TAHUN 2021
DISUSUN OLEH :
BUKITINGGI
2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN An.K DENGAN HIDROSEFALUS DI RUANGAN
TAHUN 2021
Tanggal :
Menyetujui
Pembimbing CI Klinik
( )
Pembimbing Akademik
( )
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
seminar tentang ” HIDROSEFALUS” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah keperawatan
Maternitas. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan
dengan“Asuhan Keperawatan Anak hedrosefalus” dan hal-hal yang berkaitan dengan hal
tersebut. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua dalam
bidang “Asuhan Keperawatan pada Ny.K dengan Hedrosefalus” Memang makalah ini
masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
b. Tujuan ..............................................................................................................3
I. Konsep Hedrosefalus........................................................................................4
b. Anatomi Hedrosefalus................................................................................4
c. Etiologi Hedrosefalus.................................................................................5
d. WOC Hedrosefalus....................................................................................9
e. Klasifikasi................................................................................................10
f. Manifestasi.................... ..........................................................................12
g. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................13
h. Penatalaksanaan.......................................................................................16
i. Komplikasi...............................................................................................12
a. Pengertian Tumbang................................................................................19
b. Tahapan Tumbang....................................................................................19
c. Ciri-ciri Tumbang....................................................................................20
d. Pola Tumbang..........................................................................................21
f. Pengawasan Tumbang.............................................................................23
g. Imunisasi ...................................................................................................36
h. Riwayat
Sosial............................................................................................36
i. Riwayat Tumbang......................................................................................36
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian.....................................................................................................70
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................70
4. Implemetasi...................................................................................................72
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan ...............................................................................................73
b. Saran ..........................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada kekebalan tubuh anak bahkan dapat berdampak pada kematian. Masalah
kesehatan pada anak dapat disebabkan oleh penyakit infeksius dan penyakit
non infeksius.
adalah penyakit Diare, Pneumoni, DBD serta penyakit infeksi yang terjadi
paling banyak pada bayi yang ditandai dengan penumpukan cairan berlebih
pada otak sehingga besarnya kepala melebihi ukuran normal yang disebebkan
toksoplasma.
setiap 1000 kelahiran. Sedangkan di Sumatera Barat dari bulan Januari 2016
Sumbar, 2016).
1
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
hidrosefalus harus terpenuhi. Untuk itu perlu peran perawat secara global
rehabititatif.
edukasi tentang penyakit hidrosefalus kepada ibu. Upaya preventif yang bisa
kontrol berkala untuk mengetahui jika terjadi infeksi virus serta memberitahu
Ibu agar bayi, dan anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal
2021.
2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP HIDROSEFALUS
A. Pengertian Hidrosefalus
subdural (Suriadi,2011) .
B. Anatomi Fisiologis
magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid. Ruangan ini mulai
terbentuk pada minggu kelima masa embrio. Sistem ventrikel dan ruang
4
Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh pleksus koroidalis di ventrikel otak.
bagian cranial maupun spinal. Sekitar 70% cairan serebrospinal dihasilkan oleh
transepidermal dari otak menuju sistem ventrikel. Bagi anak- anak usia 4-13 tahun
rata-rata volume cairan liqour adalah 90 ml dan 150 ml pada orang dewasa.
Tingkat pembentukan adalah sekitar 0,35 ml /menit atau 500 ml / hari. Sekitar
14% dari total volume tersebut mengalami absorbsi setiap satu jam.
C. Etiologi Hidrosefalus
5
sering terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma
dan perdarahan .
1. Kelainan bawaan
pada bayi dan anak-anak. Umumnya terlihat sejak lahir atau progresif
c. Sindrom Dandy-Walker
d. Kista arachnoid
hematoma.
obstruksi akuaduktus.
6
2. Infeksi
terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen
arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa
a. CMV (Cytomegalovirus)
b. Campak Jerman(rubella)
ditemukan dalam air seni, kotoran dan pada kulit. Ciri gejala dari
muda.
7
c. Mumps
Treponemapallidum.
d. Toksoplasmosis
3. Neoplasma
4. Perdarahan
8
D. WOC Hidrosefalus
HIDROSEFALUS
Nyeri Akut
Kulit meregang
Gangguan hingga tipis, pasien tidak dapat bergerak atau menggerakan kepalanya
mekanisme
Vasokontriksi pembuluh darah otak (arter
pengaturan/persyarafan di
medulla oblungata
Nausea, vomiting
Tindakan pembedahan
Gangguan tumbuh kembang Kurang informasi terhadap penyakit
Resiko Infeksi
Defisit Pengetahuan
Sumber : Darsono (2016)
9
E. Klasifikasi Hidrosefalus
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga pada
saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil terdesak oleh banyaknya cairan didalam
kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
1. Hydrocephalus komunikan
bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak
terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat
10
terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat
bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah
pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. Biasanya
Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space
occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat
dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas
luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag
berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan
intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan
ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat
Ditandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan
serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala –
gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine.
11
Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau
Manifestasi klinis menurut dibedakan menjadi dua yaitu pada masa bayi dan masa anak –
1. Bayi
a) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
c) Vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis
f) Lemah
h) Perubahan kesadaran
i) Opishtotonus
12
2. Anak-anak
a) Nyeri kepala
b) Muntah
d) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
f) Strabismus
g) Perubahan pupil
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang, yaitu :
b) Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
3. Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang
dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar
13
halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
4. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm)
dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal
hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional.Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
5. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
6. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan
pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam
menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan
CT Scan.
14
7. CT Scan kepala
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya
penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada
8. MRI Kepala
MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail dan
15
H. Penatalaksanaan Hidrosefalus
1. Penatalaksanaan Medis
a) Diagnosis
Pada anak yang lebih besar kemungkinan hidrosefalus diduga bila terdapat gejala
dan tanda tekanan intrakranial yang meninggi. Tindakan yang dapat membantu
ubunubun besar belum menutup, foto Rontgen kepala dan tomografi komputer (CT
subaraknoid. Sebelum melakukan uji PSP ventrikel ini, dilakukan dahulu uji PSP
b) Pengobatan
Penanganan hidrosefalus telah semakin baik dalam tahun- tahun terakhir ini, tetapi
antara produksi dan resorpsi CSF. Beberapa cara dalam pengobatan hidrosefalus
yaitu:
16
c) Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25-50 mg/kg
BB. Asetazolamid dalam dosis 40-75 mg/kg 24 jam mengurangi sekitar sepertiga
produksi CSF, dan terkadang efektif pada hidrosefalus ringan yang berkembang
lambat. Pada keadaan akut dapat diberikan manitol. Diuretika dan kortikosteroid
d) Operasi
yang disebut ventriculo- peritoneal shunt. Tindakan ini pada umumnya ditujukan
oleh dokter spesialis bedah saraf. Pada Hydrocephalus Obstruktif, tempat obstruksi
terkadang dapat dipintas (bypass). Pada operasi Torkildsen dibuat pintas stenosis
medula spinalis; operasi tidak berhasil pada bayi karena ruangan ruangan ini belum
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Upaya pencegahan progresi penyakit ke arah berbagai akibat penyakit yang lebih buruk,
pada penderita Hidrosefalus dapat dilakukan yaitu dengan pemeliharaan luka kulit
terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang
dipasang. Tindakan ini dilakukan pada periode pasca operasi. Hal ini dilakukan untuk
17
mencegah terjadinya komplikasi shunt seperti infeksi, kegagalan mekanis, dan
kegagalan fungsional yang disebabkan oleh jumlah aliran yang tidak adekuat. Infeksi
pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan
aliran di dalam shunt (proksimal, katup atau bagian distal), diskoneksi atau putusnya
shunt, migrasi dari tempat semula, tempat pemasangan yang tidak tepat. Kegagalan
fungsional dapat berupa drainase yang berlebihan atau malah kurang lancarnya
drainase. Drainase yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti
I. Komplikasi Hidrosefalus
2. Kerusakan otak
3. Penurunan IQ
18
II. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK
Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh
akibat penambahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler (Mansjoer, 2011).
Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran fisik keseluruhan atau sebagian yang
dapat diukur, dimana grafik pertumbuhan meliputi tinggi, berat badan dan diameter pada
lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses
1. Tahap prenatal
2. Tahap postnatal
19
b) Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun
C. Ciri-Ciri Tumbuh-Kembang
1. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
Sebagaimana pada usia 2 tahun besar kepala hampir seperempat dari panjang
2. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan
lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya reflex primitif pada
tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan
cepat. Dan masa prasekolah dan masa sekolah dimana pertumbuhan berlangsung
lambat.
20
D. Pola Perkembangan
Terdiri dari dua prinsip yaitu cephalocaudal dan proximal distal (Wong,
dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar,
daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian daerah yang lebih
Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan yang
lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak
yaitu:
1. Genetika
21
b) Keluarga, ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau
perawakan pendek
laki-laki.
2. Pengaruh hormone
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur
empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan
kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan
otak.
3. Faktor lingkungan
4. Faktor prenatal
22
c) Toksin, zat kimia, radiasi
5. Kelainan endokrin
7. Kelainan imunologi
yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan
1. Anamnesis
4. Perkembangan dan tumbuh kembang anak perlu kita pantau secara terus menerus.
secara dini kelainan pada anak kita sehingga langkah-langkah antisipatif lebih cepat
kita ambil. Anak yang cedas adalah harapan setiap orang tua. Orang tua selalu
berharap agar anaknya dapat tumbuh sehat. Berikut 7 gangguan tumbuh kembang
23
a) Gangguan bicara dan bahasa
b) Cerebral palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif,
yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada susunan saraf
c) Sindrom Down
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari
d) Perawakan pendek
e) Gangguan autisme
24
ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
f) Retardasi mental
normal.
mengoptimalkan tumbuh kembang anak, maka perlu ada perlakuan dan perhatian khusus
dari orangtua. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar anak hidrosefalus tidak
Hal pertama dan utama yang harus dilakukan adalah mengetahui penyebab pasti
dari hidrosefalus tersebut. Sebab, hidrosefalus bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain karena bawaan, infeksi di otak, atau akibat tumor. Baru bisa mengambil langkah
yang sesuai untuk merawat anak hidrosefalus di rumah.Prinsip utama lain yang perlu
diperhatikan adalah anak harus tetap belajar. Tetapi akibat terdapat cairan di otak anak
yang tidak bisa mengalir ke sumsum tulang belakang dengan baik, maka membuat
kepala anak tersebut membesar dan menekan bagian otaknya. Sehingga kemungkinan
bagi otak dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih sulit. "Namun, tetap ada
25
kesempatan untuk otak anak tersebut bisa berkembang. Jadi orangtua tidak boleh hanya
Kontrol rutin ke dokter juga tetap harus dilakukan. Jika kondisi anak sudah
dipasangkan selang untuk mengeluarkan cairan pada otaknya, kontrol rutin bisa
dilakukan sebulan sekali atau tiga bulan sekali. Kontrol ini dilakukan untuk mengecek
apakah selang yang dipasang tersumbat atau tidak. Tetapi, pada anak yang terkena
hidrosefalus tetapi belum pernah diobati, kontrol harus dilakukan sesuai saran dokter
hidrosefalus di rumah juga bisa dibantu dengan beberapa alat-alat yang bersifat
rehabilitasi, seperti penggunaan kursi roda, atau alat yang bisa melatih anak berdiri.
Tenaga khusus untuk merawat anak hidrosefalus (perawat) sebetulnya tidak mutlak
diperlukan, tetapi pada kasus-kasus tertentu misalnya bila anak sangat tidak mandiri,
tidak bisa makan, harus menggunakan selang, tidak bisa bicara, dan lain sebagainya,
Selain itu, Anda juga perlu memerhatikan asupan gizi anak. Anak- anak dengan
hidrosefalus kemungkinan akan berbaring lama. Hal ini dapat menyebabkan proses
Sehingga mereka membutuhkan makanan yang tinggi protein dan cukup kalori. "Tapi
jangan lupakan asupan zat gizi lain untuk menunjang tumbuh kembangnya. Yang
melainkan sebuah akibat karena adanya kelainan dalam tubuh. Itulah sebabnya,
26
hidrosefalus sangat mungkin disembuhkan. Maka dari itu, stimulasi harus tetap
dahulu masalah maupun penyebab hidrosefalus pada anak. "Kalau hidrosefalus masih
ada tetapi anak tetap diberikan berbagai macam stimulasi, maka cairan yang banyak di
dalam otak akan menekan daging otaknya dan menyebabkan otak tidak bisa tumbuh
dengan baik,
27
III. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a) Anamnesis
1) Identitas Pasien
alamat.
2) Keluhan Utama:
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
3) Riwayat Kesehatan
Adanya riwayat infeksi (biasanya riwayat infeksi pada selaput otak dan
secret pada saluran nafas, dan adanya liquor dari hidung. Adanya
terjadi.
28
ii. Riwayat Penyakit Dahulu
seks.
4) Pengkajian psikososiospritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang tua)
untuk menilai respon terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengruhnya dalam kehidupan
yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecatatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untu melakukan aktivitas secara
dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup
peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada
29
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
b. B1(breathing)
beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari system ini akan
observasi ekspansi dada juga perlu dinilai retraksi dada dari otot-
dada.
30
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada
c. B2 (Blood)
d. B3 (Brain)
Kepela terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh. Hal ini
dibanding dengan lingkar dada dan angka normal pada usia yang sama.
pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal. Ubun-
ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, teraba tegang
atau menonjol, dahi tampak melebar atau kulit kepala tampak menipis,
Gejala khas pada hidrosefalus tahap lanjut adalah adanya dimensia. Pada
31
Obresvasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah
dan aktivitas motorik klien. Pada klien hidrosefalus tahap lanjut biasanya
Saraf I (Olfaktori)
Saraf II (Optikus)
Saraf V (Trigeminius)
Saraf VII(facialis)
Saraf XI (Aksesorius)
Tonus otot
Kekuatan otot
i. Pengkajian Refleks.
32
akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
refleks patologis.
k. B4 (Bledder)
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunya perfungsi pada ginjal. Pada
l. B5 (Bowel)
serta mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah akibat
33
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
m. B6 (Bone)
secara umum. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgon kulit.
34
g. Defisit pengetahuan b/d tidak tahu tentang penyakit
3. Intervensi keperawatan
35
Kriteria Hasil: -Identifikasi alergi dan
-susu yang dihabiskan intoleransi makann
meningkat -Monitor BB
-Berat badan atau IMT Teraupetik
-Frekuensi makan meningkat -Lakukan oralhygine sebelum
-Nafsu makan meningkat makan
-Perasaan cepat kenyang - sajikan susu dengan air
menurun hangat
Edukasi
-Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
Dibutuhkan
3. Gangguan Tumbuh Setelah dilakukan tindakan Edukasi Nutrisi Bayi
Kembang keperawatan status (I.12397)
perkembangan dan Observasi
pertumbuhan membaik - Identifikasi kesiapan dan
Kriteria hasil: kemampuan menerima
- Keterampilan/perilaku informasi
sesuai usia meningkat Terapeutik
- Berat badan sesuai usia - Sediakan materi dan
meningkat penkes
- Panjang/tinggi badan - Berikab kesempatan
sesuai usia meningkat kepada ibu untuk bertanya
Edukasi
- Anjurkan tetap
memberikan ASI
36
4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan -Pencegahan Infeksi (I.14539)
keperawatan tingkat infeksi Observasi
ekspektasi menurun - Observasi tanda dan gejala
Kriteria hasil: infeksi local dan sistemik
- Kebersihan tangan Terapeutik
meningkat - Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan badan - Cuci tangan sebelum dan
meningkat sesudah kontak dengan
- Nafsu makan meningkat klien
- Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencucui
tangan dengan benar
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4. Implementasi
pasien
5. Evaluasi
37
BAB III
B. BIODATA
1. IDENTITAS KLIEN
Agama : Islam
Alamat : Payakumbuh
1. Ayah 2. Ibu
38
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ibu An.K mengatkan kepala An.K semakin hari bertambah besar dan tampak
menngkilat, Ibu An.K mengatakan bahwa An.K sebelumnya pernah dua kali operasi
Ibu An.K mengatakan bahwa An.K sudah melakukan operasi. Ibu An.K mengatakan
kepala An.K terlihat bertambah besar, ibu An.K mengatakan jika An.K diangkat An.K
akan meangis, terdapat nyeri disekitar luka post op, ibu An.K mengatakan nafsu makan
An.K berkurang yang biasanya habis susu 2x 90 ml sekarang hanya 2x 70 ml, Ibu An.K
mengatakan An.K mencret sehari bisa 9x dengan tekstue cair berwarna kuning disertai
lendir
3. Kesehatan Lalu
Ibu mengataka bahwa pada saat hamil ibu klien rutin memeriksa kehamilannya ke
b. HPHT :-
c. Kenaikan bb : 18 kg
f. Taksira Persalinan :-
39
g. Pemeriksaan Kehamilan : kelainan pada janin yaitu sejak pemeriksaan
2) Riwayat Persalinan
payakumbuh dibantu oleh dokter secara sectio caesarea karena kondisi janin yang
mengalami hidrosefalus dengan dengan BB= 3000 gram dan PB= 40,5 cm.
Keterangan :
Laki Laki
Perempuan
Klien
Tinggal serumah
40
D. RIWAYAT IMUNISASI
E. RIWAYAT SOSIAL
An.K dirawat di rumah sakit hanya ditemani oleh ibu, ayah An.K meninggalkan klien
sejak umur 14 hari karena ayah klien tidak menerima kondisi An.K, di rumah sakit sosial
hubungan orang tua dengan bayi juga baik dengan (Menyentuh, memanggil nama, kontak
1) Pertumbuhan Fisik
Tinggi badan : 50 cm
Perkembangan pasien : ibu mengatakan anak pada usia 6 bulan sekarang anak hanya
bisa menggenggam jari ibunya, belum bisa berguling , dan hanya bisa terlentang.
Pertumbuhan pasien : ibu mengatakan gigi pasien baru mulai tumbuh di bagian atas,
41
An.K sudah didiagnosa mempunyai kelainan hidrosefalus semenjak kandungan 8
bulan orang tua klien tetap menerima dan merawat klien sampai saat ini pengetahuan
2) Nutrisi Metabolik
Ibu mengatakan An.K diberikan ASI hanya sampai usia 1 bulan karena produksi
ASI ibu hanya sedikit, selanjutnya klien untuk memenuhi nutrisinya dengan susu
formula yang di berikan sesuai dengan indikasi dokter dan ahli gizi di rumah sakit.
2021
2021
2021
3) Pola Eliminasi
pempers bila penuh dalam sehari klien bisa ganti popok 4-6 kali
Obat parenteral
42
Kaen 1B = 500
- Input :
- Otput :
urine = 123
- IWL :
BB x 40
6,25x40 = 250
- Diuresis :
Urine : BB : 24 =
- Balance cairan :
701,86-373 = 328,86
Eliminasi Fekal : Keluarga mengatakan BAB berwarna kuning, bab klien dalam
sehari bisa 2-3 kali. Saat pengkajian ibu klien mengatakan klien
disertai lendir
Ibu mengatakan saat dirumah Klien selalu dimandikan setiap pagi dan dilakukan
perawatan luka di kepala, klien hanya bisa berbaring dan di bangunkan untuk minum
susu dan ketika berinteraksi dengan ibu, saat dirumah sakit Klien hanya berbaring dan
43
dianjurkan oleh dokter untuk sering di gendong ibunya. Aktifitas klien terbatas karena
klien tidak mampu menggerakkan badan karena kondisi hidrosefalus yang di derita
klien.
An.K tidur menelentang dan di beri bantal donat untuk mengajal kepala karena
keadaan kepala lunak, anak An.K di bangun kan saat minum susu dan saat
Meskipun selama sakit peran pasien sebagai anak/ anggota keluarga tidak ada
masalah karena keluarga dapat memahami dan senatiasa memberikan kasih saying
dengan cara selalu menjaga dan menemani pasien selama dirumah sakit
7) Sexualitas
Pasien dan keluarga beragama islam dan ibu dan keluarga menerima semua yang
terjadi pasien kehendak Allah, ibu pasrah dan menerima keadaan anak yang
menderita Hidrosefalus.
H. TEST DIAGNOSTIK
Differential
WBC 11,82 10^3/uL 5.0-10.0
PLT 405 % 150-450
44
Tanggal 13 november 2021
Differential
WBC 11,42 10^3/uL 5.0-10.0
PLT 407 10^3/uL 150-450
I. Pemeriksaan fisik
2. Kesadaran : apatis
TD : 102/65 Mg
N : 178 x/ m
RR : 13 x/ m
S : 37, 0 º C
a. Kepala : LK 63cm
45
I = -warna rambut An.K hitam dan bersih, rambut An.K terlihat lurus,Kulit
b. Muka
I = Wajah An.K simetris kiri dan kanan, Dahi An.K tampak menonjol,
c. Mata
I = mata An.K terlihat tidak simetris kiri dan kanan, karena faktor penekanan
cairan dari kepala pasien yang membuat kening pasien menonjol dan
Oksigen 0,5 L
e. Telinga
I = Telinga An.K simetris kiri dan kanan, Telinga tampak bersih dan tidak
terdapat masa.
46
f. Mulut
I = An.K belum mempunyai gigi, lidah tampak bersih, daya hisap An.K kuat
g. Leher
I = Tidak ada pembesaran Kelenjer tiroid An.K dan tidak terdapat lesi
h. Thorak
i. Jantung
P = redup
A = bunyi jantung teratur, bunyi jantung lup dup, frekuensi jantung 86x/I,
j. Abdomen
47
k. Genitalia
l. Ekstermitas Atas
555555
555 555
m. Eksternitas Bawah
555555
555 555
48
ANALISA DATA
dan mengkilat
demam
DO : TIK meningkat
-S :37,0 c
-Lk : 63 cm
pasien jaringan
- TD : 102/65 x/i
49
2. DS: Kelainan fleksus koroideus Defisit Nutrisi
disertai lendir
Gangguan mekanisme di
-Ibu An.K mengatakan asupan medula oblongata
DO:
cm
B : HB : 11,0 , HT : 3, 12
D : Infantri
50
belum bisa berguling , dan hanya
- TB : 50 cm
- LK : 63 cm
DO:
51
-Luka tampak terbalut kasa
-TTV
-S :37,0 c
-N :129 x/i
-RR :30x/i
- WBC : 11, 82
52
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Resiko perfusi jaringan tidak Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan TIK
efektif keperawatan 1x8 jam diharapkan Observasi
tidak terjadi risiko perfusi serebral -Identifikasi penyebab peningkatan TIK
tidak efektif. -Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK
Kriteria hasil: -Monitor MAP
- TIK menurun -Monitor stt pernafasan
- Gelisah menurun Terapeutik
- Agitasi Menurun - Berikan posisi semi fowler
- Lingkar kepala membaik - Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika
perlu
-
53
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan status nutrisi terpenuhi Observasi
Kriteria Hasil: - Identifikasi status nutrisi
-susu yang dihabiskan meningkat -Identifikasi alergi dan intoleransi makann
-Berat badan atau IMT -Monitor BB
-Frekuensi makan meningkat Teraupetik
-Nafsu makan meningkat -Lakukan oralhygine sebelum makan
-Perasaan cepat kenyang menurun - sajikan susu dengan air hangat
Edukasi
-Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
3. Gangguan Tumbuh Kembang Setelah dilakukan tindakan Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
keperawatan status perkembangan Observasi
dan pertumbuhan membaik - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kriteria hasil: menerima informasi
- Keterampilan/perilaku sesuai Terapeutik
usia meningkat - Sediakan materi dan penkes
- Berat badan sesuai usia - Berikab kesempatan kepada ibu untuk
meningkat bertanya
- Panjang/tinggi badan sesuai usia Edukasi
54
meningkat - Anjurkan tetap memberikan ASI
55
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
membesar
Serebral 2021 86x/i
- Ibu klien mengatakan
Tidak Mengukur TD : 102/65
kepala An.K semakin
Efektif mmHg, MAP : 75
bertambah besar dan
Menghitung pernafasan
mengkilat
: 13x/i
-Ibu mengatakan An.K
2. Mencegah terjadinya
sering demam
kejang
-Ibu An.K mengatakan
panas
O:
-S :37,9 c
-N : 86x/i
-RR :13c/i
TD : 102/65 mmHg
-Lk : 63 cm
mulai membesar
56
-An.K memakai
oksigen 0,5 L
A:
Masalah keperawatan
Resiko Perfusi
Jaringan Serebral
Tidak Efektif
P: memonitor TTV
mengkilat
-Ibu mengatakan
-Ibu An.K
mengatakan kepala
O:
-S :38,0 c
57
-N : 80x/i
-RR :24c/i
- TD : 112/60 x/i
-Lk : 60 cm
-An.K memakai
oksigen 0,5 L
A:
Masalah keperawatan
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
An.K semakin
mengkilat
-Ibu mengatakan
-Ibu An.K
58
mengatakan kepala
O:
-S :37,9c
-N : 84x/i
-RR :26c/i
-Lk : 63 cm
mulai membesar
-An.K memakai
oksigen 0,5 L
A:
Masalah keperawatan
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
berkurang yang
2021 hangat setiap
biasanya habis susu 2x
pemberian susu
90 ml sekarang hanya
3. Memonitor status
59
nutrisi 2x 70 ml,
disertai lendir
diberikan rs
-Ibu mengatakan BB
bertambah
O:
IVD di sebelah
kakikanan
-umur :6 bualam
-BB: 5,750 kg
-Tb: 50cm
A:
Masalah keperawatan
Defisit Nutrisi
P:
1. Memonitor
60
asupan
makanan
2. Memonitor BB
3. Memberikan
makanan
tinggi kalori
dan tinggi
Protein
Selasa 1. Memonitor BB S:
nutrisi 2x 90 ml sekarang
hanya 2x 70 ml,
-Ibu An.K
mengatakan An.K
berwarna kuning
disertai lendir
-Ibu mengatakan BB
61
bertambah
O:
-An.K tampak
memaka IVD di
-umur :6 bualam
-BB: 5,750 kg
-Tb: 50cm
A:
Masalah keperawatan
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu 1. Memonitor BB S:
nutrisi 2x 90 ml sekarang
hanya 2x 70 ml,
-Ibu An.K
mengatakan An.K
62
mencret sehari bisa 5x
berwarna kuning
disertai lendir
-Ibu An.K
mengatakan asupan
-Ibu mengatakan BB
bertambah
O:
-An.K tampak
memaka IVD di
sebelah kakikanan
-umur :6 bualam
-BB: 5,750 kg
-Tb: 50cm
A:
Masalah keperawatan
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
63
-Gangguan Senin 1. Memonitor BB S:
O:
bisa berbaring
-Rangsangan menghisap
kurang
BB : 6,52
A:
Ganguang Tumbuh
Kembang
P:
Intervensi dilanjutkan
Selasa 1. Memonitor BB S:
64
3. Memonitor tahap anaknya hanya bisa
O:
bisa berbaring
-Rangsangan menghisap
kurang
- BB, 6, 40 kg
A:
Masalah keperawatan
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu 17 1. Memonitor BB S:
O:
bisa berbaring
65
-Rangsangan menghisap
kurang
- BB = 6,39 kg
A:
Masalah keperawatan
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan pasien O:
Dikepala
teknik aseptik pada
-Luka tampak terbalut
pasien beresiko
Kasa
tinggi
-Luka masih belum
5. Menjelaskan tanda
kering
dan gejala infeksi
-TTV
66
-TD :102/65 Mmgh
-S :37,0 c
-N :129 x/i
-RR :30x/i
A:
Masalah Keperawatan
Resiko Infeksi
P:
1. Membatasi Jumlah
pengunjung
2. Mencuci tangan
sebelum da sesudah
3. Mempertahankan
kering
2021 sebelum da sesudah
-Ibu mengatakan ada
kontak dengan pasien
cairan keluar dari luka
3. Mempertahankan
post op
teknik aseptik pada pasien
-Ibu mengatakan An.K
beresiko tinggi
akan menangis jika luka
4. Menjelaskan tanda post op tertekan
67
dan gejala infeksi O:
dikepala
kasa
kering
-TTV
-S :37,0 c
-N :129 x/i
-RR :30x/i
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
kering
2021 sebelum da sesudah
-Ibu mengatakan ada
kontak dengan pasien
cairan keluar dari luka
3.Mempertahankan teknik
post op
aseptik pada pasien
-Ibu mengatakan An.K
beresiko tinggi
akan menangis jika luka
4. Menjelaskan tanda post op tertekan
68
dan gejala infeksi O:
dikepala
kasa
kering
-TTV
-S :37,0 c
-N :129 x/i
-RR :30x/i
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
69
BAB IV
PEMBAHASA
yang di kaji.
A. Pengkajian
kepala anak tampak besar, kepala anak tampak luka post op sebelah kanan
dengan P 7 cm , L 2 cm
B. Diagnosa keperawatan
2. Defisit nutrisi
70
3. Gangguan tumbuh kembang
4. Resiko infeksi
Dari diagnosa keperawatan yang ada pada teori tidak seluruhnya dialami oleh
klien. Sesuai dengan data subyektif dan obyektif yang signifikan didapatkan dari
2. Defisit nutrisi
4. Resiko infeksi
dalam kasus kelompok hanya melakukan monitor TTV ( TD, RR, HR,
T, LK)
71
menganjurkan tetap memberikan ASI. Sedangkan dalam kasus
Observasi tanda dan gejala infeksi local dan sistemik, Batasi jumlah
D. Evaluasi
Dalam pengkaian, pada hari ke-3 intervensi telah dihentikan dan pasien di
perbolehkan pulang. Tetapi pada kasus An.K pada hari ke-3 rawatan anak
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
73
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hidrosefalus.
74
DAFTAR PUSTAKA
Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005 BukuAjar
Price, Sylvia A. Wilson dkk, 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Sjamsuhidajat. R, Jong WD, Hidrosefalus ini Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit
Wong...[et.al]. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa : Agus
Sutarna, Neti.Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia : Egi Komara
Apriyanto1, Rhonaz Putra Agung2, Fadillah Sari 3. 2013. Hidrosefalus Pada Anak1