i
ii
iii
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Ilmu Gizi
ASI merupakan makanan yang sangat ideal untuk bayi yang bergantung pada
air susu untuk mempertahankan kehidupannya. Tetapi di zaman era modern sangat
gencar promosi dan iklan susu botol memberi pengaruh negatif pada praktik
pemberian ASI. Hal ini disebabkan oleh faktor pengetahuan, sikap, dan pendidikan
yang rendah serta faktor eksternal seperti dukungan keluarga dan budaya masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan
dukungan keluarga dengan praktik pemberian ASI dan MP-ASI di Desa Bonto
Marannu, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros. Jenis penelitian ini analitik
dengan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah
sampling jenuh dengan jumlah sampel 57 orang. data primer dikumpulkan melalui
wawancara dan data sekunder yaitu gambaran lokasi penelitian didapatkan melalui
kantor desa.
Hasil penelitian yaitu ibu balita usia 6-23 bulan pada umumnya memilik
tingkat pengetahuan kurang (59.6%), memiliki sikap positif (56.1%), dukungan
keluarga yang baik (68.4%), dan praktik yang cukup (52.6%) pada pemberian ASI
dan MP-ASI. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan praktik pemberian ASI
dan MP-ASI (p=0.629). Ada hubungan sikap ibu dengan praktik pemberian ASI dan
MP-ASI (p=0.026) dan ada hubungan dukungan keluarga ibu dengan praktik
pemberian ASI dan MP-ASI (p=0.047).
Disarankan agar ibu balita mempertahankan sikap positif dan dukungan
keluarga tentang pemberian ASI dan MP-ASI. Selain itu, tenaga kesehatan ketika
melakukan penyuluhan di posyandu lebih memfokuskan materi IMD dan menajemen
penyimpanan ASI serta memberikan selemberan tentang materi penyuluhan kepada
ibu untuk dibawa pulang.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya, akhirnya
dan Dukungan Keluarga dengan Praktik Pemberian ASI dan MP-ASI Ibu Balita
Maros”. Serta shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan
penulis membutuhkan banyak bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak.
Karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. dr. A. Razak Thaha, M.Sc., selaku pembimbing I dan Ibu Dr. dr.
2. Ibu Dr. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes. selaku penguji I, ibu Dr. Healthy
Hidayanti, SKM, M.Kes selaku penguji II dan dr. Devintha Virani, M.Kes,
Sp.GK. selaku Penguji III, yang telah memberikan saran dan kritik demi
v
3. Bapak Prof. drg. Andi Zulkifli, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. Ibu Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes, Sp.GK, selaku Ketua Program Studi Ilmu
5. Seluruh dosen pengajar dan staf Program Studi Ilmu Gizi, serta staf
6. Bapak Darman Middi selaku Kepala Desa Bonto Marannu yang telah
Sudirman, Amd.Gz dan Marini Mansyur, Amd.Gz, yang selalu bersama dan
skripsi ini.
2013 dan 2014 yang telah bersama saling membantu dan saling mendukung.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Zainuddin Muddin dan Ibunda Hj.
vi
semangat serta tidak pernah berhenti mendoakan di dalam setiap sujudnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan bernilai ibadah di
vii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
viii
G. Tinjauan Tentang Balita Umur 6-23 Bulan .............................. 24
D. Hipotesis ................................................................................... 34
A. Hasil .......................................................................................... 40
B. Pembahasan .............................................................................. 58
A. Kesimpulan ................................................................................ 68
B. Saran ......................................................................................... 69
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Frekuensi dan Jumlah MP – ASI yang diberikan pada Anak
Menurut Kelompok Umur ............................................................... 23
Tabel 5.7 Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang ASI dan MP – ASI
Di Bonto Marannu Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros
Tahun 2017 ..................................................................................... 49
Tabel 5.9 Distribusi Kategori Dukungan Keluarga Responden Tentang ASI dan
MP – ASI Di Bonto Marannu Kecamatan Moncongloe Kabupaten
Maros Tahun 2017 ........................................................................... 51
x
Tabel 5.10 Distribusi Praktik Responden pada Pemberian ASI dan MP – ASI
Di Bonto Marannu Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros
Tahun 2017 ..................................................................................... 52
Tabel 5.11 Distribusi Kategori Praktik Responden pada Pemberian ASI dan
MP – ASI Di Bonto Marannu Kecamatan Moncongloe Kabupaten
Maros Tahun 2017 ........................................................................... 53
Tabel 5.14 Hubungan Sikap Responden dengan Praktik Pemberian ASI dan
MP – ASI di Desa Bonto Marannu Kecamatan Moncongloe
Kabupaten Msros Tahun 2017 ......................................................... 56
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Output SPSS
Lampiran 3. Matriks Hasil Wawancara Pengetahuan
Lampiran 4. Matriks Hasil Wawancara Sikap
Lampiran 5. Matriks Hasil Wawancara Dukungan Keluarga
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian
Lampiran 7. Biodata Penulis
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah pemberian ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI segera (kurang lebih satu
jam setelah setelah lahir) sampai bayi berumur enam bulan dan memberikan
kolostrum atau cairan ASI berwarna kekuningan yang pertama keluar dimana
mengandung semua bahan gizi yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir dan
melindungi bayi dari penyakit (Burns, 2000). Menyusui bayi sejak dini selain
memberikan asupan zat gizi terabaik bagi anak, juga meningkatkan kualitas
kesehatan ibu. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) juga merupakan awal
angka kematian bayi dan juga dipercaya meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
Air Susu Ibu (ASI) sangat ideal untuk bayi yang masih tergantung pada air
baik bila bayi diberikan ASI sesering mungkin dan ibu mau menyusuinya serta
mempunyai kepercayaan diri bahwa ibu mampu melakukan hal tersebut (Depkes
RI, 2005).
1
2
Tahun pertama, khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang sangat
kritis dalam kehidupan bayi. ASI harus merupakan makanan utama pada masa ini
mudahnya akses informasi, membuat gencarnya promosi dan iklan susu botol
memberi pengaruh pada ibu-ibu untuk tertarik membelinya, terutama para ibu
tentang manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat penting dalam
Air susu ibu (ASI) mengandung nutrisi yang sangat baik untuk bayi serta
dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai umur enam bulan tanpa pemberian
makanan atau minuman tambahan lain. Selain itu, ASI mengandung zat yang
infeksi. Kematian bayi dapat dicegah sekitar 16% dengan pemberian ASI
eksklusif sejak hari pertama kelahiran dan kematian bayi dapat dicegah sebesar
22% jika inisiasi menyusui dilakukan satu jam pertama setelah kelahiran
(Edmond, 2006).
Roesli (2009) adalah pengetahuan dan sikap ibu yang kurang memadai tentang
ASI eksklusif. Pengetahuan mengenai manfaat dan pentingnya ASI eksklusif bagi
bayi merupakan hal yang mendasari sikap dan perilaku ibu untuk melakukan ASI
3
tindakan seseorang.
Selain itu, Pemberian Air susu ibu (ASI) oleh ibu menyusui memerlukan
dukungan dari orang terdekat, seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan
kerja. Keluarga dalam hal ini suami atau orang tua dianggap sebagai pihak yang
pemberian ASI eksklusif. Dukungan atau support dari orang lain atau orang
dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula
Secara nasional dari hasil Riskesdas 2013, ibu yang melakukan IMD <1
jam pertama kelahiran masih sebesar 34,5% dan cakupan ASI eksklusif 38%.
Presentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun seiring
50,3% dan cakupan ASI eksklusif masih sebesar 65%. Sedangkan hasil profil
Kabupaten Maros adalah 70.49% sedangkan targetnya adalah 80% pada tahun
2014.
merupakan makanan tambahan yang diberikan pada bayi mulai usia 6-24 bulan
yang diperlukan untuk menunjang tumbuh kembangnya. Pada usia ini, ASI
hingga anak berusia 24 bulan atau 2 tahun lebih (Indiarti, 2008). Pada masa ini
yang kurang tepat, waktu pemberian yang terlalu cepat maupun lambat, susunan
gangguan pencernaan pada bayi seperti diare, konstipasi, muntah, dan alergi.
Disamping itu akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak setelah usia dewasa
Selama kurun waktu 1989 sampai 2004 terdapat sekitar 40 juta balita
mengalami kurang gizi dari keseluruhan 211 juta balita yang ada di Indonesia.
Meningkatnya jumlah anak balita yang mengalami kurang gizi tersebut karena
Keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan
pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan
cara pemberian MP-ASI yang benar sehingga berpengaruh terhadap perilaku ibu
dalam pemberian MP-ASI (Depkes RI, 2006). Niger (2010) menyatakan bahwa
yang apabila ibu memberikan MP-ASI tidak sesuai dengan kebutuhan balita
maka akan mempengaruhi status gizi balita tersebut atau akan mengakibatkan
malnutrisi.
MP-ASI di Pulau Barang Lompo Kota Makassar menunjukkan bahwa ibu pada
bulan tetapi masih ada yang memberikan MP-ASI di usia 3-4 bulan disebabkan
ASI yang dianggap tidak bagus lagi bagi anak dan jenis makanan yang diberikan
baduta belum bervariasi. Selain itu, adanya tradisi pemberian makanan prelaktal
seperti madu, kopi, gula, garam yang disesuaikan dengan filosofi harapan
masing-masing.
dengan praktik pemberian ASI dan MP-ASI balita usia 6-23 bulan di Desa Bonto
tersebut nilai sosial susu formula lebih baik dibanding ASI. Selain itu, di wilayah
6
B. Rumusan Masalah
masih adanya pemberian MP-ASI yang kurang tepat. Beberapa faktor yang
berperan dalam praktik pemberian ASI dan MP-ASI adalah pengetahuan, sikap,
dan dukungan keluarga. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah apakah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
keluarga dengan praktik pemberian ASI dan MP-ASI balita usia 6-23 bulan
2. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu balita tentang pemberian ASI dan
MP-ASI
7
MP-ASI
D. Manfaat Penelitian
sbagai berikut.
Agar ibu mengetahui praktik pemberian ASI dan MP-ASI yang tepat bagi
anak baduta
2. Bagi Posyandu
dan MP-ASI
8
3. Bagi Masyarakat
4. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
yaitu :
dengan benar tentang objek yang diketahui. Sesorang yang telah paham
menyimpulkan.
9
10
dipelajari pada situasi dalam kondisi nyata atau dapat menggunakan hokum-
bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut
dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat
dan fisiologi.
dalam suatu bentuk keseluhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun
objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun
1. Faktor internal
waktu.
2. Faktor eksternal
kurang baik.
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
melalui proses belajar social. Sebagian besar sikap itu dibentuk melalui
adanya pengaruh orang lain terutama orang tua, guru, dan rekan-rekannya.
yaitu:
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
berupa penambahan, pengalihan ataupun modifikasi dari satu atau lebih dari
komponen afektif, kognitif, dan perilaku. Sekali sebuah perubahan sikap telah
terbentuk maka akan menjadi bagian intergral dari individu itu sendiri.
Sikap dapat berubah dari positif ke negative begitupun sebaliknya, tidak ada
seorang pun yang selalu tetap konsisten benar secara terus menerus, atau tidak
atau kejadian yang menekan. Dukungan yang dirasakan oleh individu dalam
kehidupanya membuat dia merasakan akan dicintai, dihargai, dan diakui serta
yang ada dalam dirinya.. Orang yang mendapat dukungan akan merasa
1. Dukungan Informasi
2. Dukungan Emosional
3. Dukungan Instrumental
yang lain.
2012). Sikap dapat terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas atau
sarana dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud
sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap
menjadi suatu perbuatan nyata diperlalukan faktor pendukung suatu kondisi yang
a. Persepsi (perception)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
c. Mekanisme (mechanism)
tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
kuesioner. Check list berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
Peneliti dapat memberikan tanda ya atau tidak sesuai dengan tindakan yang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi. Tiada satu
pun makanan lain yang dapat menggantikan ASI.karena ASI memiliki kelebihan
yang memiliki tiga aspek, yakni aspek gizi, aspek kekebalan, dan aspek
kejiwaan, aspek terakhir ini berupa jalinan kasih saying yang penting untuk
ASIyang maksimum, ASI harus diberikan segera sesudah bayi dilahirkan (30
menit setelah lahir). Karena daya isap bayi saat itu paling kuat untuk merangsang
ASi yang keluar pertama kali sampai beberapa hari pasca persalinan
tinggi. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi. Meskipun
produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, kebutuhan bayi tercukupi.
Hindari pemberian air gula, air tajin, dan makanan pralaktal lain, sebelum ASI
secara eksklusif namun sangat sedikit ibu yang melakukan pemberian ASI
bayinya dengan jumlah ASI yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Hal yang harus diperhatikan agar ASI dapat diproduksi dengan
jumlah dan kualitas yang baik adalah teknik menyusui yang benar, asupan
lancar.
seorang ibu yang bekerja masih dapat memberikan ASI eksklusif dengan
ASI, serta dukungan lingkungan keluarga dan juga lingkungan tempat kerja.
3. Beranggapan bahwa susu formula lebih baik dan lebih praktis dari ASI
tentang ASI menyebabkan tidak sedikit ibu yang beranggapan bahwa susu
formula sama baiknya atau bahkan lebih baik daripada ASI. Padahal tidak
ada satu alasan bagi ibu untuk lebih memilih susu formula dibandingkan
ASI karena begitu banyak manfaat dan kelebihan ASI dibandingkan susu
19
formula yang telah dipaparkan pada penjelasan sebelumnya, baik dari sisi
Ibu biasanya beranggapan bahwa nafsu makan ibu menyusui lebih besar
adannya akan meningkat. Namun faktanya, produksi ASI tidak hanya terjadi
2012).
ASI adalah satunya satunya makanan bergizi seimbang bagi bayi 0-6
bulan, dan memperoleh ASI adalah hak fundamental bayi. Untuk itu tidak ada
alasan bagi ibu untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya. Cara Pemberian
dan menjaga produksi ASI. Hubungan batin yang kuat terjalin pada saat
menyusui secara langsung karena kulit bayi dan ibu bersentuhan, mata bayi
menatap mata ibu sehingga dapat terjalin hubungan batin yang kuat. Agar
pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, perlu diperhatikan cara ibu menyusui
yang baik dan benar. Pemberian ASI sebaiknya tidak dijadwal, melainkan
20
sesuai dengan keinginan bayi. Setiap kali menyusui, gunakan payudara kiri
dan kanan ibu secara bergantian. Posisi ibu menyusui bisa duduk dan tidur
santai. Posisi mulut bayi dalam mengisap puting susu ibu harus benar. Bagian
areola (bagian hitam) pada payudara harus masuk ke mulut bayi. Jika posisi
menyusui salah, ASI yang diisap bayi menjadi tidak maksimal. Produksi ASI
pun akan menyesuaikan dengan jumlah isapan bayi. Jadi, kalau bayi hanya
posisi ibu menyusui tepat, ASI akan keluar dengan lancar sehingga
bahwa ia lapar.
bakteri
d) Bila telah siap memerah ASI, tuangkan air dari cangkir tersebut
2) Letakkan jari dan ibu jari di tiap sisi aerola dan tekan ke dalam
3) Tekan di belakang puting dan aerola di antara ibu jari dan telunjuk.
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi
selain dari ASI. MP-ASI berupa makanan padat atau cair yang diberikan secara
bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi atau anak.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Sebagian besar bayi usia 6 bulan, berdasarkan
perkembangannya sudah siap untuk menerima makanan atau minuman lain selain
22
ASI, dan pertumbuhan umumnya tidak dapat diperbaiki dengan pemberian makanan
pendamping ASI sebelum enam bulan walaupun di bawah kondisi yang optimal.
Pada usia 6-12 bulan, ASI hanya menyediakan ½ atau lebih kebutuhan gizi
bayi, dan pada usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya
sehingga MP-ASI harus segera diberikan mulai bayi berusia 6 bulan. MP-ASI harus
mengandung zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang tidak
dapat dipenuhi oleh ASI saja. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian
Macam MP-ASI berupa bahan makanan lokal dan makanan pabrikan yang
difortifikasi dalam bentuk bungkusan, kaleng atau botol. Bentuk MP-ASI ada tiga
yaitu :
dilumatkan/disaring, seperti tomat saring, pisang lumat halus, pepaya lumat, air
jeruk manis, bubur susu dan bubur ASI. Makanan lumat diperuntukkan untuk
2. Makanan lembik atau dicincang yang mudah ditelan anak, seperti bubur nasi
campur, nasi tim halus, bubur kacang hijau. Makanan lumat diperuntukkan untuk
3. Makanan keluarga seperti nasi dengan lauk pauk, sayur dan buah untuk anak
Tabel 2.1
Frekuensi dan Jumlah MP-ASI yang diberikan pada Anak Menurut
Kelompok Umur
Umur Jumlah
Frekuensi Rata-rata/Kali makan
(Bulan)
Makanan pendamping yang baik adalah (1) kaya energy, protein, dan
mikronutrien (terutama besi, seng, kalium, vitamin A, vitamin C, dan folat), (2)
bersih dan aman, tidak ada pathogen yaitu tidak ada bakteri penyebab penyakit
atau lainnya organisme berbahaya, tidak ada bahan kimia berbahaya atau racun,
tidak ada tulang atau bahan keras yang mungkin membuat anak tersedak, tidak
panas, (3) tidak terlalu pedas atau asin, (4) mudah dimakan anak-anak, (5)
disukai oleh anak, (6) tersedia secara local dan terjangkau, (7) mudah untuk
disiapkan.
24
Kebutuhan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah 650 Kalori dan 16 gram
protein. Kandungan gizi Air Susu Ibu (ASI) adalah 400 Kalori dan 10 gram
protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah 250 Kalori dan 6
gram protein. Kebutuhan gizi bayi usia 12 – 24 bulan adalah sekitar 850 Kalori
dan 20 gram protein. Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350 Kalori dan 8 gram
protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar 500 Kalori
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila anak mulai makan MP-ASI yaitu :
dasar makanan pokok tertutama beras/tepung beras, karena beras bebas gluten
2. Bila bayi sudah mulai makan MP-ASI, bayi memerlukan waktu untuk
3. Perkenalkan aneka jenis buah sayur lauk sumber protein dalam MP-ASI,
4. Ketika anak bertambah besar, jumlah yang diberikan juga bertambah. Pada usia
5. Berikan makanan selingan terjadwal dengan porsi kecil seperti roti atau biskuit
terjadwal.
25
7. Makanan selingan yang tidak baik adalah yang banyak mengandung gula tetapi
kurang zat gizi lainnya seperti minuman bersoda, jus buah yang manis, permen,
(growth spurt) dibanding usia sesudahnya (anak usia 24-59 bulan, remaja, dan
dewasa) sehingga antara asupan energi dan kebutuhan harus seimbang. Kondisi
yang berpotensi mengganggu pemenuhan zat gizi terutama energy dan protein
Pada usia bawah dua tahun, anak masih rawan dengan berbagaai
gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Ada beberapa hal yang sering
tidak langsung. Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang
anak adalah keadaan gizinya. Di sisi lain, alat pencernaan usia ini belum
berkembang sempurna. Selain itu, anak baduta sangat rentan terhadap penyakit
gigi sehingga menyulitkan makannya. Gigi susu telah lengkap pada umur 2 – 2,5
makananyang keras. Menurunnya nafsu makan juga menjadi alibi utama para ibu
langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan balita adalah
tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan
kebutuhan tubuh mereka. Pendapat lain menyatakan bahwa penyebab utama pada
balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu, penyakit infeksi
(diare), pengetahuan orang tua yang rendah, atau faktor tabu makanan (Weisz,
2011)
Secara harfiah, baduta atau anak dibawah dua tahun adalah anak usia
kurang dari dua tahun sehingga bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk
dalam golongan ini, namun karena faal (kerja alat tubuh) bayi usia dibawah satu
tahun berbeda dengan anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan
Anak usia 1 sampai 2 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau
selepas menyusu sampai dengan pra sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan
perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus sesuai
dengan keadaannya. Laju pertumbuhan masa baduta lebih besar dari masa usia
Namun, perut yang masih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari pada anak yang usianya lebih
besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan
H. Kerangka Teori
Berikut ini kerangka teori yang memuat tentang teori dasar penelitian
Gambar 1.
Kerangka Teori Penelitian
Faktor Predisposisi
- Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
dan MP-ASI
- Sikap ibu pada pemberian ASI dan MP-
ASI
- kepercayaan ibu tentang pentingnya
pemberian ASI dan MP-ASI yang tepat
- Tradisi pemberian ASI dan MP-ASI pada
anak keluarga/masyarakat
- Nilai ASI menurut ibu dibandingkan
dengan susu formula/makanan lain
Faktor Penguat
- Dukungan keluarga pada ibu balita
- Dukungan atasan di tempat kerja ibu
mengenai kebjikan pemberian ASI
- Perilaku petugas kesehatan dalam
dukungan keberhasilan ASI eksklusif