Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ANTE NATAL CARE (ANC)

A. Pengertian

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal


dari terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan
ovum sehingga akan terbentuk zigot yang pada akhirnya
membentuk janin. Kehamilan terjadi pada saat pertemuan ovum
dan sperma hingga masa di mana janin siap lahir, dalam
perhitungan medis ± 40 minggu (Masriroh, 2013).

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,


kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi menjadi 3 trimester, trimester ke satu dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan
trimester ke tiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawiroharjo, 2010).
B. Tujuan
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
dan sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya
penyulit/komplikasi yang dapat muncul selama kehamilan,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup builan dan persalinan
yang aman dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan
mempersiapkan ibu agar dapat memberi asi secara eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran janin agar tumbuh kembang secara normal
7. Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahirran mati
dan kematian neonatal. (Bobak, 2010).
C. Standar Pelayanan Ante Natal Care

Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7 T, yaitu:


1. Timbang badan dan Tinggi badan
 Tujuannya adalah untuk mengetahui sesuai tidaknya
berat badan ibu.
 Berat badan ibu hamil yang sehat akan bertambah
antara 10-12 Kg sejak sebelum hamil.
 Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama.
Ibu dengan tinggi <145 cm perlu diperhatikan
kemungkinan panggul sempit sehingga menyulitkan
pada saat persalinan (Saryono, 2010).
2. Ukur tekanan darah
 Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara
rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini
terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan
darah tinggi, protein urin positif, pandangan kabur
atau oedema pada ekstremitas.
 Apabila tekanan darah mengalami kenaikan 15
mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1
jam atau tekanan darah > 140/90 mmHg, maka ibu
hamil mengalami preeklamsi. Apabila preeklamsi
tidak dapat diatasi maka akan menjadi eklamsi
(Saryono, 2010).
3. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
 Tujuannya untuk melindungi ibu dan bayi yang
dilahirkan nanti dari tenanus neonatorum (Saryono,
2010).
Antigen Interval (selang Lama % perlindungan
waktu minimal) perlindungan
TT1 Pada kunjungan - -
antenata pertama
TT2 4 minggu setelah 3 tahun * 80
TT1
TT3 6 bulan setelah 5 tahun 95
TT2
TT4 1 tahun setelah 10 tahun 99
TT3
TT5 1 tahun setelah 25 tahun/seumur 99
TT4 Hidup

4. Ukur tinggi fundus uteri.


 Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim,
dilakukan dengan cera meraba perut dari luar, selain
itu untuk mengetahui presentasi janin, serta
mengetahui posisi janin dalam rahim (Saryono,
2010). 

5. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan.


Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual
hilang satu tablet setiap hari, minimal 90
tablet. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg
(zat besi 60 mg) dan asam folat
500 μg. Tablet besi sebaiknya tidak minum
bersama kopi, teh karena dapat mengganggu
penyerapan (Saryono, 2010).
6. Temu wicara/ pemberian komunikasi
interpersonal atau konseling. Untuk
menghindari kesalahan penanganan kehamilan,
komunikasi dengan suami dan keluarga
diperlukan gunan mempersiapkan rujukan
nantinya. Dengan manajemen rujukan yang benar,
cepat, dan tepat maka ibu dan janin akan
memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran
yang benar sehingga membantu menurunkan
angka kematian ibu dan bayi. Program ini lebih
diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan
terpencil dan jauh dari akses transfortasi yang
memadai (Saryono, 2010).
7. Test laboratorium sederhana (Hb,Protein, dan
Urine) berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis,
HIV, malaria, tuberkulosis paru (TBC) ,
PMS).
Wanita yang sedang hamil merupakan kelompok
dengan risiko tinggi terhadap penyakit menular
seksual yang dapat menimbulkan kematian pada
ibu dan janin yang dikandungnya (Saryono,
2010).

D. Jadwal kunjungan ANC


Menurut WHO (2016), merekomendasikan untuk kunjungan Antenatal
Care (ANC) minimal delapan kali. Kunjungan pertama pada trimester I
umur kehamilan 0-12 minggu, kunjungan pada trimester II umur
kehamilan 20 dan 26 minggu, kunjungan pada trimester III umur
kehamilan 30, 34, 36, 38, 40 minggu. Kemenkes RI (2016), kebijakan
yang berlaku di Indonesia untuk kunjungan ANC minimal 4 kali selama
kehamilan yaitu minimal 1 kali pada trimester I, minimal 1 kali pada
trimester II, dan minimal 2 kali pada trimester III.

E. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala kehamilan menurut Manuaba, 2010 sebagai berikut :
1. Tanda-tanda pasti
a) mendengar bunyi jantung janin
b) melihat, meraba, atau mendengar pergerakan
anak oleh pemeriksa
c) melihat rangka janin dengan sinar
rontgent atau dengan ultrasographi
2. Tanda-tanda mungkin
Tanda-tanda mungkin dibagi menjadi :
a) Tanda-tanda objektif
1. Pembesaran, perubahan bentuk, dan konsistensi rahim
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba
bahwa uterus membesar dan makin lama
makin bundar bentuknya.
2. Perubahan pada serviks
Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras,
kerasnya seperti kita meraba ujung hidung.
Dalam kehamilan, serviks menjadi lebih lunak
selunak bibir atau ujung daun telinga.
3. Meraba bagian anak
Dapat dilakukan jika janin sudah agak besar,
hanya kadang- kadang tumor yang padat
seperti myoma, fibroma, dan lain- lain dapat
menyerupai bentuk janin.
4. Pembesaran perut
Setelah bulan ke-3 rahim dapat diraba dari
luar dan mulai membesarkan perut.
5. Tanda-tanda chadwicks
Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu
b) Tanda-tanda subjektif
1. Adanya amenorrhoe
2. Mual dan muntah
3. Ibu merasa pergerakan anak
4. Sering kencing akibat pembesaran rahim yang
menekan kandung kencing
5. Perasaan dada berisi dan agak nyeri. (Kusmiyati, et al, 2008).
F. Adaptasi Fisiologi
1) Perubahan fisiologis
a. Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya
30 gram menjadi 1000 gram, dengan ukuran
panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan ukurang muka
belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata,
uterus lebih cepat tumbuh di daerah implantasi
dari ovum dan di daerah insersi placenta.
Pembesaran ini disebabkann oleh hypertrophy
dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda
juga terbentuk sel-sel otot yang baru (Kumalasari,
2015)
b. Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam
kehamilan adalah menjadi lunaknya cervix
(Dewi,dkk 2013)
c. Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah,
hingga warna selaput lendirnya membiru,
kekenyalan vagina bertambah yang berarti daya
regangnya bertambah sebagai persiapan
persalinan (Kumalasari, 2015).
d. Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus
lutheum graviditatis, teapi setelah bulan ke-4
corpus lutheum ini akan mengisut (Kumalasari,
2015)
e. Dinding perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering
timbul garis- garie memanjang atau serong pada
perut. Garis-garis ini disebut striae gravidarum.
Kadang-kadang garis-garis itu terdapat juga pada
buah dada dan paha. Pada seorang primi gravida
warnanya menbiru disebut striae lividae
(Sulistiawati,2014)

f. Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain
pada areolla mammae, papilla mammae, dan linea
alba. Pada umumnya setelah partus, gejala
hyperpigmentasi ini akan menghilang.
g. Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena
hypertophi olveoli. Di bawah kulit payudara
sering tampak gambaran- gambaran dari vena
yang meluas. Putting susu biasanya membesar
dan lebih tua warnanya dan acapkali
mengeluarkan colostrum. Perubahan-perubahan
pada payudara disebabkan karena pengaruh
hormonal.
h. Pertukaran zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi
penimbunan protein sedangkan dalam darah kadar
zat lemak naik dan ada kecenderungan pada
ketosis. Kebutuhan akan calcium dan phosphor
bertambah untuk pembuatan tulang-tulang janin
begitu pula akan ferum untuk pembentukan Hb
janin.
i. Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya
maupun erytrosyt, tetapi penambahan volume
plasma yang disebabkan oleh hydramia lebih
menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
Batas-batas fisiologis ialah :
a. Hb 10 gr%
b. Erytrosyt 3,5 juta per mm3
c. Leucocyt 8.000-10.000 per mm3
j. Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung
berkurang, hal tersebut mungkin menyebabkan
muntah dan kembung pada masa kehamilan.
Tonus usus kurang, yang menimbulkan obstipasi
(Kumalasari, 2015)

2) Perubahan Psikologis
 Trimester I
Trimester pertama ini sering dirujuk sebagai masa penentuan.
Penentuan untuk menerima kenyataan bahwa ibu sedang hamil.
Segera setelah konsepsi, kadar hormon progesteron dan
estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan
timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,lelah dan
membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali
membenci kehamilannya (Kamariyah dkk, 2014:39)
 Trimester II
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran
kesehatan, saat ibu merasa sehat. Ibu sudah menerima
kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energy serta
pikirannya secara konstruktif (Kumalasari, 2015:8)
 Trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul
kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa
dirinya jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena
akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus
yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga
dan bidan (Dewi dkk, 2011:110)

G. Cara Menghitung HPHT


HPHT merupakan singkatan dari Hari Pertama Haid
Terakhir, yang dalam hal ini dapat dikatakan pula sebagai
hari pertama dari siklus menstruasi yang terakhir di alami
sebelum ia pada akhirnya tidak mengalami haid lagi
karena sedang berada dalam kondisi hamil. Adapun masa
ovulasi dalam hal ini terjadi sejak dua minggu setelah
HPHT itu sendiri. Apabila selama masa ovulasi ini terjadi
pembuahan di mana terjadi pertemuan antara sel telur dan
sperma, maka dapat dikatakan pada saat itulah kehamilan
Anda dimulai (Kamariyah dkk, 2014).
Rumus HPHT menggunakan rumus Neagele :
 Jika HPHT terjadi bulan Januari-Maret maka menggunakan
rumus
(Hari +7, Bulan +9)
 Jika HPHT terjadi bulan April-Desember menggunakan Rumus
(Hari +7, Bulan -3, Tahun +1)

H. Keluhan Selama Kehamilan


1. Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1 – 3 bulan)
a. Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi
hari dan akan hilang menjelang tengah hari
(morning sickness).
b. Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium
bau yang menyengat.
c. Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal
ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan, perut kosong.
d. Sering kencing: Karena tekanan uterus yang
membesar dan menekan pada kandung kencing.
e. Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan
hormon kehamilan (estrogen dan progesteron)
yang mempengaruhi mukosa serviks dan vagina.

f. Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi


perdarahan pervaginam perlu diwaspadai adanya
abortus.
g. Perut membesar.
h. Psikologis: Perasaan gembira dengan penerimaan
kehamilan akan mempengaruhi penerimaan ibu
terhadap kelainan-kelainan yang timbul.
Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan
tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman dan
menimbulkan antipati terhadap kehamilannya.
Pada masa ini sering timbul konflik karena
pengalaman baru, sehingga ibu hamil perlu
mendapatkan perhatian dan dukungan suami
(Pragnancy, 2015)
2. Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4 – 6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif
sudah berakhir, sehingga bila ada ibu hamil masih
mendapatkan keluhan seperti pada trimester I, perlu
diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis.
Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi
ibu terhadap kehamilannya, perasaan ibu cenderung
lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada
triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan
pengalaman baru, mulai merassakan gerakan bayi,
terdengarnya DJJ, melalui alat doptone atau melihat
gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan
II juga dikatakan fase aman untuk kehamilan,
sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa
gangguan berarti (Pragnancy, 2015)
3. Keluhan pada triwulan III (usia
kehamilan 7 – 9 bulan) Kejadian
yang sering timbul antara lain:
a. Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal
ini dapat menunjukkan kemungkinan terjadi
anemia dengan Hb < 10 gr%.
b. Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini
dapat digunakan rujukan kemungkinan adanya
hipertensi.

c. Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai


karena sebagai salah satu gejala dari trias klasik
eklamsi. Sesak napas pada triwulan III perlu
dicurigai kemungkinan adanya kelainan letak
(sungsang).
d. Perdarahan. Pada triwulan III bisa terjadi
perdarahan pervaginam perlu dicurigai adanya
placenta praevia atau solusio plasenta.
e. Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau
malam hari, bukan pada saat kencing, perlu
diwaspadai adanya ketuban pecah dini.
f. Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung
kencing akibat masuknya kepala ke pintu atas
panggul.
g. Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya
seorang bayi (Purwaningsih, dkk, 2010).

I. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013) :
1. Hiperemisis gravidarum.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
3. Perdarahan trimester I (abortus).
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8. Inkompatibilitas darah.
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
J. Pemeriksaan Ante Natal
Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:
Leopold I:
 Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi
bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus dan
daerah pelvik.
 Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan
jari-jari kedua tangan mempalpasi fundus uteri.
Jika kepala yang berada di fundus maka akan
terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong
teraba di fundus, maka akan terasa lembut, tidak
bulat dan gerakan kurang (Manuaba, 2010).

Leopold II
 Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
 Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan
kedua tangan pada kedua sisi abdomen. Letakkan
tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi
sisi yang berbeda untuk menemukan bagian
punggung janin. Jika punggung akan teraba
cembung dan resisten (Manuaba, 2010)
Leopold III:
 Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin
yang dekat dengan daerah pelvik.
 Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang
dominan pada sisi abdomen di atas simpisis pubis
dan minta pasien menarik napas panjang dan
menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan
napas, gerakkan tangan turun perlahan dan
menekan sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan
teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh.
Jika bokong akan teraba lembut dan tidak
beraturan (Manuaba, 2010)

Leopold IV
 Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol
dari bagian terendah janin masuk ke pintu atas
panggul (Manuaba, 2010)
 Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan
lembut gerakan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvis sampai salah satu tangan
merasakan bagian tulang yang timbul. Ada 3
keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang
masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika
bagian yang masuk baru setengah, divergen yaitu
jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk
ke dalam rongga panggul
K. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesa
- Anamnesa identitas istri dan suami
- Anamnesa umum : keluhan kehamilan
(mual,muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati),
nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,
perkawinan
- Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan
kehamilan ektopik atau kehamilan mola
sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik Diagnostik
a. Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh
gambaran mengenai keadaan panggul. Adanya
kesempitan atau kelainan panggul, dapat
diduga bila terlihat jalannya ibu tidak normal,
misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya
kelainan panggul (kifosis, skoliosis), kelainan
belah ketupat dari michealis (tidak simetris).
b. Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata
merupakan faktor risiko untuk ibu hamil atau
ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145
cm dimungkinkan sang ibu memiliki panggul
sempit.
c. Berat badan
Pertambahan berat badan selama
kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila
dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan
berat badan selama hamil muda 5 kg,
selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan,
pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg.
Bila terdapat BB yang berlebihan, perlu
dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan
kembar, hidroamnion, dan anak besar.
d. Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang
kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan
anak dengan BBLR.
e. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90
mmHg) merupakan resiko dalam
kehamilan. Penanganan yang kurang
tepat, TD sistolik 30 mmHg atau
lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg
atau lebih dapat berlanjut menjadi
preeklamsi dan eklamsi.
 Denyut nadi
Jumlah denyut nadi normal adalah
sekitar 80 kali/menit.
 Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari
37,50C dikatakan demam, hal ini
kemungkinan ada infeksi dalam
kehamilan.
 Pernapasan
Frekuensi napas normal orang dewasa
adalah 16-20 kali/menit. Bila ibu
mengalami peningkatan frekuensi
napas, ibu akan mudah lelah atau
kemungkinan dicurigai mempunyai
penyakit jantung.

f. Kepala dan Leher


- Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
- Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah
tampak pucat, berwarna kuning/jaundice pada
sklera
- Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
- Memeriksa dan meraba leher untuk
mengetahui pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran
vena jugularis
g. Payudara
- Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya;
payudara normal melingkar, agak simetris, dan
dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
- Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
- Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
- Retraksi akibat adanya lesi
- Masa atau pembesaran pembuluh limfe
h. Abdomen
- Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
- Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan
tangan bila usia kehamilan > 12 minggu, atau
pita ukuran bila usia kehamilan > 22 minggu

- Melakukan palpasi untuk mengetahui letak


presentasi, posisi, dan penurunan kepala janin
kalau lebih dari 36 minggu
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I :
 Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
 Menentukan tinggi fundus uteri dan
bagian janin dalam fundus
 Konsistensi uterus
Leoportd II :
 Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
 Menentukan letak punggung janin
 Pada letak lintang, tentukan
dimana kepala janin Leopold III
:
 Menentukan bagian terbawah janin
 Apakah bagian terbawah tersebut
sudah masuk/ masihgoyang Leopold
IV:
 Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
 Bisa juga menentukan bagian
terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk PAP
i. Tangan dan kaki
- Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau
pucat pada kuku jari
- Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
- Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah
terjadi gerakan hipo atau hiper
j. Pemeriksaan panggul
Panggul : genital luar
 Memeriksa labia mayora dan
minora, klitoris, lubang uretra,
introitus vagina untuk melihat
adanya tukak atau luka, varises,
cairan yang ada (warna, konsistensi,
jumlah, bau)
 Melakukan palpasi pada kelenjar
bartolini untuk mengetahui adanya
pembengkakan masa atau cairan
kista

Panggul : menggunakan spekulum


 Memeriksa serviks untuk melihat
adanya cairan/darah, luka/lesi,
apakah serviks sudah membuka atau
belum
 Memeriksa dinding vagina untuk
melihat adanya cairan/darah dan luka

Panggul : pemeriksaan bimanual


 Mencari letak serviks dan merasakan
untuk mengetahui pembukaan
(dilatasi) dan rasa nyeri karena
gerakan (nyeri tekan atau nyeri
goyang)
 Menggunakan dua tangan, satu
tangan di atas abdomen, dua jari di
dalam vagina untuk palpasi uterus.
Ukuran, bentuk dan posisi,
mobilitas, rasa nyeri, serta adanya
masa.
Auskultasi untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :
Dari Janin :
 Djj pada bulan ke 4-5
 Bising tali pusat
 Gerakan dan
tendangan
janin Dari ibu :
 Bising rahim
 Bising aorta
 Peristaltik usus
L. Diagnosa Keperawatan

No. SDKI SIKI SLKI

1. Manajemen gangguan Nafsu makan


Resiko defisit
makan.
nutrisi
Observasi : a. Keinginan makan
meningkat (5)
1. Monitor asupan dan keluarnya
makanan dan cairan serta b. Asupan makanan
kebutuhan kalori. meningkat (5)
Terapeutik : c. Asupan nutrisi
meningkat (5)
1. Lakukan kontrak perilaku
(mis. Target berat badan)
2. Berikan penguatan positif
terhadap keberhasilan target
dan perubahan perilaku.
Edukasi :
1. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makanan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori
dan pilihan makanan.
2. Gangguan Promosi citra tubuh Citra tubuh :
citra tubuh Observasi : a. Verbalisasi perasaan
b/d perubahan 1. Identifikasi harapan citra negative tentang perubahan
fungsi tubuh tubuh berdasarkan tahap tubuh menurun (5)
perkembangan. b. Respon nonverbal pada
2. Monitor frekuensi pernyataan perubahan tubuh membaik
kritik terhadap diri sendiri. (5)
Terapeutik ;
1. Diskusikan perubahan akibat
kehamilan.
2. Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara
realistis.
Edukasi
1. Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh.
3 Gangguan rasa Terapi relaksasi : Observasi Status kenyamanan :
nyaman b/d Observasi a. Kesejahteraan psikologis
gangguan 1. Identifikasi teknik relaksasi meningkat (5)
adaptasi yang pernah efektif digunakan.
kehamilan. 2. Monitor respon terhadap teknik
relaksasi.
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia.
2. Anjurkan mengambil posisi
nyaman.
3. Demontrasikan dan latih
teknik relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA

Masriroh, Siti. 2013. Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Imperium: Yogyakarta.

Purwaningsih, Wahyu dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogjakarta: Nuha


Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2016) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2016) Standar Luaran Keperawatan: Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
WHO, 2016, WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy
experience, UK

Anda mungkin juga menyukai