispnea saat aktivitas
suara,kunjungan).
menurun.
- Lakukan latihan rentang
- Dispnea setelah
gerak pasif dan atauaktif.
aktifitasmenurun.
- Berikan aktivitas distraksi
- Perasaan lemah
yang menenangkan.
menurun.
- Fasilitasi duduk disis
- Warna kulit
tempat tidur,jika tidak
membaik.
dapat berpindah atau
- Tekanan darah berjalan.
membaik.
E:
- Frekuensi nafas
- Anjurkan tirahbaring.
membaik
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang.
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan.
K:
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
3 Risiko Perfusi Serebral Perfusi serebral Pemberian Obat (I.02062)
Tidak Efektif b/d (L.02014) Observasi
hipertensi (Peningkatan Setelah dilakukan - Periksa tanggal
Tekaan Darah) tindakan asuhan kadaluwarsa
keperawatan 3x 24 jam Terapeutik
diharapkan perfusi - Lakukan prinsip enam
serebral meningkat benar (pasien, obat, dosis,
dengan kriteria hasil: rute, waktu,dokumentasi)
- Sakit kepala - Hindari pemberian obat
menurun yang tidak diberi label
- Kecemasan dengan benar
menurun Edukasi
- Tekanan darah - Jelaskan jenis obat, alasan
sistolik pemberian, tindakakn yang
membaik diharapkan dan efek
- Tekanan darah samping pemberian
diastolik Pemantauan Tanda Vital
membaik (I.02060)
Observasi
- Monitor tekanan
darah
- Monitornadi
- Monitorpernapasan
- Monitor suhutubuh
Terapeutik
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedurpemantauan
- Menjelaskandanmengajark
an Teknik Relaksasi
Benson

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk


membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang baik dengan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Prosespelaksanaan
implementasi harus berpusat pada kebutuhan klien, faktor – faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhankeperawatan, strategi implementasi keperawatan dan
kegiatan komunikasi (Dinarti dan Mulyani, 2017).
5. EVALUASI
Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Wahyuni, 2016)
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.E
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
DI RUANG INTERNE RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TANGGAL 23 NOVEMBER 2021

A. Pengkajian
1. Indentitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.E
Umur : 74 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Minang kabau/Indonesia
Bahasa : Minang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Kawin
Alamat : Bukik Apik, Bukittinggi
Tanggal/ jam masuk rs : 22 November 2021 pukul 16.00 WIB
Tanggal/jam pengkajian : 23 November 2021/ pukul 09.30 WIB
No Rek Medias : 25.59.79
Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease (CKD)
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 60 Tahun
Hubungan dengan pasien : Adik Kandung
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Koto baru
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (saat MRS dan Saat ini)
Ny. E masuk melalui poli penyakitdalam di RSAM Bukittinggi pada tanggal
22 November 2021 dan dikirim ke ruangan pukul 16.00 wib dengan keluhan
sangat lemah dan pusing, muka tampak pucat dan sembab, cepat lelah, nafas
sesak dan sulit tidur. Pada tanggal 23November 2021 pukul 09.30 wib hasil
dari pengkajian di dapatkan GCS: E4 M6 V5 Tanda Vital: TD:150/80
mmhg, Nadi:84x/menit, RR:24x/menit, Suhu:36’c, SpO2:98% pasien
terpasang oksigen.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pada saat dilakukan pengkajian pada tangga 23 november 2021 pukul 09.30
wib didapatkan data bahwa pasien mengatakan lemas dan pusing, muka
tampak pucat dan lembab, letih, sesak dan sulit tidur hasil pengakajian
didapatkan GCS: E4M6V5, tanda vital: tekanan darah 150/80mmHg, nadi:
85x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu: 36,5 oC, SPo2: 98%. Dengan hasil
labor didapatkan Hemoglobin: 5,2 gr/dl, Leukosit: 4.480 µL, Eritrosit: 1,72
juta µL, Trombosit: 166.000 µL, Hematokrit: 15,0 vol %, PT : 10.5 sec,
APTT : 41.2 sec, dan pasien sudah dilakukan Swab dengan hasil cov-2
antigen : 0,05 negatif. Therapy yang didapatkan infus Nacl 0,9 %, infus
D5% , tranfusi darah , asam folat 3x1, bicnat 3x1, ondansentron 1x1 dan
ranitidine 3x1.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan untuk mengatasi sakit yang dialami pasien pergi
kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan lebih lanjut.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan sebelumnya memiliki riwayat hipertensi sejak berumur
20 tahun namun tidak pergi berobat ke pelayanan kesehatan hanya
menggunakan obat-obatan kampung atau tradisional, pasien tidak memiliki
riwayat penyakit DM, Epilepsi dll.
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit dengan
keluhan yang sama
3) Alergi
pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun
minuman dan juga obat-obatan.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasan merokok, meminum kopi dan
minum alkhol.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa dikeluarga pasien tidak ada
yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien (Gagal ginjal), pasien
mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit DM, jantung, dll.
Tetapi klien mengatakan ayah klien memiliki penyakit hipertensi sebelum
meninggal.

Genogram :

Keterangan:
: Perempuan yang meninggal
: Perempuan yang masih didup
: Laki-laki yang sudah meninggal
: Laki-laki yang masih hidup

: Pasien

: Tinggal serumah
d. Diagnose medis dan therapy
Chronic Kidney Disease (CKD)
Therapy :
 Infus Nacl
 D 5%
 Tranfusi Darah
 Asam folat 3x1
 bicnat 3x1
 ondansentron 8 1x1
 Ranitidine 3x1

3. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi dan Manajemen kesehatan
Pasien mengatakan cemas dan tidak nyaman dengan penyakit yang dideritanya.
Manajemen kesehatan yang dilakukan pasien adalah dengan pergi ke pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan perawatan.
b. Pola Nutrisi/Metablisme
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan saat sehat di rumah menu makanan yang dikonsumsi
beragam dengan frekuensi 3x sehari dengan jumlah 1 porsi, pasien mengatakan
tidak memiliki pantangan makanan.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan makan makanan lunak, pasien juga mengalami penurunan
nafsu makan yang mana setiap makan muntah dan tidak menghabiskan porsi
makan yang sudah disediakan oleh rumah sakit. Pasien mengalami penurunan
berat badan, pasien mengalami kesulitan saat menelan dan pasien tidak
memiliki masalah kulit dan jika luka penyembuhan normal dan kulit pasien
lembab. pasien juga mengatakan selama sakit makan hanya habis ½ porsi dan
minum hanya 4 gelas sedangkan sebelum sakit pasien maka habis 1 porsi dan
minum 8 gelas.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit frekuensi BAB 1-2x sehari dengan
konsistensi lunak, bau khas, warna kuning kecoklatan
 Saat sakit :
Pasien mengatakan defekasi 1 kali 2 hari, tidak ada gangguan konstipasi
ataupun diare, warna dan bau tinja khas, konsistensi lunak
2) BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan BAK 4-5x dalam sehari, warna kuning jernih dan bau khas
 Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak bisa berkemih seperti orang umum biasanya pasien
mengalami inkontinensia/ kesulitan saat berkemih, klien tidak terpasang kateter.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Pasien mengatakan ADL dibantu oleh keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari seperti aktivitas makan, minum, toileting, berpakaian dan berpindah.
2) Latihan
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit jarang melakukan latihan fisik ataupun
olahraga, biasanya pasien melakukan jalan pagi selama kurang lebih 15 menit.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak pernah melakukan latihan fisik.
e. Pola Kognitif-persepsi
pasien sadar dan beraktivitas dengan baik tidak ada masalah pada pola bicara,
pasein sehari-hari menggunakan bahasa minang dan dapat memahami
pebicaraan dengan baik saat berinteraksi dengan perawat, pasien dapat
mendengar dan melihat dengan baik.
f. Pola persepsi-konsep diri
Pasien dapat menggambarkan dirinya, pasien dapat menjelaskan dirinya, pasien
tampak kehilangan peran sebagai orang tua.
g. Pola istirahat tidur
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasanya tidur jam 21.00 WIB, pasien mengatakan tidak ada
kesulitan mengawali tidur dan tidak ada ada gangguan untuk tidur.
 Saat sakit :
Kebiasaan tidur pasien pukul 21.00 WIB, pasien juga mengatakan suka
terbangun di malam hari
h. Pola peran hubungan
pasien memiliki hubungan yang baik dengan kelurga maupun dengan tetangga
sekitar lingkungan tempat tinggal, komunikasi ny.E dan keluarga sangat baik.
i. Pola seksual- reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam seksualitas maupun reproduksi
j. Pola toleransi stress dan koping
Pasien mengatakan sangat cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini dan
klien tidak mengkonsumsi obat untuk mengurangi rasa cemasnya, pasien
mengatakan biasanya bercerita dengan anaknya untuk mengalihkan rasa cemas
dengan penyakitnya.
k. Pola nilai-keyakinan
Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi manjalankan ibadahnya dan
ibadahnya menjadi terganggu akibat penyakit yang dialaminya saat ini.
a. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Composmentis
b. Tanda-tanda vital:
Tekana darah : 150/80mmHg
Pernapasan : 24x/menit
Nadi : 85x/menit
Suhu : 36,5 oC
SpO2 : 90%
c. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Bentuk kepala bulat simetris, warna rambut hitam ada uban, rambut panjang
bersih, tidak ada lesi dan pembengkakan pada kepala
2) Mata
Konjungtiva merah muda kiri dan kanan, penglihatan sedikit kabur jika malihat
tulisan jauh.
3) Hidung
Keadaan lubang hidung bersih, tidak ada terdapat serumen dalam lubang
hidung dan tidak ada terdapat polip
4) Mulut
Keadaan mulut bersih, gigi pasien sudah tidak lengkap, tidak ada karies pada
gigi, tidak ada pendarahan pada gusi, lidah terlihat bersih.
5) Telinga
Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat serumen pada telinga,
lubang telinga tampak bersih dan pendengaran pasien baik.
6) Leher
Saat dutaba tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening dan kelenjer tiroid.
7) Jantung
I: Tidak ada pembengkakan pada jantung
P: Ictus kordis tidak teraba
P: Tidak terdapat nyeri tekan
A: Tidak terdapat bunyi tanbahan seperti mur-mur atau Gallop
8) Dada
I: Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengenbangan dada sama dan tidak
terdapat otot bantu pernapasan
P: Premitus kiri dan kanan, tidak ada kelainan yang ditemukan
P: Sonor seluruh lapang dada
A: vesikuler
9) Payudara
I: Tampak bersih
P: tidak ada kelainan yang ditemukan
10) Abdomen
I: Normal pada umunya, tidak ada luka bekas operasi dan terdapat asites
A: Bising usus (+)<5
P: Timpani
11) Genitalia
Tidak ada kelainan yang ditemukan
12) Ekstermitas atas
Simetris kiri dan kanan, terdapat edema, tidak ada varises rentang gerak terbats
karena terpasang IUFD di esktermitas Neurologi
13) Ekstermitas bawah
Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises ditungkai kaki dan terdapat edema

b. PEMERIKSAA PENUNJANG
a. Data laboratorium
Hemoglobin: 5,2 gr/dl (W : 12.0-14.0)
Leukosit: 4.480 µL (5000-10.000)
Eritrosit: 1,72 jutaµL (W : 4.0-5.0)
Trombosit: 166.000µL (150.000-450.000)
Hematokrit: 15,0 vol % (W : 37.0-47.0)
PT : 10.5 sec (9.5-11.7 sec)
APTT : 41.2 sec (28-42 sec)
cov-2 antigen: 0,05 negatif
b. Radiologi
Pasien dilakukan pemeriksaan USG abdomen atas dan bawah
A. DATA FOKUS
Data Subjektif :
 pasien mengatakan badan lemas
 pasien mengatakan kepala pusing
 pasien mengatakan napas sesak
 pasien mengatakan badan terasa letih
 pasien mengatakan sulit tidur
 pasien mengatakan sulit untuk buang air kecil
 pasien mengatakan cemas mengenai kondisinya
 pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga
Data Objektif :
 Pasien tampak pucat
 Pasien tampak sembab di muka, tangan dan kaki
 Pasien tampak cemas
 Pasien tampak letih
 Pasien tampak berbaring ditempat tidur
 Pasien tampak terpasang infus RL
 Pasien tampak terpasang oksigen
 Pasien tampak terpasang kateter
 kesadaran composmentis
 GCS: E4M6V5
 Tanda vital: tekanan darah 150/80mmHg, nadi: 85x/menit, pernapasan 24x/menit,
suhu: 36,5 oC
 Hemoglobin 5,2 gr/dl, Leukosit: 4.480 µL, Eritrosit: 1,72 juta µL, Hematokrit: 15,0
vol %
 SPo2: 98%.
B. Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
keperawatan
1. DS : Kelebihan asupan Hipervolemia
- Pasien mengatakan sulit cairan
buang air kecil
- Pasien mengatakan sesak
napas
DO:
- Pasien tampak sembab di
bagian muka, tangan dan kaki
- Pasien tampak sesak
- Pasien tampak terpasang
kateter
- Pasien tampak terpasang
oksigen
- Hemoglobin 5,2 gr/dl,
Hematokrit: 15,0 %,
2. DS: Hipertensi Resiko perfusi
- Pasien mengatakan kepala serebal tidak efektif
pusing
- Pasien mengatakan sulit tidur
- pasien mengatakan cemas
mengenai kondisinya
DO :
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak cemas
- Tanda vital: tekanan darah
150/80mmHg, nadi:
85x/menit, pernapasan
24x/menit, suhu: 36,5 oC
- SPo2: 98%.
- Leukosit: 4.480 µL, Eritrosit:
1,72 juta µL, Hematokrit: 15,0
%, hemoglobin: 5.2 gr/dl
3. DS: Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan badan suplai dan
lemas kebutuhan oksigen
- Pasien mengatakan badan
terasa letih
- Pasien mengatakan aktivitas
dibantu oleh keluarga
DO:
- Pasien tampak letih
- Pasien tampak berbaring
ditempat tidur
- Kesadaran composmentis
- GCS : M6V5E4
- Hemoglobin 5,2 gr/dl
- Pasien tampak terpasang infus
RL

C. Diagnosa keperawatan
1. Hipervolemia berhubungan dengan Kelebihan asupan cairan dibuktikan dengan
Pasien mengatakan sulit buang air kecil, Pasien mengatakan sesak napas, Pasien
tampak sembab di bagian muka, tangan dan kaki, Hemoglobin 5,2 gr/dl,
Hematokrit: 15,0 %,
2. Resiko perfusi serebal tidak efektif berhubungan dengan Hipertensi dibuktikan
dengan Pasien mengatakan kepala pusing, Pasien mengatakan sulit tidur, Pasien
tampak pucat, tekanan darah 150/80mmHg,
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen dibuktikan dengan Pasien mengatakan badan lemas dan letih, Pasien
mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga, Pasien tampak letih, Pasien tampak
berbaring ditempat tidur

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama Klien : Ny.E
Diagnosis medis : CKD
Ruang Rawat : Interne
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Internesi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
1 Hipervolemia b/d Setelah dilakukan Manajemen hypervolemia:
kelebihan asupan tindakan keperawatan O:
cairan selama 2x24 jam - Periksa tanda dan gejala
maka keseimbangan hypervolemia.
cairan meningkat - Identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil hypervolemia.
diharapkan: - Monitor status hemodinamik.
- Asupan - Monitor intake dan outputcairan.
cairan - Monitor tanda hemokonsentrasi.
meningkat
- Monitor tanda peningkatan
.
tekanan onkotik plasma.
- Kelembapan
- Monitor kecepatan infus
membran
secaraketat.
mukosameningkat.
- Monitor efek samping diuretic.
- Asupan
T:
makanan
- Timbang berat badan setiap hari
meningkat. dengan waktu yangsama.
- Edemamenurun. - Batasi asupan cairan dan garam.
- Dehidrasimenurun. - Tinggikan kepala tempat tidur 30-
- Asitesmenurun. 40⁰
- Tekanan E:
darah - Anjurkan melapor jika haluan
membaik. urin <0,5 ml/kg/jam selama 6
- Membrane jam.
mukosa - Anjurkan melapor jika BB
membaik bertambah >1 kg dalamsehari.
- Turgor - Ajarkan cara mengukur dan
kulitmembaik. mencatat asupan dan
haluancairan.
- Ajarkan cara membatasi cairan.

K:
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasipenggantiankehilangan
kalium akibat diuretic.
- Kolaborasi pemberian continuous
renal replacement therapy, jika
perlu.
2 Resiko perfusi Setelah dilakukan Manajemen peningkatan tekanan
perifer tidak efektif intervensi selam 2 x 24 intrakranial
b/d hipertensi jam maka perfusi perifer O:
meningkat dengan kriteria
- Identifikasi penyebab peningkatan
hasil:
TIK
- Denyut nadi
- Monitor tanda/gejala peningkatan
perifer meningkat
TIK
- Warna kulit pucat
menurun
- Monitor intake dan output cairan
- Edema perifer T:
menurun - Minimalkan stimulus dengan
- Turgor kulit menyediakan lingkungan yang
membaik
tenang
- Tekanan darah
- Berikan posisi semi fowler
sistol dan diastol
membaik
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi :
b/d tindakan O:
Ketidakseimbangan keperawatan selama - Identifikasi gangguan fungsi
suplai dan 2x24 jam maka tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen toleransi aktivitas kelelahan.
meningkat dengan - Monitor kelelahan fisik
kriteria hasil danemosional.
diharapkan: - Monitor pola dan jam tidur.
- Frekuensi - Monitor lokasi dan
nadi ketidaknyamanan selama
meningkat. melakukan aktivitas.
- Kemudahan
T:
dalam
- Sediakan lingkungan nyaman
melakukan
dan rendah stimulus (mis.
aktivitas sehari-
Cahaya, suara,kunjungan).
hari meningkat.
- Lakukan latihan rentang gerak
- Keluhan
pasif dan atauaktif.
lelah
- Berikan aktivitas distraksi yang
menurun.
menenangkan.
- Dispnea saat
- Fasilitasi duduk disis tempat
aktivitas
tidur,jika tidak dapat berpindah
menurun.
atau berjalan.
- Dispnea
E:
setelah - Anjurkan tirahbaring.
aktifitasmenur - Anjurkan melakukan aktivitas
un. secara bertahap
- Perasaan - Anjurkan menghubungi perawat
lemah jika tanda dan gejala kelelahan
menurun. tidak berkurang.
- Warna - Ajarkan strategi koping untuk
kulit mengurangi kelelahan.
membai K:
k. - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Tekanan tentang cara meningkatkan
darah asupan makanan.
membaik.
- Frekuensi
nafas
membaik

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny.E
Ruang rawat : Interne
Tanggal Diagnosa Implementasi Jam Evaluasi Paraf
23/ Hipervolemia b/d O: S:
11/2021 kelebihan asupan - Meriksa tanda & - Pasien
Selasa cairan gejala hypervolemia mengatakan
- Melakukan minum sebanyak
identifikasi 750 ml
penyebab - Pasien
hypervolemia mengatakan BAK
- Memonitor intake masih sulit dan
dan output cairan sedikit
T: - Pasien
- Timbang berat mengatakan
badan setiap hari masih sesak
dengan waktu yang napas
sama O:
- Membatasi asupan - Pasien masih
cairan tampak sembab
E: pada muka,
- Menganjurkan tangan dan kaki
melapor jika - Pasien masih
haluaran urine 10,5 tampak sesak
ml/jam selama 6 jam A: Masalah
- Mengajarkan cara hypervolemia belum
membatasi cairan teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
23 / Intoleransi O: S : pasien mengatakan
11/2021 aktivitas b/d - Mengidentifikasi badan masih terasa letih
Selasa Ketidakseimbang gangguan fungsi dan lemah
an suplai dan tubuh yang O:
kebutuhan mengakibatkan - Pasien tampak
oksigen kelelahan lemah
- Memonitor - Pasien tampak
kelelahan fisik dan letih
emosional A : Masalah intoleransi
T: aktivitas belum teratasi
- Menyediakan P : intervensi
lingkungan nyaman dilanjutkan
dan rendah stimulus
(pencahayaan)
E:
- Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- Mengajarkan
strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
K:
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
23 / Resiko perfusi O: S:
11/2021 perifer tidak - mengidentifikasi - Klien
Selasa efektif b.d penyebab peningkatan mengatakan
hipertensi TIK kepala masih
- memonitor tanda/gejala pusing
peningkatan TIK - Pasien
- memonitor intake dan mengatakan mual
output cairan setelah makan
T: O:
- meminimalkan - TD 130/70
stimulus dengan mmHg
menyediakan - N 84 x/i
lingkungan yang - RR 24x/i
tenang - S 37,3ºC
- memberikan posisi - CRT <2 detik
semi fowler A : Masalah resiko
perfusi perifer tidak
efektifbelum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
24/11/20 Hipervolemia b/d O: S:
21 kelebihan asupan - Meriksa tanda & - Pasien
rabu cairan gejala hypervolemia mengatakan
- Melakukan minum sebanyak
identifikasi 250 ml
penyebab - Pasien
hypervolemia mengatakan kaki,
- Memonitor intake tangan masih
dan output cairan sembab
T: - Pasien masih
- Timbang berat sedikit sesak
badan setiap hari O:
dengan waktu yang - Pasien tampak
sama sembab pada
- Membatasi asupan muka, tangan dan
cairan kaki
E: - TD 130/70
- Menganjurkan mmHg
melapor jika - N 80 x/i
haluaran urine 10,5 - RR 22x/i
ml/jam selama 6 jam - S 37,3ºC
- Mengajarkan cara A: Masalah
membatasi cairan hypervolemia belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
24/11/20 Intoleransi O: S : pasien mengatakan
21 aktivitas b/d - Mengidentifikasi badan letih sudah
rabu Ketidakseimbang gangguan fungsi berkurang
an suplai dan tubuh yang O:
kebutuhan mengakibatkan - Pasien masih
oksigen kelelahan tampak letih
- Memonitor - Ku sedang
kelelahan fisik dan - TD 130/70
emosional mmHg
T: - N 80 x/i
- Menyediakan - RR 22x/i
lingkungan nyaman - S 37,3ºC
dan rendah stimulus A : masalah intoleransi
(pencahayaan) aktivitas belum teratasi
E: P : intervensi
- Menganjurkan dilanjutkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- Mengajarkan
strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
K:
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
24/11/20 Resiko perfusi O: S:
21 perifer tidak - mengidentifikasi - Klien
Rabu efektif b.d penyebab peningkatan mengatakan
hipertensi TIK kepala
- memonitor tanda/gejala pusingsudah
peningkatan TIK berkurang
- memonitor intake dan - Pasien
output cairan mengatakan
T: masih mual
- meminimalkan setelah makan
stimulus dengan O:
menyediakan - TD 130/70
lingkungan yang mmHg
tenang - N 84 x/i
- memberikan posisi - RR 22x/i
semi fowler - S 37,3ºC
- CRT <2 detik
A : Masalah resiko
perfusi perifer tidak
efektifbelum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
25/11/20 Hipervolemia b/d O: S:
21 kelebihan asupan - Meriksa tanda & - Pasien
Kamis cairan gejala hypervolemia mengatakan kaki,
- Melakukan tangan sembab
identifikasi sudah berkurang
penyebab O:
hypervolemia - Pasien tidak
- Memonitor intake tampak sembab
dan output cairan pada muka,
T: tangan dan kaki
- Timbang berat - TD 130/80
badan setiap hari mmHg
dengan waktu yang - N 80 x/i
sama - RR 22x/i
- Membatasi asupan - S 37,3ºC
cairan A: Masalah
E: hypervolemia teratasi
- Menganjurkan sebagian
melapor jika P : Intervensi
haluaran urine 10,5 dilanjutkan
ml/jam selama 6 jam
- Mengajarkan cara
membatasi cairan
25/11/20 Intoleransi O: S : pasien mengatakan
21 aktivitas b/d - Mengidentifikasi sudah tidak letih lagi
Kamis Ketidakseimbang gangguan fungsi O:
an suplai dan tubuh yang - Pasien tampak
kebutuhan mengakibatkan ceria
oksigen kelelahan - Ku sedang
- Memonitor - TD 130/80
kelelahan fisik dan mmHg
emosional - N 80 x/i
T: - RR 22x/i
- Menyediakan - S 37,3ºC
lingkungan nyaman A : masalah intoleransi
dan rendah stimulus aktivitas teratasi
(pencahayaan) P : intervensi
E: dihentikan
- Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- Mengajarkan
strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
K:
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
25/11/20 Resiko perfusi O: S:
21
perifer tidak - mengidentifikasi - Klien
Kamis
efektif b.d penyebab peningkatan mengatakan
hipertensi TIK kepala pusing
- memonitor tanda/gejala sudah tidak
peningkatan TIK O:
- memonitor intake dan - TD 130/80
output cairan mmHg
T: - N 80 x/i
- meminimalkan - RR 22x/i
stimulus dengan - S 37,3ºC
menyediakan - CRT <2 detik
lingkungan yang A : Masalah resiko
tenang perfusi perifer tidak
- memberikan posisi efektifteratasi
semi fowler P : intervensi
dihentikan
BAB IV

PEMBAHASAN
Setelah kelompok melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny.E Di ruang
InterneRSUD DrAchmadMoechtarBukittinggi dengan diagnosa Chronic Kidney Discare
(CKD), perlu kiranya dilakukan pembahasan untuk mengetahui kesenjangan antara tinjaun
kasus dengan tinjauan teori. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian

Selama proses pengkajian kelompok tidak menemukan hambatan, pasien dan keluarga
kooperatif sehingga mempermudah penulis untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji
dari semua aspek meliputi: aspek bio-psiko-sosial-kultural-spiritual. Dari pengkajian pada
tanggal 22 november 2021 didapatkan data dari pengkajian aspek bio: .
1. Pemerikaan fisik
Dalam teori dijelaskan bahwa pada pasien Chronic Kidney Discare (CKD) akan
didapatan hasil pemeriksaan fisik sebagai berikut:
1. Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC, RBC)
2. Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan kalium.
3. Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.
4. Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg, penurunan HCO
5. Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan menurun, nausea,
ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis, haus.
6. Metabolik : Urea berlebihan, creatinin meningkat.
7. Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan kesadaran,
perubahan fungsi motoric
8. Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan
9. Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido.
10. Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmau
11. Lain-lain : Penurunan berat badan

Dari hasil pemeriksaan fisik pada Ny. E didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut:
1.Urin didapatkan hasil Leukosit: 4.480 µL (5000-10.000), Eritrosit: 1,72 jutaµL (W : 4.0-
5.0) Trombosit: 166.000µL (150.000-450.000).
2. Cardiovaskuler : P0asien mengalami hipertensi dan udem.
3. Kulit : tidak pucat dan tidak kering
4. Oculair : tidak terdapat gangguan pada mata
5. Respirasi : pasien sesak napas
6. Penurunan berat badan tidak ada.
B. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan pada Chronic Kidney Discare (CKD),
yang mungkin muncul adalah:
1. Hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan hipertensi (Peningkatan
Tekanan Darah).

Berdasarkan kasus Pada Ny.E dengan CKD diatas, kelompok mengemukakan tiga (3)
diagnosa keperawatan yaitu:
1. Hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan.
2. Intoleransi aktivitas berhubunan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan volume
cairan

Untuk mempermudah dalam memahami pada pembahasan ini maka penulis


menyusun sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada pada Ny. E dilanjutkan
dengan intervensi, rasional, implementasi, serta evaluasi dari masing-masing diagnosa.
1. Hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan.
a. Definisi
Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler
(SDKI, 2017. h. 62).
b. Alasan diagnosa ditegakkan
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data-data sebagai berikut:Data subjektif:
Pasienmengatakan muka, tangan dan kaki sembab. Data objektif: Pasien
tampak sembab pada muka, tangan dan kaki, Tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 80x/menit,pernapasan 28x/menit dan suhu 37,3 celsius.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
a. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktifitas seharihari (SDKI, 2017. h.
180)
b. Alasan diagnose ditegakkan
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data-data sebagai berikut:Data subjektif:
Pasienmengatakannafas terasa sesak,pasien merasa kelelahan.Dataobjektif:
Pasientampaksesak, pernapasan pasien 28x/menit.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan
volume cairan ditandai dengan susah buang air kecil dan mual setelah makan.
a. Definisi
Kerusakan kulit dermis atau epidermis atau jaringan (membran
mukosa,kornea,fasia,otot, tendon, tlang, kartilago, kapsul sendi atau ligamen
(SDKI, 2017. h. 282)
b. Alasan diagnosa ditegakkan
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data-data sebagai berikut: Datasubjektif:
Pasienmengatakansulit buang air kecil, Pasienmengatakan mual dan muntah
setelah makan. Data Objektif: Pasientampaklemah, pasien tampak menurun
nafsu makannya.

C. Intervensi
Adapun tujuan dan kriteria hasil: Setalah dilakukan intervensi keperawatan 3x24
jam maka keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil diharapkan asupan
cairan meningkat, kelembaban membran mukosa meningkat,edema menurun,
dehidrasi menurun, tekanan darah membaik, turgor kuit membaik, berat badan
membaik. Intervensi:Menajemen hiperkalemia periksa tanda dan gejala
hipervolemia,monitor status hemodinamik,monitor tanda peningkatan tekanan onkotik
plasma,menimbang berat badan setiap hari dengan waktu yang sama,tinggikan kepala
tempat tidur.
Adapun tujuan dan kriteria hasil: Setalah dilakukan intervensi keperawatan 3x24
jam diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil: frekuensi nadi
meningkat, saturasi oksigen meningkat, kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari meningkat, keluhan lelah menurun, dyspnea saat aktivitas menurun, dyspnea
setelah aktivitas menurun, perasaan lemah menurun, warna kulit membaik, tekanan
darah membaik, frekuensi napas membaik. Intervensi: Manajemen energy, identifikasi
gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, monitor pola dan jam tidur,
sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus, anjurkan tirah baring, anjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap
Adapun tujuan dan kriteria Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam
diharapkan integritaskulit/jaringan meningkat dengan kriteria hasil : elastic meningkat,
hidrasi meningkat, perfusi jaringan meningkat, kerusakan jaringan menurun,
kerusakan lapisan kulit menurun, nyeri menurun, perdarahan menurun,suhu kulit
membaik, tekstur membaik. Intervensi: perawatan integritas kulit, identifikasi
penyebab gangguan integritas kulit, mengubah posisi tiap 2 jam tirah baring, anjurkan
menggunakan pelembap, anjurkan minum air yang cukup , anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi, anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayuran.
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan kelompok dari tanggal 22 november 2021 sampai
tanggal 26 November 2021 yaitu:: implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari
pada diagnosa pertama yaitu:memeriksa tanda dan gejala hipervolemia, memonitor
status hemodinamik, memonitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma,
menimbang berat badan setiap hari dengan waktu yang sama,meninggikankepala
tempat tidur.
Implementasi yang dilakukan kelompok dari tanggal 22 november 2021 sampai
tanggal 26 November 2021 yaitu: implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari
pada diagnosa kedua yaitu: mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan, memonitor pola dan jam tidur, menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus, menganjurkan tirah baring, meanjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Implementasi yang dilakukan kelompok dari tanggal 22 november 2021 sampai
tanggal 26 November 2021 yaitu: implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari
pada diagnosa ketiga yaitu: mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit,
mengubah posisi tiap 2 jam tirah baring, menganjurkan menggunakan pelembap,
menganjurkan minum air yang cukup , menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi,
menganjurkan meningkatkan asupan buah dan sayuran.
E. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan kelompok selama tindakan keperawatan dari 22
november 2021 sampai tanggal 26 November 2021:Evaluasi yang dilakukan
kelompok selama tiga hari melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kriteria
hasil yang dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan keseimbangan cairan meningkat dapat teratasi, ditemukan data: S: Pasien
mengatakan minum sebanyak 750 ml, Pasien mengatakan BAK sedikitO: Pasien
tampak sembab pada muka, tangan dan kaki A: Masalah hypervolemia belum teratasi,
P: intervensi dilanjutkan.
Evaluasi yang dilakukan kelompok selama tiga hari melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan toleransi aktivitas dapat teratasi, pada
tanggal 23 november 2021 ditemukan data: S: pasien masih mengeluh nafas terasa
sesak, O: sesak (-), lemah (-), letih (-), A: masalah intoleransiaktivitasteratasi, P:
Intervensi dihentikan.
Evaluasi yang dilakukan kelompok selama tiga hari melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan integritas kulit/jaringan
dapat teratasi, pada tanggal 26 november 2021 ditemukan data: S, O ,A, P
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini merupakan
masalah kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang
semakin meningkat, pengobatan pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita
gagal ginjal merupakan pengobatan yang sangat mahal.
Penderita CKD memerlukan penanganan secara optimal untuk mempertahankan
kualitas hidup guna meminimalkan komplikasi lebih lanjut. Peran perawat menjadi
faktor yang sangat penting dalam mengatasi masalah kesehatan ini. Perawat dapat
berperan sebagai care provider yaitu memberikan pelayanan asuhan keperawatan
secara komprehensif.

B. Saran
1. Bagi klien penderita Chronic Kidney Disease (CKD)
a. Pada klien dengan CKD harus mengetahui serta memahami tentang
penyakitnya
b. Klien harus taat dalam pengobatan karena pengobatan CKD membutuhkan
waktu yang lama
c. Klien harus mampu melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan oleh
perawat
d. Klien harus dapat bersifat kooperatif sehingga dapat mempermudah tindakan
yang akan diberikan perawat
2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr Achmad Mocthar
a. Untuk mencapai intervensi dari asuhan keperawatan, diharapkan adanya
peningkatan sarana dan prasarana guna mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Alat pelindung diri (APD) merupakan unsur yang dapat menghindari
terjadinya infeksi nosokomial, diharapakan perlindungan ini selalu tersedia dan
digunakan dalam segala tindakan
c. Selalu gunakan teknik steril baik itu pada alat kesehatan, perawat dan tindakan
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik, Alih bahasa: Renata Komalasari. Jakarta: EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPPPPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Kriteria
Hasil Keperwatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
EdisiAlih bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EG
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil riset kesehatan dasar. Jakarta. 2018
WHO (2015) Angka kejadian penderita CKD di dunia
Permana, Sari, 2012. ‘Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Chronic Kidney Disease
Di Ruang Hemodialisa Rsud Dr. Moewardi Surakarta’. [Online] Jurnal. Dari
Jurnal. http://Eprints.Ums.Ac.Id/22368/10/Naskah_Pdf (29 Desember 2018)

Anda mungkin juga menyukai