Anda di halaman 1dari 81

ASUHAN KEPERAWATAN An.

K DENGAN HIDROSEFALUS DI RUANGAN

RAWAT INAP ANAK RSAM KOTA BUKITTINGGI

TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :

1. Dina Putri Aryati : 2109149011198


2. Fitra Suci Ayuni Titania : 2109149011203
3. Mayang Afriola : 2109149011197
4. Oktami Sridika Ayu Z : 2109149011196
5. Zainul Efina : 2109149011202

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes YARSI SUMBAR

BUKITINGGI

2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN An.K DENGAN HIDROSEFALUS DI RUANGAN

RAWAT INAP ANAK RSAM KOTA BUKITTINGGI

TAHUN 2021

Telah dapat persetujuan pada

Tanggal :

Menyetujui

Nama Pembimbing Tanda Tangan

Pembimbing CI Klinik

( )

Pembimbing Akademik

( )
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

seminar tentang ” HIDROSEFALUS” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan

untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah keperawatan

Maternitas. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis

peroleh dari buku panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan

dengan“Asuhan Keperawatan Anak hedrosefalus” dan hal-hal yang berkaitan dengan hal

tersebut. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua dalam

bidang “Asuhan Keperawatan pada Ny.K dengan Hedrosefalus” Memang makalah ini

masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Bukittinggi, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang ..................................................................................................1

b. Tujuan ..............................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI

I. Konsep Hedrosefalus........................................................................................4

a. Pengertian Hedrosefalus ..........................................................................4

b. Anatomi Hedrosefalus................................................................................4

c. Etiologi Hedrosefalus.................................................................................5

d. WOC Hedrosefalus....................................................................................9

e. Klasifikasi................................................................................................10

f. Manifestasi.................... ..........................................................................12

g. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................13

h. Penatalaksanaan.......................................................................................16

i. Komplikasi...............................................................................................12

II. Konsep Tumbang............................................................................................19

a. Pengertian Tumbang................................................................................19

b. Tahapan Tumbang....................................................................................19

c. Ciri-ciri Tumbang....................................................................................20

d. Pola Tumbang..........................................................................................21

e. Faktor Pengaruh Tumbang.......................................................................21

f. Pengawasan Tumbang.............................................................................23

g. Tumbang Anak Hedrosefalus..................................................................25


III. Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................................28

a. Konsep Pengkajian ..................................................................................28

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

a. Identitas Klien ...........................................................................................33

b. Identitas Penanggung Jawab......................................................................33

c. Keluhan Utama .........................................................................................34

d. Riwayat Kesehatan Sekarang ....................................................................34

e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu..................................................................34

f. Riwayat Kesehatan Keluarga ....................................................................35

g. Imunisasi ...................................................................................................36

h. Riwayat

Sosial............................................................................................36

i. Riwayat Tumbang......................................................................................36

j. Pengkajian Pola Fungsi Gordon.................................................................37

k. Test Diagnosis ...........................................................................................39

l. Terapi Saat ini............................................................................................40

m. Pemeriksaan Fisik .....................................................................................40

n. Analisa Data ..............................................................................................43

o. Intervensi dan Implementasi......................................................................46

BAB IV PEMBAHASAN

1. Pengkajian.....................................................................................................70

2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................70

3. Rencana Asuhan Keperawatan......................................................................71

4. Implemetasi...................................................................................................72
BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan ...............................................................................................73

b. Saran ..........................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

bidang kesehatan. Tidak teratasinya masalah kesehatan pada anak dapat

berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak, dapat berdampak

pada kekebalan tubuh anak bahkan dapat berdampak pada kematian. Masalah

kesehatan pada anak dapat disebabkan oleh penyakit infeksius dan penyakit

non infeksius.

Beberapa penyakit infeksius yang sering terjadi pada anak di Indonesia

adalah penyakit Diare, Pneumoni, DBD serta penyakit infeksi yang terjadi

pada masa kehamilan ibu seperti penyakit Hidrosefalus. Hydrocephalus

paling banyak pada bayi yang ditandai dengan penumpukan cairan berlebih

pada otak sehingga besarnya kepala melebihi ukuran normal yang disebebkan

karena virus cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis, atau

toksoplasma.

Insiden Hidrosefalus pada anak di indonesia menurut WHO 2016 di

Indonesia sendiri prevalensi hidrosefalus mencapai 10 per mil pertahun,

sumber lain menyebutan insiden hidrosefalus di Indonesia mencapai 0,2-4

setiap 1000 kelahiran. Sedangkan di Sumatera Barat dari bulan Januari 2016

didapatkan kasus Hidrosefalus pada anak mencapai angka 45% (Riskesdas

Sumbar, 2016).

Karena masih tingginya kasus hidrosefalus di indonesia mnyebabkan

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live

1
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang

dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan

menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan

hidrosefalus harus terpenuhi. Untuk itu perlu peran perawat secara global

dimana peran perawat sebagai promosi kesehatan, kuratif, preventif dan

rehabititatif.

Peran perawat sebagai promosi kesehatan pada pasien Hidrosefalus berupa

edukasi tentang penyakit hidrosefalus kepada ibu. Upaya preventif yang bisa

dilakukan seperti perawat memberikan informasi untuk ibu hamil melakukan

kontrol berkala untuk mengetahui jika terjadi infeksi virus serta memberitahu

Ibu agar bayi, dan anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal

pemerintah. Upaya kuratif dilakukan yaitu dengan cara memberikan asuhan

keperawatan mulai dari melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa,

melakukan intervensi serta implementasi keperawatan. Upaya rehabilitatif

seperti mengontrol perkembangan penyakit dan kesehatan terkait faktor

resiko kebiasaan yang dapat memperburuk atau meringankan penyakitnya.

Dengan alasan diatas kelompok tertarik mengambil kasus tentang

Hidrosefalus di ruang anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun

2021.

2
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mampu memahami, mengelola, dan menerapkan Asuhan Keperawatan

Pada An. K Dengan Kasus Hidrosefalus di Ruangan Anak RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi Pada Tahun 2021.

2. Tujuan khusus

a. Mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan tentang

Hidrosefalus pada An.K dengan Hidrosefalus di ruang anak RSAM

Bukittinggi tahun 2021.

b. Mampu memahami konsep Tumbuh Kembang pada An.K dengan

Hidrosefalus di ruang anak RSAM Bukittinggi tahun 2021.

c. Mampu memahami dan melaksanakan Asuhan Keperawatan mulai

dari melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa ,melakukan

intervensi dan implementasi serta mengevaluasi hasil tindakan

keperawatan yang dilakukan pada An.K dengan kasus Hidrosefalus

di ruang anak RSAM Bukittinggi tahun 2021.

d. Mampu melakukan pembahasan mengenai hubungan antara konsep

teori dengan kasus An.K dengan Hidrosefalus di ruang anak RSAM

Bukittinggi tahun 2021.

e. Mampu mendokumentasikan hasil pengkajian pada An.K dengan

Hidrosefalus di ruang anak RSAM Bukittinggi tahun 2021.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. KONSEP HIDROSEFALUS

A. Pengertian Hidrosefalus

Hidrocephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan

intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat

mengalirnya CSS (Ngastiyah,2010). Hidrocepalus adalah akumulasi cairan

serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang

subdural (Suriadi,2011) .

Sehingga dapat disimpulkan hidrosefalus adalah suatu kondisi dimana

terjadi penumpukan cairan di otak yang berlebihan yang menyebabkan

meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus

membuat ukuran kepala membesar.

B. Anatomi Fisiologis

Ruangan cairan serebrospinal (CSS) terdiri dari sistem ventrikel, sisterna

magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid. Ruangan ini mulai

terbentuk pada minggu kelima masa embrio. Sistem ventrikel dan ruang

subarachnoid dihubungkan melalui foramen Magendi di median dan forame.

Luschka di sebelah lateral ventrikel IV.

4
Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh pleksus koroidalis di ventrikel otak.

Cairan ini mengalir ke foramen Monro ke ventrikel III, kemudian melalui

akuaduktus Sylvius ke ventrikel IV. Cairan tersebut kemudian mengalir melalui

foramen Magendi dan Luschka ke sisterna magna dan rongga subarachnoid di

bagian cranial maupun spinal. Sekitar 70% cairan serebrospinal dihasilkan oleh

pleksus koroidideus, dan sisanya di hasilkan oleh pergerakan dari cairan

transepidermal dari otak menuju sistem ventrikel. Bagi anak- anak usia 4-13 tahun

rata-rata volume cairan liqour adalah 90 ml dan 150 ml pada orang dewasa.

Tingkat pembentukan adalah sekitar 0,35 ml /menit atau 500 ml / hari. Sekitar

14% dari total volume tersebut mengalami absorbsi setiap satu jam.

C. Etiologi Hidrosefalus

Pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang

normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik

sangat jarang terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan

pada adenomata pleksus koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang

5
sering terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma

dan perdarahan .

1. Kelainan bawaan

a. Stenosis Akuaduktus Sylvius

Merupakan penyebab terbanyak. 60%-90% kasus hidrosefalus terjadi

pada bayi dan anak-anak. Umumnya terlihat sejak lahir atau progresif

dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

b. Spina bifida dan cranium bifida

Berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari akibat tertariknya

medulla spinalis, dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya

lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi

penyumbatan sebagian atau total.

c. Sindrom Dandy-Walker

Atresiakongenital foramen Luschka dan Magendi dengan akibat

hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system ventrikel, terutama

ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu

kista yang besar di daerah fossa posterior.

d. Kista arachnoid

Dapat terjadi congenital maupun didapat akibat trauma sekunder suatu

hematoma.

e. Anomali pembuluh darah

Akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis

posterior dengan vena Galeni atau sinus tranversus dengan akibat

obstruksi akuaduktus.

6
2. Infeksi

Timbul perlekatan menings sehingga terjadi obliterasi ruang

subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta

terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen

di akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis. Pembesaran kepala dapat

terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari

meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan

arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa

tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal

sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada

meningitis purulenta lokasinya lebih tersebar.

a. CMV (Cytomegalovirus)

Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang dewasa

Am erika pada saat mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal sebagai

virus yang paling sering ditularkan ke anak sebelum kelahiran.Virus

ini ber tanggung jawab untuk demam kelenjar.

b. Campak Jerman(rubella)

Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

virusrubella.Virus ditularkan dari orang keorang melalui udara yang

ditularkan ketika orang terinfeksi batuk atau bersin,virusjuga dapat

ditemukan dalam air seni, kotoran dan pada kulit. Ciri gejala dari

beberapa rubella merupakan suhu tubuh tinggi dan ruam merah

muda.

7
c. Mumps

Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut dimana

kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis (yang terbesar dari tiga

kelenjar ludah utama) membengkak. d. Sifilis Merupakan PMS

(Penyakit Menular Seksual) yang disebabkan oleh bakteri

Treponemapallidum.

d. Toksoplasmosis

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel- tunggal

yaitu Toxoplasmagondii. (Ropper, 2010)

3. Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat

aliran CSS. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan penyumbatan

ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya suatu

glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian

depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.

4. Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan

fibrosis leptomeningen pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang

terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Ropper, 2010).

8
D. WOC Hidrosefalus

Produksi likour berlebih Penumpukan cairan serebrospinal (CSS) dalam ventr


Peningkatan retensi aliran likuor
Penekanan tekanan sinus venosa
v

Sakit dan nyeri kepala Desakan pada jaringan otak


Peningkatan TIK

HIDROSEFALUS
Nyeri Akut

Gangguan Mobilitas Fisik


Desakan pada medulla oblungata Desakan pada otak dan selaput mening

Kulit meregang
Gangguan hingga tipis, pasien tidak dapat bergerak atau menggerakan kepalanya
mekanisme
Vasokontriksi pembuluh darah otak (arter
pengaturan/persyarafan di
medulla oblungata

Nausea, vomiting

Kepala membesar Gangguan aliran darah ke otak


Anoreksia

Defisit nutrisi Hipoksia cerebral


Penurunan fungsi neurologis

Resiko perfusi Cerebral tidak efektif


Tumbuh kembang
Pemasangan VP Shunt anak terganggu

Tindakan pembedahan
Gangguan tumbuh kembang Kurang informasi terhadap penyakit

Resiko Infeksi

Defisit Pengetahuan
Sumber : Darsono (2016)
9
E. Klasifikasi Hidrosefalus

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:

1. Kongenital

Merupakan hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga pada

saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil terdesak oleh banyaknya cairan didalam

kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.

2. Didapat

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah

penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana

pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus didapat pertumbuhan otak sudah

sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan

intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak

pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam

dua bagian yaitu :

1. Hydrocephalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran

bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak

terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF

terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat

pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid

dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien

memperkembangkan tanda dan gejala-gejala peningkatan ICP). Jenis ini tidak

10
terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF

terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat

pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid

dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien

memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)

2. Hydrocephalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat di dalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran

bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah

pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. Biasanya

diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF.

Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan

malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space

occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat

dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas

luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag

berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan

intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan

ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat

pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )

Ditandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan

serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala –

gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine.

11
Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau

thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada

kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

F. Manifestasi Klinis Hidrosefalus

Manifestasi klinis menurut dibedakan menjadi dua yaitu pada masa bayi dan masa anak –

anak (Suriadi, 2010)

1. Bayi

a) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.

b) Keterlambatan penutupan fontanela anterior

c) Vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis

d) Terdapat bunyi creckedpod (tanda macewen)

e) Mata melihat kebawah (tanda setting sun)

f) Lemah

g) Kemampuan makan kurang

h) Perubahan kesadaran

i) Opishtotonus

j) Spatik pada ekktremitas bawah

k) Kesulitan bernafas, apnea, aspirasi dan tidak ada reflek muntah

l) Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”

m) Strabismus, nystagmus, atropi optic

n) Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

12
2. Anak-anak

a) Nyeri kepala

b) Muntah

c) Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas

d) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun

e) Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer

f) Strabismus

g) Perubahan pupil

G. Pemeriksaan Penunjang Hidrosefalus

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan

psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan- pemeriksaan

penunjang, yaitu :

1. Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

a) Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran

sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio

digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.

b) Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto

rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

3. Transiluminasi

Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan

dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang

dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar

13
halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

4. Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala

melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm)

dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal

hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara

fungsional.Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka

penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

5. Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat

tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel.

Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang

ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk

memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau

oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah

sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

6. Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan

dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan

pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam

menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat

menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan

CT Scan.

14
7. CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari

ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari

occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya

penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada

hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua

sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

Gambar 1 . CT Scan hidrosefalus

8. MRI Kepala

MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail dan

bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi

Gambar 2 . MRI hidrosefalus

15
H. Penatalaksanaan Hidrosefalus

1. Penatalaksanaan Medis

a) Diagnosis

Hidrosefalus merupakan salah satu dari kelainan kongenital. Untuk mewaspadai

adanya kelainan kongenital maka diperlukan pemeriksaan fisik, radiologik, dan

laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir.

Pada anak yang lebih besar kemungkinan hidrosefalus diduga bila terdapat gejala

dan tanda tekanan intrakranial yang meninggi. Tindakan yang dapat membantu

dalam menegakkan diagnosis ialah transluminasi kepala, ultrasonogafi kepala bila

ubunubun besar belum menutup, foto Rontgen kepala dan tomografi komputer (CT

Scan). Pemeriksaan untuk menentukan lokalisasi penyumbatan ialah dengan

menyuntikkan zat warna PSP ke dalam ventrikel lateralis dan menampung

pengeluarannya dari fungsi lumbal untuk mengetahui penyumbatan ruang

subaraknoid. Sebelum melakukan uji PSP ventrikel ini, dilakukan dahulu uji PSP

ginjal untuk menentukan fungsi ginjal. Ventrikulografi dapat dilakukan untuk

melengkapi pemeriksaan. Namun dengan adanya pemeriksaan CT Scan kepala, uji

PSP ini tidak dikerjakan lagi.

b) Pengobatan

Penanganan hidrosefalus telah semakin baik dalam tahun- tahun terakhir ini, tetapi

terus menghadapi banyak persoalan. Idealnya bertujuan memulihkan keseimbangan

antara produksi dan resorpsi CSF. Beberapa cara dalam pengobatan hidrosefalus

yaitu:

16
c) Terapi Medikamentosa

Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak

memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25-50 mg/kg

BB. Asetazolamid dalam dosis 40-75 mg/kg 24 jam mengurangi sekitar sepertiga

produksi CSF, dan terkadang efektif pada hidrosefalus ringan yang berkembang

lambat. Pada keadaan akut dapat diberikan manitol. Diuretika dan kortikosteroid

dapat diberikan, meskipun hasilnya kurang memuaskan

d) Operasi

Operasi berupa upaya menghubungkan ventrikulus otak dengan rongga peritoneal,

yang disebut ventriculo- peritoneal shunt. Tindakan ini pada umumnya ditujukan

untuk hidrosefalus non-komunikans dan hidrosefalus yang progresif. Setiap

tindakan pemirauan (shunting) memerlukan pemantauan yang berkesinambungan

oleh dokter spesialis bedah saraf. Pada Hydrocephalus Obstruktif, tempat obstruksi

terkadang dapat dipintas (bypass). Pada operasi Torkildsen dibuat pintas stenosis

akuaduktus menggunakan tabung plastik yang menghubungkan tabung plastik yang

menghubungkan 1 ventrikel lateralis dengan sistem magna dan ruang subaraknoid

medula spinalis; operasi tidak berhasil pada bayi karena ruangan ruangan ini belum

berkembang dengan baik. (Suryadi & Darsono, 2016)

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Upaya pencegahan progresi penyakit ke arah berbagai akibat penyakit yang lebih buruk,

pada penderita Hidrosefalus dapat dilakukan yaitu dengan pemeliharaan luka kulit

terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang

dipasang. Tindakan ini dilakukan pada periode pasca operasi. Hal ini dilakukan untuk

17
mencegah terjadinya komplikasi shunt seperti infeksi, kegagalan mekanis, dan

kegagalan fungsional yang disebabkan oleh jumlah aliran yang tidak adekuat. Infeksi

pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan

bahkan kematian. Kegagalan mekanis mencakup komplikasikomplikasi seperti: oklusi

aliran di dalam shunt (proksimal, katup atau bagian distal), diskoneksi atau putusnya

shunt, migrasi dari tempat semula, tempat pemasangan yang tidak tepat. Kegagalan

fungsional dapat berupa drainase yang berlebihan atau malah kurang lancarnya

drainase. Drainase yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti

terjadinya efusi subdural, kraniosinostosis, lokulasi ventrikel, hipotensi ortostatik

(Suryadi & Darsono, 2016)

I. Komplikasi Hidrosefalus

1. Peningkatan tekanan dalam otak intra cranial

2. Kerusakan otak

3. Penurunan IQ

4. Keterlambatan perkembangan kognitif, psikososial dan fisik

5. Infeksi (wong, 2010)

18
II. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang

ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh

(Supartini, Yupi : 2010). Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran dimensi

akibat penambahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler (Mansjoer, 2011).

Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran fisik keseluruhan atau sebagian yang

dapat diukur, dimana grafik pertumbuhan meliputi tinggi, berat badan dan diameter pada

lipatan kulit (Suriadi, 2010).

Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang

lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses

pematangan ( Soetjiningsih, 2012). Perkembangan adalah suatu rangkaian peningkatan

keterampilan dan kapasitas untuk berfungsi (Suriadi, 2010). Perkembangan digunakan

untuk menunjukkan bertambahnya ketrampilan dan fungsi yang kompleks dalam

pengaturan neuromuskuler, berkembang dalam mempergunakan tangan kanannya dan

berbentuk pula kepribadiannya (Hassan, 2011)

B. Tahapan Tumbuh Kembang

1. Tahap prenatal

a) Masa embrio : mulai konsepsi – 8 minggu

b) Masa tengah fetus : 9 minggu – 24 minggu

c) Masa fetus lanjut : 24 minggu – lahir

2. Tahap postnatal

a) Masa neonatal : lahir – 1 bulan

19
b) Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun

c) Masa bayi lanjut : 1 tahun – 2 tahun

d) Masa anak 2-12 tahun :

e) Masa prasekolah : 2 – 6 tahun

f) Masa sekolah : 6 – 12 tahun

g) Masa remaja (adolesen) : 10-18 tahun

h) Pra pubertas : wanita 10-12 tahun,laki-laki 10-14 tahun

i) Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun

j) Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun

C. Ciri-Ciri Tumbuh-Kembang

Menurut Nursalam (2012) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan

mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:

1. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.

Sebagaimana pada usia 2 tahun besar kepala hampir seperempat dari panjang

badan keseluruhan, kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.

2. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan

lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya reflex primitif pada

masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.

3. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditanda dengan adanya masa-masa

tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan

cepat. Dan masa prasekolah dan masa sekolah dimana pertumbuhan berlangsung

lambat.

20
D. Pola Perkembangan

1. Pola perkembangan fisik yang terarah

Terdiri dari dua prinsip yaitu cephalocaudal dan proximal distal (Wong,

1995).Cephalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai

dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar,

kemudian berkembang kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan

menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan

,tangan dan kaki.

2. Pola perkembangan dari umum ke khusus

Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan menggerakkan

daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian daerah yang lebih

kompleks. Misalnya melambaikan tangan kemudian memainkan jari.

3. Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan

Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang

dapat digunakan untuk mendeteksi dini perkembangan selanjutnya.

E. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan yang

lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak

faktor. Menurut Soetjiningsih (2012), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang,

yaitu:

1. Genetika

a) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa

21
b) Keluarga, ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau

perawakan pendek

c) Umur merupakan tahap yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan

dengan masa lainnya.

d) Jenis kelamin, wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan

laki-laki.

e) Kelainan kromosom, dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan,

misalnya sindrom down.

2. Pengaruh hormone

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur

empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang

berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang

dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan

kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan

otak.

3. Faktor lingkungan

Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

pranatal, kelahiran, dan pascanatal.

4. Faktor prenatal

a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama

selama trimester akhir kehamilan

b) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan

kelainan conginetal, misalnya club foot

22
c) Toksin, zat kimia, radiasi

5. Kelainan endokrin

6. Infeksi TORCH atau penyakit menular seks

7. Kelainan imunologi

F. Pengawasan tumbuh kembang

Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan pencatatan

yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan

pengawasan terutama anak balita.Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan

TB menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Untuk perkembangan anak dengan

menggunakan DDST (Denver Development Screening Test). Sedangkan tahap-tahap

penilaian perkembangan anak yaitu :

1. Anamnesis

2. Skrining gangguan perkembangan anak Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak

3. Evaluasi bicara dan bahasa anak Pemeriksaan fisik

4. Perkembangan dan tumbuh kembang anak perlu kita pantau secara terus menerus.

Dengan memperhatikan tumbuh kembangnya kita berharap dapat mengetahuinya

secara dini kelainan pada anak kita sehingga langkah-langkah antisipatif lebih cepat

kita ambil. Anak yang cedas adalah harapan setiap orang tua. Orang tua selalu

berharap agar anaknya dapat tumbuh sehat. Berikut 7 gangguan tumbuh kembang

anak yang perlu kita ketahui

23
a) Gangguan bicara dan bahasa

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.

Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan berbicara dan

berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.

b) Cerebral palsy

Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif,

yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada susunan saraf

pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.

c) Sindrom Down

Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari

fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang menjadi akibat

adanya jumlah kromosom 21 yang lebih. Beberapa faktor seperti kelainan

jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan

lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan

keterampilan untuk menolong diri sendiri

d) Perawakan pendek

Penyababnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan

kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

e) Gangguan autisme

Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya

muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh

aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat,

yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang

24
ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan

perilaku.

f) Retardasi mental

Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah

( IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan

beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap

normal.

g) Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)

Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan

perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

G. Tumbuh kembang anak hidrosefalus

Merawat anak hidrosefalus bukanlah sebuah perkara yang mudah. Untuk

mengoptimalkan tumbuh kembang anak, maka perlu ada perlakuan dan perhatian khusus

dari orangtua. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar anak hidrosefalus tidak

'tertinggal' terlalu jauh dibanding anak seusianya.

Hal pertama dan utama yang harus dilakukan adalah mengetahui penyebab pasti

dari hidrosefalus tersebut. Sebab, hidrosefalus bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain karena bawaan, infeksi di otak, atau akibat tumor. Baru bisa mengambil langkah

yang sesuai untuk merawat anak hidrosefalus di rumah.Prinsip utama lain yang perlu

diperhatikan adalah anak harus tetap belajar. Tetapi akibat terdapat cairan di otak anak

yang tidak bisa mengalir ke sumsum tulang belakang dengan baik, maka membuat

kepala anak tersebut membesar dan menekan bagian otaknya. Sehingga kemungkinan

bagi otak dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih sulit. "Namun, tetap ada

25
kesempatan untuk otak anak tersebut bisa berkembang. Jadi orangtua tidak boleh hanya

membiarkan anak dengan hidrosefalus tergeletak di tempat tidur, tanpa diajari

kemampuan-kemampuan dasar layaknya anak pada umumnya, seperti makan, minum,

duduk, berdiri maupun berjalan," tambah Rocsky.

Kontrol rutin ke dokter juga tetap harus dilakukan. Jika kondisi anak sudah

dipasangkan selang untuk mengeluarkan cairan pada otaknya, kontrol rutin bisa

dilakukan sebulan sekali atau tiga bulan sekali. Kontrol ini dilakukan untuk mengecek

apakah selang yang dipasang tersumbat atau tidak. Tetapi, pada anak yang terkena

hidrosefalus tetapi belum pernah diobati, kontrol harus dilakukan sesuai saran dokter

untuk mengetahui penyebab dan pengobatannya secepat mungkin.Perawatan anak

hidrosefalus di rumah juga bisa dibantu dengan beberapa alat-alat yang bersifat

rehabilitasi, seperti penggunaan kursi roda, atau alat yang bisa melatih anak berdiri.

Tenaga khusus untuk merawat anak hidrosefalus (perawat) sebetulnya tidak mutlak

diperlukan, tetapi pada kasus-kasus tertentu misalnya bila anak sangat tidak mandiri,

tidak bisa makan, harus menggunakan selang, tidak bisa bicara, dan lain sebagainya,

maka perawat khusus di rumah diperlukan.

Selain itu, Anda juga perlu memerhatikan asupan gizi anak. Anak- anak dengan

hidrosefalus kemungkinan akan berbaring lama. Hal ini dapat menyebabkan proses

katabolisme (metabolisme yang dapat merusak tubuh) dalam tubuhnya meningkat.

Sehingga mereka membutuhkan makanan yang tinggi protein dan cukup kalori. "Tapi

jangan lupakan asupan zat gizi lain untuk menunjang tumbuh kembangnya. Yang

penting makanannya seimbang,perlu diketahui, hidrosefalus bukanlah penyakit

melainkan sebuah akibat karena adanya kelainan dalam tubuh. Itulah sebabnya,

26
hidrosefalus sangat mungkin disembuhkan. Maka dari itu, stimulasi harus tetap

diberikan, termasuk menyekolahkannya, belajar musik, maupun mengajak anak

berolahraga. Sebelum melakukan semua stimulasi tersebut, Perlu menghilangkan terlebih

dahulu masalah maupun penyebab hidrosefalus pada anak. "Kalau hidrosefalus masih

ada tetapi anak tetap diberikan berbagai macam stimulasi, maka cairan yang banyak di

dalam otak akan menekan daging otaknya dan menyebabkan otak tidak bisa tumbuh

dengan baik,

27
III. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

a) Anamnesis

1) Identitas Pasien

Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, umur,jenis kelamin,anak-ke, BB/TB,

alamat.

2) Keluhan Utama:

Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

bergantung seberapa jauh dampak dari hidrosefalus pada peningkatan tekanan

intracranial, meliputi muntah, gelisah nyeri kepala, letargi, lelah apatis,

penglihatan ganda, perubahan pupil, dan kontriksi penglihatan perifer.

3) Riwayat Kesehatan

i. Riwayat Penyakit Sekarang

Adanya riwayat infeksi (biasanya riwayat infeksi pada selaput otak dan

meningens) sebelumnya. Pengkajian yang didapat meliputi seorang anak

mengalami pembesaran kepala, tingkat kesadaran menurun (GCS

<15), kejang, muntah, sakit kepala, wajahnya tanpak kecil cecara

disproposional, anak menjadi lemah, kelemahan fisik umum, akumulasi

secret pada saluran nafas, dan adanya liquor dari hidung. Adanya

penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran akibat adanya

perubahan di dalam intracranial. Keluhan perubahan prilaku juga umum

terjadi.

28
ii. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hidrosefalus

sebelumnya, riwayat adanyanya neoplasma otak, kelainan bawaan pada

otak dan riwayat infeksi.

iii. Riwayat perkembangan

Kelahiran premature. lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir

menangis keras atau tidak. Riwayat penyakit keluarga, mengkaji adanya

anggota generasi terdahulu yang menderita stenosis akuaduktal yang

sangat berhubungan dengan penyakit keluarga/keturunan yang terpaut

seks.

4) Pengkajian psikososiospritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang tua)

untuk menilai respon terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran

dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengruhnya dalam kehidupan

sehari-hari. Baik dalam keluarga maupun masyarakata. Apakah ada dampak

yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul seperti ketakutan akan

kecatatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untu melakukan aktivitas secara

optimal.Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis

dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup

individu. Perspektif perawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah:

keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungan dengan

peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada

gangguan neurologis didalam system dukungan individu.

29
5) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum:

Pada keadaan hidrosefalus umumnya mengalami penurunan kesadaran

(GCS <15) dan terjadi perubahan pada tanda-tanda vital.

b. B1(breathing)

Perubahan pada system pernafasan berhubungan dengan inaktivitas. Pada

beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari system ini akan

didapatka hal-hal sebagai berikut:

 Ispeksi umum: apakah didapatkan klien batuk, peningkatan

produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot batu nafas, dan

peningkatan frekuensi pernafasan. Terdapat retraksi

klavikula/dada, mengembangan paru tidak simetris. Ekspansi

dada: dinilai penuh/tidak penuh, dan kesimetrisannya. Pada

observasi ekspansi dada juga perlu dinilai retraksi dada dari otot-

otot interkostal, substernal pernafasan abdomen dan respirasi

paraddoks(retraksi abdomen saat inspirasi). Pola nafas ini terjadi

jika otot-otot interkostal tidak mampu menggerakkan dinding

dada.

 Palpasi : Taktil primitus biasanya seimbang kanan an kiri Perkusi

: Resonan pada seluruh lapang paru.

 Auskultasi : Bunyi nafas tambahan, seperti nafas berbunyi stridor,

ronkhi pada klien dengan adanya peningkatan produksi secret dan

30
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada

klien hidrosefalus dengan penurunan tingkat kesadaran.

c. B2 (Blood)

Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan homeostasis tubuh

dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi

brakikardia merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak. Kulit

kelihatan pucat merupakan tanda penurunan hemoglobin dalam darah.

Hipotensi menunjukan adanya perubaha perfusi jaringan dan tanda-tanda

awal dari suatu syok.

d. B3 (Brain)

Kepela terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh. Hal ini

diidentifikasi dengan mengukur lingkar kepala suboksipito bregmatikus

dibanding dengan lingkar dada dan angka normal pada usia yang sama.

Selain itu pengukuuran berkala lingkar kepala, yaitu untuk melihat

pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal. Ubun-

ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, teraba tegang

atau menonjol, dahi tampak melebar atau kulit kepala tampak menipis,

tegang dan mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.

e. Pengkajian tingkat kesadaran

Gejala khas pada hidrosefalus tahap lanjut adalah adanya dimensia. Pada

keadaan lanjut tingkat kesadaran klien hidrosefalus biasanya berkisar

pada tingkat latergi, stupor, semikomatosa sampai koma.

f. Pengkajian fungi serebral, meliputi:

31
Obresvasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah

dan aktivitas motorik klien. Pada klien hidrosefalus tahap lanjut biasanya

status mental klien mengalami perubahan. Pada bayi dan anak-anak

pemeriksaan status mental tidak dilakukan.

g. Pengkajin saraf cranial, meliputi:

 Saraf I (Olfaktori)

 Saraf II (Optikus)

 Saraf III, IV dan VI (Okulomotoris,Troklearis, Abducens)

 Saraf V (Trigeminius)

 Saraf VII(facialis)

 Saraf VIII (Akustikus)

 Saraf IX dan X( Glosofaringeus dan Vagus)

 Saraf XI (Aksesorius)

 Saraf XII (Hipoglosus)

h. Pengkajian system motorik.

 Tonus otot

 Kekuatan otot

 Keseimbangan dan koordinasi

i. Pengkajian Refleks.

Pemeriksaan reflex profunda, pengetukan pada tendon, ligamentum atau

periosteum derajat reflex pada rrespon normal. Pada tahap lanjut,

hidrosefalus yang mengganggu pusat refleks, maka akan didapatkan

perubahan dari derajat refleks. Pemeriksaan refleks patologis, pada fase

32
akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah

beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan

refleks patologis.

j. Pengkajian system sensorik.

Kehilangan sensori karena hidrosefalus dapat berupa kerusakan sentuhan

ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi

(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta

kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.

k. B4 (Bledder)

Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine,

termasuk berat jenis urine. Peningkatan jumlah urine dan peningkatan

retensi cairan dapat terjadi akibat menurunya perfungsi pada ginjal. Pada

hidrosefalus tahap lanjut klien mungkin mengalami inkontensia urin

karena konfusi, ketidak mampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan

ketidak mampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan

untuk menggunakan system perkemihan karena kerusakan control

motorik dan postural. Kadang- kadang control sfingter urinarius

eksternal hilang atau steril. Inkontensia urine yang berlanjut

menunjukkan kerusakan neurologis luas.

l. B5 (Bowel)

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,

serta mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah akibat

peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah

33
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat

penurunan peristaltic usus. Adanya kontensia alvi yang berlanjut

menunjukkan kerusakann neurologis luas.

m. B6 (Bone)

Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan fisik umum, pada

bayi disebabkan pembesaran kepala sehingga menggangu mobilitas fisik

secara umum. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgon kulit.

Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruaan menunjukkan adanya

sianosis (ujung kuku, ekstermitas,telingga, hidung, bibir dan membrane

mukosa). Pucat pada wajah dan membrane mukosa dapat berhubungan

dengan rendahnya kadar hemoglobinatau syok. Warna kemerahan pada

kulit dapat menunjukan adanya damam atau infeksi. Integritas kulit

untuk menilai adanya lesi dan dekubitus. Adanya kesulitan untuk

beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau

paralisis/hemiplegia, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola

aktivitas dan istirahat

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d peningkatan TIK

b. Nyeri akut b/d nyeri kepala

c. Gangguan mobilitas fisik b/d kepala membesar

d. Defisit nutrisi b/d anoreksia

e. Gangguan tumbuh kembang b/d penurunan fungsi neurologis

f. Resiko infeksi b/d proses pembedahan

34
g. Defisit pengetahuan b/d tidak tahu tentang penyakit

3. Intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI &AKTIFITAS
HASIL
1. Resiko perfusi jaringan Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan
tidak efektif tindakan keperawatan 1x8 TIK
jam diharapkan tidak terjadi Observasi
risiko perfusi serebral tidak -Identifikasi penyebab
efektif. peningkatan TIK
Kriteria hasil: -Monitor tanda atau gejala
- TIK menurun peningkatan TIK
- Gelisah menurun -Monitor MAP
- Agitasi Menurun -Monitor stt pernafasan
- Lingkar kepala membaik Terapeutik
- Berikan posisi semi
fowler
- Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
- Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian
sedasi dan anti konvulsan, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika perlu

2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


keperawatan status nutrisi Observasi
terpenuhi - Identifikasi status nutrisi

35
Kriteria Hasil: -Identifikasi alergi dan
-susu yang dihabiskan intoleransi makann
meningkat -Monitor BB
-Berat badan atau IMT Teraupetik
-Frekuensi makan meningkat -Lakukan oralhygine sebelum
-Nafsu makan meningkat makan
-Perasaan cepat kenyang - sajikan susu dengan air
menurun hangat
Edukasi
-Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
Dibutuhkan
3. Gangguan Tumbuh Setelah dilakukan tindakan Edukasi Nutrisi Bayi
Kembang keperawatan status (I.12397)
perkembangan dan Observasi
pertumbuhan membaik - Identifikasi kesiapan dan
Kriteria hasil: kemampuan menerima
- Keterampilan/perilaku informasi
sesuai usia meningkat Terapeutik
- Berat badan sesuai usia - Sediakan materi dan
meningkat penkes
- Panjang/tinggi badan - Berikab kesempatan
sesuai usia meningkat kepada ibu untuk bertanya
Edukasi
- Anjurkan tetap
memberikan ASI

36
4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan -Pencegahan Infeksi (I.14539)
keperawatan tingkat infeksi Observasi
ekspektasi menurun - Observasi tanda dan gejala
Kriteria hasil: infeksi local dan sistemik
- Kebersihan tangan Terapeutik
meningkat - Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan badan - Cuci tangan sebelum dan
meningkat sesudah kontak dengan
- Nafsu makan meningkat klien
- Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencucui
tangan dengan benar
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

4. Implementasi

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap

pasien

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan catatan perkembangan dari implementasi yang dilakukan

37
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN An.K DENGAN HIDROSEFALUS

B. BIODATA

1. IDENTITAS KLIEN

Nama /Anak/Panggilan : An. K

Tempat tgl lahir/ usia : Payakumbuh /7 mei 2021/ 6 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Payakumbuh

Tgl/ Jam Masuk : 8 November 2021

Tgl Jam Pengkajian : 15 November 2021

Diagnosa Medik : Hidrocepalus + Malnutrisi +Post op VP Shunt

2. IDENTITAS ORANG TUA

1. Ayah 2. Ibu

Nama : Tn. J Nama :Ny.A

Usia :29Tahun Usia :21 Tahun

Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Wiraswasta Pekerjaan :IRT

Agama :Islam Agama :Islam

38
C. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama

Ibu An.K mengatkan kepala An.K semakin hari bertambah besar dan tampak

menngkilat, Ibu An.K mengatakan bahwa An.K sebelumnya pernah dua kali operasi

dikepala, Ibu An.K mengatakan An.K akan melanjutkan operasi VP Shunt.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu An.K mengatakan bahwa An.K sudah melakukan operasi. Ibu An.K mengatakan

kepala An.K terlihat bertambah besar, ibu An.K mengatakan jika An.K diangkat An.K

akan meangis, terdapat nyeri disekitar luka post op, ibu An.K mengatakan nafsu makan

An.K berkurang yang biasanya habis susu 2x 90 ml sekarang hanya 2x 70 ml, Ibu An.K

mengatakan An.K mencret sehari bisa 9x dengan tekstue cair berwarna kuning disertai

lendir

3. Kesehatan Lalu

1) Pre Natal Care

Ibu mengataka bahwa pada saat hamil ibu klien rutin memeriksa kehamilannya ke

bidan dan ke dokter 3 bulan sekali

a. Jumlah Kunjungan : tiap 3 bulan konsul USG

b. HPHT :-

c. Kenaikan bb : 18 kg

d. Pengobatan yang didapat :-

e. Pengobatan yang didapat : -

f. Taksira Persalinan :-

39
g. Pemeriksaan Kehamilan : kelainan pada janin yaitu sejak pemeriksaan

kandungan ke 8 bulan anak sudah di diagnosis menderita Hidrosefalus.

2) Riwayat Persalinan

Ibu mengatakan bahwa dia melahirkan anaknya di persalinan di klinik bunda

payakumbuh dibantu oleh dokter secara sectio caesarea karena kondisi janin yang

mengalami hidrosefalus dengan dengan BB= 3000 gram dan PB= 40,5 cm.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan :

Laki Laki

Perempuan

Klien

Tinggal serumah

40
D. RIWAYAT IMUNISASI

NO Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Frekuensi Resiko setelah pemberia


2. DPT (I,II,III) Usia 2 bulan Demam dan kepala
Membesar
3. POLIO (I,II,III, IV) Usia 2 bulan Demam dan kepala
Membesar
4. CAMPAK Anak belum cukup
umur

E. RIWAYAT SOSIAL

An.K dirawat di rumah sakit hanya ditemani oleh ibu, ayah An.K meninggalkan klien

sejak umur 14 hari karena ayah klien tidak menerima kondisi An.K, di rumah sakit sosial

ibu klien baik, dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan

hubungan orang tua dengan bayi juga baik dengan (Menyentuh, memanggil nama, kontak

mata, berbicara, memeluk dan berkunjung.

F. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

1) Pertumbuhan Fisik

Berat badan : 6,52 Kg

Tinggi badan : 50 cm

2) Perkembagan tiap Tahap

Perkembangan pasien : ibu mengatakan anak pada usia 6 bulan sekarang anak hanya

bisa menggenggam jari ibunya, belum bisa berguling , dan hanya bisa terlentang.

Pertumbuhan pasien : ibu mengatakan gigi pasien baru mulai tumbuh di bagian atas,

TB : 50 cm, BB : 6,52 kg.

G. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

1) Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan

41
An.K sudah didiagnosa mempunyai kelainan hidrosefalus semenjak kandungan 8

bulan orang tua klien tetap menerima dan merawat klien sampai saat ini pengetahuan

ibu sangat kurang tentang penyakit yang di derita An.k

2) Nutrisi Metabolik

Ibu mengatakan An.K diberikan ASI hanya sampai usia 1 bulan karena produksi

ASI ibu hanya sedikit, selanjutnya klien untuk memenuhi nutrisinya dengan susu

formula yang di berikan sesuai dengan indikasi dokter dan ahli gizi di rumah sakit.

NO Hari / Tanggal Berat Badan Diit

1. Senin, 15 November 3300 gm PASI 2x70 cc

2021

2. Selasa 16 November 3300 gm PASI 2x70 cc

2021

3. Rabu, 17 November 3400 gm PASI 2x80 cc

2021

3) Pola Eliminasi

Eliminasi Urine : Keluarga mengatakan BAK pasien di pempers, dan membuang

pempers bila penuh dalam sehari klien bisa ganti popok 4-6 kali

Obat parenteral

 Ceftriaxone 2x 150 PCT infus

150 : 1000 x 10 = 0,75 60 : 500 x 1 = 0,12

( 0,75 x 2 ) = 1,5 0,12 x 3 = 0,36

42
Kaen 1B = 500

- Input :

cairan parenteral+ per oral

(1,5+ 0.36+ 500) + 200 = cc

- Otput :

urine = 123

- IWL :

BB x 40

6,25x40 = 250

- Diuresis :

Urine : BB : 24 =

240 : 6,25 : 24 = 1,6

- Balance cairan :

Input – ( Otput + IWL ) = 701,86 - (123+250)

701,86-373 = 328,86

Eliminasi Fekal : Keluarga mengatakan BAB berwarna kuning, bab klien dalam

sehari bisa 2-3 kali. Saat pengkajian ibu klien mengatakan klien

mencret dengan frekuensi 9x sehari, terkstur cair, bewarna kuning

disertai lendir

4) Aktivitas dan Pola Latihan

Ibu mengatakan saat dirumah Klien selalu dimandikan setiap pagi dan dilakukan

perawatan luka di kepala, klien hanya bisa berbaring dan di bangunkan untuk minum

susu dan ketika berinteraksi dengan ibu, saat dirumah sakit Klien hanya berbaring dan

43
dianjurkan oleh dokter untuk sering di gendong ibunya. Aktifitas klien terbatas karena

klien tidak mampu menggerakkan badan karena kondisi hidrosefalus yang di derita

klien.

5) Pola Istirahat tidur

An.K tidur menelentang dan di beri bantal donat untuk mengajal kepala karena

keadaan kepala lunak, anak An.K di bangun kan saat minum susu dan saat

berinteraksi dengan ibu.

6) Pola Peran –Hubungan

Meskipun selama sakit peran pasien sebagai anak/ anggota keluarga tidak ada

masalah karena keluarga dapat memahami dan senatiasa memberikan kasih saying

dengan cara selalu menjaga dan menemani pasien selama dirumah sakit

7) Sexualitas

Jenis kelamin pasien yaitu Laki-laki .

8) Nilai –Pola Keyakinan

Pasien dan keluarga beragama islam dan ibu dan keluarga menerima semua yang

terjadi pasien kehendak Allah, ibu pasrah dan menerima keadaan anak yang

menderita Hidrosefalus.

H. TEST DIAGNOSTIK

1) LABORATORIUM (Tanggal 12 november 2021)

Parameter Result Unit Nilai Rujukan


HGB 9,9 g/dl P=13.0-16.0 W= 12.0-14.0
RBC 3,80 10^6/uL P=4.5-5.5 W=4.0-5.0
HCT 28,3 % P=42.0-52.0 W=37.0-47.0

Differential
WBC 11,82 10^3/uL 5.0-10.0
PLT 405 % 150-450

44
Tanggal 13 november 2021

Parameter Result Unit Nilai Rujukan


HGB 11,0 g/dl P=13.0-16.0 W= 12.0-14.0
RBC 4,12 10^6/uL P=4.5-5.5 W=4.0-5.0
HCT 31,2 % P=42.0-52.0 W=37.0-47.0

Differential
WBC 11,42 10^3/uL 5.0-10.0
PLT 407 10^3/uL 150-450

Terapi saat ini

NO Nama obat Dosis Ket


1 Asam Folat 1x1 mg Oral
2. Paracetamol 3x0,6cc Oral
3 Fuson Cream 3x1 Salaf
4 Ceftriaxone 2x150mg Parenteral
5 PCT infus 3x60mg Parenteral
6 Kaen 1b 500mg Parenteral

I. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : apatis

GCS :13 (E4 V4 M5)

3. Tanda- tanda vital

TD : 102/65 Mg
N : 178 x/ m
RR : 13 x/ m
S : 37, 0 º C

4. Berat badan : 6,52 kg

5. Pemeriksaan Head to toe

a. Kepala : LK 63cm

45
I = -warna rambut An.K hitam dan bersih, rambut An.K terlihat lurus,Kulit

kepala An.K terlihat bersih dan wangi

P = Adanya nyeri tekan dengan skala nyeri 4, terdapat luka post op VP

Shunt di kepala An,K sebelah kanan.

b. Muka

I = Wajah An.K simetris kiri dan kanan, Dahi An.K tampak menonjol,

Wajah An,K tampak bersih

P = Tidak ada nyeri tekan di wajah An.K

c. Mata

I = mata An.K terlihat tidak simetris kiri dan kanan, karena faktor penekanan

cairan dari kepala pasien yang membuat kening pasien menonjol dan

mempengaruhi kesimetrisan mata pasien, Konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, pupil isokor, reflek cahaya (+/+)

d. Hidung dan Sinus

I = Hidung An.K tampak simetris dan bersih. An.K tampak terpasang

Oksigen 0,5 L

P : tidak teraba pembengkakan sinus pada hidung pasien

e. Telinga

I = Telinga An.K simetris kiri dan kanan, Telinga tampak bersih dan tidak

terdapat masa.

P = Tidak ada nyeri tekan

46
f. Mulut

I = An.K belum mempunyai gigi, lidah tampak bersih, daya hisap An.K kuat

(saat melakukan pengkajian An.K minum susu di botol)

g. Leher

I = Tidak ada pembesaran Kelenjer tiroid An.K dan tidak terdapat lesi

P = Tidak ada pembesaran Kelenjer getah bening An.K

h. Thorak

I = takipnea, tarikan Retraksi dada positif , RR = 40x/menit.

P = peningkatan vocal fremitus

P = di dapatkan bunyi sonor seluruh lapang paru

A = adanya suara nafas Bronkial

i. Jantung

I = iktus cordis tidak terlihat

P = iktus cordis tidak teraba, irama teratur

P = redup

A = bunyi jantung teratur, bunyi jantung lup dup, frekuensi jantung 86x/I,

Pollap (-), mumur (-)

j. Abdomen

I = Perut sedikit cembung , tidak ada lesi

P = supel, hepar dan lien tidak teraba

P = Timpani seluruh lapang abdomen

A = Bising usus 5x/i

47
k. Genitalia

I = Jenis kelamin laki-laki , Genitalia lengkap

l. Ekstermitas Atas

I = Eksternitas Atas An.K Tanpak Normal, Jari-jari lengkap dan berfungsi

dengan baik, CRT < 2 detik

555555

555 555

m. Eksternitas Bawah

I = Eksternitas Bawah An.K Tanpak Normal, Jari-jari lengkap dan berfungsi

dengan baik, CRT < 2 detik

555555

555 555

48
ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH

1 DS: Faktor Predisposisi Resiko Perfusi jaringan

- Ibu klien mengatakan An.k kepala Serebral tidak efektif

membesar Inveksi Kuman

- Ibu klien mengatakan kepala

An.K semakin bertambah besar Peradangan Jaringan Serebral

dan mengkilat

-Ibu mengatakan An.K sering Serebral Menurun

demam

-Ibu An.K mengatakan kepala Iritasi Meningen

An.K teraba panas.

DO : TIK meningkat

-S :37,0 c

-N : 86x/i Permabilitas Kapiler darah

-RR :26c/i menurun

-Lk : 63 cm

GCS :13 (E4V4M5) Bradikardi

-Tampak kepala yang membesar

- teraba tegang pada bagian –ubun Resiko gangguan perfusi

pasien jaringan

-An.K memakai oksigen 0,5 L

- TD : 102/65 x/i

- terdapat Luka Post Op VP shunt

pada kepala sebelah kanan

49
2. DS: Kelainan fleksus koroideus Defisit Nutrisi

-Ibu An.K mengatakan nafsu

makan An.K berkurang yang Fleksus koroideus


memproduksi CSF berlebih
biasanya habis susu 2x 90 ml

sekarang hanya 2x 70 ml,


Akumulasi CSF
-Ibu An.K mengatakan An.K

mencret sehari bisa 9x dengan


Kepala membesar
tekstue cair berwarna kuning

disertai lendir
Gangguan mekanisme di
-Ibu An.K mengatakan asupan medula oblongata

nutrisi anaknya hanya susu yang

diberikan rs Nausea, vomiting

-Ibu mengatakan BB An.K tidak

kunjung bertambah Defisist nutrisi

DO:

A : BB 6,25 Kg, TB 50 cm, LK 63

cm

B : HB : 11,0 , HT : 3, 12

C : kes : apatis , GCS : 13

D : Infantri

- pat tampak kurus

3. DS: Sosial ekonomi rendah Gangguan tumbuh

- ibu mengatakan anak pada usia Kurangnya pengetahuan kembang

6 bulan sekarang anak hanya tentang penyakit

bisa menggenggam jari ibunya, Intake nutrisi kurang dari

50
belum bisa berguling , dan hanya

bisa terlentang. kebutuhan

- ibu mengatakan anak belum bisa Defisiensi protein dan kalori


telungkup Asam amino esensial
DO: menurun dan produksi
-Klien tampak lesu
albumin menurun
-klien tampak hanya bisa berbaring
Atrofi /pengecilan otot
-Rangsangan menghisap kurang
Gangguan tumbuh kembang
- BB : 6, 52 kg

- TB : 50 cm

- LK : 63 cm

- gigi anak tampak mulai tumbuh

pada bagian atas

4. DS: Luka post Resiko Infeksi

-Ibu mengatakan luka post op

masih belum kering Terputusnya Kontinutas

-Ibu mengatakan ada cairan keluar jaringan kulit

dari luka post op

-Ibu mengatakan An.K akan Tempat masuknya

menangis jika luka post op tertekan mikroorganisme

DO:

-Tampak luka post op dikepala Tidak adekuat

P 7 cm L 2 cm mempertahankan sistim imun

-saat di TV luka post tampak


Resiko Infeksi
memerah

51
-Luka tampak terbalut kasa

-Luka masih belum kering

-TTV

-TD :102/65 Mmgh

-S :37,0 c

-N :129 x/i

-RR :30x/i

- WBC : 11, 82

52
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI


TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI &AKTIFITAS

1. Resiko perfusi jaringan tidak Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan TIK
efektif keperawatan 1x8 jam diharapkan Observasi
tidak terjadi risiko perfusi serebral -Identifikasi penyebab peningkatan TIK
tidak efektif. -Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK
Kriteria hasil: -Monitor MAP
- TIK menurun -Monitor stt pernafasan
- Gelisah menurun Terapeutik
- Agitasi Menurun - Berikan posisi semi fowler
- Lingkar kepala membaik - Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika
perlu
-

53
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan status nutrisi terpenuhi Observasi
Kriteria Hasil: - Identifikasi status nutrisi
-susu yang dihabiskan meningkat -Identifikasi alergi dan intoleransi makann
-Berat badan atau IMT -Monitor BB
-Frekuensi makan meningkat Teraupetik
-Nafsu makan meningkat -Lakukan oralhygine sebelum makan
-Perasaan cepat kenyang menurun - sajikan susu dengan air hangat
Edukasi
-Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
3. Gangguan Tumbuh Kembang Setelah dilakukan tindakan Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
keperawatan status perkembangan Observasi
dan pertumbuhan membaik - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kriteria hasil: menerima informasi
- Keterampilan/perilaku sesuai Terapeutik
usia meningkat - Sediakan materi dan penkes
- Berat badan sesuai usia - Berikab kesempatan kepada ibu untuk
meningkat bertanya
- Panjang/tinggi badan sesuai usia Edukasi

54
meningkat - Anjurkan tetap memberikan ASI

4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan -Pencegahan Infeksi (I.14539)


keperawatan tingkat infeksi Observasi
ekspektasi menurun - Observasi tanda dan gejala infeksi local dan
Kriteria hasil: sistemik
- Kebersihan tangan meningkat Terapeutik
- Kebersihan badan meningkat - Batasi jumlah pengunjung
- Nafsu makan meningkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan klien
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencucui tangan dengan benar
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

55
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

DIAGNOS HARI IMPLEMENTASI EVALUASI


A TANGGA
L
-Resiko Senin 1. Memonitor TTV S:

Perfusi 15 Mengukur suhu : 37,9 - Ibu klien mengatakan

Jaringan november Menghitung nadi : An.k kepala

membesar
Serebral 2021 86x/i
- Ibu klien mengatakan
Tidak Mengukur TD : 102/65
kepala An.K semakin
Efektif mmHg, MAP : 75
bertambah besar dan
Menghitung pernafasan
mengkilat
: 13x/i
-Ibu mengatakan An.K
2. Mencegah terjadinya
sering demam
kejang
-Ibu An.K mengatakan

kepala An.K teraba

panas

O:

-S :37,9 c

-N : 86x/i

-RR :13c/i

TD : 102/65 mmHg

-Lk : 63 cm

GCS :13 (E4V4M5)

-Tampak kepala yang

mulai membesar

56
-An.K memakai

oksigen 0,5 L

A:

Masalah keperawatan

Resiko Perfusi

Jaringan Serebral

Tidak Efektif

P: memonitor TTV

Selasa 16 1. Memonitor TTV S:

November S :38,0 c - Ibu klien

2021 -N : 80x/i mengatakan An.k

-RR :24c/i kepala membesar

- TD : 112/60 x/i - Ibu klien

2. Mencegah terjadinya mengatakan kepala

kejang An.K semakin

bertambah besar dan

mengkilat

-Ibu mengatakan

An.K sering demam

-Ibu An.K

mengatakan kepala

An.K teraba panas

O:

-S :38,0 c

57
-N : 80x/i

-RR :24c/i

- TD : 112/60 x/i

-Lk : 60 cm

-An.K memakai

oksigen 0,5 L

A:

Masalah keperawatan

belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

Rabu Memonitor TTV S:

17 -S :37,9c - Ibu klien

november -N : 84x/i mengatakan An.k

2021 -RR :26c/i kepala membesar

-TD : 90/60 x/i - Ibu klien

-Lk : 63 cm mengatakan kepala

An.K semakin

bertambah besar dan

mengkilat

-Ibu mengatakan

An.K sering demam

-Ibu An.K

58
mengatakan kepala

An.K teraba panas

O:

-S :37,9c

-N : 84x/i

-RR :26c/i

-TD : 90/60 x/i

-Lk : 63 cm

GCS :13 (E4V4M5)

-Tampak kepala yang

mulai membesar

-An.K memakai

oksigen 0,5 L

A:

Masalah keperawatan

belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

-Defisit Senin 1. Memonitor BB S:

nutrisi 15 2. Menganjurkan ibu -Ibu An.K mengatakan

november memberikan susu nafsu makan An.K

berkurang yang
2021 hangat setiap
biasanya habis susu 2x
pemberian susu
90 ml sekarang hanya
3. Memonitor status

59
nutrisi 2x 70 ml,

-Ibu An.K mengatakan

An.K mencret sehari

bisa 9x dengan tekstue

cair berwarna kuning

disertai lendir

-Ibu An.K mengatakan

asupan nutrisi anaknya

hanya susu yang

diberikan rs

-Ibu mengatakan BB

An.K tidak kunjung

bertambah

O:

-An.K tampak kurus

-An.K tampak memaka

IVD di sebelah

kakikanan

-umur :6 bualam

-BB: 5,750 kg

-Tb: 50cm

A:

Masalah keperawatan

Defisit Nutrisi

P:

1. Memonitor

60
asupan

makanan

2. Memonitor BB

3. Memberikan

makanan

tinggi kalori

dan tinggi

Protein

Selasa 1. Memonitor BB S:

16 2. Menganjurkan ibu -Ibu An.K

November memberikan susu mengatakan nafsu

2021 hangat setiap makan An.K

pemberian susu berkurang yang

3. Memonitor status biasanya habis susu

nutrisi 2x 90 ml sekarang

hanya 2x 70 ml,

-Ibu An.K

mengatakan An.K

mencret sehari bisa 8x

dengan tekstue cair

berwarna kuning

disertai lendir

-Ibu mengatakan BB

An.K tidak kunjung

61
bertambah

O:

-An.K tampak kurus

-An.K tampak

memaka IVD di

sebelah kaki kanan

-umur :6 bualam

-BB: 5,750 kg

-Tb: 50cm

A:

Masalah keperawatan

belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

Rabu 1. Memonitor BB S:

17 2. Menganjurkan ibu -Ibu An.K

November memberikan susu mengatakan nafsu

2021 hangat setiap makan An.K

pemberian susu berkurang yang

3. Memonitor status biasanya habis susu

nutrisi 2x 90 ml sekarang

hanya 2x 70 ml,

-Ibu An.K

mengatakan An.K

62
mencret sehari bisa 5x

dengan tekstue cair

berwarna kuning

disertai lendir

-Ibu An.K

mengatakan asupan

nutrisi anaknya hanya

susu yang diberikan rs

-Ibu mengatakan BB

An.K tidak kunjung

bertambah

O:

-An.K tampak kurus

-An.K tampak

memaka IVD di

sebelah kakikanan

-umur :6 bualam

-BB: 5,750 kg

-Tb: 50cm

A:

Masalah keperawatan

belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

63
-Gangguan Senin 1. Memonitor BB S:

Tumbuh 15 pasien -keluarga mengatakan

Kembang november bahwa ananya belum


2. Memonitor tahap
bisa berguling dari
2021 perkembangan
telentang ke tengkurap
anak
- keluarga mengatakan
3. Memonitor tahap
anaknya hanya bisa
pertumbuhan anak
posisi tidur

O:

-Klien tampak lesu

-klien tampak hanya

bisa berbaring

-Rangsangan menghisap

kurang

BB : 6,52

A:

Ganguang Tumbuh

Kembang

P:

Intervensi dilanjutkan

Selasa 1. Memonitor BB S:

16 pasien -keluarga mengatakan

November bahwa anaknya belum


2. Memonitor tahap
bisa berguling dari
2021 perkembangan
telentang ke tengkurap
anak
- keluarga mengatakan

64
3. Memonitor tahap anaknya hanya bisa

pertumbuhan anak posisi tidur

O:

-Klien tampak lesu

-klien tampak hanya

bisa berbaring

-Rangsangan menghisap

kurang

- BB, 6, 40 kg

A:

Masalah keperawatan

belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

Rabu 17 1. Memonitor BB S:

November pasien -keluarga mengatakan

2021 bahwa ananya belum


2. Memonitor tahap
bisa berguling dari
perkembangan
telentang ke tengkurap
anak
- keluarga mengatakan
3. Memonitor tahap
anaknya hanya bisa
pertumbuhan anak
posisi tidur

O:

-Klien tampak lesu

-klien tampak hanya

bisa berbaring

65
-Rangsangan menghisap

kurang

- BB = 6,39 kg

A:

Masalah keperawatan

belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

-Resiko Senin 1. Mengopservasi S:

Infeksi 15 tanda dan gejala -Ibu mengatakan luka

post op masi belum


november infeksi lokal dan
Kering
2021 sistemik
-Ibu mengatakan ada
2. Membatasi Jumlah
cairan keluar dari luka
pengunjung
post op
3. Mencuci tangan
-Ibu mengatakan An.K
sebelum da akan menangis jika luka

sesudah kontak post op tertekan

dengan pasien O:

4. Mempertahankan -Tampak luka post op

Dikepala
teknik aseptik pada
-Luka tampak terbalut
pasien beresiko
Kasa
tinggi
-Luka masih belum
5. Menjelaskan tanda
kering
dan gejala infeksi
-TTV

66
-TD :102/65 Mmgh

-S :37,0 c

-N :129 x/i

-RR :30x/i

A:

Masalah Keperawatan

Resiko Infeksi

P:

1. Membatasi Jumlah

pengunjung

2. Mencuci tangan

sebelum da sesudah

kontak dengan pasien

3. Mempertahankan

teknik aseptik pada

pasien beresiko tinggi

Selasa 1. Membatasi Jumlah S:

16 pengunjung -Ibu mengatakan luka

November 2. Mencuci tangan post op masi belum

kering
2021 sebelum da sesudah
-Ibu mengatakan ada
kontak dengan pasien
cairan keluar dari luka
3. Mempertahankan
post op
teknik aseptik pada pasien
-Ibu mengatakan An.K
beresiko tinggi
akan menangis jika luka
4. Menjelaskan tanda post op tertekan

67
dan gejala infeksi O:

-Tampak luka post op

dikepala

-Luka tampak terbalut

kasa

-Luka masih belum

kering

-TTV

-TD :102/65 Mmgh

-S :37,0 c

-N :129 x/i

-RR :30x/i

A:

Masalah belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

Rabu 1. Membatasi Jumlah S:

17 pengunjung -Ibu mengatakan luka

November 2. Mencuci tangan post op masi belum

kering
2021 sebelum da sesudah
-Ibu mengatakan ada
kontak dengan pasien
cairan keluar dari luka
3.Mempertahankan teknik
post op
aseptik pada pasien
-Ibu mengatakan An.K
beresiko tinggi
akan menangis jika luka
4. Menjelaskan tanda post op tertekan

68
dan gejala infeksi O:

-Tampak luka post op

dikepala

-Luka tampak terbalut

kasa

-Luka masih belum

kering

-TTV

-TD :102/65 Mmgh

-S :37,0 c

-N :129 x/i

-RR :30x/i

A:

Masalah Belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

69
BAB IV

PEMBAHASA

Setelah dilakukan pengkajian di Ruang Anak RSUD Achmad Mochtar

Bukittinggi dengan kasus Hidrosefalus dibandingkan dengan teori yang di dapat

maka kelompok menemukan ada permasalahan dan perbedaan dengan pasien

yang di kaji.

A. Pengkajian

Menurut teori dari Putra, 2012 hidrosefalus adalah kelainan

patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal

dengan atau pernah dengan TIK yang meninggi, sehingga terdapat

pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikel ini akibat ketidakseimbangan

antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu

bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya

kelainan – kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta

terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Berdasarkan hasil

pengkajian yang dilakukan kelompok di dapatkan data objektif seperti

kepala anak tampak besar, kepala anak tampak luka post op sebelah kanan

dengan P 7 cm , L 2 cm

B. Diagnosa keperawatan

Dalam teori didapatkan Diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada anak dengan masalah hidrosefalus menurut Carpento, 2006

terdapat 6 diagnosa yaitu :

1. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif

2. Defisit nutrisi
70
3. Gangguan tumbuh kembang

4. Resiko infeksi

5. Gangguan mobilitas fisik

6. Resiko kerusakan integritas kulit

Dari diagnosa keperawatan yang ada pada teori tidak seluruhnya dialami oleh

klien. Sesuai dengan data subyektif dan obyektif yang signifikan didapatkan dari

klien, maka didapatkan 4 diganosa keperawatan yang muncul, yaitu :

1. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif

2. Defisit nutrisi

3. Gangguan tumbuh kembang

4. Resiko infeksi

C. Intervensi dan implementasi

1. Pada diagnosa pertama dalam teori, intervensi yang dilakukan yaitu

Identifikasi penyebab peningkatan TIK, Monitor tanda atau gejala

peningkatan TIK, Monitor MAP, Monitor stt pernafasan. Sedangkan

dalam kasus kelompok hanya melakukan monitor TTV ( TD, RR, HR,

T, LK)

2. Pada diagnosa kedua dalam teori intervensi yang dilakukan yaitu

Identifikasi status nutrisi, Identifikasi alergi dan intoleransi makann,

Monitor BB. Sedangkan dalam kasus kelompok hanya melakukan

identifikasi status nutrisi dan memonitor BB.

3. Pada diagnosa ketiga dalam teori intervensi yang dilakukan yaitu

Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, Sediakan

materi dan penkes, Berikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya,

71
menganjurkan tetap memberikan ASI. Sedangkan dalam kasus

kelompok hanya melakukan memonitor BB pasien dan memonitor

tumbuh kembang pasien.

4. Pada diagnosa ke empat dalam teori intervensi yang dilakukan yaitu

Observasi tanda dan gejala infeksi local dan sistemik, Batasi jumlah

pengunjung, Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.

Sedangkan dalam kasus kelompok melakukan mengobservasi tanda

dan gejala infeksi lokal dan sistemik, membatasi jumlah pengunjung

dan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

D. Evaluasi

Dalam pengkaian, pada hari ke-3 intervensi telah dihentikan dan pasien di

perbolehkan pulang. Tetapi pada kasus An.K pada hari ke-3 rawatan anak

masih belum diperbolehkan pulang dan masih melakukan perawatan intensif

di ruang Anak RSAM Bukittinggi, dikarenakan kondisi pasien yang tidak

stabil dan masih memerlukan pemantauan lebih lanjut

72
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An. K

dengan Hidrosevalus di ruang rawat inap anak RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi dapat disimpulkan :

a. Didapatkan hasil pengkajian An.K dengan hidrosefalus bahwa

anak sudah mengalami hidrosefalus sejak usia kehamilan 8

bulan, anak menderita hidrosefalus sampai umur saat ini

dengan keadaan kepala anak membesar (LK 63 Cm), terdapat

luka post op VP Shunt pada kepala sebelah kanan.

b. Pada pengkajian didapatkan hasil terjadi gangguan tumbuh

kembang pada An.K dengan hidrosefalus yaitu Perkembangan

pasien pada usia 6 bulan sekarang anak hanya bisa

menggenggam jari ibunya, belum bisa berguling , dan hanya

bisa terlentang. Pertumbuhan pasien gigi pasien baru mulai

tumbuh di bagian atas, TB : 50 cm, BB : 6,52 kg.

c. Pada diagnosa keperawatan didapatkan 4 diagnosa utama yaitu

resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif, defisit nutrisi,

gangguan tumbuh kembang, dan rsiko infeksi.

73
B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan

memperluas wawasan mengenai klien dengan Hidrosefalus karena

dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa

akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan

memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai

Hidrosefalus, dan fakor –faktor pencetusnya serta bagaimana

pencegahan untuk kasus tersebut.

2. Bagi Rumah Sakit

Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan

mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan

dan klien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan

keperawatan yang optimal. Dan adapun untuk klien yang telah

mengalami kasus Hidrosefalus maka harus segera dilakukan

perawatan, agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit

Hidrosefalus.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui

studi kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada

kliendengan Hidrosefalus secara komprehensif.

74
DAFTAR PUSTAKA

Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005 BukuAjar

Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.

Price, Sylvia A. Wilson dkk, 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Ed 6. Jakarta; EGC; 2005

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’sPrinciples Of

Neurology: Eigh Edition. USA. Suharso Darto, 2009, Pedoman Diagnosis

dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga Surabaya.

Sjamsuhidajat. R, Jong WD, Hidrosefalus ini Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004. halaman 808-811.

Wong...[et.al]. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa : Agus

Sutarna, Neti.Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia : Egi Komara

Yudha....[et al.].Edisi 6.Jakarta : EGC

Apriyanto1, Rhonaz Putra Agung2, Fadillah Sari 3. 2013. Hidrosefalus Pada Anak1

Dokter Spesialis Bedah Saraf RSUD Raden Mattaher, Jambi.JMJ,

Volume1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 61 – 67

Johnson, M, et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.

Mosby: IOWA Intervention Project

Mc Closky, C. J, et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.

Mosby: IOWA Intervention Project

Standar Diagnona Keperawatan Indonesia. 2015. Edisi I. Cetakan II. PPNI

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 2015. Edisi I. Cetakan II. PPNI

Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2015. Edisi I. Cetakan II. PPNI

Anda mungkin juga menyukai